Penderita dengan kelainan refraksi akan memberikan keluhan seperti sakit kepala terutama di daerah tengkuk atau dahi, mata berair, cepat mengantuk, mata
terasa pedas, pegal pada bola mata, dan penglihatan kabur Ilyas, 2006. Koreksi kelainan refraksi perlu diperhatikan untuk mendapatkan tajam
penglihatan yang sempurna. Koreksi diperlukan untuk mengatur masuknya sinar atau bayangan benda ke dalam mata. Alat yang dipakai untuk memperbaiki
kelainan refraksi yaitu kacamata dan lensa kontak. Bedah refraksi juga dapat dilakukan untuk memperbaiki kelainan refraksi, seperti lasik atau bedah dengan
sinar laser, clear lens extraction, phakic IOL, radial keratotomy, keratektomi fotorefraktif, dan keratoplasti lamellar automated ALK Ilyas, 2006.
Kelainan refraksi terutama miopia banyak terjadi pada anak usia sekolah termasuk remaja. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Cina, India, dan
Malaysia, diperoleh data bahwa lebih dari 41 remajanya menderita miopia dengan tingkat koreksi -1,00 D dan lebih dari 80 dengan ukuran -0,50 D
Dunia mata dan optikal, 2010. Walaupun kelainan refraksi sudah cukup banyak terjadi dan umum di masyarakat, namun pengetahuan mereka mengenai kelainan
refraksi ini masih belum cukup. Padahal pengetahuan ini sangat penting terutama mengenai koreksi kelainan refraksi. Jika kelainan refraksi tidak dikoreksi dapat
menimbulkan komplikasi seperti esotropia juling ke dalam bahkan kebutaan. Berdasarkan hal ini, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai gambaran pengetahuan siswa SMA tentang kelainan refraksi.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pengetahuan siswa berkacamata tentang kelainan refraksi di SMA Negeri 3 Medan?
1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan siswa berkacamata tentang kelainan refraksi di SMA Negeri 3 Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2. Tujuan Khusus
a Mengetahui gambaran pengetahuan siswa kelas X yang memakai kacamata
b Mengetahui gambaran pengetahuan siswa kelas XI IA yang memakai
kacamata c
Mengetahui gambaran pengetahuan siswa kelas XI IS yang memakai kacamata
d Mengetahui gambaran pengetahuan siswa kelas XII IA yang memakai
kacamata e
Mengetahui gambaran pengetahuan siswa kelas XII IS yang memakai kacamata
f Mengetahui jumlah siswa yang memakai kacamata di SMA Negeri 3 Medan,
untuk melihat angka kejadian kelainan refraksi pada siwa SMA
1.4. Manfaat
a Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar
untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengetahuan tentang kelainan refraksi. b
Dari hasil penelitian ini, dapat diperoleh data jumlah siswa yang memakai kacamata di SMA Negeri 3 Medan.
c Diharapkan penelitian ini dapat menambah pemahaman peneliti mengenai
kelainan refraksi. d
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan siswa mengenai kelainan refraksi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelainan Refraksi
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, benda kaca, dan panjangnya bola mata. Pada
orang normal, susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media
penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di
retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh Ilyas, 2004.
Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti pungtum proksimum yang merupakan titik terdekat dimana seseorang masih dapat melihat
dengan jelas. Pungtum remotum adalah titik terjauh dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas, yang merupakan titik dalam ruang yang berhubungan
dengan retina atau foveola bila mata istirahat. Pada emetropia, pungtum remotum terletak di depan mata Ilyas, 2004.
Emetropia adalah suatu keadaan dimana sinar yang sejajar atau jauh dibiaskan atau difokuskan oleh sistem optik mata tepat pada daerah makula lutea
tanpa melakukan akomodasi. Pada mata emetropia, terdapat keseimbangan antara kekuatan pembiasan sinar dengan panjangnya bola mata. Keseimbangan dalam
pembiasan sebagin besar ditentukan oleh dataran depan dan kelengkungan kornea serta panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya pembiasan sinar terkuat
dibanding media penglihatan mata lainnya. Lensa memegang peranan terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat Ilyas, 2006.
Panjang bola mata seseorang berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea mendatar, mencembung atau adanya perubahan
panjang lebih panjang, lebih pendek bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia Ilyas, 2006.
Universitas Sumatera Utara