10
b. Manajemen yang digerakkan oleh data dan fakta. c.
Fokus pada proses , manajeman, dan perbaikan. d. Manajemen proaktif.
e. Kolaborasi tanpa batas.
f. Dorongan untuk sempurna dan toleransi terhadap kegagalan.
DMAIC merupakan jantung analisis Six Sigma yang menjamin voice of customer berjalan dalam keseluruhan proses sehingga produk yang dihasilkan
memuaskan keinginan pelanggan. Tahapan-tahapan dari Six Sigma adalah:
2.2.1 Fase Define Pendefinisian
Adalah fase menentukan masalah, menetapkan persyaratan-persyaratan pelanggan dan membangun tim. Fase ini tidak banyak menggunakan statistik.
Statistik yang sering digunakan adalah diagram Pareto. Seperti Gambar 2.1. berikut ini:
Gambar 2.1 Contoh Diagram Pareto
11
Alat statistik tersebut digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan prioritas masalah. Masalah tersebut akan dijelaskan secara rinci pada
fase Measure. Proses Mapping adalah grafik yang menggambarkan langkah-langkah
yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas proses menggunakan simbol-simbol standar flowchart. Proses mapping mempunyai lima kategori kerja utama, yaitu
mengidentifikasi supplier, input supplier, process, output proses dan pelanggan dari proses.
Kelima kategori ini dikenal dengan istilah SIPOC Supplier-Input- Process-Output-Customer dengan keterangan sebagai berikut :
a. Supplier yaitu orang atau kelompok yang memberikan informasi kunci, bahan- bahan atau sumber daya lainnya kepada proses.
b. Input adalah sesuatu yang diberikan. c. Process adalah sekumpulan langkah yang mengubah dan idealnya
menambahkan nilaiinput. d. Customer adalah orang atau kelompok yang menerima output .
Simbol-simbol yang digunakan pada pembuatan proses mapping : digunakan untuk menggambarkan awal dan akhir proses.
: digunakan untuk menggambarkan tahap-tahap dalam proses.
: digunakan untuk menggambarkan pengambilan keputusan.
12
: digunakan untuk menghubungkan tahap-tahap dalam proses.
2.2.2 Fase Measure Pengukuran
Adalah fase mengukur tingkat kecacatan dan tingkat kinerja. Dalam fase ini, pengukuran yang dilakukan antara lain :
1. Pengukuran baseline kinerja Sebelum dilakukan proses Six Sigma harus dilakukan pengukuran tingkat
kinerja saat ini atau pengukuran baseline kinerja. Ukuran hasil kinerja baseline yang digunakan pada Six Sigma adalah tingkat DPMO Defect Per
Million Oppurtunity dan pencapaian tingkat kapabilitas sigma sigma level. Perhitungan nilai sigma dilakukan unuk mengetahui performa proses saat ini
yang akan menjadi tolak ukur dalam menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan. Langkah-langkahnya yaitu:
a. Menghitung nilai DPMO DPMO merupakan suatu ukuran kegagalan dalam Six Sigma yang
menunjukan kerusakan suatu produk dalam satu juta barang yang diproduksi. Kriteria DPMO harus didefinisikan dengan teliti. Kerusakan dapat
digambarkan dengan tidak bersih, tepat atau tidak sesuai dengan standar. DPMO dituliskan dengan persamaan:
� =
� � ℎ � ���
� � ℎ � � � � �
× 1.000.000 2.1
Nilai DPMO dari suatu produk menggambarkan rata-rata pengukuran pada suatu proses.
13
b. Mengkonversi nilai DPMO ke nilai sigma menggunakan Tabel Konversi Sigma.
Setelah diperoleh nilai DPMO dan level sigma, maka kita dapat ketahui besarnya baseline kinerja perusahaan saat ini.
2. Pengukuran tingkat kapabilitas proses capability process Suatu proses disebut mempunyai kapabilitas jika proses tersebut mempunyai
kemampuan untuk menghasikan output yang berada dalam batas spesifikasi yang diharapkan. Dimana nilai rata-rata dari proses sama dengan nilai target
yang diharapkan dan besar rentang spesifikasi yang diinginkan perusahaan yaitu
USL − LSL lebih besar dari rentang batas terkontrol pada produk yang
dihasilkan UCL − LCL [1].
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.2. besarnya batas spesifikasi perusahaan ditentukan oleh bagian Quality Control pada perusahaan
sedangkan besarnya batas terkontrol dapat diketahui melalui bagan kendali Shewhart.
Ukuran yang menyatakan kemampuan proses tersebut dinamakan capability index. Sedangkan analisanya disebut analisa proses kapabilitas. Analisa
proses kapabilitas dapat digunakan apabila proses tersebut berada dalam statistical process control, apabila tidak maka kapabilitasnya tidak dapat dipercaya.
14
Gambar 2.2 Bagan Kendali Proses Mempunyai Kapabilitas
Menurut [1], proses kapabilitas dapat digolongkan dalam tiga kondisi, yaitu:
a. Proses yang memiliki kapabilitas tinggi, yang terjadi bila rentang proses berada didalam rentang spesifikasi Dapat dilihat pada Gambar 2.3.
6 �
− 2.2
Gambar 2.3 Bagan Kendali Proses Kapabilitas Tinggi
15
b. Proses yang memiliki kapabilitas hampir tidak cukup, yang terjadi bila rentang proses sama dengan rentang spesifikasi. Gambar 2.4
6 � =
− 2.3
Gambar 2.4 Bagan Kendali Proses Kapabilitas Hampir Cukup
c. Proses yang tidak memiliki kapabilitas, terjadi bila rentang proses lebih besar dibandingkan dengan rentang spesifikasi Gambar 2.5.
6 �
− 2.4
Gambar 2.5 Bagan Kendali Proses Tidak Memiliki Kapabilitas
Terdapat berbagai indeks kapabilitas proses, akan tetapi dalam penelitian ini digunakan 3 macam indeks, yaitu :
16
a. � Indeks Kapabilitas Proses
� merupakan indeks kapabilitas yang paling sederhana untuk menunjukkan kemampuan suatu proses dalam memenuhi spesifikasi
limit. Ada
beberapa asumsi
yang harus
dipenuhi sebelum
menggunakan �, yaitu distribusi dari proses harus berdistribusi normal
dan nilai rata-rata proses � harus tepat sama dengan nilai targetT,
yang berarti nilai �
dari proses harus tepat berada di tengah dari interval nilai USL dan LSL. Jika asumsi tidak terpenuhi, maka nilai
� akan memberikan misleading results kurang dapat dipercaya. Dapat
dikatakan Cp merupakan perbandingan antara rentang spesifikasi dengan
rentang proses, sehingga seharusnya bernilai lebih dari satu [1]. Dituliskan:
� =
− −
2.5 −
= � + 3� − � − 3�
− =
� + 3� − � + 3� = 6� � =
− −
=
− 6
�
2.6 Nilai
= 1 , jika rentang spesifikasi sama dengan rentang proses. Dikatakan proses hampir memiliki kapabilitas.
Nilai � 1, jika rentang spesifikasi lebih besar dari rentang proses.
Dikatakan proses memiliki kapabilitas yang tinggi. Nilai
� 1, jika rentang spesifikasi lebih kecil dari rentang proses. Dikatakan proses tidak memiliki kapabilitas.
17
Secara umum dapat dikatakan semakin besar nilai �, maka semakin
baik proses tersebut. Six Sigma merupakan pengembangan dari konsep �. Proses 6� memiliki � = 2. Hubungan antara nilai � dan
kapabilitas proses dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini:
Tabel 2.2 Hubungan
� dan Kapabilitas Proses
b. �� Indeks Kapabilitas Proses Aktual
�� merupakan indeks yang menunjukan seberapa baik suatu proses dapat memenuhi spesifikasi limit, dengan mengukur jarak terdekat antara
kinerja proses dan batas spesifikasi. Semakin kecil nilai �� semakin
dekat jarak antara kinerja proses dan batas spesifikasi, hal ini berarti proses tersebut semakin capable. Formula Cpk
dituliskan [1]: �
Kapabilitas Proses 0.33
0.50 0.67
0.83 1.00
1.17 1.33
1.50 1.67
1.83 2.00
2.17 2.33
1.0 �
1.5 �
2.0 �
2.5 �
3.0
�
3.5 �
4.0 �
4.5 �
5.0 �
5.5 �
6.0 �
6 .5
� 7
.0 �
18
�� = 1 − �
�
2.7 Dengan
� =
+ 2
−�
− 2
Jika
− 2
� maka
� = +
2 − �
− 2
= +
− −
2 �
−
� = −
6 �
1 − �
�
= 1 −
+ −
−
2 �
−
×
− 6
�
= −
− −
+ −
+ 2
� −
× −
6 �
=
− 6
�
−
− 6
�
+
2 �
6
�
= 2
� − 2 6
�
= � −
3 �
Jika,
− 2
� maka � =
� − +
2 −
2
=
2 �
−
−
+ −
� = −
6 �
, 1 − �
�
= 1 −
2 �
−
−
+ −
×
− 6
�
= −
6 �
− 2
� 6
� +
− 6
� =
2 − �
6 �
= − �
3 �
19
Jadi, �� = min
−� 3
�
� �
� − 3
�
2.8 Dengan:
USL = batas spesifikasi atas Upper Specification Limit LSL
= batas spesifikasi bawah Lower Specification Limit �
= rata –rata proses
� = simpangan standar deviasi
Dapat dikatakan bahwa �� lebih baik dari pada �, akan tetapi �� juga
mempunyai kekurangan. �� hanya melihat penyebaran dari rata-rata
proses dan spesifikasi limit, sehingga tidak dapat memberikan informasi bagaimana penyebaran dari proses kontrol secara keseluruhan hanya
bagaimana penyebaran proses terhadap spesifikasi limit. Terdapat hubungan antara
�� dan kapabilitas proses pada berbagai tingkat sigma. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3.
20
Tabel 2.3 Hubungan
�� dan Kapabilitas Proses ��
Kapabilitas Proses 0.00
0.17 0.33
0.5 0.67
0.83 1.00
1.17 1.33
1.5 1.67
1.83 2.00
1.5 �
2.0 �
2.5 �
3.0 �
3.5 �
4.0 �
4.5 �
5.0 �
5.5 �
6.0 �
6.5 �
7.0 �
7.5 �
c. �� Indeks Kapabilitas Proses
Indeks kapabilitas proses Cpm disebut juga Taguchi Capability Index
digunakan untuk mengukur pada tingkat mana output suatu proses berada pada nilai spesifikasi target kualitas T yang digunakan oleh pelanggan.
Semakin tinggi nilai �� menunjukkan bahwa output proses semakin
mendekati nilai spesifikasi target kualitas yang diinginkan pelanggan. Formula
�� dituliskan: �� =
− 6
�
�� ∶ � = �
2
+ − �
2
2.9
21
Dengan � adalah variansi dan selisih antara rata-rata proses � dan target
. Beberapa keuntungan dari penggunaan indeks
Cpm [5] adalah: 1.
Indeks �� dapat diterapkan pada suatu interval spesifikasi yang tidak
simetris axymetrical specification interval, dimana nilai spesifikasi target kualitas T tidak berada tepat di tengah nilai USL dan LSL.
2. Indeks
�� dapat dihitung untuk tipe distribusi apa saja, tidak mensyaratkan data harus berdistribusi normal. Hal itu berarti perhitungan
Cpm adalah bebas dari persyaratan distribusi data, serta tidak memerlukan lagi uji normalitas untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan dari
proses itu berdistribusi normal. Juga akan menghindari pertanyaan- pertanyaan tentang distribusi apa yang digunakan.
Dalam program peningkatan kualitas Six Sigma, biasanya dipergunakan criteria sebagai berikut :
a. �� 2.00
Proses dianggap mampu dan kompetitif. b.
1.00 �� 1.99
Proses dianggap cukup bagus, namun perlu upaya-upaya giat untuk peningkatan kualitas menuju target perusahaan berkelas dunia yang
memiliki tingkat kegagalan sangat kecil menuju nol zero defect oriented. Perusahaan yang memiliki nilai Cpm yang berada di kisaran
ini memiliki kesempatan terbaik dalam melakukan program peningkatan kualitas Six Sigma.
22
c. �� 1.00
Proses dianggap tidak mampu dan tidak kompetitif untuk bersaing di pasar global.
2.2.3 Fase Analyze Analisis