dilas sehingga terjadi aliran arus listrik, kemudian elektroda diangkat sedikit sehingga timbullah busur. Panas pada busur bisa mencapai 5.500
o
C.
BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT PEMANAS BURNER
3.1 Pemilihan Jenis Alat Pemanas Burner
Ada beberapa macam alat pemanas yang digunakan sebagai alat pemanas dapur Crucible. Jenis-jenis burner ini dapat dibedakan menurut bahan bakar, yaitu
bahan bakar gas atau bahan bakar minyak. Dapat juga dibedakan menurut mekanisme kerjanya. Ada yang bekerja secara sederhana, ada pula yang bekerja
dengan bantuan alat lain seperti blower. Untuk perancangan burner yang akan digunakan di laboratorium Foundry,
dimana yang menggunakan adalah mahasiswa dibutuhkan burner dengan mekanisme yang sederhana agar dapat dipahami mahasiswa dengan baik. Hal ini
juga perlu agar mahasiswa tidak melakukan kesalahan yang bias berakibat fatal bagi mahasiswa itu sendiri.
Oleh karena itu dipilih burner dengan bahan bakar minyak. Burner dengan bahan bakar minyak ini mempunyai mekanisme kerja yang sederhana, harga
pembuatan serta cara pembuatan yang cukup sederhana.
3.2 Pemilihan Bahan Bakar Alat Pemanas Burner
Alat Pemanas atau burner ini berfungsi untuk mencukupi kebutuhan panas atau kalor yang dibutuhkan dapur pelebur dalam proses peleburan. Alat pemanas
ini nantinya diletakkan sedemikian rupa pada dapur pelebur sehingga kalor yang dihasilkan dapat bersirkulasi dengan baik di ruang bakar.
Alat pemanas atau burner yang digunakan adalah burner dengan bahan bakar kerosin yang dalam kehidupan sehari-hari kita kenal dengan nama minyak
tanah. Selain kerosin atau minyak tanah ada beberapa jenis bahan bakar yang juga mudah dijumpai secara umum yaitu: Gas LPG, Solar dan Bensin. Walaupun harga
kerosin belakangan ini telah menjadi mahal, ada beberapa pertimbangan mengapa kerosin digunakan sebagai bahan bakar dari burner ini, yaitu:
1. Sebagai bahan bakar, walaupun harga kerosin lebih mahal dibandingkan
dibandingkan bahan bakar lainnya. Kerosin masih mudah untuk didapatkan karena masih dijual untuk umum.
2. Bensin dan gas kurang efisien untuk penggunaan dalam industri, terbih
lagi sebagai bahan bakar burner yang sederhana. Hal ini dikarenakan sifatnya yang mudah menguap dan titik nyala yang rendah.
3. Solar dan kerosin adalah bahan bakar yang lazim digunakan dalam
industri. Namun dalam penggunaan solar sebagai bahan bakar burner kurang efisien karena membutuhkan mekanisme burner yang lebih rumit
untuk mencapai pembakaran sempurna. 4.
Dari segi keamanannya minyak tanah atau kerosin lebih efisien karena dapat disimpan lebih lama, titik nyala kerosin lebih rendah dari bensin
yaitu 37 – 60 C, mekanisme burner yang dibutuhkan kerosin pun lebih
sederhana dibandingkan bahan bakar lainnya.
3.3 Pemilihan Bahan Alat Pemanas Burner
Dari bahasan di atas didapatkan bahwa jenis burner yang digunakan adalah burner dengan bahan bakar minyak tanah. Pembahasan berikutnya adalah jenis
logam yang akan digunakan sebagai bahan dari burner. Pembuatan burner ini didasarkan pada burner terdahulu yang ada di laboratorium foundry Universitas
Sumatera Utara, dimana burner tersebut terbuat dari Baja tahan panas. Pada pemilihan bahan ini, bahan yang lazim digunakan pada burner adalah
besi dan baja. namun pada temperatur tinggi besi lebih mudah melunak dibandingkan baja. Sedangkan jenis logam lainnya, walaupun mempunyai
karakterisitik yang baik, harga dari logam tersebut jauh lebih mahal.