16
5.  Berstatus  sosial  menengah  tidak  rendah  atau  tinggi  dengan  harapan  tidak terlalu tinggi mobilitasnya;
6. Pekerjaannya bertani atau buruh; 7. Memiliki kebanggaan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya;
8. Dapat berbahasa Indonesia; 9. Sehat jasmani dan rohani Mahsun, 1995:106.
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Metode  yang  digunakan  dalam  pengkajian  data  menggunakan  metode padan, yaitu metode padan dengan alat penentu referen dan organ wicara. Teknik
dasar  yang  digunakan  adalah  pilah  unsur  penentu.  Metode  ini  digunakan membandingkan  data  apakah  data  itu  berbeda  secara  fonologi  atau  leksikon.
Metode  ini  akan  mejawab  pertanyaan  pertama  dari  penel iti  yaitu  “Bagaimana
variasi  isolek  Bahasa  Angkola  di  Kecamatan  Arse,  Kecamatan  Sipirok, Kecamatan  Angkola  Timur”,  Misalnya,  variasi  isolek  bahasa  Angkola  pada
bidang fonologi dan leksikon dapat dilihat pada tabel berikut: Gloss
Bahasa Angkola Titik Pengamatan
Beda fonologi
atau Leksikon Bagaimana
[biado] [biade]
[biamai] [soŋondia]
[bialaŋa] [mahua]
1,2,8 3
4 5, 7
6 9
Beda Leksikon
Asap [asop]
[timus] [timbus]
8 1,2,4,9,5
3,6,7 Beda Fonologi
Hidung [
iguŋ] [iduŋ]
1,2,3,4,5,6,7,8 9
Beda Fonologi Bakar
[bakar] 1,3,8
Beda Leksikon
Universitas Sumatera Utara
17
[tutUŋ] [gara]
2,5,6,7,9 4
Alir meng [manjulur]
[maŋalir] [mardalan]
1,5,6,7 8,9
2,3,4 Beda Leksikon
Banyak [bahat]
[go?] 1,2,3,4,8,9
5,6,7 Beda Leksikon
Metode kedua adalah metode berkas isoglos. Untuk menjawab pertanyaan kedua  yaitu  “Bagaimana  pemetaan  variasi  leksikon  isolek  bahasa  Angkola  di
Kecamatan  Arse,  Kecamatan  Sipirok,  Kecamatan  Angkola  Timur.  Isoglos  pada dasarnya  merupakan  sebuah  garis  imajiner  yang  diterapkan  pada  sebuah  peta
Tawansih  Lauder  dalam  Mahsun,  1995:124.  Batasan  isoglos  adalah membedakan  daerah-daerah  pengamatan  yang  menggunakan  gejala  kebahasaan
yang serupa dengan daerah-daerah pengamatan yang lain. Isoglos berfungsi untuk menunjukkan  adanya  ketidaksamaan  atau  perbedaan  dalam  menggunakan  unsur
kebahasaan di antara daerah-daerah pengamatan. Cara pembuatan Isoglos:
1. Membuat garis melengkung atau lurus pada peta dasar yang memuat daerah-
daerah  pengamatan.  Garis  itu  mempersatukan  daerah-daerah  pengamatan yang menggunakan gejala kebahasaan yang serupa serta membedakan dengan
daerah-daerah  pengamatan  yang  menggunakan  gejala  kebahasaan  yang serupa lainnya.
2. Membuat isoglos yang realisasi bentuknya untuk perbedaan bidang fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikon. Memiliki sebaran yang paling luas. 3.
Setiap  perbedaan  hanya  dihitung  satu  isoglos  tanpa  memperhatikan  jenis perbedaannya.
Universitas Sumatera Utara
18
Penelitian  ini  juga  menggunakan  metode  dialektrometri.  Dialektrometri merupakan  ukuran  statistik  yang  digunakan  untuk  melihat  seberapa  jauh
perbedaan atau persamaan yang terdapat pada tempat-tempat yang diteliti dengan membandingkan  sejumlah  bahan  yang  terkumpul  dari  tempat  tersebut  Revier
dalam Mahsun, 1995:118.
S x 100=d n
Keterangan: s= Jumlah beda dengan daerah pengamatan lain
n= Jumlah peta yang diperbandingkan d= jarak kosa kata dalam prosentase
Hasil  yang  diperoleh  berupa  presentase  jarak  unsur-unsur  kebahasaan  di antara  daerah-daerah  pengamatan  itu,  selanjutnya  digunakan  untuk  menentukan
hubungan anatardaerah dengan kriteria sebagai berikut. 81 ke atas
= dianggap perbedaan bahasa 51- 80
= dianggap perbedaan dialek 31-50
= dianggap perbedaan subdialek 21-30
= dianggap perbedaan wicara Di bawah 20 = dianggap tidak ada perbedaan
Perhitungan  dengan  dialektromentri  dilakukan  dengan  dua  cara  yaitu dengan  segitiga  antardaerah  pengamatan  dan  permutasi  antardaerah  pengamatan.
Metode  dialektrometri  digunakan  untuk  menjawab    pertanyaan  ketiga  yaitu “Apakah variasi isolek tersebut berstatus beda dialek atau beda subdialek dengan
menggunakan analisis dialektrometri”?
Universitas Sumatera Utara
19
Mahsun  1995:119  menyatakan    perhitungan  dialektromentri  dengan segitiga antardaerah pengamatan dilakukan dengan ketentuan-ketentuan yaitu:
1. Daerah  pengamatan  yang  diperbandingkan  hanya  daerah  pengamatan  yang
berdasarkan letaknya masing-masing mungkin melakukan komunikasi. 2.
Setiap  daerah  pengamatan  yang  mungkin  berkomunikasi  secara  langsung dihubungkan dengan sebuah garis, sehingga diperoleh segitiga-segitiga yang
beragam bentuknya. 3.
Garis-garis pada segitiga dialektromentri tidak boleh saling berpotongan. Prinsip-prinsip umum dalam penerapan dialektrometri baik dengan segitiga
antardaerah pengamatan maupun permutasi antardaerah yaitu: 1.
Sebuah daerah pengamatan dikenal lebih dari satu bentuk untuk satu makna dan  salah  satu  diantaranya  dikenal  di  daerah  pengamatan  yang  lain  untuk
diperbandingkan,  maka  perbandingkan  maka  perbedaan  itu  dianggap  tidak sama;
2. Jika di antara daerah pengamatan yang dibandingkan terdapat slaah satu tidak
memiliki  bentuk  sebagai  realisasi  suatu  makna  tertentu,  maka  dianggap  ada perbedaan;
3. Apabila  daerah-daerah  pengamatan  yang  dibandingkan  itu  semua  tidak
memiliki  bentuk  sebagai  realisasi  dari  satu  makna  tertentu,  maka  daerah- daerah pengamatan itu dianggap sama;
4. Dalam  perhitungan  dialektromentri  pada  bidang  leksikon,  perbedaan
fonologi, morfologi, morfologi yang muncul harus dikesampingkan; 5.
Hasil  pen ghitungan  itu  dipetakan  dengan  sistem  konstruksi  “polygones  de
Thiessen” pada peta segitiga dialektrometri.
Universitas Sumatera Utara
20
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Variasi Isolek Bahasa Angkola Di  Kabupaten Tapanuli Selatan Tabel 1
Variasi Leksikon No
Peta Glos
Variasi Leksikon Titik Pengamatan
001 abu
[abu] 1,2,3,4,5,6,7,8,9
002 air
[aek] 1,2,3,4,5,6,7,8, 9
003 akar
[urat] [akar]
1,2,3,4,5,6,7 8,9
004 aku
[awu] 1,2,3,4,5,6,7,8,9
005 Alir meng
[manjulur] [
maŋalir] [mardalan]
1,5,6,7 8,9
2,3,4
006 anak
[anak] [dagana?]
1,2,3,4,5,6,7,9 8
007 angin
[angin] [alogo]
1,2,3,4,5,8,9 6,7
008 anjing
[anjiŋ] 1,2,3,4,5,6,7,8,9
009 apa
[aha] 1,2,3,4,5,6,7,8,9
010 api
[api] 1,2,3,4,5,6,7,8,9
011 apung
[mumbaŋ] [m
engapuŋ] 1,2,3,4,5,6,7
8,9 012
asap [asop]
[timus] [timbus]
8 1,2,4,9, 5
3,6,7
013 awan
[awan] [embun]
[ombun] 1,5,6,7,8
2,3,4 9
014 ayam
[manu?] 1,2,3,4,5,6,7,8,9
015 bagaimana
[biado] [biade]
[biamai] [soŋondia]
[bialaŋa] [mahua]
1,2,8 3
4 5,7
6 9
016 baik
[burju] [pade]
[jeges] 1,2,3,5
4,6,7 8
Universitas Sumatera Utara