9
Angkola  tersebar  di  Kabupaten  Padang  Lawas,  Kabupaten  Padang  Lawas  Utara, Kabupaten Mandailing Natal dan Kota Padang Sidempuan.
2.2 Landasan Teori
Penelitian  ini  dianalisis  berdasarkan  teori  dialektologi  struktural. Dialektologi struktural ini diawali oleh penelitian Weinreich 1954 yang hasilnya
disampaikan dalam salah satu seminar dalam bentuk makalah yang berjudul “Is a
structural  dialectology  passible? ”  Dialektologi  struktural  merupakan  salah  satu
upaya  untuk  menerapkan  dialektologi  dalam  membandingkan  varietas  bahasa Chambers,1980:41.
Mahsun  1995:23  menyatakan  bahwa  dialektologi  mengkaji  perbedaan unsur-unsur kebahasaan yang mencakup seluruh bidang linguistik yaitu fonologi,
morfologi,  sintaksis,  leksikon  dan  semantik,  Akan  tetapi    perbedaan  unsur kebahsaan  yang  akan  diteliti  dari  bidang  leksikon.  Dikatakan  perbedaan  dalam
bidang  leksikon  jika  leksem-leksem  yang  digunakan  untuk  merealisasikan  suatu makna  yang  sama  tidak  berasal    dari  satu  etimon  prabahasa  Mahsun,  1995:54.
Contohnya pada bahasa Batak Toba  kata „bakar‟yaitu tutuŋ dan idalaŋ.
Teori  yang  telah  dipaparkan  di  atas  akan  menunjukkan  seperti  apa perbandingan  antara  variasi  dialek  yang  akan  muncul  di  Kecamatan  Sipirok,
Kecamatan Angkola Timur, Kecamatan Arse. Variasi  leksikon  dialek  bahasa  Batak  Mandailing  di  Kabupaten  Tapanuli
Selatan  akan  dianalisis  berdasarkan  teori  dialektologi  struktural.  Dialektologi struktural  tidak  hanya  mengelompokkan  variasi-variasi  yang  memiliki  kesamaan
Universitas Sumatera Utara
10
bentuk  secara  fonetis  atau  tidak,  teori  ini    membandingkan  bentuk-bentuk individual  tanpa  melihat  persamaan  atau  perbedaan  tetapi  melihat  konstituen
sistemnya.
2.3 Tinjauan Pustaka
Tinjauan  adalah  hasil  meninjau  pandang,  pendapat  sesudah  menyelidiki atau  mempelajari  Alwi,  2005:1198.  Pustaka  adalah  kitab,  buku  primbon
Alwi,2005:912.  Penelitain  mengenai  bahasa  Batak  Mandailing  sudah  banyak dilakukan  sebelumnya.  Namun  penelitian  geografi  dialek  bahasa  mandailing  di
Kecamatan Tapanuli Selatan belum ada  yang meneliti. Penelitian geografi dialek sudah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya antara lain:
Bangun, dkk 1982 dalam penelitiannya yang berjudul : “Geografi Dialek Bahasa  Toba”  dalam  penelitian  ini  menggunakan  metode  deskriptip  komperatif
dengan  teknik  observasi,  perekam  atau  pencatatan  tak  langsung,  pencatatan langsung dan transkripsi dan terjemahan. Teori  yang digunakan dalam penelitian
ini berupa daftar pertanyaan, pembahan, alih tulis fonetik. Hasil dari penelitian ini menyatakan  bahwa    bahasa  Batak  Toba  terdiri  dari  lima  dialek  yaitu  dialek
Slinding, dialek Toba, dialek Samosir, dialek Sibolga. Widayati  1997  dalam  tesisnya  “  Geografi  Dialek  Bahasa  Melayu  di
Wilayah Timur Asahan” yang mengkaji bidang fonologi dan leksikal dengan hasil bahwa  bahasa  Melayu  Asahan  memiliki  dua  kelompok  fonem  dan  delapan  belas
fonem  konsonan  dalam  deskripsi  morfologi  terdapat  korespondensi  afiks  dalam bahasa Melayu Asahan yang secara umum dibedakan dari segi  fonem  vokal  saja
Universitas Sumatera Utara
11
begitu  juga  deskripsi  leksikal  yang  menunjukkan  adanya  perbedaan  dengan bahasa  Melayu  umum  dan  bahasa  Melayu  Asahan  terdapat  dua  dialek  yaitu
Batubara dan dialek Tanjung Balai. Riswani Nasution 2001 d
alam skripsinya yang berjudul “Geografi Dialek Bahasa  Maindailing  di  Kecamatan  Lembah  Melintang”  membahas  mengenai
variasi-variasi pada bidang leksikon dan fonologi. Yonelda
2013 dalam skripsinya yang berjudul “Geografi Dialek Bahasa Batak
Toba  di  Kabupaten  Samosir”  dalam  penelitian  ini  menggunakan  metode cakap  dalam  pengumpulan  data  dan  metode  analisis  data  dengan  menggunakan
metode  padan,  metode  berkas  isoglos,  dan  metode  dialektrometri.  Teori  yang digunakan  dalam  penelitian  ini  yaitu  teori  dialektologi  struktural.  Hasil  dari
penelitian  ini  bahwa  peneliti  menyatakan  terdapat    79  variasi  leksikal  dari  100 kosakata yang digunakan di tiga kecamatan di Kabupaten Samosir.
Basaria  Simajuntak 2014  dalam  skripsinya  yang  berjudul  “Geografi
Dialek  Bahasa  Batak  Toba  di  Kabupaten  Humbang  Hasudutan”  Penelitian  ini menggunakan  metode  cakap  dalam  pengumpulan  data,  metode  padan,  metode
berkas  isoglos  dan  metode  dialektrometri  dalam  analisis  data.  Teori  yang digunakan  dalam  penelitian  ini  menggunakan  teori  dialektologi  struktural.  Hasil
dari  penelitian  ini  bahwa  di  Kabupaten  Humbang  Hasudutan  memperlihatkan variasi  fonemis  dan  variasi  leksikon.  Berdasarkan  hasil  dialektrometri  bahasa
Batak  Toba  di  Kabupaten  ini  terdiri  atas  dua  dialek  yaitu  dialek  Humbang Husundutan dan dialek Humbang Husundutan Selatan.
Universitas Sumatera Utara
12
Diana  Novita 2015  dalam  skripsinya  yang  berjudul  “Geografi  Dialek
Bahasa Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan” penelitian ini menggunakan menggunakan  metode  cakap  dalam  pengumpulan  data,  metode  padan,  metode
berkas  isoglos  dan  metode  dialektrometri  dalam  analisis  data.  Teori  yang digunakan  dalam  penelitian  ini  menggunakan  dialektologi  struktural.  Hasil  dari
penelitian  ini  bahwa  di  Kabupaten  Pesisir  Selatan  terdapat    dua  subdialek  yaitu sudialek Linggo Sari Baganti dan subdialek Pancung.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap  suku  yang  berada  di  Indonesia  mempunyai  aneka  ragam  bahasa daerah,  salah  satu  contohnya  ialah  bahasa  Angkola.  Bahasa  Angkola  merupakan
salah  satu  bahasa  yang  terdapat  di  Sumatera  Utara  terutama  di  Kabupaten Tapanuli  Selatan.  Bahasa  Batak  Angkola  dipergunakan  masyarakat  Tapanuli
Selatan dalam melakukan aktivitas untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari- hari.  Bahasa  Angkola  masih  digunakan  dalam  kegiatan  upacara  adat  bahkan  di
kantor-kantor instasi pemerintahan dalam situasi tidak formal. Kabupaten  Tapanuli  Selatan  merupakan  salah  satu  daerah  di  Provinsi
Sumatera  Utara.  Luas  wilayah  Kabupaten  Tapanuli  Selatan  adalah  4,367,05  km
2
dengan  jumlah  penduduk  263,812  jiwa.  Kabupaten  Tapanuli  Selatan  terdiri  atas 14 Kecamatan dengan 493 desa dan 10 kelurahan. Terletak pada garis 0
o
58‟ 35” – 2
o
07‟  33”  Lintang  Utara  dan  98
o
42‟  50”  –  99
o
34‟  16”  Bujur  Timur.  Pada ketinggian berkisar antara 0
– 1.925,3 m di atas permukaan laut.Kecamatan yang terdapat  di  Kabupaten  Tapanuli  Selatan  ialah  Kecamatan  Aek  Bilah,  Kecamatan
Angkola  Barat,  Kecamatan  Sangkunur,  Kecamatan  Angkola  Selatan,  Kecamatan Angkola timur, Kecamatan Arse, Kecamatan Batang Angkola, Kecamatan Batang
Toru,  Kecamatan  Marancar,  Kecamatan  Muara  Batang  Toru,  Kecamatan  Saipar Dolok Hole, Kecamatan Sayur Matinggi, Kecamatan Sipirok.
Universitas Sumatera Utara