12 reaktif dan toksik. Prosedur Peluluhan Karakteristik Toksisitas TCLP,
Toxicity Characteristic Leaching Procedure merupakan uji untuk limbah beracun. Proses solidifikasistabilisasi biasanya dipakai untuk menguji
limbah beracun [9]. 2.
Solidifikasi adalah suatu penanganan yang menghasilkan padatan limbah yang memiliki identitas struktural yang tinggi. Proses solidifikasi
menyebabkan kontaminan tidak dapat berinteraksi dengan reagen solidifikasi. Hal ini terjadi karena secara mekanik, kontaminandikunci atau
dijebak dalam padatan yang terbentuk dari proses solidifikasi [19]. 3.
Stabilisasi adalah suatu teknik yang didesain untuk meminimalkan mobilitas atau kelarutan kontaminan baik dengan atau tanpa terjadi perubahan sifat
fisik dari limbah. Proses stabilisasi biasanya melibatkan penambahan material ke dalam limbah berbahayadan menciptakan produk yang lebih
tidak berbahaya [19]. 4.
Pengikat binder, biasanya semen atau material seperti semen, atau resin yang digunakan untuk mengikat partikel secara bersama-sama. Penambahan
air atau bahan aditif lain sangat dimungkinkan. Pengikat akan menciptakan bentuk limbah yang terstabilkan. Semen Portland merupakan pengikat yang
paling umum digunakan dalam proses solidifikasistabilisasi [20]. 5.
Bahan aditif adalah material yang ditambahkan ke dalam binder untuk meningkatkan keberhasilan proses solidifikasistabilisasi. Bahan aditif,
seperti silika dapat memperlambat proses pengerasan, lempung dapat meningkatkan ketahanan terhadap air atau kontaminan, dan surfaktan dapat
meningkatkan penyatuan
senyawa organik.
Bahan aditif
biasanyaditambahkan hanya dalam jumlah kecil [24].
2.6 TUJUAN PROSES SOLIDIFIKASISTABILISASI
Proses SolidifikasiStabilisasi SS didesain untuk mengakomodasikan salah satu ataulebih dari tujuan berikut [24]:
1. Menurunkan mobilitas atau kelarutan kontaminan.
13 2.
Meningkatkan penanganan dan karakteristik fisik limbah dengan cara menciptakan suatumatrik padatan yang tidak bebas air.
3. Menurunkan luas muka limbah dengan cara mentransfer kontaminan yang
mungkin terdapat dalam padatan limbah. Untuk mengetahui keberhasilan tujuan dari proses solidifikasistabilisasi
dilakukan dengan cara melakukan uji standard dan uji termodifikasi. Tiga hal yang umumnya dilakukan dalam pengujian proses solidifikasistabilisasi adalah
[19]: 1.
Fisik, mencakup kelembaban, kerapatan, kepadatan, kekuatan dan daya tahan.
2. Kimiawi, mencakup pH, reaksi redoks, kapasitas penetralan asam, kebasaan,
dan kandungan senyawa organik. 3.
Peluluhan, mencakup TCLP, prosedur ekstraksi bertingkat, peluluhan dinamis prosedur peluluhan pengendapan asam sintetis SPLP, Synthetic
Acid Precipitation Leaching Procedure dan ekstraksi berurutan. Penanganan dengan proses solidifikasistabilisasi dikatakan berhasil bila
dihasilkan produk limbah yang kuat dan tahan lama yang tidak akan meluluhkan logam dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Bentuk limbah yang tidak
kuat dan padat akan mudah berkurang seiring dengan berjalannya waktu, mudah hancur menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga akanmeningkatkan
resiko peluluhan. Bentuk limbah harus tahan lama dalam lingkungan yang selalu berubah dan mempunyai tingkat ketahanan terhadap siklus keringbasah dan
pembekuanpencairan.
2.7 BETON
Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Dalam keadaan yang mengeras, beton
memiliki kekuatan tinggi. Dalam keadaan segar, beton dapat diberi bermacam bentuk, sehingga dapat digunakan untuk membentuk seni arsitektur atau semata-
mata untuk tujuan dekoratif . Beton juga akan memberikan hasil akhir yang bagus
14 jika pengolahan akhir dilakukan dengan cara khusus, misalnya diekspose
agregatnya agregat yang mempunyai bentuk yang bertekstur seni tinggi diletakkan dibagian luar, sehingga nampak jelas pada permukaan betonnya.
Selain tahab terhadap serangan api, beton juga tahan terhadap serangan korosi [24].
Beton mempunyai beberapa kelebihan, antara lain yaitu [24]: 1.
Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi. 2.
Mampu memikul beban yang berat. 3.
Tahan terhadap temperatur yang tinggi. 4.
Nilai kekuatan dan daya tahan durability beton adalah relatif tinggi. 5.
Biaya pemeliharaan yang kecil. Selain kelebihan, beton juga mempunyai beberapa kekurangan antara lain
yaitu [24] : 1.
Bentuk yang telah dibuat sulit untuk dirubah. 2.
Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi. 3.
Kekuatan tarik beton relatif rendah. 4.
Daya pantul suara yang besar.
2.7.1. Material Penyusun Beton
1. Agregat
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 78
volume mortar atau beton. Walaupun hanya sebagai bahan pengisi akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortarbetonnya sehingga
pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortarbeton. Seperti dengan alternatif pemanfaatan pecahan beton yang terbakar
sebagai agregat kasar, karena kondisi pada saat ini agregat mulai berkurang dan harganya melambung tinggi. Hal semacam ini banyak dialami oleh beberapa
daerah yang kesulitan mendapatkan material untuk bangunan, karena beberapa ada daerah sumber material yang terpaksa ditutup [25].
15 Sifat yang paling penting dari suatu agregat batu-batuan, kerikil, pasir dan
lain- lain ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik
penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan [24]
2. Semen Portland
Semen portland atau biasa disebut semen adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker
bahan ini tertuma terdiri dari silika-silika kalsium yang bersifat hidrolis, dengan batu gips sebagai bahan tambahan [24]. Semen portland adalah bahan konstruksi
yang paling banyak digunakan dalam pembuatan beton. Semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker
yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama
dengan bahan utamanya [20]. Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat
SII.0013-8 1 atau Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986 dan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut [22]. Sifat Sifat
Semen Portland Semen portland memiliki beberapa sifat yang diantaranya dijelaskan sebagai
berikut [24]: 1
Kehalusan Butir Pada umumnya semen memiliki kehalusan sedemikian rupa sehingga
kurang lebih 80 dari butirannya dapat menembus ayakan 44 mikron. Makin halus butiran semen, makin cepat pula persenyawaannya. Makin
halus buiran semen, maka luas permukaan butir untuk suatu jumlah berat semen akan semakin menjadi besar. Makin besar luas permukaan butir ini ,
makin banyak pula air yang dibutuhkan bagi persenyawaannya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kehalusan butir
16 semen. Cara yang paling sederhana dan mudah dilakukan ialah dengan
mengayaknya. 2
Kekekalan Bentuk Yang dimaksud dengan kekekalan bentuk adalah sifat dari bubur
semen yang telah mengeras, dimana bila adukan semen dibuat suatu bentuk tertentu bentuk itu tidak berubah. Buka benda dari adukan semen yang telah
mengeras. Apabila benda menunjukkan adanya cacat retak, melengkung, membesar atau menyusut, berarti semen itu tidak baik atau tidak memiliki
sifat tetap bentuk. 3
Kekuatan Semen Kekuatan mekanis dari semen yang mengeras merupakan sifat yang
perlu diketahui di dalam pemakaian. Kekuatan semen ini merupakan gambaran mengenai daya rekatnya sebagai bahan perekatpengikat. Pada
umumnya, pengukuran kekuatan daya rekat ini dilakukan dengan menentukan kuat lentur, kuat tarik atau kuat tekan desak dari campuran
semen dengan pasir. a.
Klasifikasi Semen Portland Sesuai dengan tujuan pemakaiannya semen Portland dibagi menjadi 5 lima
tipe, yaitu : 1
Tipe I : Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus. 2
Tipe II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
3 Tipe III
: Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut kekuatan awal yang tinggi.
4 Tipe IV
: Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan panas hidrasi rendah.
5 Tipe V
: Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.
17 Tabel 2.2 Karakteristik Fisika dan Kimia Semen Portland [2]
Komposisi Tipe Semen Portland
I II
III IV
V Silikon dioksid SiO
2
Min, Aluminium oksid Al
2
O Max,
Feri oksid Fe
2
O Max, Magnesium oksid MgO Max,
Sulfur trioksid SO
3
Max,
Trikalsium silikat 3CaO.SiO
2
,
Dikalsium silikat 2CaO.SiO
2
,
Trikalsium alumina 3CaO.Al
2
O
3
- -
- 5,0
3,0 -
- 15
21,0 6,0
6,0 5,0
3,0 55
- 8
- -
- 5.0
3,5 -
- 15
- -
6.5 5,0
2,3 35
- 7
- -
- 5,0
2,3 -
- 5
b. Bahan Penyusun Semen Portland
Bahan utama pembentuk semen portland adalah kapur CaO, silica SiO
3
, alumina Al
2
O
3
, sedikit magnesia MgO, dan terkadang sedikit alkali. Untuk mengontrol komposisinya, terkadang ditambahkan oksida besi, sedangkan gipsum
CaSO
4
.2H
2
O ditambahkan untuk mengatur waktu ikat semen. [20]. Komposisi
senyawa utama dan senyawa pembentuk dalam semen portland dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.3 Komposisi Senyawa Utama Semen Portland [14] Nama Kimia
Rumus Kimia Persen Berat
Trikalsium Silikat Dikalsium Silikat
Trikalsium Aluminat Tetrakalsium Aluminoferit
Gipsum 3CaO.SiO
2
2CaO.SiO
2
3CaO.Al
2
O
3
4CaO.Al
2
O
3
.Fe
2
O
3
CaSO
4
.2H
2
O 55
18 10
8 6
18 Tabel 2.4 Komposisi Senyawa Pembentuk Semen Portland [14]
Oksida Nama Senyawa
Persen Berat CaO
SiO
2
Al
2
O
3
Fe
2
O
3
MgO K
2
O
3
Na
2
O
3
SO
3
CO
2
H
2
O Kapur
Silika Aluminium
Oksida Besi Magnesia
Alkali Alkali
Sulfur Trioksida Karbon Dioksida
Air 64,67
21,03 6,16
2,58 2,62
0,61 1,34
2,03 -
-
3. Air
Air diperlukan pada pembuatan beton beton untuk memicu proses kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton.
Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam,
minyak, gula atau bahan kimia lainnya , bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang
dihasilkan [20] Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen air, maka
bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang penting, tetapi justru perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut sebagai Faktor Air
Semen water cement ratio. Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit
akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekutan beton. Untuk air yang tidak memenuhi syarat mutu,
kekuatan beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 90 jika dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air standarsuling [24]
19 Adanya garam-garam, mangan, timah, seng, tembaga, dan timah hitam
dengan jumlah cukup besar pada air adukan akan menyebabkan pengurangan kekuatan beton. Beberapa garam seperti sodium iodium, sodium posphate,
sodium arsenat, dan sodium borat mengurangi kuat awal beton menjadi sangat rendah. Sodium karbonat dan potasium dapat menyebabkan ikatan sangat cepat
dan dalam konsentrasi yang besar akan mengurangi kekuatan beton. Adanya kalsium khlorida mempercepat ikatan dan pengerasan. Air laut umumnya
mengandung 3,5 persen larutan garam, sekitar 78 persennya adalah magnesium sulfat. Adanya garam-garam dalam air laut ini dapat mengurangi kekuatan beton
sampai 20 persen [20]. Dalam pemakaian air untuk beton itu sebaiknya air memenuhi syarat
sebagai berikut: a.
Tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gramliter. b.
Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton lebih dari 15 gram.
c. Tidak mengandung khlorida Cl lebih dari 0,5 gramliter.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gramliter
Kandungan zat-zat tersebut apabila terlalu banyak dapat berpengaruh jelek terhadap beton, antara lain:
a. Mempengaruhi proses reaksi kimia dari semennya.
b. Mempengaruhi lekatan antara pasta semen dan butiran batuan.
c. Mengurangi kekuatan atau keawetan beton.
d. Dapat juga membuat beton mengembang, sehingga terjadi retak-retak Secara
umum air yang dapat dipakai untuk bahan pencampur beton ialah air yang bila dipakai akan dapat menghasilkan beton dengan kekuatan lebih dari 90 kekuatan
beton yang memakai air suling. Semakin banyak bahan batuan yang digunakan dalam beton, maka semakin
hemat penggunaan semen Portland sehingga semakin murah harganya. Tentu saja dalam penggunaan agregat tersebut ada batasnya, sebab pasta semen diperlukan
untuk pelekatan butir-butir dalam pengisian rongga-rongga halus dalam beton.
20 Workability adukan beton plastis dapat diusahakan dengan menggunakan gradasi
agregat yang baik. Tetapi gradasi untuk mobilitas yang baik memerlukan butir- butir berlapis pasta semen untuk dapat memudahkan gerak adukan betonnya,
sehingga butir-butir tidak dapat saling bersinggungan. 4.
Pengaruh agregat kasar terhadap kualitas beton Selain kekuatan pasta semen, hal ini yang perlu menjadi perhatian adalah
agregat. Seperti yang telah dijelaskan, proporsi campuran agregat dalam beton 70- 80, sehingga pengaruh agregat akan menjadi besar, baik dari sisi ekonomi
maupun dari sisi tekniknya. Semakin baik mutu agregat yang digunakan, secara linier dan tidak langsung akan menyebabkan mutu beton menjadi baik, begitu
juga sebaliknya. Agregat yang digunakan dalam beton berfungsi sebagai bahan pengisi,
namun karena prosentase agregat yang besar dalam volume campuran, maka agregat memberikan kontribusi terhadap kekuatan beton [20].
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton terhadap agregat adalah sebagai berikut [24]:
a. Perbandingan agregat dan semen campuran.
b. Kekuatan agregat
c. Bentuk dan ukuran
d. Tekstur permukaan
e. Gradasi
f. Reaksi kimia
g. Ketahanan terhadap panas.
21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3. 1 LOKASI PENELITIAN
Penelitian “SolidifikasiStabilisasi Limbah Slag yang Mengandung Chrom Cr dan Timbal Pb dari Industri Baja Sebagai Campuran dalam Pembuatan
Concrete Beton” telah dilakukan di Laboratorium Penelitian BARISTAN dan Laboratorium Beton, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara. 3. 2
BAHAN DAN PERALATAN 3.2.1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Limbah slag dari PT. Growth Sumatra industri Baja 2.
Semen portland 3.
Pasir 4.
Kerikil 5.
Air 6.
Aquadest 7.
Asam klorida HCl 8.
Asam perklorat HClO
4
9. HNO
3
3.2.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Cetakan 2.
Timbangan 3.
Ayakan 4.
Gelas Ukur 5.
Pipet Tetes 6.
Alat pemecah
22 7.
Pengerus 8.
pH Meter 9.
Neraca teknik kapasitas 10 kg 10.
Oven 11.
Bak penampung air 12.
Kain lap 13.
Mesin uji tekan 14.
Seperangkat alat AAS 15.
Penyaring 16.
Penggilingan Hammer Mill
3. 3 PROSEDUR PERCOBAAN
3.3.1. Persiapan Bahan Baku limbah
1. Sampel dalam bentuk bongkahan di haluskan dengan alat Hammer Mill 2. Sampel yang telah di haluskan dengan hammer mill di samakan
ukuran nya dengan alat saringan 50 mesh 3. Sampel yang telah dihaluskan siap untuk di gunakan.
3.3.2. Analisa Limbah Padat Slag Baja
a. Penyiapan Limbah Slag Baja
1. Timbang slag baja 5 gram secara akurat kedalam beaker gelas.
2. Ditambahkan ± 30 ml asam klorida HCl pekat dan 10 ml asam nitrat
HNO
3
pekat 3.
Ditutup dengan kaca arloji 4.
Dipanaskan hingga mendidih ± 30 menit diatas penangas air. 5.
Dibuka kaca arloji penutup, evaporasi larutan hingga kering diatas water bath.
6. Ditambahkan sedikit asam klorida HCl, ulangi evaporasi hingga
kering dan biarkan dingin. 7.
Ditambahkan ± 25 ml HCl 8.
Dipanaskan hingga larut semua dan didinginkan
23 9.
Dipindahkan kedalam labu 100 ml sambil dibilas dengan aquadest 10.
Tepatkan hingga tanda batas dengan aquadest dan bila perlu disaring. 11.
Larutan siap diukur dengan alat AAS.
b. Pembuatan Larutan Standart Pb dan Cr 0,2, 0,4, 0,6, 0,8 dan 1 ppm
1. Pipet sesuai kebutuhan larutan induk timbal dan chrom kedalam
masing-masing labu 100 ml. 2.
Tepatkan hingga tanda batas dengan larutan pengencer HNO
3
1 N. c.
Pengukuran Pb dan Cr 1.
Siapkan peralatan AAS dan optimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaannya.
2. Ukur absorban larutan standart dan sampel dengan alat AAS
3. Buat kurva kalibrasi larutan stndart setiap kali melakukan pengujian
dengan memplotkan antara konsentrasi standart dengan absorban yang terukur oleh alat AAS
4. Hitung koefisien regresi dari kurva standart minimal r = 0,9975
5. Buat persamaan regresi kurva kalibrasi standart
6. Hitung konsentrasi limbah slag melalui kurva kalibrasi
, ,
= 3.1
Dengan; C = konsentrasi ppm Pb, Cr hasil ploting dari kurva kalibrasi atau
melalui persamaan garis kurva standart P = factor pengenceran
W = bobot contoh gram V = Volume akhir labu ml
SNI 02-0086-2005
24
3.3.2. Prosedur SolidifikasiStabilisasi limbah padat
1. Menyiapkan limbah padat industri baja slag yang telah dianalisa
dan dikeringkan. 2.
Dicampurkan limbah padat, pasir, semen, kerikil dan air hingga rata. Dengan 6 variasi campuran yang setiap variasi masing-masing
dibuat 3 buah sampel. Komposisi campuran tersebut disajikan pada table 3.1.
Tabel 3.1 Komposisi Campuran Bahan Sampel Beton No
Komposisi Bahan Susun Limbah
Semen Pasir
Kerikil 1
2 3
4 5
6 6,25
12,5 18,75
25 31,25
25 25
25 25
25 25
31,25 25
18,75 12,5
6,25 43,75
43,75 43,75
43,75 43,75
43,75
3. Setelah tercampur dengan rata, kemudian bahan campuran tersebut
dimasukkan ke dalam mesin penggilingan yang bertujuan untuk memadatkan campuran bahan.
4. Hasil campuran yang telah rata, dimasukkan ke dalam cetakan
5. Setelah beton dicetak kemudian dikeringkan selama 24 jam dalam
ruangan terbuka untuk memperoleh kondisi pengerasan optimum. 6.
Kemudian beton direndam selama 7, 14, dan 28 hari.
25
3.3.3. Prosedur pengujian Tekan
1. Benda uji dikeluarkan dari bak perendaman, lalu dijemur selama ±
24 jam. 2.
Benda uji yang telah siap, ditentukan kuat tekannya dengan mesin tekan yang dapat diatur kecepatan penekanannya.
3. Kecepatan penekanan dari mulai pemberian badan sampai benda uji
hancur diatur sehingga tidak kurang dari 1 satu menit dan tidak lebih dari 2 dua menit.
4. Kuat tekan benda uji dihitung dengan membagi beban maksimum
pada waktu benda uji hancur, dengan luas bidang tekan bruto, dinyatakan dalam kgcm2.
5. Percobaan diulang untuk setiap benda uji.
Kuat tekan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
= 3.2
Keterangan : KT = Kuat tekan kgcm
2
P = Besarnya beban tekan kg A = Luas bidang tekan cm
2
Fk = 1,18 SNI 03-0349-1989
3.3.4. Prosedur Pengujian Porositas
Standar pengujian yang digunakan dalam pengujian ini adalah langkah- langkah sebagai berikut :
1. Beton disiapkan
2. Beton dikeringkan dalam oven pada suhu 110
C selama 2 jam 3.
Beton yang telah dikeringkan ditimbang A 4.
Setelah beton ditimbang kemudian direndam dalam air selama 24 jam
26 5.
Setelah beton direndam kemudian ditimbang dalam kondisi basah dengan menyeka permukaan beton terlebih dahulu dengan lap
lembab B 6.
Selisih penimbangan dalam keadaan kering A dan dalam keadaan basah B adalah jumlah penyerapan air, dan harus dihitung
berdasarkan persen berat benda uji kering. =
100 3.3
Keterangan : A = Berat bata beton kering gr
B = Berat bata beton basah gr SNI 03-0349-1989
3.3.5. Prosedur Analisa Mobilisasi Logam Berat dengan Alat AAS
1. Sampel dalam bentuk larutan di ambil sebanyak 50 ml dimasukkan ke
dalam beaker gelas 2.
Ditambahkan ± 30 ml asam klorida HCl pekat dan 10 ml asam nitrat HNO
3
pekat 3.
Ditutup dengan kaca arloji 4.
Dipanaskan hingga mendidih ± 30 menit diatas penangas air. 5.
Dibuka kaca arloji penutup, evaporasi larutan hingga kering diatas water bath.
6. Ditambahkan sedikit asam klorida HCl, ulangi evaporasi hingga
kering dan biarkan dingin. 7.
Ditambahkan ± 25 ml HCl 8.
Dipanaskan hingga larut semua dan didinginkan 9.
Dipindahkan kedalam labu 100 ml sambil dibilas dengan aquadest 10.
Tepatkan hingga tanda batas dengan aquadest dan bila perlu disaring. 11.
Larutan siap diukur dengan alat AAS.
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 KARAKTERISTIK LIMBAH PADAT SLAG BAJA
Slag baja yang akan digunakan dalam penelitian ini dinyatakan sebagai limbah B-3 karena mengandung logam-logam berat yang berbahaya bagi lingkungan
seperti logam berat Cr dan Pb. Adapun hasil analisis limbah slag baja untuk logam Cr adalah 5056,698 ppm hasil analisis laboratorium , dan untuk Pb adalah
328,4531ppm hasil analisis laboratorium. Berdasarkan baku mutu limbah kandungan logam berat pada slag baja tersebut berada diatas ambang batas.
Adapun baku mutu menurut Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : KEP-03BAPEDAL091995 tentang Persyaratan Teknis
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun kadar maksimum Pb dan Cr sebesar 5 ppm.
Untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang akan timbul dilakukan proses solidifikasistabilisasi pada slag baja tersebut. Proses solidifikasistabilisasi
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencampurkan limbah slag baja tersebut dengan semen, pasir, dan kerikil untuk tujuan pembuatan Bata Beton. Bata
beton yang dibuat mempunyai komposisi sebagai berikut: Tabel 4.1 Komposisi Campuran Bahan Sampel Beton
No Komposisi Bahan Susun
Limbah Semen
Pasir Kerikil
1 2
3 4
5 6
6,25 12,5
18,75 25
31,25 25
25 25
25 25
25 31,25
25 18,75
12,5 6,25
43,75 43,75
43,75 43,75
43,75 43,75
28 50
100 150
200 250
300 350
6.25 12.5
18.75 25
31.25 K
u at
T ek
an B
at a
B et
o n
k g
c m
²
Komposisi Limbah Kuat Tekan Bata
Beton KgCm2 Bata beton tersebut harus memenuhi standart mutu SNI, untuk itu perlu
dilakukan uji kuat tekan dan porositas, sementara untuk pemenuhan baku mutu lingkungan perlu uji mobilitas logam berat Cr dan Pb.
4.2 UJI KUAT TEKAN BATA BETON