40
BAB III KEDUDUKAN MAHKAMAH AGUNG DAN MAHKAMAH KONSTITUSI
DALAM RUANG LINGKUP KEKUASAAN KEHAKIMAN INDONESIA
A. Konsep Negara Hukum
Negara hukum dalam bahasa Inggris disebut the rule of law atau dalam bahasa Belanda dan Jerman disebut rechtsstaat. The rule of law dan rechtstaat di
Eropa adalah sistem hukum yang berbeda
70
.The rule of law berkembang di Inggris dan negara-negara Anglo Saxon lainnya sementara rechtsstaat berkembang di
negara Eropa kontinental, akan tetapi keduanya memiliki ciri utama yakni pembatasan terhadap kekuasaan dalam penyelenggaraan negara. Pembatasan
tersebut dilakukan dengan hukum dan menjadi dasar paham konstitusionalisme modern, oleh karena itu konsep negara hukum disebut juga sebagai negara
konstitusional atau constitutional state.
71
Pemikiran tentang negara hukum pertama kali dimulai oleh Plato dengan konsepnya bahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah negara yang
didasarkan pada pengaturan hukum yang baik pula, kemudian disebutnya dengan istilah Nomoi.
72
70
JimlyAsshiddiqie,http:jimly.commakalahnamafile57Konsep_Negara_Hukum_In donesia.pdf, diakses pada tanggal 04 Februari 2012
71
Ibid..
72
Muhamad Tahir Azhary, Negara Hukum: Suatu Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat Dari Segi Hukum Islam, Implementasinya Pada Negara Madinah dan Masa Kini, Kencana
Jakarta, 2003, hal 88.
Kemudian pemikiran Plato dipertegas muridnya Aristoteles, menurutnya negara yang baik ialah negara yang diperintah dengan
Universitas Sumatera Utara
41 konstitusi dan berkedaulatan hukum.
73
Sebuah filosofi Romawi kuno menyatakan ubi societas ibi ius, yang artinya dimana ada masyarakat disitu ada hukum.
74
Pada abad ke 17 pemikiran mengenai negara hukum menjadi populer karena keadaan sosial politik di Eropa yang didominasi absolutisme.Muncullah
keinginan-keinginan untuk merombak struktur sosial politik yang tidak menguntungkan golongan pandai dan kaya menjadi negara hukum yang liberal.
75
Dalam perkembangannya, konsep negara hukum mengalami perumusan yang berbeda-beda.Konsep negara hukum Eropa kontinental dipelopori oleh Immanuel
Kant dan Julius Stahl.Imanuel Kant berpandangan bahwa negara hukum berfungsi sebagai penjaga malam nacthwachers staat, artinya negara hanya menjaga agar
hak-hak rakyat tidak dilanggar.Urusan mengenai kemakmuran rakyat negara tidak boleh ikut campur tangan. Pandangan Imanuel Kant ini memberikan gambaran
negara “liberal“ dimana urusan individu warganya tidak boleh dicampuri oleh negara.
76
1. pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia;
Di sisi lain konsep Stahl tentang negara hukum memiliki empat unsur pokok yakni :
2. pemisahan kekuasaan;
3. pemerintahan dilaksanakan berdasarkan undang-undang wetmatig bestuur;
73
Nukthoh Arfawie,Telaah Kritis Teori Negara Hukum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 14.
74
Ibid.
75
Muhamad Tahir Azhary, op.cit., hal. 89.
76
Nukthoh Arfawie, op.cit., hal. 17.
Universitas Sumatera Utara
42 4.
Adanya peradilan administrasi untuk mengadili perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pemerintah.
77
Gagasan Stahl ini dinamakan negara hukum formil karena lebih menekankan kepada negara yang diatur oleh undang-undang.
Di inggris perkembangan konsep negara hukum dipelopori oleh A. V. Dicey yang disebut sebagai The rule of law, dimana dia menekankan pada tiga unsur
utama yakni: 1.
Supremacy of law, artinya bahwa yang mempunyai kekuasaan tertinggi di dalam negara adalah hukum kedaulatan hukum;
2. Equality before the law, artinya persamaan dalam kedudukan hukum bagi
semua warga negara, baik selaku pribadi maupun dalam kualifikasinya sebagai pejabat negara;
3. Constitution based on individual right, artinya konstitusi bukan merupakan
sumber dari hak-hak asasi manusia dan jika hak-hak asasi manusia itu diletakkan dalam konstitusi itu hanya menegaskan bahwa hak asasi itu harus
dilindungi. Pada saat ini konsep rechtsstaat yang dikembangkan Julius Stahl
dikombinasikan oleh The International Commission of Jurists dengan konsep the rule of law yang dikembangkan A. V. Dicey menjadi prinsip-prinsip penting dari
negara hukum, yakni: 1.
Negara harus tunduk pada hukum; 2.
Pemerintah menghormati hak-hak individu;
77
Muhamad Tahir Azhary, op. cit. hal.89.
Universitas Sumatera Utara
43 3.
Peradilan yang bebas dan tidak memihak.
78
Jadi, baik konsep rule of law maupun rechtstaat eksisitensi suatu negara haruslah tunduk terhadap supremasi hukum bukan terhadap negara itu.Titik
Triwulan Tutik berpendapat “..., maka negara hukum hakikatnya adalah negara yang menolak melepaskan kekuasaan tanpa kendali.Negara yang pola hidupnya
berdasarkan hukum yang adil dan demokratis.Kekuasaan negara didalamnya harus tunduk pada “aturan main”.”
79
Salah satu instrumen penting di dalam suatu negara hukum adalah adanya kekuasaan kehakiman yang independen untuk menyelenggarakan peradilan guna
mewujudkan kepastian hukum dan keadilan. Kedaulatan hukum menempatkan negara harus tunduk di hadapan hukum.
Kedaulatan negara tunduk dan mengabdi pada kedaulatan hukum karena hukum yang akan mengatur ketertiban masyarakat dan juga mengatur hubungan antara
masyarakat dan negara. Pada konteks itu, kekuasaan politik yang dimiliki oleh otoritas negara juga harus tunduk dihadapan kedaulatan hukum.
80
78
Jimly Ashidiqie, Konstitusi Dan Konstitusialisme Indonesia, Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan MKRI, Jakarta, 2006, hal. 12.
79
Titik Triwulan Tutik, Konstuksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Kencana, Jakarta, 2010, hal. 62.
80
Pasal 24 ayat 1 Undang Undang Dasar Tahun 1945 menyatakan “kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan”.
Berbagai konvensi Internasional, seperti: Universal Declaration of Human Rights , International Covenant Civil
and Political Rights, International Bar Association Code of Minimum Standard of Judicial Independence , Beijing Statement of Independence of Judiciary in the
Law Asia Region juga menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan salah satu komponen utama dalam suatu negara hukum. Konvensi dimaksud bahkan
Universitas Sumatera Utara
44 juga mengemukakan lebih tegas kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan
kehakiman yang independen, tidak memihak dan kompeten.
B. Sistem Kehakiman Indonesia 1. Teori pemisahan kekuasaan