dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan. Dalam hal ini kedudukan Camat adalah sebagai perangkat daerah, jadi Camat diangkat oleh BupatiWalikota atas
usul Sekretaris Daerah KabupatenKota dari pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan sehingga mempunyai kekuasaan atas Pemerintahan Desa.
Dalam hal ini posisi Camat dalam konteks Desa adalah sebagai pimpinan di Desa dan sebagai pembina dalam Desa. Disamping itu masyarakat maupun
Pemerintah Desa sendiri secara faktual masih melihat Camat sebagai kepala wilayah dengan fungsi-fungsi sosial yang mengikat. Hingga saat ini, Desa masih
menempatkan Camat sebagai kepala wilayah yang memiliki peran-peran sosial seperti mediasi konflik, komunikasi sosial, memimpin acara-acara sosial, dan
sebagainya. Camat masih ditempatkan sebagai salah satu tokoh masyarakat dan penguasa penting di wilayah Kecamatan yang diharapkan dengan kekuasaan yang
dimilikinya akan memainkan peran-peran sosial lebih jauh.
B. Hubungan Kepala Desa Dengan Camat Dalam Undang-Undang
Hubungan antara Kepala Desa dengan Camat seperti sudah di atur dalam UU Nomor 5 Tahun 1974 dan
UU No 5 Tahun 1979, UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 32 Tahun 2004. Dalam UU Nomor 5 Tahun 1974 dan
UU No 5 Tahun 1979 hubungan antara Kepala Desa dengan Camat adalah sebagi berikut :
a. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pemerintah desa.
b. Memimpin kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
Desa, mengkoordinasikan pelaksanaan pembangunan dan membina
kehidupan bermasyarakat di segala bidang, yaitu bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di dalam Desa.
Dalam Undang-undang ini Camat adalah sebagai atasan Kepala Desa dimana Camat mempunyai wewenang dalam mengatur Kepala Desa dan
Pemerintahan Desa karena pada saat pemerintahan itu yang bersifat hirearki dan sentralistik yang membuat Kepala Desa bawahan Camat. Hal ini membuat Kepala
Desa tidak mempunyai ruang kerja dalam mengatur Desanya karena sudah dibatasi oleh Camat. Oleh karena itu membuat Kepala Desa kehilangan kekuasaan
dalam mengatur Desanya. Selain itu Camat juga membimbing dan melakukan pengawasan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah maupun Pemerintahan
Desa. Dalam keadaan seperti ini dimana pemerintahan bersifat sentralistik
dimana Camat menduduk Pemerintah Desa sebagai bawahan. Hal ini membuat hilangnya peluang desa untuk menjadi entitas politik yang berotonomi menjadi
sangat sempit bahkan tidak mungkin. Sehubungan dengan hal itu, maka perlu dilakukan terobosan dengan memberikan kesadaran bahwa kedudukan pemerintah
desa sebagai anak buah Camat hanya relevan kalau dilihat dari kacamata birokrasi. Kepala Desa bukanlah merupakan birokrat sebagai kepanjangan tangan
dari Camat, seperti halnya Lurah. Ketika Kepala Desa tetap saja dipahami
kehadiran dan perannya sekedar sebagai jajaran birokrasi pemerintahan, maka potensi dan kemandirian masyarakat desa tidak akan teraktualisasikan secara
optimal, sebab sejauh ini birokrasi pemerintahan lebih berperan sebagai pengatur dari pada sebagai fasilitator
.
Perubahan UU Nomor 5 Tahun 1974 dan UU No 5 Tahun 1979 menjadi
UU Nomor 22 Tahun 1999 membuat Camat menjadi tidak jelas posisinya dalam Pemerintahan desa. Dalam Undang-undang ini hubungan Kepala Desa dengan
Camat hanya sebatas memberitahu dan melakukan kerjasama antara Kepala Desa dengan Camat. Posisi Camat dalam Undang-undang sangat mengambang dan
Camat tidak mempunyai wewenang dan intervensi dalam mengatur Kepala Desa maupun Pemerintahan Desa dan hanya sekedar fasilitator dan melakukan
koordinasi di level Desa dan melakukan kerjasama baik dalam membuat program kerja dan membuat kebijakan di Desa.
Tidak berlakunya UU Nomor 22 Tahun 1999 muncul UU Nomor 32 Tahun 2004 yang mengatur hubungan antara Kepala Desa dan Camat didalam
Undang-undang ini dijelaskan bagaimana tugas dan fungsi camat dalam berhubungan dengan Desa seperti : melakukan pengawasan terhadap Desa,
melakukan pembinaan dalam Desa, memfasilitasi kegiatan Desa dan melakukan koordinasi atau melakukan rapat koordinasi dengan dengan Desa. Dalam
melakukan pengawasan Camat ke Desa seperti :
a. Memonitoring dan evaluasi pembangunan Desa ADD dalam program
ini ada bantuan dari Bupati ke Desa dan bantuan tersebut disampaikan oleh Camat ke Desa.
b. Peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian kebijankan
Kepala Daerah dan Desa. Dalam melakukan pembinaan Camat ke Desa seperti :
a. Melakukan pembinaan PKK dan sudah menjadi program Camat ke
Desa. b.
Program pengembangan adat dan kegiatan sosial dan budaya masyarakat.
c. Melakukan pembinaan terhadap muda-mudi Desa seperti karang taruna
dan melakukan pembinaan terhadap lansia lanjut usia. Posyandu dan PAUD pendidikan anak usia dini.
Dalam melakukan fasilitas Camat ke Desa seperti : a.
Memfasilitasi musrembang Desa. b.
Memfasilitasi penyusunan Peraturan Desa perdes dan peraturan- peraturan lainya di dalam Desa.
c. Memfasilitasi Desa dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan di
pedesaan dan perkotaan. d.
Memfasilitasi administrasi tata Pemerintahan, e.
Memfasilitasi pengelolaan keuangan Desa
f. Memfasilitasi pelaksanaan aturan otonomi daerah KabupatenKota yang
diserahkan kepada Desa. g.
Memfasilitasi pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewajiban lembaga kemasyarakatan.
h. Memfasilitasi penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif.
i. Memfasilitasi kerjasama antar Desa dan kerjasama Desa dengan pihak
ketiga j.
Memfasilitasi kerjasama antar lembaga kemasyarakatan dan kerjasama lembaga kemasyarakatan dengan pihak ketiga.
k. Memfasilitasi pelaksanaan tugas kepala Desa dan perangkat Desa, dan
l. Memfasilitasi penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan. Dalam melakukan koordinasi Camat ke Desa seperti :
a. Mengkoordinasi kegiatan pemberdayaan masyarakat.
b. Mengkoordinasi penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan di Desa. c.
Mengkoordinasi penyelenggaraan Pemerintaha Desa. Dalam melakukan kerjasama antara Camat dan Desa dalam kerjasama ini
harus melalui rapat koordinasi yang dilakukan 1 kali dalam sebulan seperti : a.
Kerjasama dalam pembangunan. b.
Kerjasama dalam kemasyarakatan.
c. Kerjasama dalam Pemerintahan.
d. Kerjasama dalam ketertiban di lingkungan Desa.
Dalam Undang-undang tersebut hubungan kerjasama antara Kepala Desa dengan Camat yang menempatkan Camat sebagai pemimpin di Desa dan sebagai
pembina di Desa hal ini membuat Camat mempunyai kekuasaan yang kuat dalam mengatur Desa maupun perangkat-perangkat Desa. Kepala Desa dan sekretaris
Desa akan dikendalikan melalui pembinaan dan pengawasan tersebut. Dalam Undang-undang ini Camat hanya sebagai bagian dari perangkat daerah yang
mempunyai wewenang dan jembatan bagi Pemerintah Desa dan Pemerintah Kabupaten. Hubungan kerjasama antara Kepala Desa dengan Camat dalam
Undang-undang ini, merupakan bentuk program yang dilakukan oleh Camat kepada Desa.
C. Pola Relasi Hubungan Kepala Desa Dan Camat Di Desa Sirisirisi