41 pengembalian diatas dibawah dari buy-hold strategy
dengan risiko sistematik yang sama. Adapun formula Jensen ALPHA sebagai berikut Manurung, 2000:
a
p
= R
p
-[R
f
+b
p
R
m
-R
f
] Semakin tinggi a
p
yang positif maka kinerja portofolionya semakin baik.
Jensen ALPHA dapat dihitung dengan cara lain yaitu dengan menyederhanakan persamaan diatas menjadi
persamaan dibawah ini: Rp-Rf= ap + bp Rm-Rf
Persamaan diatas memperlihatkan adalah risiko premium portofolio dipengaruhi oleh risiko market
premium. Nilai a dan b pada persamaan diatas diestimasikan sesuai dengan model yang dikenal dengan
regresi. Oleh karenanya data asli runtun waktu dari portofolio, tingkat pengembalian pasar dan tingkat bunga
bebas risiko harus tersedia. Nilai a yang tertinggi dan siginifikan merupakan portofolio yang terbaik dari
portofolio yang ada.
2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai analisis perbandingan investasi saham,
obligasi dan sukuk telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya.
Peneliti meninjau beberapa penelitian terdahulu dengan tujuan untuk
42 memberitahu pembaca hasil penelitian-penelitian lain yang berhubungan
dengan penelitian yang sedang dilaporkan dan menghubungkan suatu penelitian dengan dialog yang lebih luas tentang suatu topik dalam pustaka,
serta untuk mengisi kekurangan dan memperluas penelitian sebelumnya. Berikut ini penelitian sebelumnya yang digunakan peneliti sebagai bahan
rujukan penelitian.
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
Judul Penelitian
Metode Hasil Penelitian
1. Suryawan
2003
Evaluasi Kinerja
Portofolio Saham di
BEJ Studi Empiris
Saham- Saham LQ
45. Metode Sharpe,
Jensen, dan Treynor dengan
transportasi ZScore
standardized Pengukuran kinerja
portofolio dengan metode Sharpe, Jensen, dan
Treyonor akan memiliki karakteristik angka indeks
yang berbeda satu sama lain,sehingga tidak dapat
dibandingkan satu sama lainnya secara langsung
sehingga diperlukan standarisasi ukuran
kinerja.
2. Abdullah
2003 Analisis
perbandinga n alternatif
investasi pada
obligasi, saham,
valas, emas dan deposito
serta portofolio
optimal dari kelima
instrument investasi
tersebut Uji Anova
dan Markowitz Difersificatio
Hasil penelitian menunjukkan obligasi
mempunyai return 40 s.d. 67,43 lebih baik dari
saham yang memiliki tingkat return -11,85 s.d.
8,186. Portofolio paling optimal terdiri dari 100
obligasi. Komposisi portofolio lingkup yang
optimal adalah deposito sebesar 85 dan obligasi
sebesar 15.
3. Anwar
2006 Kinerja
investasi Uji Anova dan
Markowitz Hasil penelitian
menunjukkan kinerja
43 saham,
obligasi dan reksadana
PT. Asuransi
Jasa Indonesia
berdasarkan metode
sharpe dan optimalisasi
portfolio investasi Jasindo
berdasarkan return lebih baik dibanding pasar,
terutama untuk kinerja saham selama tahun 2003,
2004, 2005 dimana return bulanan saham Jasindo
sebesar 4.5 sedangkan return saham pasar hanya
2,99. Namun untuk rata- rata return obligasi dan
reksadana pasar lebih baik dibanding jasindo yaitu
2,099 obligasi dan 0,66 reksadana
dimana return Jasindo sebesar 0,916 dan
0,453.
4. Asyuti
2003 Perbandinga
n Kinerja Reksa Dana
Syariah dan Konvension
al dalam Menghasilk
an Return Optimal
pada tahun 2001-2002
Menggunakan Metode Sharpe,
Treynor dan Jensen Measure
Penelitiannya menunjukkan bahwa
kinerja reksadana saham syariah masih dibawah
kinerja pasar JII underperformed.
Sedangkan Danareksa Sharpe Syariah saham
menunjukkan return di atas return pasar JII
sebagai benchmarking. Dengan menggunakan risk
adjusted return, index Sharpe Danareksa Syariah
terlihat lebih kecil dibandingkan dengan
index Sharpe JII. Akan tetapi index Treynor
Danareksa Syariah lebih besar dari JII. Penulis
menyarankan agar portofolio reksadana
syariah campuran lebih menempatkan proporsi
dananya pada sektor obligasi syariah.
Diharapkan selanjutnya jalinan kerjasama antar
44 unit bisnis syariah
diperkuat baik perbankan, asuransi dan dana pensiun
untuk mengembangkan reksadana syariah.
5. Setyanto
2004 Menyusun
Portofolio Investasi
Optimal Reksa Dana
Batasa Syariah
Menggunak an
Markowitz Pemakaian
Markowitz Hasil perhitungan yang
dilakukan Budi dengan memakai pendekatan Teori
Markowitz berhasil mendapatkan komposisi
yang lebih baik, yakni return yang lebih tinggi
dengan tingkat risiko yang lebih rendah. Proporsi
yang dihasilkan adalah 74 pada obligasi syariah
dan 26 pada deposito syariah. Hasil
penelitiannya yang menarik adalah bahwa
berbagai skenario kondisi optimal ternyata selalu
menolak kehadiran saham Jakarta Islamic Index. Hal
tersebut disebabkan oleh volatilitas returnnya yang
sangat tinggi sehingga berisiko tinggi dan
korelasi diantara return saham sebagian besar
positif.
6. Prasetya
2008 Analisis
Perbedaan Kinerja
Perusahaan Sebelum
dan Setelah Penerbitan
Obligasi Syariah
Ijarah di Indonesia
Periode Penelitian
2003 – 2007 Independen t-
test dan variabel dummy
Dari penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa
perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan
setelah penerbitan obligasi syariah ijarah yang
tercermin dari kenaikan nilai Current Ratio, Total
Asset Turnover, dan Return on Asset serta
penurunan nilai Debt to Total Asset Ratio, hampir
semuanya tidak signifikan. Hanya rasio Total Asset
Turnover yang
45 menunjukkan signifikansi
perbedaan selama periode 2003-2007. Hasil
penelitian ini akan dipengaruhi oleh jenis
industri dari tiap perusahaan, sehingga hasil
perhitungan masing- masing sampel perusahaan
dapat berbeda dengan hasil perhitungan secara
keseluruhan
7. Putra dan
Heykal 2012
Analisis perbandinga
n investasi saham,
emas, dan obligasi
Menggunakan Metode Sharpe,
Treynor dan Jensen Measure
Hasil yang didapat dari ketiga instrumen investasi
selama periode penelitian adalah sebagai berikut,
menurut metode Sharpe obligasi adalah instrumen
investasi terbaik dengan nilai 0,05329, menurut
metode Treynor emas adalah intrumen investasi
terbaik dengan nilai 0,00227, dan menurut
metode jensen emas adalah instrumen terbaik dengan
nilai 0,00029. Dapat disimpulkan bahwa selama
periode penelitian emas adalah jenis instrumen
investasi terbaik yang kemudian diikuti oleh
obligasi pada peringkat kedua dan saham pada
peringkat ketiga.
Sumber: Data Penelitian Terdahulu
46
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1