14
discretionary accruals yang merupakan akrual tidak normal dan merupakan pemilihan kebijakan
manajemen dalam pemilihan metode akuntansi.
2.1.3 Kecakapan Manajerial
Menurut Rahman, 2011 kecakapan manajerial Manajerial competencyability adalah suatu keterampilan atau karakteristik personal yang membantu terciptanya kinerja yang tinggi
dalam tugas manajemen. Ada beberapa karakteristik personal dan keterampilan tambahan yang disarankan oleh The american assembly of collegiate schools of business bagi perguruan tinggi
dalam mengembangkan mahasiswanya untuk meningkatkan kecakapan manajerial tersebut yakni: leadership, self-objectivity, analytic thinking, behavioral flexibility, oral communication,
written communication, personal impact, resistance to stress dan tolerance for uncertainty.
Isnugrahadi dan kusuma 2009 menyatakan bahwa seorang manajer di katakana cakap apabila dia memiliki keahlian yang memadai dalam bidang yang menjadi tanggungjawabnya.
Keahlian tersebut bisa berasal dari intelejensi yang dimilikinya serta pendidikan yang telah ditempuh. Pengalaman yang dimiliki juga merupakan faktor penentu tingkat keahlian seorang
manajer. Dalam pembuatan laporan keuangan, badan standar akuntansi memperbolehkan manager
menggunakan judgment dalam membuat laporan keuangan dengan tujuan agar laporan tersebut sesuai dengan kondisi bisnis masing-masing perusahaan. Tujuan dari diperbolehkannya judgment
dalam pembuatan laporan keuangan agar meningkatkan kualitas akuntansi sebagai suatu bentuk komunikasi. Manajer harus memiliki keahlian yang cukup agar semua judgment yang dilakukan
oleh manajer dapat dilakukan dengan baik. Kecakapan manajer yang di maksud dalam penelitian ini yaitu kecakapan manajer dalam
bidang keuangan. Kecakapan manajerial dalam bidang keuangan yaitu seberapa efisien sebuah
Universitas Sumatera Utara
15
perusahaan dalam bidang keuangan secara relatif terhadap perusahaan lain dalam industri yang sama Rahman, 2011. Tingkat efisiensi relatif ini dapat dinisbahkan sebagai hasil dari
kecakapan seorang manajer.
2.1.4 Good Corporate Governance
Good corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan
kinerja manajemen perusahaan, yang meliputi serangkaian hubungan antara pihak manajemen dengan berbagai pihak, salah satunya investor yang dapat dijelaskan melalui teori keagenan.
Corporate Governance atau tata kelola perusahaan merupakan sistem yang digunakan dalam
mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. Corporate governance ini juga mengandung pengertian mengenai pengaturan atas pembagian tugas dan tanggung jawab
diantara para pihak yang berpartisipasi dan memiliki kepentingan yang berbeda-beda dalam perusahaan. Para pihak yang berkepentingan atas pengarahan dan pegendalian perusahaan itu
meliputi: dewan direksi, para manajer, para pemegang saham, dan stakeholders lainnya Ali, 2009.Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance 2004 mendefinisikan corporate
governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna
memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berlandaskan
peraturan perundang–undangan dan norma yang berlaku. Terdapat empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep good corporate
governance, yaitu keadilan, transparansi, akuntabilitas, dan responsibiltas. Keempat hal tersebut
menjadi penting dikarenakan prinsip tersebut secara konsisten dapat meningkatkan kualitas pada laporankeuangan Sulistyanto, 2008.
Universitas Sumatera Utara
16
Pandangan teori keagenan dimana terdapat pemisahan antara pihak agen dan principal yang mengakibatkan munculnya potensi konflik dapat mempengaruhi kualitas laba yang
dilaporkan. Pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan laba yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi untuk kepentingan prinsipal. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Mekanisme corporate governance memiliki
kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba yang berkualitas.
Terdapat beberapa maksud dan tujuan penyusunan Pedomam Good Corporate Governance
Indonesia yang diungkapkan oleh KNKG 2006 yaitu : 1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melauipengelolaan yang didasarkan
pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan.
2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing masing organ perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham.
3. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dananggota Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi
dan kepatuhanterhadap peraturan perundang undangan. 4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan. 5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan
pemangku kepentingan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
17
6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan
ekonomi nasional yang berkesinambungan. Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG juga menyusun asas-asas Good
Corporate Governance di dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia tahun
2006, yaitu: 1.
Transparansi Transparency Untuk menjaga obyektifitas dalam menjalankan bisnis,perusahaan harus menyediakan
informasi yang material danrelevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pihakyang memiliki kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatifuntuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang– undangan, tetapi juga hal yang pentinguntuk pengambilan keputusan oleh pemegang
saham, kreditur danpemangku kepentingan lainnya. 2.
Akuntabilitas Accountability Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanyasecara transparan dan wajar.
Untuk itu perusahaan harus dikelolasecara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaandengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham danpemangku
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyaratyang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3. Responsibilitas Responsibility
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang–undanganserta melakukan tanggung jwab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan
usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
Universitas Sumatera Utara
18
4. Independensi Independency
Untuk melancarkan pelaksanaan asasGood Corporate Governance, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing – masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. 5.
Kewajaran dan Kesetaraan Fairness Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepengingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan .
Short, dkk. 1999 menyatakan bahwa mekanisme kunci dari kerangka corporate governance
meliputi struktur dewan direksi, kompensasi direksi dan kepemilikan manajerial, pemegang saham institusional, auditor, auditing, informasi akuntansi, serta pasar untuk
pengendalian perusahaan. Indikator good corporate governance yang akan diangkat dalam penelitian ini ada tiga. Indikator mekanisme good corporate governance tersebutdalam
penelitian ini adalah : 1 proporsi dewan komisaris independen, 2 kepemilikan institusional, 3 kepemilikan manajerial.
2.1.4.1 Dewan Komisaris Independen
Komite Nasional Kebijakan Governance 2004 mengungkapkan, “Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan
komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau
bertindak semata -mata demi kepentingan perusahaan.” Komisaris independen diharapkan mampu memperhatikan kepentingan pihak-pihak yang
mungkin sering terabaikan, misalnya pemegang saham minoritas serta para stakeholder
Universitas Sumatera Utara
19
lainnya.Selain itu dalam menjalankan fungsinya, dewan komisaris independen juga harus membebaskan diri dari kepentingan pihak–pihak lain yang berpotensi memunculkan konflik
kepentingan. Proporsi dewan komisaris independen diukur dengan menggunakan indikator persentase
anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan. Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik good
corporate governance , BEI dalam Surat Edaran BEI No. SE-008BEJ12-2001 mewajibkan
perusahaaan tercatat wajib memiliki komisaris independen dan komite audit.
2.1.4.2 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Institusional adalah persentase saham yang dimiliki oleh institusi dari keseluruhan saham perusahaan yang beredar. Kepemilikan institusional menurut Chen Steiner
1999, akan mengurangi masalah keagenan karena pemegang saham institusional akan membantu mengawasi perusahaan sehingga manajemen tidak akan bertindak merugikan
pemegang saham. Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham
mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Tingkatkepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan
usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehinggadapat mengurangi
perilaku oportunistik manajer.
2.1.4.3 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Kepemilikan manajerial dapat diukur denagn proporsi kepemilikan saham
Universitas Sumatera Utara
20
yang dimiliki manajer, direksi,komisaris, mapupun pihak lain yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan Jensen dan Meckling, 1976. Kepemilkan manajerial dapat
dihitung dengan membagi saham yang dimiliki manajemen dengan seluruh jumlah saham perusahaan. Jika suatu perusahaan memiliki kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer jauh
lebih peduli tentang kepentingan pemegang saham dan opsi saham akan memiliki insentif untuk kontribusi perusahaan. Dengan demikian, struktur modal dengan kepemilikan manajerial yang
tinggi mampu menurunkan biaya keagenan Saputri, 2010. Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa untuk meminimalkan konflikkeagenan adalah dengan memperbesar
kepemilikan manajerial dalam perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme corporate governance yang dapat diterapkan untuk
meminimalisir konflik keagenan yang berakibat pada munculnya tindakan earnings management oleh manajer.
2.1.5 DEA Data Envelopment Analysis
DEA Data Envelopment Analysis biasanya dinyatakan dalam Decision Making Unit atau Unit Kegiatan Ekonomi UKE. DEA merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
efisiensi relatif suatu organisasi. Efisiensi UKE dapat diketahui dengan membandingkan efisiensi UKE suatu perusahaan dengan UKE dari perusahaan lainnya dalah suatu satuan populasi atau
sempel. Namun terdapat syarat bahwa jenis input dan outputnya sama.UKE dinilai efisien apabila rasio perbandingan inputoutput sama dengan 1 atau 100. Maksudnya adalah UKE
tersebut mampu memanfaatkan inputnya secara maksimal untuk menghasilkan output tertentu dan tidak lagi melakukan pemborosan sehingga mampu mencapai titik yang efisien. Sedangkan
UKE yang tidak efisien apabila rasio perbandingan antara inputoutput adalah antara 0 ≤
inputoutput 1 atau nilainya kurang dari 100. Menurut Karsinah dalam Isnugrahadi, 2009
Universitas Sumatera Utara
21
hal tersebut berarti perusahaan belum mampu mengelola input-input yang dimilikinya untuk menghasilkan output yang optimal atau masih melakukan pemborosan dalam menggunakan
inputnya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Demerjian, dkk. 2006 meneliti hubungan antara kecakapanmanajerial dan manajemen laba. Secara khusus penelitian ini menemukan bahwa manajer yang cakap berhubungan dengan
penyajian kembali yang lebih rendah, laba yang lebih tinggi, ketekunan akrual, kesalahan lebih rendah, penyediaan liabilitas yang buruk, dan kualitas estimasi akrual yang lebih tinggi.
Demerijan, dkk. Memperkenalkan pengukuran kecakapan manajerial dibidang keuangan menggunakan Data Envelopment Analysis DEA.