Partisipasi Masyarakat KAJIAN PUSTAKA

kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Agar tetap bertahan, suatu sistem harus memiliki empat fungsi, yaitu ; Adaptation adaptasi, Goal attainment pencapaian tujuan, Integration integrasi, dan Latency atau Latent pattern maintenance pemeliharaan pola. Adaptation yaitu kemampuan masyarakat untuk berinteraksi dengan lingkungan dan alam. Hal ini mencakup segala hal; mengumpulkan sumber- sumber kehidupan dan menghasilkan komoditas untuk redistribusi sosial. Goal-Attainment adalah kecakapan untuk mengatur dan menyusun tujuan- tujuan masa depan dan membuat keputusan yang sesuai dengan itu. Pemecahan permasalahan politik dan sasaran-sasaran sosial adalah bagian dari kebutuhan ini. Integration atau harmonisasi keseluruhan anggota sistem sosial setelah sebuah general agreement mengenai nilai-nilai atau norma pada masyarakat ditetapkan. Di sinilah peran nilai tersebut sebagai pengintegrasi sebuah sistem sosial Latency Latent-Pattern-Maintenance adalah memelihara sebuah pola, dalam hal ini nilai-nilai kemasyarakatan tertentu seperti budaya, norma, aturan dan sebagainya.

2.1. Partisipasi Masyarakat

Menurut Craig dan Mayo dalam Hikmat : 2003 bahwa partisipasi masyarakat adalah adanya proses pemberdayaan terlebih dahulu. Dengan kata lain, mustahil kita membicarakan partisipasi masyarakat tanpa diawali dengan diskusi pemberdayaan. Partisipasi dan pemberdayaan merupakan dua buah Universitas Sumatera Utara konsep yang saling berkaitan. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat diperlukan upaya berupa pemberdayaan masyarakat yang dikenal “tidak berdaya” perlu untuk dibuat berdaya dengan menggunakan berbagai model pemberdayaan. Partisipasi anggota masyarakat adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan implementasi program pembangunan yang dikerjakan di masyarakat local. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan pedesaan merupakan aktualisasi dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi programproyek yang dilaksanakan. Dalam partisipasi terkandung pengertian bahwa seseorang bisa terlibat berpartisipasi sesuai dengan relevansinya, kepentingan masalahnya, ataupun tingkat kemampuannya. Atau dengan kata lain, seseorang dapat berpartisipasi secara parsial, dalam pengertian hanya terlibat dalam salah-satu atau beberapa aktifitas saja atau berpartisipasi secara parsial, dalam pengertian dapat terlibat dalam semua fase dari awal hingga akhir dari aktifitas dimagsudkan Kaho, 2007:130. Agar mampu berpartisipasi seseorang perlu berproses dan prose itu ada dalam dirinya dan dengan orang lain. Kemampuan setiap orang jelas akan berbeda-beda dalam berpartisipasi. Dengan upaya yang sungguh-sungguh dan terencana, partisipasi seseorang dna pada akhirnya muncul partisipasi kelompok akan bisa ditumbuhkan dengan dorongan dari dalam dirinya atau dengan dorongan orang lain yang selalu berinteraksi dengan orang tersebut atau dengan Universitas Sumatera Utara kelompok tersebut. Partisipasi sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan kapital yang dimiliki oleh seseorang. Partisipasi hanya mungkin dilakukan bila seseorang memiliki kapital sosial, yaitu jaringan kerja, aturan-aturan yang jelas dan kepercayaan. Jaringan merupakan lintasan bagi proses berlangsungnya pertukaran. Sementara kepercayaan menjadi stimulus agar proses pertukaran tersebut berjalan lancer sementara norma atau aturan merupakan jaminan bahwa proses pertukaran itu berlangsung adil atau tidak. Dalam partisipasi konteks organisasi yang dipertukarkan adalah hak dan kewajiban. Kapital sosial merupakan wahana memungkinkan terjadinya pertukaran tersebut. Kapital sosial adalah nilai-nilai dalam struktur sosial yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan aktor. George Homans 1987 menyebutkan bahwa “bagi semua tindakan yang dilakukan orang, semakin sering suatu tindakan tertentu memperoleh imbalan, semakin cenderung orang tersebut melakukan tindakan tersebut”. Proposisi ini dapat diartikan bahwa semakin sering seseorang mendapatkan imbalan karena mengikuti kegiatan desa, kelompok atau suatu organisasi maka seseorang tersebut akan cenderung melakukan tindakan tersebut. Agar seseorang aktif dalam suatu kegiatan maka harus dijamin bahwa keaktifannya tersebut akan memperoleh imbalan atau manfaat Saragi, 2004 : 51. Dalam rangka pembangunan bangsa yang meliputi segala aspek kehidupan, partisipasi masyarakat memainkan peranan penting. Bintoro Tjokroaminoto menegaskan : “Pembangunan yang meliputi segala segi kehidupan, politik, ekonomi dan Universitas Sumatera Utara Sosial budaya itu baru akan berhasil apabila merupakan kegiatan yang melibatkan partisipasi dari seluruh rakyat didalam suatu Negara”. Masyarakat dapat berpartisipasi pada beberapa tahap, terutama dalam pembangunan, yakni : pada tahap inisiasi, legitimasi dan eksekusi. Atau dengan kata lain, pada tahap decision, makin, implementation, benefit dan tahap evaluatif. Atau seperti yang dirumuskan Bintoro Tjokroamidjojo : “Pertama keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan…. Kedua adalah keterlibatan dalam memikul hasil dan manfaat pembangunan secara berkeadilan” Kaho, 2007 : 126. Masyarakat sering kali diikutkan tanpa diberikan pilihan dan kesempatan untuk memberikan masukan. Hal ini biasanya disebapkan oleh adanya anggapan untuk mencapai efisiensi dalam pembangunan, masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk menganalisa kondisi dan merumuskan persoalan serta kebutuhan-kebutuhannya. Dalam hal ini, masyarakat ditempatkan pada posisi yang membutuhkan bantuan dari luar. Sebenarnya jika masyarakat dilibatkan secara penuh, mereka juga mempunyai potensi tersendiri, seperti yang dikemukakan oleh hikmat 2003 : 23-24 bahwa masyarakat sebenarnya memiliki banyak potensi baik dilihat dari sumber daya alam maupun dari sumber daya sosial dan budaya. Masyarakat memiliki kekuatan bila digali dan disalurkan akan menjadi energi besar untuk pengentasan kemiskinan. Cara menggali sumber- sumber yang ada pada masyarakat inilah yang menjadi inti dari pemberdayaan Universitas Sumatera Utara masyarakat. Didalam pemberdayaan masyarakat yang penting adalah bagaimana menjadikan masyarakat pada posisi pelaku pembangunan yang aktif dan bukan penerima pasif. Konsep gerakan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan, mengutamakan inisiatif dan kreasi masyarakat, dengan strategi pokok memberi kekuatan power kepada masyarakat. Dari pendapat yang ada tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dapat terjadi pada empat jenjang, yakni : 1. Partisipasi dalam proses pembuatan keputusan, 2. Partisipasi dalam pelaksanaan, 3. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil, 4. Partisipasi dalam evaluasi Koho, 2007 : 126.

2.2. Pemberdayaan Komite Sekolah