Alat-alat bukti tulisan surat terdiri dari :
1. Akta Otentik
Dalam Pasal 165 HIR memuat suatu defenisi tentang akta otentik yaitu : Akta otentik adalah surat yang diperbuat oleh atau dihadapan pegawai umum yang
berkuasa untuk membuatnya, mewujudkan bukti bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta sekalian orang yang mendapat hak dari padanya, yaitu tentang segala
hal yang memuat dalam surat itu dan segala hal yang tercantum dalam surat itu sebagai pemeritahuan saja tetapi yang tersebut kemudian itu berhubungan dengan
pokok-pokok dalam akta. Menurut beberapa ahli hukum, diantaranya Wiryono Projodikoro, pengertian
akta otentik yaitu : ”Surat yang dibuat dengan maksud dijadikan bukti oleh atau dimuka seorang
pejabat umum yang berkuasa untuk itu.”
36
Selanjutnya, akta otentik menurut Soepomo, adalah : ”Surat yang dibuat oleh suatu dimuka seorang pejabat umum yang
mempunyai wewenang untuk membuat surat itu, dengan maksud menjadikan surat tersebut sebagai surat bukti.”
37
Dalam Pasal 1868 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa : ”Akta otentik adalah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh
Undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan seorang pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat di mana akta dibuatnya.”
38
36
R. Wirjono Projodikoro, Hukum Acara Perdata di Indonesia, Sumur Bandung, 1988, hlm 108
37
Soepomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta, 2002, hlm 87
38
R. Subekti, Op.Cit, hlm 475
Imelda : Analisis Yuridis Kekuatan Pembuktian Akta Perjanjian Musyarakah Yang Dibuat Notaris Studi Bank Sumut Syariah Medan, 2009
Akta adalah surat yang diberi tanda tangan, yang membuat peristiwa yang menjadi dasar suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semua dengan sengaja
untuk pembuktian. Jadi untuk dapat digolongkan sebagai akta suatu surat harus ada tanda tangannya seperti yang disyaratkan dalam Pasal 1869 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata bahwa suatu akta yang karena tidak berkuasa atau tidak cakapnya pegawai dimaksud, atau karena suatu cacat dalam bentuknya, tidak dapat
diperlakukan sebagai akta otentik namun demikian mempunyai kekuatan sebagai tulisan dibawah tangan jika di tanda tangani oleh para pihak. Keharusan adanya tanda
tangan tidak lain bertujuan untuk membedakan akta yang satu dari akta yang lain atau dari akta yang dibuat orang lain, jadi fungsi tanda tangan tidak lain adalah untuk
memberi ciri atau untuk mengindividualisir sebuah akta karena identifikasi dapat dilihat dari tanda tangan yang dibubuhkan pada akta tersebut. Dalam Pasal 1888
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan kekuatan pembuktian suatu bukti tulisan adalah pada akta aslinya. Apabila akta yang asli itu ada, maka salinan-salinan
serta ikhtisar-ikhtisar hanyalah dapat dipercaya, sekedar salinan-salinan serta ikhtisar- ikhtisar itu sesuai dengan aslinya yang mana senantiasa dapat diperintahkan
mempertunjukkannya. Akta otentik mempunyai kekuatan bukti formil dan materiil. Formilnya yaitu
bahwa benar para pihak sudah menerangkan apa yang ditulis dalam akta itu. Materiilnya, bahwa apa yang diterangkan tadi adalah benar.
Imelda : Analisis Yuridis Kekuatan Pembuktian Akta Perjanjian Musyarakah Yang Dibuat Notaris Studi Bank Sumut Syariah Medan, 2009
Kekuatan bukti yang sempurna yang bersifat akta party itu hanya berlaku antara kedua belah pihak atau ahli warisnya dan orang mendapat hak dari mereka.
Terhadap pihak ketiga, akta otentik berkekuatan hanya sebagai bukti bebas, artinya penilainnya diserahkan kepada pertimbangan Hakim.
2. Akta di bawah tangan