Metode Belajar Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Learning)
2.1.5.3 Metode Belajar Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Learning)
Pembelajaran Discovery Learning memang memiliki kelebihan jika dijalankan sesuai prosedur dan situasi murid sebagai pelaku pembelajar mendukung. Akan tetapi jika dikaitkan dengan konteks anak Sekolah Dasar sebagai pelaku pembelajar akan mengalami berbagai permasalahan seperti penjelasan dari kelemahan metode ini. Untuk itu terdapat metode pembelajaran discovery yang cocok digunakan terhadap anak didik SD, yaitu metode belajar penemuan terbimbing Guided Discovery Learning . Sani (2014:97) berpendapat bahwa discovery sering diterapkan percobaan sains di laboratorium yang masih membutuhkan bantuan guru, yang disebut Guided
Discovery Learning. Sani (2014:97) juga menambahkan dalam opininya bahwa discovery terbimbing merupakan metode yang digunakan untuk membangun konsep dibawah pengawasan guru. Sedangkan Hamalik (2005: 188) mengungkapkan bahwa guided discovery melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka kearah yang benar/tepat. Hanafiah dan Cucu Suhana (2010:77) mengungkapkan bahwa guided discovery yaitu pelaksanaan penemuan dilakukan atas petunjuk dari guru. Pelaksanaan pembelajaran discovery diterapkan terhadap anak sekolah dasar tidak akan berjalan dengan baik, alsannya siswa Sekolah Dasar belum mampu untuk berfikir mendalam terhadap suatu materi. Oleh karena itu menjadi sangat penting bimbingan dari seorang guru. Berdasarkan pada pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa metode Guided Discovery Learning merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk mencoba menemukan sendiri informasi maupun pengetahuan yang diharapkan dengan bimbingan dan petunjuk yang diberikan guru.
Menurut Westwood (2008) dalam Sani (2014:98) untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) maka dibutuhkan hal-hal sebagai berikut :
a. Proses belajar dibuat secara terstruktur dan hati-hati.
b. Siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan awal untuk belajar.
c. Guru memberikan dukungan yang dibutuhkan siswa untuk melakukan penyelidikan.
Selain itu pembelajaran Guided Discovery Learning pasti memiliki kelemahan dan kelebihannya. Suryosubroto (2009: 185) menyebutkan beberapa kelebihan metode Guided Discovery Learning sebagai berikut :
a. Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.
b. Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh; dalam arti pendalaman dari pengertian; retensi, dan transfer.
c. Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
d. Metode ini memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.
e. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar.
f. Metode ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.
g. Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide.
h. Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Guided Discovery Learning juga disebut metode penemuan terbimbing. Marzano dalam Markaban (2006:16) menyatakan bahwa metode penemuan terbimbing salah satunya memiliki kelebihan yaitu mendukung kemampuan problem solving siswa dan materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya. Sedangkan Herman (2001:145) memaparkan tentang kekuatan metode penemuan terbimbing di antaranya yaitu siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep atau rumus, sebab siswa mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep atau rumus itu. Metode ini membatasi guru untuk menambah materi baru, bila ternyata siswa belum memahami materi yang sedang dipelajari.
Metode Guided Discovery Learning pastinya juga memiliki kelemahan seperti yang disebutkan oleh Suryosubroto (2009:186):
a. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini.
b. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar.
c. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.
d. Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.
e. Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin tidak ada.
f. Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berfikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.
Dengan demikian guru dapat mempertimbangkan dalam memilih metode belajar yang tepat untuk diterapkan. Tidak semua metode belajar dapat digunakan karena tetap saja memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, untuk itu guru harus jeli dalam membaca kondisi kelasnya agar dapat menerapkan metode yang tepat dan mendapat hasil yang efektif.