presipitasi. Faktor lahan seperti lokasi geografi dan elevasi hanya berperan kecil saja pengaruhnya terhadap kondisi tekanan uap di atmosfer. Spittlehouse and
Stathers 1990 mengemukakan bahwa tekanan uap, kelembaban relatif dan suhu udara di bawah kanopi vegetasi dengan ketinggian 1 m atau kurang akan sama
dengan kondisi yang berada di atas kanopi. Sedikit peningkatan tekanan uap akan terjadi dibawah kondisi kanopi yang tinggi dan rapat. Kondisi di bawah kanopi yang
demikian akan terasa lebih dingin dan lebih lembab bagi manusia dibandingkan dengan di tempat terbuka, umumnya dikarenakan oleh pengurangan sejumlah
radiasi matahari yang memanaskan tubuh kita.
Penyiapan lahan yang dilakukan sebelum kegiatan penanaman akan mempunyai sedikit pengaruh terhadap jumlah uap air di udara. Namun demikian
defisit kelembaban relatif dan tekanan uap akan mempengaruhi anakan melalui perubahan suhu udara dekat anakan. Suhu udara yang dekat dengan tanahground
pada perlakuan tebang habis dapat lebih panas 3 samapi 6 C dibandingkan dengan
pada ketinggian 6 meter Spittlehouse and Stathers, 1990.
D. Faktor Angin
Angin mempunyai efek langsung yang sedikit terhadap anakan, namun demikian angin dapat menyebabkan
blowdown , patahnya cabang, bengkoknya
batang pada pohon-pohon yang lebih besar. Bagian pinggir dari blok tebang habis yang meninggalkan jalur adalah daerah yang paling mudah untuk terkena pengaruh
angin ini. Gesekan angin kemungkinan akan menghilangkan salju yang tertahan, dan akan memaparkan anakan pada kondisi yang merugikantidak cocok.
Spittlehouse and Stathers 1990 mengemukakan bahwa peningkatan kecepatan angin mempunyai efek yang dapat diabaikan terhadap kehilangan air dari tegakan
konifer. Keberadaan lapisan perbatas disekitar daun-daun jarum konifer sangatlah tipis. Peningkatan kecepatan angin mempunyai pengaruh yang kecil terhadap
ketebalan lapisan tersebut. Permukaan evaporasi yang lebih besar seperti tanaman daun-lebar, permukaan genangan, kolam dan tanah mempunyai lapisan perbatas
yang lebih tebal yang mana akan lebih sensitif terhadap perubahan kecepatan angin. Konsekuensinya, kecepatan angin yang besar akan meningkatkan laju evaporasi
dari tanah-tanah yang lembabbasah maupun laju transpirasi dari vegetasi daun- lebar, namun mempunyai efek yang kecil terhadap transpirasi anakan. Sedangkan
konsep angin dingin
wind chill hanya dapat diterapkan pada obyek yang dapat
menghasilkan panas seperti binatang-binatang dan rumah-rumah. Daun dan batang dari tanaman dapat tidak terkena pengaruh dari
wind chill tersebut. Angin juga
akan meningkatkan percampuran di udara dimana suhu tanaman akan sangat dekat dengan udara di sekitarnya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi angin adalah faktor iklim makro, faktor lahan dan faktor vegetasi.
Kecepatan angin pada suatu lahan utamanya
ditentukan oleh proses-prose meteorologi dalam skala yang lebih besar. Perbedaan pemanasan permukaan oleh radiasi matahari akan mengakibatkan variasi
perbedaan suhu yang cukup besar yang tentunya juga akan berakibat pada variasi tekanan udara. Pergerakan udara, misalnya saja angin ribut, merupakan respon dari
perbedaan tekanan ini. Perbedaan suhu yang sangat besar akan menghasilkan perbedaan tekanan yang besar dan tentunya juga akan menghasilkan angin yang
besar. Topografi lokal dapat meningkatkan maupun menurunkan kecepatan angin di permukaan. Sebagai contoh, kecepatan angin dapat meningkat pada punggung
bukit dan akan berkurang banyak di bagian bawah punggung bukit
lee of the ridge .
Pemanasan siang hari terhadap lembah-lembah dapat membangkitkan angin ke arah atas lereng anabatik, karena pemanasan maka udara di lembah yang
mempunyai tekanan lebih rendah akan terangkat menuju udara yang lebih dingin. Angin yang dibangkitkan oleh kebakaran hutan merupakan contoh efek ekstrem
pergerakan ke atas dari udara panas. Angin
down-slope dan angin
down-valley
Bejo Slamet : Iklim Mikro Bagi Anakan Tegakan Hutan, 2008 USU Repository © 2008
katabalik terjadi pada malam hari, karena adanya pendinginan maka udara yang lebih dingin dibagian atas lereng mengalir ke bawah lereng. Adanya gletser pada
bagian atas dari lembah dapat mengakibatkan angin katabalik yang kuat selama siang hari. Penghilangan kanopi vegetasi akan meningkatkan kecepatan angin di
dekat permukaan. Ukuran dan bentuk dari pembukaan blok tebang habis akan mempengaruhi pola dan kecepatan angin Spittlehouse and Stathers, 1990. Profil
kecepatan angin dan pola aliran sebagai akibat dari pengaruh penebangan dapat dilihat pada Gambar 6.
Bejo Slamet : Iklim Mikro Bagi Anakan Tegakan Hutan, 2008 USU Repository © 2008
Angin mendapatkan perhatian yang sangat besar di bidang kehutanan karena
dapat menimbulkan kerusakan yang besar. Potensi dari angin ribut blowdown
dipengaruhi oleh batas lokasi areal tebang habis dan jalur-jalur yang di tinggalkannya Moore, 1977
dalam Spittlehouse and Stathers, 1990 serta kedalaman perakaran
dari pohon-pohon. Daerah dengan kecepatan angin tinggi seperti bagian atas punggung bukit sebaiknya dihindari, dan panjang aksis dari areal tebang habis
haruslah berada pada sudut angin yang tepat. Lekukan yang tajam dan sudut empat persegi dari batas areal tebang habis sebaiknya juga dihindarkan. Tebang
pilih
partial cutting dengan meninggalkan serumpunsekelompok pepohonan, dan
terjadi pengulangan untuk jangka waktu tertentu disarankan dipergunakan pada
A
B
Gambar 6. Profil kecepatan angin di hutan yang telah mengalami perlakuan tebang habis A arah angin berasal dari areal tebang habis yang lebih luas menuju ke areal
tebang habis yang lebih sempit, dan B arah angin berasal dari areal tebang habis yang lebih sempit menuju ke areal tebang habis yang lebih luas.
Bejo Slamet : Iklim Mikro Bagi Anakan Tegakan Hutan, 2008 USU Repository © 2008
daerah yang mempunyai resiko tinggi terhadap windfall
Alexander, 1986 dalam
Spittlehouse and Stathers, 1990.
E. Faktor Suhu Udara