4. Faktor Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain Notoatmodjo, 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
responden yang melaksanakan antenatal ≥4 kali dan 4 kali kunjungan
mempunyai pengetahuan buruk. Hal ini bertolak belakang dengan Depkes 2008 yang menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan maka semakin tinggi pula
kunjungan kehamilan yang dilakukan ibu hamil. Tetapi hal ini sejalan dengan penelitian sudjoko 2005 yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan kunjungan antenatal care. Salah satu faktor yang mendorong ibu hamil melakukan kunjungan antenatal adalah pengetahuan dan
kesadaran ibu hamil tersebut sebagai faktor predisposisi dalam dirinya Manauba, 2001.
Menurut Notoadmodjo 2005 pengetahuan merupakan indikator dari melakukan tindakan terhadap sesuatu, jika seseorang didasari pada pengetahuan
yang baik terhadap kesehatan maka orang tersebut akan memahami bagaimana kesehatan itu dan mendorong untuk mengaplikasikan apa yang diketahuinya.
Sejalan dengan penelitian Mariam 2006 di Desa Sukoharjo I Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Tanggamus menyebutkan bahwa tingkat
pengetahuan ibu hamil sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan antenatal care. Hal yang sama juga dinyatakan penelitian Mukaromah 2011 Di Desa Karangreja
Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil dengan jumlah kunjungan antenatal. Semakin
Universitas Sumatera utara
kurang tingat pengetahuan ibu hamil semakin rendah jumlah kunjungan antenatal yang dilakukan.
5. Faktor Pekerjaan
Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kepedulian akan kesehatan Linda, 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
responden yang melaksanakan antenatal ≥4 kali kunjungan adalah tidak bekerja
dan mayoritas responden yang melaksanakan antenatal 4 kali kunjungan adalah bekerja.
Hal ini sejalan dengan penelitian Siregar 2011 bahwa pekerjaan mempengaruhi pemeriksaan antenatal care, ibu yang bekerja tidak mempunyai
waktu yang cukup untuk melakukan kunjungan antenatal care yang teratur dan ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang cukup dalam melaksanakan antenatal
care. Hal yang sama pada penelitian Suharni 1995 bahwa ibu yang bekerja disektor nonformal tidak memiliki akses yang baik terhadap informasi dan ini
menyebabkan ketidaktahuan dalam pelaksanaan antenatal care serta pekerjaan ibu yang berat baik fisik dan tekanan mental. Sejalan dengan penelitian Tungkup
2008 di Rumah Sakit Kota Medan menyatakan bahwa ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki lebih banyak waktu untuk memeriksakan diri ke
rumah sakit daripada ibu-ibu yang bekerja. Sejalan juga dengan penelitian Puspa 2009 menyatakan bahwa status ibu bekerja mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap perawatan kehamilan.
Universitas Sumatera utara
6. Faktor Sosial Ekonomi