KEBIJAKAN PENGADAAN RUMAH MURAH DI INDONESIA KASUS KOTA MEDAN
Yanda Zaihifni Ishak ,
Julaihi bin Wahid , Moehammed Nawawiy Loebis
Pengamat Perumahan Pusat Pengajian Perumahan, Bangunan, dan Perancangan, USM
Staf Pengajar Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik USU
Abstract Economic Development strategy of a Nation has significantly influenced the policy on low cost housing supply.
Housing supply for the low-income population not solely the problem of developing countries but also unsolve able problem in majority highly industrialized countries as well. There is often the wide gap between demand
and supply of housing in urban area let alone low-cost housing. National policy for low cost housing seems superficial which is focused only for political cosmetic, therefore unable to narrow the wide gap between
housing supply and demand. The problem of low cost housing is complex and closely knitting to social and political aspect in the particular country while the solution to this problem in a particular place is very unique
and cannot be implanted indiscriminately to any other place. Therefore, the specific solution to each place is highly required. This article is put forward as an effort to formulate policy for low cost housing in urban area in
Indonesia. Medan as a typical of Indonesia urban areas has been observed as a case study in order to highlight the issue
Keywords:
Housing policy
1. Strategi Pembangunan
Politik Ekonomi dan Kebijakan Perumahan
1.1 Strategi Pembangunan Politik dan Ekonomi
Skenario strategi pembangunan ekonomi sebagai manifestasi ideologi negara yang dipakai
oleh suatu negara telah mempengaruhi pengadaan perumahan. Secara teoretis, pada asas strategi
pembangunan politik ekonomi di Indonesia didasarkankan pada ekonomi pasar yang merujuk
pada teori modernisasi yang memberi penekanan pada pertumbuhan ekonomi dengan tahapan yang
tipikal dan linear seperti jalannya pembangunan ekonomi di negara maju. Strategi ini merujuk
kepada rumusan yang diusulkan oleh Rostow 1964. Menurut ianya strategi ekonomi menurut
skenario ini hanya akan dapat diawali dengan investasi intensif yang dananya dapat diperolehi
dari pinjaman besar-besaran melalui lembaga- lembaga keuangan antara bangsa yang akan
digunakan bagi membangun pertanian yang akan berakhir pada industri pertanian. Sebagai
konsekuensi investasi dan industrialisasi pertanian tersebut maka akan terbuka peluang kerja diikuti
dengan meningkatnya pendapatan nasional. Tumbuhnya permintaan dan terbentuknya ekonomi
domestik yang kuat pada akhirnya akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi pasar yang
stabil. Skenario strategi pertumbuhan ekonomi seperti
ini bertumpu pada teori yang didasarkan pada asumsi yang mengatakan bahwa ”negara
berkembang” hanya boleh maju melalui proses modernisasi dan melalui hubungan ekonomi yang
komparatif saling mengisi dengan negara-negara yang sudah maju. Teori ini jelas menolak nilai-nilai
tradisional yang dianggap sebagai penghambat internal yang telah menjadi penyebab
keterbelakangan banyak negara di dunia ketiga. Demi memberi peluang bagi akumulasi modal
untuk mempercepat pertumbuhan maka dibuatlah kebijakan monopoli dan penumpukan kekayaan
pada sekelompok kecil pengusaha dan penguasa. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi adalah
satu-satunya parameter yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan
modernisasi.
Untuk tujuan tersebut, dituntut kestabilan politik sebagai pra-kondisi yang sangat penting pada masa
awal sebelum terbentuknya ekonomi pasar yang stabil. Namun akibatnya adalah, ketimpangan
kesempatan inequality baik sosial maupun ekonomi seperti pendapatan penduduk dan supressi
yang berlebihan yang berujung pada penyalahgunaan kekuasaan dictatorship.
Beberapa penyimpangan telah dilakukan oleh konglomerat yang telah berhasil memonopoli
barang dan uang, mereka telah investasi di sektor industri non-pertanian yang bahan mentahnya harus
Sistem Umpan Balik, Manusia, dan Membuat Keputusan…Zulkarnaini 366
Jurnal Teknik SI M ET RI K A
Vol. 4 No. 2 – Agustus 2005: 365 – 371 367
diimpor dari negara maju, hal ini diperburuk oleh sistem monopoli yang pada awalnya dirancang
untuk menguatkan industri tempatan namun telah berubah menjadi penyebab ekonomi biaya tinggi
yang in-efisien dan tidak menciptakan persaingan pasar. Akhirnya tahun 1997 bersamaan dengan
timbulnya krisis ekonomi yang disebabkan oleh krisis moneter dunia, strategi ini memberikan akibat
yang sangat buruk bagi perekonomian negara Indonesia.
1.2 Kebijakan Perumahan di Indonesia