Jumlah Kunjungan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Antenatal Care di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat

(1)

JUMLAH KUNJUNGAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PELAKSANAAN ANTENATAL CARE

DI KLINIK DAHLIA KECAMATAN BINJAI LANGKAT

SKRIPSI

Oleh

VERA TIO NAIBAHO

111121034

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

(3)

Judul : Jumlah Kunjungan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Antenatal Care

Nama : Vera Tio Naibaho

Jurusan : Keperawatan Fakultas Keperawatan Tahun : 2013

ABSTRAK

Antenatal care adalah kunjungan yang berkesinambungan yang dilakukan ibu hamil selama masa kehamilan ke pelayanan kesehatan untuk mengindentifikasi secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi kehamilan, memantau kemajuan kehamilan, mempersiapkan persalinan aman dan menerima kelahiran bayi. Penelitian deskriptif ini bertujuan untukmengidentifikasijumlah kunjungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat. Tehnik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah total sampling. Responden berjumlah 38 orang ibu hamil. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner dan dianalisa dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas ibu hamil melaksanakan antenatal care ≥ 4 kali kunjungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care ≥4 kali mayoritas usia 20-35 tahun, pendidikan SMA, pengetahuan buruk, tidak bekerja, sosial ekonomi mendukung, kualitas pelayanan baik, sosial budaya mendukung, jarak pelayanan dekat. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care <4 kali mayoritas usia 20-35 tahun, pendidikan SMP, pengetahuan buruk, bekerja, sosial ekonomi mendukung, kualitas pelayanan baik, sosial budaya mendukung, jarak pelayanan dekat. Diperlukan kerjasama lintas program dan sektoral untuk lebih mendukung peningkatan cakupan pelaksanaan antenatal care melalui komunikasi interpersonal konseling dan mengadakan program penyuluhan mengenai manfaat antenatal care.


(4)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pelaksanaan Pemeriksaan Antenatal Care pada Ibu Primigravida dan Multigravida serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat”. Skripsi ini disusun dengan tujuan sebagai salah satu persyaratan mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini saya banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi atas waktu yang diluangkan dalam memberikan saran dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih kepada dosen penguji I sekaligus Pembantu Dekan I ibu Erniyati, S.Kp, MNS dan penguji II ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS, yang telah memberikan masukan berharga demi kesempurnaan skripsi ini. Kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dr. Dedi Ardinata, M.Kes dan seluruh staf dan dosen pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada Ibunda dan Ayahanda tercinta yang sangat saya banggakan yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan yang tiada henti-hentinya sehingga skripsi ini dapat saya selesaikan. Kepada Bang Lodo, Rio, Ian, terimakasih atas doa dan dukungannya.

Kepada ibu pemilik Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat beserta staf pegawai, dan ibu-ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Klinik Dahlia


(5)

kakak, kawan-kawan beserta adik-adik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini saya ucapkan terima kasih.

Saya berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Keperawatan serta bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Februari 2013


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Abstrak ...iii

Prakata ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Skema ... x

Bab I Pendahuluan ... 1

1 Latar Belakang ... 1

2 Rumusan Masalah ... 3

3 Tujuan Penelitian ... 4

4 Pertanyaan Penelitian... 4

5 Manfaat Penelitian ... 4

Bab II Tinjauan Pustaka ... 6

1. Konsep Kehamilan ... 6

1.1 Pengertian Kehamilan ... 6

1.2 Tanda-Tanda Kehamilan ... 6

1.3 Perawatan Kehamilan ... 7

1.3.1 Kebutuhan Nutrisi ... 8

1.3.2 Perawatan Payudara ... 8

1.3.3 Perawatan Gigi ... 9

1.3.4 Obat-obatan, Alkohol dan Tembakau ... 9

1.3.5 Imunisasi ... 10

1.3.6 Kebersihan dan Pakaian ... 10

1.3.7 Latihan Otot Dasar (Kegel’s) ... 11

2. Pelayanan Antenatal ... 11

2.1 Definisi Pelayanan Antenatal ... 11

2.2 Tujuan Pelayanan Antenatal ... 11

2.3 Kunjungan Antenatal... 12

2.4 Standar Pelayanan Antenatal ... 14

2.4.1 T1 ... 14

2.4.2 T2 ... 15

2.4.3 T3 ... 15

2.4.4 T4 ... 16

2.4.5 T5 ... 16

2.4.6 T6 ... 17

2.4.7 T7 ... 18

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Antenatal ... 18

3.1 Paritas ... 18

3.1 Usia ... 19

3.2 Pendidikan ... 20


(7)

3.5 Sosial Ekonomi ... 22

3.6 Kualitas Pelayanan ... 22

3.7 Sosial Budaya ... 23

3.8 Jarak Pelayanan Kesehatan ... 24

Bab III Kerangka Penelitian ... 25

1. Kerangka Penelitian ... 25

2. Definisi Operasional ... 26

Bab IV Metodelogi Penelitian ... 28

1. Desain Penelitian ... 28

2. Populasi dan Sampel... 28

2.1 Populasi ... 28

2.2 Sampel ... 28

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4. Pertimbangan Etik ... 29

5. Instrumen Penelitian ... 30

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30

7. Pengumpulan Data ... 31

8. Analisa Data ... 32

Bab V Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 33

1. Hasil Penelitian... 33

1.1 Gambaran jumlah kunjungan antenatal care ... 33

1.2 Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan antenatal care ... 33

2. Pembahasan ... 35

2.1 Gambaran Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Antenatal Care ... 35

1. Faktor paritas ... 36

2. Faktor usia ... 37

2. Faktor pendidikan ... 38

3. Faktor pengetahuan ... 40

4. Faktor pekerjaan ... 41

5. Faktor sosial ekonomi ... 42

6. Faktor kualitas pelayanan ... 42

7. Faktor sosial budaya... 43

8. Faktor jarak pelayanan kesehatan ... 44

Bab VI Kesimpulan Dan Saran ... 46

1. Kesimpulan ... 46

2. Saran ... 46

Daftar Pustaka ... 48

Lampiran-lampiran

1. Lembar Persetujuan Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Hasil Validitas Product Moment 4. Hasil Reliabilitas KR 20

5. Master data


(8)

7. Taksasi dana

8. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan 9. Surat Keterangan Penelitian dari Klinik Dahlia 10.Lembar konsul proposal


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Gambaran jumlah kunjungan antenatal ... 33 Tabel 5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan

antenatal care <4 kali kunjungan ... 34 Tabel 5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan


(10)

DAFTAR SKEMA


(11)

Judul : Jumlah Kunjungan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Antenatal Care

Nama : Vera Tio Naibaho

Jurusan : Keperawatan Fakultas Keperawatan Tahun : 2013

ABSTRAK

Antenatal care adalah kunjungan yang berkesinambungan yang dilakukan ibu hamil selama masa kehamilan ke pelayanan kesehatan untuk mengindentifikasi secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi kehamilan, memantau kemajuan kehamilan, mempersiapkan persalinan aman dan menerima kelahiran bayi. Penelitian deskriptif ini bertujuan untukmengidentifikasijumlah kunjungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat. Tehnik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah total sampling. Responden berjumlah 38 orang ibu hamil. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner dan dianalisa dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas ibu hamil melaksanakan antenatal care ≥ 4 kali kunjungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care ≥4 kali mayoritas usia 20-35 tahun, pendidikan SMA, pengetahuan buruk, tidak bekerja, sosial ekonomi mendukung, kualitas pelayanan baik, sosial budaya mendukung, jarak pelayanan dekat. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care <4 kali mayoritas usia 20-35 tahun, pendidikan SMP, pengetahuan buruk, bekerja, sosial ekonomi mendukung, kualitas pelayanan baik, sosial budaya mendukung, jarak pelayanan dekat. Diperlukan kerjasama lintas program dan sektoral untuk lebih mendukung peningkatan cakupan pelaksanaan antenatal care melalui komunikasi interpersonal konseling dan mengadakan program penyuluhan mengenai manfaat antenatal care.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kehamilan adalah suatu keadaan dimana bersatunya sperma dan ovum yang tertanam (umumnya di dinding rahim) dan mengalami tahapan-tahapan perkembangan sehingga terbentuk janin yang sempurna. Kehamilan aterm berkisar antara 37-42 minggu. Selama kehamilan terjadi perubahan baik secara psikologis maupun fisiologis. Perubahan secara psikologis adanya perubahan identitas dan peran bagi setiap orang (Hamilton, 1995).

Menurut Farrer (2001) kehamilan juga menimbulkan perubahan fisiologis di seluruh sistem organ. Beberapa perubahan fisiologis tersebut berupa amenore, keletihan, perubahan payudara, adanya tanda hegar, ballottemen, adanya bunyi denyut jantung janin, merasakan adanya gerakan janin (Bobak, 2004).

Selain menjaga diet selama kehamilan, salah satu upaya untuk mempertahankan kehamilan yaitu dengan melakukan kunjungan antenatal. Antenatal care adalah salah satu upaya untuk mendeteksi secara dini keadaan yang membahayakan kehamilan (Jones, 2001). Pelaksanaan antenatal care dilakukan empat kali selama kehamilan, yaitu satu kali pada trimester satu dan trimester dua, serta dua kali pada trimester tiga (Rochjati, 2003). Rendahnya kesadaran ibu-ibu hamil untuk memeriksakan kandungannya ke pelayanan kesehatan, sehingga faktor-faktor yang sesungguhnya dapat dicegah atau


(13)

komplikasi kehamilan yang dapat diperbaiki serta diobati tidak segera dapat ditangani. Mereka datang setelah keadaannya buruk (Mochtar, 1998).

Berdasarkan sumber dari Riskesdas 2010 di Indonesia kunjungan antenatal masih belum tercapai dengan cakupan K1 92.7% dan cakupan K4 61.4%. Sedangkan, di Sumatera Utara juga masih belum tercapai dengan cakupan K1 88.0% dan cakupan K4 51.5% (Hernawati, 2011).

Dampak ibu hamil yang tidak melaksanakan perawatan antenatal meliputi tidak terdeteksinya kelainan-kelainan kehamilan pada ibu, kelainan fisik yang terjadi pada saat persalinan tidak dapat dideteksi secara dini, meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas pada ibu (Saifudin, 2006). Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang besar. berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2010).

Penyebab utama kematian kematian ibu di Indonesia 50% disebabkan oleh perdarahan dan eklamsia (Hernawati, 2011). Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan pelayanan obstetri belum menyentuh masyarakat dengan cakupan bermutu dan menyeluruh (Manuaba, 2008). Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat (Depkes, 2010)

Pelaksanaan antenatal care dipengaruhi beberapa faktor. Menurut Green yang dikutip dalam Notoatmodjo (2003), perilaku seseorang dalam memeriksakan


(14)

kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu: faktor pemudah (predisposing factor) yang mencakup pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya; faktor pendukung (enabling factor) mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan; dan faktor pendorong (reinforcing factor) mencakup sikap dan perilaku dari petugas kesehatan atau petugas lain.

Berdasarkan hasil penelitian Siregar (2011) tentang hubungan pelaksanaan ANC dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil di kecamatan Angkola Barat kabupaten Tapanuli Selatan menyatakan bahwa pelaksanaan antenatal care berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil seperti tidak tersedia sarana pelaksanaan antenatal care serta sulit untuk dijangkau. Hal tersebut menyebabkan ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standar cakupan lebih rendah yaitu ibu yang melakukan pemeriksaan empat kali 38% dan ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan kurang dari empat kali 63%.

Dari uraian diatas penulis tertarik melakukan penelitian mengenai bagaimana jumlah kunjungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana jumlah kunjungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai


(15)

3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui jumlah kunjungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat.

3.2 Tujuan Khusus

a. Menggambarkan jumlah kunjungan pelaksanaan antenatal care di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat.

b. Menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat

4. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana jumlah kunjungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat?

5. Manfaat Penelitian

5.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan tambahan informasi bagi pendidikan keperawatan khususnya bidang keperawatan maternitas tentang pelaksanaan pemeriksaan antenatal care. 5.2 Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pelayanan keperawatan yang membutuhkan informasi tentang pelaksanaan antenatal care sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan.


(16)

5.3 Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya untuk melaksanakan penelitian sejenis tentang antenatal care.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.

Konsep Kehamilan

1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah pembuahan (fertilisasi) ovum oleh sperma biasanya terjadi di bagian tengah tuba uterina. Sebuah ovum dibuahi oleh lebih dari satu sperma. Bila satu sperma mencapai membran ovum, sperma tersebut berfusi yang menghasilkan sinyal untuk memulai perkembangan diawali terbentuknya embrio (Ganong, 2002). Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008). Kehamilan normal berlangsung 37-43 minggu, jika kurang dari 37 minggu disebut kehamilan prematur dan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur (Mansjoer, 2001).

Kehamilan dapat disimpulkan sebagai keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu membentuk embrio yang berkembang sampai lahirnya janin dalam kurun waktu 37-43 minggu.

1.2 Tanda- tanda kehamilan

Menurut Bobak (2004) diagnosa kehamilan diklasifikasikan sebagai berikut: presumsi, kemungkinan, dan positif. Tanda dan gejala kehamilan secara klinis bermanfaat untuk mendiagnosa kehamilan. Tanda-tanda presumsi saja tidak


(18)

cukup valid untuk menegakkan diagnosis. Temuan presumsi terdiri dari gejala subjektif dan tanda objektif. Gejala subjektif dapat meliputi amenore, nausea, dan muntah (morning sickness), payudara terasa penuh dan sensitif, sering berkemih, merasa lemah dan letih, berat badan naik, dan perubahan mood. Tanda-tanda objektif mencakup berbagai perubahan fisiologis dan anatomis, peningkatan temperatur basal tubuh (basal body temperature), perubahan kulit seperti striae gravidarum dan pigmentasi (kloasma, linea nigra), perubahan pada payudara, pembesaran abdomen, dan perubahan pada rahim dan vagina.

Tanda kemungkinan kehamilan adalah tanda-tanda yang dapat diobservasi oleh pemeriksa. Bila digabung dengan tanda dan gejala presumsi, maka tanda kemungkinan memberi dugaan kuat adanya kehamilan. Tanda-tanda objektif meliputi pembesaran rahim, kontraksi Braxton hicks dan souffle, ballottemen, dan hasil tes kehamilan yang positif. Tanda positif kehamilan ditunjukkan oleh denyut jantung janin yang berbeda dari denyut jantung ibu, temuan gerakan janin oleh seseorang selain ibu dan visualisasi janin dengan alat tehnik, seperti ultrasonografi.

1.3Perawatan Kehamilan

Perawatan kesehatan secara sistemik yang di mulai jauh sebelum kehamilan terbukti sangat penting terhadap kesejahteraan fisik secara emosi si calon ibu, dan pada gilirannya juga calon anaknya. Perawatan prenatal idealnya merupakan kelanjutan suatu paket kesehatan yang diawasi oleh dokter yang dilakukan terhadap wanita tersebut (Pritchard, 1991). Perawatan kehamilan meliputi:


(19)

1.3.1 Kebutuhan nutrisi

Diet nutrisi wanita hamil harus mensuplai kebutuhan ibu dan juga janin. Hal ini tidak berarti melipatgandakan asupan kalori. Diet khusus bagi wanita yang malnutrisi atau mereka dengan masalah khusus harus disesuaikan selama kehamilan untuk memenuhi tambahan kebutuhan pertumbuhan janin (Halminton, 1995). Makanan yang dikonsumsi oleh ibu yang sedang hamil, merupakan nutrisi penting bagi pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungnya. Semakin baik kualitas makanan si ibu, maka semakin baik pula nutrisi yang diiterima si janin, dan semakin baik bagi peningkatan kecerdasan janin (Arif, 2004).

Meskipun diet ideal sudah memberikan sebagian besar nutrisi yang diperlukan, tetapi suplemen tertentu sering ditambahkan pada diet ibu hamil. Tablet zat besi hampir selalu diberikan secara rutin bagi wanita hamil. Bagi wanita hamil tidak dianjurkan menggunakan vitamin atau mineral tambahan secara berlebihan. Obat-obatan tradisional seperti jamu sebaiknya tidak diminum tanpa sepengetahuan dokter obstetri karena banyak bahan obat tersebut yang pengaruhnya pada kehamilan masih belum diketahui (Farrer, 2001). Sebagian perempuan berniat membatasi makanan saat sedang hamil, karena khawatir bobot tubuhnya melonjak dan sulit mengembalikannya lagi setelah melahirkan (Harmandini, 2011).

1.3.2 Perawatan Payudara

Selama kehamilan payudara harus dipersiapkan untuk menghasilkan ASI bagi bayi segera setelah lahir. Bila ibu memutuskan untuk tidak memberikan ASI pada bayinya, cukup untuk menjaga kebersihan payudara. Bila ibu merencanakan


(20)

untuk memberikan ASI pada bayinya, dianjurkan untuk melakukan perawatan putting dan melakukan pencucian setiap hari tanpa menggunakan sabun, dikeringkan dengan hati-hati serta menggunakan salep lanolin pada putting (Halminton, 1995).

1.3.3 Perawatan Gigi

Perawatan gigi selama masa hamil merupakan hal yang sangat penting. Rasa mual selama masa hamil dapat mengakibatkan perburukkan hygiene mulut dan karies gigi dapat timbul (Bobak, 2004). Gigi dan gusi harus mendapatkan perawatan preventif tambahan selama kehamilan. Gusi dapat dipengaruhi oleh hormon-hormon kehamilan dalam darah sehingga mengalami kelainan hipertropi sampai taraf tertentu serta infeksi dan iritasi bagian tepi gusi dapat terjadi, jika kelainan tersebut dibiarkan. Pentingnya kesehatan gigi sebagai bagian dari kesehatan tubuh secara umum harus ditegaskan, dan wanita hamil dianjurkan untuk memeriksakan gigi pada awal kehamilannya (Farrer, 2001).

1.3.4 Obat-obatan, alkohol, dan tembakau

Wanita hamil harus menghindari semua jenis obat kecuali obat yang secara khusus diresepkan dokter. Pencegahan ini penting sekali terutama pada periode pembentukan organ tubuh bayi selama trimester pertama. Alkohol juga harus dihindari selama kehamilan. Pada penyalahgunaan alkohol kronik dapat berisiko menyebabkan kelainan fetal alkohol sindrom (FAS) termasuk retardasi fisik dan pertumbuhan mental, dan kelainan mata, jantung, telinga, wajah, otak. Merokok menyebabkan retardasi pertumbuhan mental dan insiden mortalitas neonatus dan bayi lebih tinggi (Halminton, 1995).


(21)

1.3.5 Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian vaksin pada tubuh seseorang untuk memberikan perlindungan kepada kekebalan tubuh. Sangat penting untuk mencoba menghindari pajanan infeksi yang dapat berbahaya bagi ibu dan janin selama kehamilan. Vaksinasi juga penting dilakukan bagi pasangan yang merencanakan kehamilan. Imunisasi yang rutin dilakukan selama kehamilan sebaiknya ditunda sampai trimester kedua atau ketiga karena kemungkinan dapat menyebabkan kecacatan bagi janin. Informasi tentang imunisasi harus diberi tahu sejak merencanakan kehamilan. Apabila ketika sedang hamil seorang wanita terkena penyakit tertentu maka tergantung dari situasinya, apakah akan diberikan vaksinasi dipertimbangkan dari untung dan ruginya. Jenis imunisasi yang dibutuhkan wanita hamil seperti tetanus toksoid, hepatitis B, dan influenza (Wordpress, 2009).

1.3.6 Kebersihan dan Pakaian

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi setiap hari merangsang sirkulasi, menyegarkan dan menghilangkan kotoran tubuh (Halminton, 1995). Baju sebaiknya yang longgar dan mudah dipakai. Sepatu atau alas kaki lain dengan tumit yang tinggi sebaiknya jangan dipakai, karena tempat titik berat wanita hamil berubah, sehingga mudah tergelincir atau jatuh. Payudara yang bertambah besar membutuhkan bra yang lebih besar dan dapat cukup menunjang (Arif, 2004).


(22)

1.3.7 Latihan Otot Dasar Panggul (Kegel’s)

Latihan Kegel’s untuk memperkuat otot-otot disekitar organ reproduksi dan memperbaikai tonus otot-otot tersebut. Sangat penting untuk dilatih karena otot yang terlatih dapat merenggang dan berkontraksi dengan baik selama proses melahirkan (Bobak, 2004).

2. Pelayanan Antenatal

2.1 Definisi Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal (Antenatal care) adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan untuk memelihara kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (Depkes, 2009). Petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal adalah tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat) sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4 (Depkes, 2005).

2.2 Tujuan Perawatan antenatal

Menurut Depkes (2009) tujuan pelayanan antenatal adalah mengantarkan ibu hamil agar dapat bersalin dengan sehat dan memperoleh bayi yang sehat, mendeteksi dan mengantisipasi dini kelainan kehamilan, dan deteksi serta antisipasi dini kelainan janin. Menurut Manauba (2001) perawatan antenatal mempunyai tujuan untuk mempersiapkan kehamilan, persalinan aman, bersih dalam keadaan optimal sehingga mampu memelihara bayi dan memberikan ASI;


(23)

menetapkan risiko kehamilan sehingga persiapan persalinan dapat diarahkan ke tempat yang wajar; mengarahkan agar organ reproduksi dapat kembali ke masa pasca persalinan yang wajar dan mampu menyiapkan laktasi optimal; memberikan KIE dan KIM KB sehingga hamil pada interval optimal dengan jumlah dan susunan keluarga yang harmonis; memberikan vaksinasi tetanus toksoid; menetapkan kehamilan dengan berbagai risiko serta mengarahkan pada persalinan bersih dan aman.

Menurut Mansjoer (2005) juga menyatakan tujuan perawatan kehamilan adalah memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi; meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi; mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan; mempersiapkan persalianan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin; mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif; mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

2.3 Kunjungan Antenatal

Kunjungan ibu hamil atau kontak ibu hamil merupakan kunjungan dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan perawatan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Kunjungan antenatal care tidak hanya mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi setiap kontak


(24)

tenaga kesehatan (di posyandu, poskesdes, kunjungan rumah) dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai standar (Meilani, dkk, 2009).

Menurut Farrer (2001) kunjungan antenatal terdiri dari dua yaitu: kunjungan pertama dan kunjungan berikutnya. Kunjungan pertama adalah kunjungan wanita ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan kepastian akan kehamilannya. Di mulai dari anamnesa riwayat pasien, kemudian pemeriksaan fisik lengkap, diskusi mengenai setiap masalah yang dijumpai, nasehat tentang gizi, resep obat-obat yang diperlukan, informasi mengenai kunjungan berikutnya dan pemesanan tempat untuk persalinan nanti.

Kunjungan berikutnya berdasarkan hasil kunjungan sebelumnya. Jika terdapat komplikasi pasien harus lebih sering dilakukan pemeriksaan, pasien dianjurkan segera menghubungi dokter atau rumah sakit jika menemukan kelainan. Pada kunjungan selanjutnya dilakukan pemeriksaan meliputi berat badan, urinalisis (untuk mengetahui apakah terdapat protein, gula, keton), tekanan darah, adanya edema pada pergelangan kaki dan tangan, tungkai di periksa untuk menemukan nyeri tekan tungkai, tinggi fundus, letak dan gerakan janin, denyut jantung janin,setelah kehamilan 36 minggu posisi janin diperiksa secara rinci (letak, presentasi, posisi, habitus/sikap, engagement (Farrer, 2001).

Depkes (2009) juga menyatakan bahwa kunjungan antenatal terdiri dari K1 dan K4. K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal yang dilakukan pada trimester pertama kehamilan. Sedangkan K4 adalah kunjungan ibu hamil untuk


(25)

mendapatkan pelayanan minimal 4 kali, yaitu satu kali pada trimester pertama kehamilan, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil (Depkes, 2005).

2.4 Standar Pelayanan Antenatal

Standar pelayanan antenatal menurut Depkes RI (2010) meliputi: timbang berat badan, pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, serta temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta KB pasca persalinan.

Setiawan (2010) juga menyatakan bahwa pelayanan antenatal yang diberikan petugas kesehatan yang profesional pada ibu hamil harus sesuai dengan standar antenatal care yang telah ditetapkan dengan standar minimal “7T”, meliputi :

2.4.1 T1 (Timbang) berat badan dan ukur (tinggi badan)

Timbang berat badan harus selalu dilakukan di setiap waktu antenatal care, cara menimbang berat badan (dalam kg) adalah tanpa sepatu dan memakai pakaian yang seringan-ringannya. Berat badan kurang dari 45 kg pada trimester ketiga menyatakan ibu kurus memiliki kemungkinan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua. Mengukur tinggi badan dapat dilakukan pada


(26)

awal antenatal care saja, cara mengukur tinggi badan (dalam meter) adalah dengan posisi tegak berdiri tanpa menggunakan sepatu dan dilakukan pengukuran. Tinggi badan kurang dari 1,5 meter dapat menjadi alasan untuk direncanakannya proses persalinan dengan cara operasi. Sehingga ibu hamil bersama suaminya dapat menyiapkan biaya operasi sejak dini, serta menumbuhkan kesiapan psikis untuk operasi.

2.4.2 T2 Ukur (tekanan) darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan secara rutin setiap antenatal care, diharapkan tenakan darah selama kehamilan tetap dalam keadaan normal (120 / 80 mmHg). Hal yang harus diwaspadai adalah apabila selama kehamilan terjadi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol, karena dikhawatirkan dapat terjadinya preeklamsia atau eklamsia (keracunan dalam masa kehamilan) dan dapat menyebabkan ancaman kematian bagi ibu dan janin atau bayinya. Hal yang juga harus menjadi perhatian adalah tekanan darah rendah (hipotensi), seringkali disertai dengan keluhan pusing dan kurang istirahat.

2.4.3 T3 Ukur (tinggi) fundus uteri

Bidan atau dokter saat melakukan pemeriksaan antenatal pada seorang ibu hamil bertujuan untuk menentukan usia kehamilan. Pemeriksaan dilakukan pada bagian perut atau abdomen dengan cara melakukan palpasi (sentuhan tangan secara langsung di perut ibu hamil) dan dilakukan pengukuran secara langsung untuk memperkirakan usia kehamilan. Pemeriksaan ini juga bertujuan untuk menentukan posisi bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.


(27)

Pemantauan ini bertujuan untuk melihat indikator kesejahteraan ibu dan janin selama masa kehamilan.

2.4.4 T4 Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap

Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi atau neonatus yang disebabkan oleh penyakit tetanus, maka dilakukan kegiatan pemberian imunisasi TT. Manfaat dari imunisasi TT ibu hamil antara lain: pertama untuk melindungi bayi yang baru lahir dari penyakit tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat. Kedua untuk melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka. Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal (pada ibu hamil) dan tetanus neonatorum (bayi berusia kurang dari 1 bulan).

Pemberian imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan (dalam otot atau dibawah kulit). Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap. TT1 dapat diberikan sejak di ketahui positif hamil dimana biasanya di berikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana kesehatan. Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu.

2.4.5 T5 Pemberian (tablet besi)

Anemia lebih cenderung terkena pada wanita dengan kehamilan 3 bulan terakhir. Anemia pada kehamilan dapat disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan


(28)

zat besi untuk pertumbuhan janin, kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil, pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan, dan adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.

Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak, kematian janin, abortus, cacat bawaan, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), anemia pada bayi yang dilahirkan, lahir prematur, pendarahan, rentan infeksi. Defisiensi besi bukan satu-satunya penyebab anemia, tetapi apabila prevalensi anemia tinggi, defisiensi besi biasanya dianggap sebagai penyebab yang paling dominan. Pertimbangan itu membuat suplementasi tablet besi folat selama ini dianggap sebagai salah satu cara yang sangat bermanfaat dalam mengatasi masalah anemia. Ibu hamil umumnya diberikan sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat.

2.4.6 T6 (Tes) terhadap penyakit menular seksual (PMS)

Ibu hamil resiko tinggi terhadap PMS, sehingga dapat mengganggu saluran perkemihan dan reproduksi. Upaya diagnosis kehamilan dengan PMS di komunitas adalah melakukan diagnosis pendekatan gejala, memberikan terapi, dan konseling untuk rujukan. Hal ini bertujuan untuk melakukan pemantauan terhadap adanya PMS agar perkembangan janin berlangsung normal.


(29)

2.4.7 T7 (Temu) wicara dalam rangka persiapan rujukan

Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan tindakan yang harus dilakukan oleh bidan atau dokter dalam temu wicara antara lain: merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu menentukan pilihan yang tepat; melampirkan kartu kesehatan ibu beserta surat rujukan; meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil rujukan; meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan; memberikan asuhan antenatal (selama masa kehamilan); perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah; menyepakati diantara pengambil keputusan dalam keluarga tentang rencana proses kelahiran; persiapan dan biaya persalinan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Antenatal

Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal adalah sebagai berikut:

3.1 Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan. Paritas dibedakan menjadi nuligravida, primigravida, multigravida. Nuligravida adalah seorang wanita yang belum pernah hamil. Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. Multigravida adalah seorang wanita yang sudah hamil dua kali atau lebih (Bobak, 2004).

Paritas merupakan faktor penting dalam menentukan nasib dan kesejahteraan ibu dan janin, baik selama kehamilan maupun pada saat persalinan.


(30)

Paritas tinggi atau ibu multigravida yang sudah mempunyai pengalaman mengalami kehamilan lebih cenderung untuk tidak melakukan kunjungan antenatal sedangkan ibu primigravida kurang mempunyai motivasi yang kuat untuk mendapatkan pertolongan (Depkes RI, 2008). Hasil penelitian Prasasti (2011) yang dilakukan di Puskesmas Bandarharjo Semarang menyatakan bahwa Ibu multipara dan grandemultipara cenderung tidak melakukan kunjungan antenatal care dibandingkan dengan ibu primipara.

3.2 Usia

Usia adalah waktu hidup individu mulai saat berulang tahun (Nursalam, 2001). Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa (Mochtar, 1998). Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir secara rasional dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2008). Menurut Manuaba (2001) usia yang berisiko masa kehamilan kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian Tungkup (2008) yang dilakukan di Rumah Sakit Kota Medan menyebutkan responden berusia 20-35 tahun lebih rendah melakukan kunjungan dibandingkan usia diatas 35 tahun. Kemungkinan disebabkan berada pada rentang usia yang masih belum memasuki kehamilan risiko tinggi. Penelitian Amiruddin (2005) dalam Tungkup (2008) yang dilakukan di Puskesmas Ulaweng Jawa Timur juga menyebutkan bahwa fasilitas antenatal lebih banyak dimanfaatkan oleh kelompok risiko tinggi, salah satunya usia di atas 35 tahun.


(31)

3.3 Pendidikan

Berdasarkan UUR.I No.2 tahun 1989, Bab I pasal I dalam Hamalik (2008) pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus (predisposing) yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat (Depkes, 2009).

Pendidikan mempengaruhi status kesehatan ibu dan janin (Depkes, 2009). Dampak dari rendahnya pendidikan pada kehamilan menyebabkan gizi rendah, anemia, mudah terjadi infeksi intra dan ekstrauterin neonatus, gangguan nutrisi janin dalam rahim menyebabkan BBLR seperti prematuritas, retardasi, janin kecil (tidak sesuai masa gestasi), dan sulit menerima pelayanan obstetri modern khususnya pelayanan antenatal (Manauba, 2001). Merupakan tugas tenaga kesehatan bersama pemerintah untuk memberikan motivasi dan penjelasan kepada masyarakat yang tidak tahu (Mochtar, 1998)

Penelitian Tungkup (2008) yang dilakukan di Rumah Sakit Kota Medan menyebutkan jenjang pendidikan minimal SMA lebih mudah menerima informasi yang diberikan, termasuk informasi tentang pelayanan antenatal. Sedangkan yang berpendidikan SD dan SMP responden menyatakan informasi yang diberiakan tidak akan bertahan lama dalam ingatan mereka.


(32)

3.4 Pengetahuan

Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2003) pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Kunjungan pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu bentuk perilaku. Salah satu faktor yang mendorong ibu hamil melakukan kunjungan antenatal adalah pengetahuan dan kesadaran ibu hamil tersebut sebagai faktor predisposisi dalam dirinya (Manauba, 2001).

Hasil penelitian Tungkup (2008) yang di lakukan di Rumah Sakit Kota Medan sangat bertolak belakang antara pengetahuan dengan jumlah kunjungan, dimana pengetahuan yang baik tetapi jumlah kunjungan K4 masih rendah. Penelitian Herlina (2009) tentang hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di RSUD Dr.Soetomo yang menyatakan ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan jumlah kunjungan antenatal.

3.5Pekerjaan

Pekerjaan memberikan informasi tentang tingkat pendapatan (Linda, 2003). Semakin tinggi tingkat pekerjaan dan pendapatan maka semakin tinggi kepedulian akan tingkat kesehatan. Hasil penelitian Tungkup (2008) di Rumah Sakit Kota Medan menyebutkan ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki lebih banyak waktu untuk memeriksakan diri ke rumah sakit daripada ibu-ibu yang bekerja.

Penelitian Siregar (2011) menyatakan bahwa pekerjaan mempengaruhi pemeriksaan antenatal care, ibu yang bekerja tidak mempunyai waktu yang cukup


(33)

untuk melakukan kunjungan antenatal care yang teratur dan ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang cukup dalam melaksanakan antenatal care.

3.6Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi pelayanan kesehatan merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk pemeriksaan kesehatan ke pelayanan (Notoatmodjo, 2003). Ketika ibu hamil diharapkan pada saat kesehatan yang optimal dan jumlah anak yang disesuaikan dengan kemampuan sosial dan ekonomi keluarga. Mungkin suatu keluarga tidak ingin mempunyai anak karena dapat menyebabkan kesejahteraan keluarga menurun dan mengganggu stabilitas sosial dan ekonominya (Manauba, 2001). Hasil penelitian Tungkup (2008) di Rumah Sakit Kota Medan menyebutkan hampir semua yang berpenghasilan rendah tidak memeriksakan kehamilannya secara teratur ke rumah sakit.

3.7Kualitas Pelayanan

Di bandingkan dengan negara ASEAN lainya Indonesia masih belum mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan menyeluruh (Manauba, 2001). Indikator kualitas pelayanan antenatal adalah K4 yang memenuhi standar kriteria kunjungan ibu hamil yaitu minimal satu kali kunjungan pada trimester satu, satu kali pada trimester dua dan dua kali pada trimester tiga (Depkes, 2009).

Menurut Wahyuningsih (2006) kualitas berkaitan erat dengan mutu pelayanan yang diberikan. Pelayanan yang bermutu akan menimbulkan kepuasan pada pasien dan sebaliknya pelayanan yang tidak bermutu menimbulkan ketidakpuasan pasien. Berdasarkan hasil penelitian Tungkup (2008) di Rumah


(34)

Sakit Kota Medan menyebutkan bahwa kualitas pelayanan dalam kategori kurang baik.

3.8Sosial Budaya

Kebudayaan menurut Kluckhohn dalam Marasmis (2006) adalah keseluruhan cara hidup manusia yang diperoleh secara individu dengan kultur yang berbeda-beda dari suatu kelompok masyarakat. Banyaknya variasi budaya, sehingga beberapa praktik dalam perawatan prenatal bertentangan dengan praktik dan keyakinan suatu kelompok (Lazarus, (1990) di kutip dalam Bobak (2004). Penghambat lain dalam perawatan prenatal adalah masalah kesopanan, sehingga wanita lebih banyak memilih pemberi pelayanan wanita daripada pria. Karena kebanyakan wanita lebih menghargai dan menghormati upaya yang dilakukan untuk mempertahankan kesopanan. Dengan banyaknya variasi budaya tetap diharapkan ibu melakukan pemeriksaan kehamilan untuk memastikan hasil yag baik.

Masih banyak masyarakat lebih percaya kepada dukun daripada tenaga kesehatan. Dukun beranak dianggap mempunyai kharisma, karena mereka menghadiri persalinan dan tidak hanya memberikan pertolongan teknis, tetapi memberikan perlindungan emosional kepada ibu yang bersalin dan keluarganya (Mochtar, 1998). Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil kehamilannya. Tatanan budaya yang turun temurun mempengaruhi keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan. Misalnya ibu hamil akan memeriksakan kehamilan ke dukun misalnya


(35)

dengan khusuk dan meminta zimat atau pelindung selama kehamilan (Depkes, 2008).

3.9Jarak Pelayanan Kesehatan

Penyebaran sarana kesehatan di Indonesia masih belum merata, karena itu ada anggota masyarakat yang belum pernah datang ke rumah sakit. Bila sarana kesehatan atau rumah sakit sudah tersedia, yang harus di bina adalah sikap para petugas kesehatan terhadap masyarakat yang datang, dan birokrasi yang menyebabkan mereka takut datang ke rumah sakit (Mochtar, 1998).

Jarak yang mudah terjangkau dan tersedianya fasilitas yang memadai akan memberikan kemudahan bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dan bisa melaksanakan antenatal care sehingga jika terdapat keadaan gawat darurat dapat segera ditangani (Yeyeh, 2009).

Hasil penelitian Tungkup (2008) di Rumah Sakit Kota Medan menyebutkan jarak mempengaruhi kunjungan antenatal. Dan penelitian Amiruddin (2005) dalam Tungkup (2008) juga mengatakan kemudahan jarak ke tempat pelayanan merupakan salah satu faktor yang membuat ibu hamil memanfaatkan pelayanan antenatal.


(36)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah kunjungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care. Kunjungan antenatal dilakukan minimal 4 kali kunjungan selama kehamilan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya meliputi: paritas, usia, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, sosial ekonomi, kualitas pelayanan, sosial budaya dan jarak layanan kesehatan. Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka maka kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 1 : kerangka penelitian Kunjungan antenatal care

Faktor-faktor yang mempengaruhi: -Paritas

-Usia -Pendidikan -Pengetahuan -Pekerjaan -Sosial ekonomi -Kualitas pelayanan -Sosial budaya


(37)

2. Definisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional

Alat Ukur Skala Hasil Ukur

Kunjungan antenatal care

Jumlah kedatangan ibu hamil dalam melaksanakan perawatan kehamilan

Kuesioner 1 pertanyaan

nominal 1. Jumlah kunjungan≥4 2. Jumlah

kunjungan <4

Paritas Banyaknya jumlah kehamilan yang dimiliki ibu

Kuesioner 1 pertanyaan

nominal 1.Pertama

2.Kedua atau lebih

Usia Umur responden berulang tahun terakhir ketika melakukan

kunjungan antenatal

Kuesioner 1 pertanyaan

ordinal 1. <20 tahun 2. 20-35 tahun 3. > 35 tahun

Pendidikan Pendidikan formal yang pernah didapat responden yang di bagi menjadi dua kategori

Kuesioner 1 pertanyaan

ordinal 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. PT

Pengetahuan Segala informasi yang diketahui responden tentang pelayanan antenatal di bagi menjadi dua kategori

Kuesioner 6 pertanyaan

nominal 1. Baik jika skor =6

2. Buruk jika skor <6


(38)

dilakukan responden untuk menyokong kehidupan keluarga di bagi dalam dua kategori

pertanyaan 2. Tidak bekerja

Sosial ekonomi

Dukungan dalam hal biaya yang harus dikeluarkan

responden untuk melakukan antenatal care yang dibagi dua kategori

Kuesioner 2 pertanyaan

nominal 1. Mendukung jika skor=2, 2. Tidak

Mendukung jika skor <2

Kualitas pelayanan

Mutu pelayanan kesehatan terkait yang dibagi dua kategori

Kuesioner 6 pertanyaan

nominal 1. Baik jika skor =6

2. Buruk jika skor <6 Sosial budaya Kebiasaan atau

kepercayaan

responden tentang perawatan

kehamilan

Kuesioner 4 pertanyaan

nominal 1. Mendukung jika skor =4, 2. Tidak

mendukung jika skor <4 jarak

pelayanan kesehatan

Jarak tempat tinggal responden dengan pelayanan kesehatan

Kuesioner 3 pertanyaan

nominal 1. Jauh jika skor =3

2. Dekat jika skor <3


(39)

BAB IV

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan jumlah kunjungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care.

2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu hamil trimester ke tiga yang memeriksakan kehamilannya di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat. Berdasarkan jumlah ibu yang melakukan kunjungan antenatal di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat pada bulan Maret sampai dengan April 2012 sebanyak 38 orang ibu hamil (Klinik Dahlia, 2012).

2.2Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Menurut Arikunto (2006) total sampling adalah tehnik pengambilan sampel jika jumlah populasinya kurang dari 100, dimana dari seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Sampel dari seluruh populasi sebanyak 38 orang ibu hamil.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat pada bulan 01 Agustus sampai 23 September tahun 2012. Lokasi ini dipilih karena


(40)

belum pernah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi jumlah kunjungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena di tempat tersebut masih banyak ibu-ibu yang belum mencapai target standar minimal pelaksanaan antenatal selama masa kehamilan yang dipengaruhi adanya beberapa faktor.

4. Pertimbangan Etik

Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan surat permohonan kepada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah memperoleh persetujuan, peneliti meminta izin kepada pemilik Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat. Kemudian peneliti melakukan penelitian dengan pertimbangan etik, yaitu: peneliti menjelaskan makna dan tujuan dari pelaksanaan penelitian.

Peneliti menanyakan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan (Informed consent). Responden berhak menolak (self determination) untuk terlibat dalam penelitian ini. Semua responden akan dilindungi dari kerugian materil dan risiko yang timbul akibat penelitian ini.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (anonymity) (Nursalam, 2003)


(41)

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu:

5.1 Kuesioner pelaksanaan antenatal care

Kuesioner ini berisi 1 pertanyaan tentang pelaksanaan antenatal yang dilakukan ibu hamil. Bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah kunjungan kehamilan yang dilakukan.

5.2 Kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal

Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yaitu dalam bentuk data demografi dan pernyataan dengan dua pilihan jawaban yaitu Ya dan Tidak. Kuesioner data demografi mencakup umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas ada pada pertanyaan nomor 1-4. Untuk kuesioner dalam bentuk pernyataan dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak menggunakan skala Guttman yang membutuhkan jawaban yang tegas mencakup pengetahuan ada pada nomor 1-6, kualitas pelayanan ada pada nomor 7-12, sosial ekonomi ada pada nomor 13-14, sosial budaya ada pada nomor 15-18 dan jarak pelayanan kesehatan ada pada nomor 19-21. Jika pernyataan positif setiap jawaban Ya (1) dan jawaban Tidak (0). Jika penyataan negatif setiap jawaban Ya (0) dan jawaban Tidak (1). Pertanyaan kuesioner seluruhnya berjumlah 21 pertanyaan.

6.Uji Validitasdan Reliabilitas

Instrumen di buat oleh peneliti, untuk instrumen baru dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan


(42)

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen(Arikunto, 2006). Uji validitas pada penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment yaitu untuk mengetahui nilai korelasi tiap-tiap item pertanyaan dengan total skor dari pertanyaan (Arikunto, 2010). Uji validitas kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal dilakukan pada 10 orang responden sehingga r tabel adalah 0,632. Menurut Arikunto (2010), jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel maka suatu instrumen dinyatakan valid. Hasil uji pada semua item pertanyaan menunjukkan bahwa nilai r lebih besar dari nilai r tabel. Jadi dapat disimpulkan kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah valid.

Reliabilitas adalah tingkat keterandalan suatu instrumen (Arikunto, 2010). Uji reliabilitas dilakukan kepada 10 orang responden dengan menggunakan uji KR-20 (Kuder Richardson) yaitu apabila memiliki instrumen dengan jumlah pertanyaan ganjil (Arikunto, 2010). Hasil uji reliabilitas kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal dalam bentuk pernyataan adalah 0,95. Menurut Polit & Hungler (1999) suatu instrumen dikatakan reliabel bila koefisiennya 0,70 atau lebih. Jadi dapat disimpulkan bahwa kuesioner dalam penelitian ini adalah reliabel. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di tempat yang berbeda di luar populasi penelitian dan sesuai dengan kriteria responden penelitian.

7. Pengumpulan data

Peneliti mengajukan surat permohonan izin pengumpulan data dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan


(43)

peneliti melaksanakan pengumpulan data. Metode pengumpulan data yang digunakan dengan mengisi lembar kuesioner. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada calon responden. Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden diminta menandatangani (informed consent), kemudian mengisi kuesioner, selanjutnya data yang terkumpul dianalisis.

8. Analisa Data

Pengolahan data jumlah kunjungan pelaksanaan antenatal care diidentifikasi dengan mendeskripsikan distribusi frekuensi dan persentase dalam bentuk tabel. Dan pengolahan data faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care diidentifikasi dengan menggunakan crosstab.

Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan perhitungan statistik deskriptif untuk jumlah kunjungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care. Dimana data diperiksa terlebih dahulu atau diediting, untuk memeriksa apakah pernyataan dan kuesioner telah diisi sesuai petunjuk. Setelah di beri kode atau coding terhadap pernyataan yang telah diajukan untuk mempermudah tabulasi dan analisa. Analisa yaitu menganalisa data yang terkumpul dengan menentukan bahwa persentase jawaban dari setiap responden. Selanjutnya peneliti memasukkan data kedalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan tehnik komputerisasi yang menggunakan program statistik (Polit & Hungler, 1999).


(44)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian akan menjabarkan gambaran jumlah kunjungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat.

1. 1 Gambaran jumlah kunjungan antenatal care

Dari 38 responden ibu hamil yang diteliti mayoritas responden (n=24; 63,2%) melakukan kunjungan ≥4 kali. (Tabel 5.1)

Tabel 5.1 Gambaran jumlah kunjungan antenatal care di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat pada bulan Agustus sampai September 2012 (N=38) Jumlah kunjungan Frekuensi (n) Persentase (%)

- <4 kali - ≥4 kali

Total

14 24 38

36,8 63,2 100,0

1. 2 Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang melakukan antenatal <4 kali kunjungan pada paritas multigravida (n=12; 85,7%) usia 20-35 tahun (n=12; 85,7%). Pendidikan SMP (n=7; 50,0%). Pengetahuan buruk (n=13; 92,9%). Bekerja (n=8; 57,1). Ekonomi mendukung (n=9; 64,3%). Kualitas pelayanan baik (n=10; 71,4). Sosial budaya mendukung (n=8; 57,1%). Jarak pelayanan dekat (n=10; 71,4%). (Tabel 5.2)


(45)

Tabel 5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan antenatal care <4 kali kunjungan di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat bulan Agustus sampai September 2012 (N=14)

Faktor Frekuensi (n) Persentase (%)

Paritas

- Primigravida - Multigravida

Usia

- < 20 tahun - 20-35 tahun - > 35 tahun

Pendidikan - SD - SMP - SMA - PT Pengetahuan - Buruk - Baik Pekerjaan - Bekerja - Tidak Bekerja

Sosial Ekonomi

- Mendukung - Tidak mendukung

Kualitas pelayanan

- Buruk - Baik

Sosial budaya

- Mendukung - Tidak mendukung

Jarak pelayanan - Jauh - dekat 2 12 1 12 1 1 7 6 - 13 1 8 6 9 5 4 10 8 6 4 10 14,3 85,7 7,1 85,7 7,1 7,1 50,0 42,9 - 92,9 7,1 57,1 42,9 64,3 35,7 28,6 71,4 57,1 42,9 28,6 71,4

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang melakukan antenatal ≥4 kali kunjungan pada paritas primigravida (n=21; 87,5%) usia 20-35 tahun (n=20; 83,3%). Pendidikan SMA (n=16; 66,7%). Pengetahuan buruk (n=15; 62,5%). Tidak bekerja (n=13; 54,2). Ekonomi mendukung (n=19; 79,2%). Kualitas pelayanan baik (n=19; 79,2%). Sosial budaya mendukung (n=14; 58,3%). Jarak pelayanan dekat (n=15; 62,5%). (Tabel 5.3)


(46)

Tabel 5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan antenatal care ≥4 kali kunjungan di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat bulan Agustus sampai September 2012 (N=24)

Faktor Frekuensi (n) Persentase (%)

Paritas

- Primigravida - Multigravida

Usia

- < 20 tahun - 20-35 tahun - > 35 tahun

Pendidikan - SD - SMP - SMA - PT Pengetahuan - Buruk - Baik Pekerjaan - Bekerja - Tidak Bekerja

Sosial Ekonomi

- Mendukung - Tidak mendukung

Kualitas pelayanan

- Buruk - Baik

Sosial budaya

- Mendukung - Tidak mendukung

Jarak pelayanan - Jauh - dekat 21 3 2 20 2 - 5 16 3 15 9 11 13 19 5 5 19 14 10 9 15 87,5 12,5 8,3 83,3 8,3 - 20,8 66,7 12,5 62,5 37,5 45,8 54,2 79,2 20,8 20,8 79,2 58,3 41,7 37,5 62,5 2. Pembahasan

2.1 Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care meliputi faktor paritas, usia, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, sosial ekonomi, kualitas pelayanan, sosial budaya, jarak pelayanan.


(47)

1. Faktor Paritas

Gambaran pelaksanaan antenatal care merupakan kunjungan ibu hamil. Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan sesuai standar (Depkes, 2009). Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden yang melaksanakan antenatal ≥ 4 kali kunjungan adalah primigravida dan mayoritas responden yang melaksanakan antenatal < 4 kali kunjungan adalah multigravida.

Menurut Depkes (2008) ibu primigravida cenderung melaksanakan antenatal care karena belum pernah mempunyai pengalaman dalam kehamilan. Penelitian Siregar (2011) juga menyatakan bahwa ibu primigravida akan cenderung melaksanakan antenatal care. Hal ini disebabkan karena kehamilan pertama dan memiliki kecemasan akan kehamilannya karena belum pernah mempunyai pengalaman. Hal yang sama juga disebutkan penelitian Juwita (2008) di Puskesmas Dinoyo Kota Malang menyatakan bahwa ibu primigravida cenderung melaksanakan antenatal dengan frekuensi sering atau dalam kategori baik.

Pada ibu multigravida menurut Bobak (2004) ada kecenderungan wanita yang sudah pernah melahirkan kurang menganggap penting pemeriksaan antenatal. Depkes (2008) juga menyatakan hal yang sama bahwa ibu yang sudah pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang antenatal care, dari pengalaman yang terdahulu tersebut kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan


(48)

kehamilannya sehingga ibu paritas tinggi lebih cenderung untuk tidak melakukan kunjungan antenatal.

Ibu multigravida merasa sudah berpengalaman dalam kehamilan yang tidak beresiko tanpa ada jadwal pemeriksaan antenatal care dan kurang mengetahui bahwa dalam setiap proses kehamilan tidak ada yang sama dengan proses kehamilan sebelumnya, sehingga hal ini membuat ibu multigravida merasa tidak perlu melaksanakan antenatal care. Hal yang sama disebutkan penelitian Suprapto (1993) paritas tinggi akan meyebabkan kurangnya perhatian ibu terhadap kehamilannya karena kesibukan mengurus keluarga dan anak yang jarak kelahiran anak yang satu dengan yang lain sangat dekat sehingga tidak melaksanakan kunjungan antenatal sesuai standar. Hal ini sejalan dengan penelitian Budiarti (2012) tentang tingkat kepatuhan dalam melakukan kujungan antenatal yang menyatakan bahwa ibu multigravida cenderung tidak patuh dalam melakukan kunjungan antenatal care. Swenson (2004) dalam Siregar (2011) juga menyatakan paritas tinggi cenderung kurang memanfaatkan perawatan kehamilan, lebih percaya diri tentang kehamilannya dan merasa kurang perlu untuk melakukan perawatan kehamilan.

2. Faktor usia

Usia ibu hamil merupakan keadaan kematangan ibu hamil selama masa kehamilan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang melaksanakan antenatal ≥ 4 kali dan < 4 kali kunjungan pada usia 20-35 tahun.

Menurut Manauba (2005) usia reproduksi optimal bagi seorang wanita berada pada usia 20-35 tahun. Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih


(49)

berpikir secara rasional dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan. Hal ini disebabkan karena berada pada rentang usia yang masih belum memasuki kehamilan resiko tinggi. Sejalan dengan penelitian Kusumaning (2008) yang dilakukan di Puskesmas Pojong II Gunung Kidul Yogyakarta bahwa yang melakukan antenatal cenderung pada usia 20-35 tahun.

Menurut Depkes (2001) usia reproduksi optimal juga berada pada usia 20-35 tahun, pada usia tersebut rahim wanita sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya. Apabila usia kurang dari 20 tahun, maka akan meningkatkan resiko kehamilan karena pada usia muda organ-organ reproduksi wanita belum sempurna secara keseluruhan dan perkembangan jiwa belum siap dalam menerima kehamilan, maka cenderung kurang memperhatikan kehamilannya sehingga tidak melaksanakan antenatal sesuai standar. Penelitian Amiruddin (2005) menyatakan perempuan di bawah 35 tahun lebih sering melakukan kunjungan ke klinik untuk meyakinkan bahwa bayi mereka tumbuh. Hal yang sama dengan penelitian Siregar (2011) menyatakan ada hubungan yang signifikan antara usia dengan pemeriksaan kehamilan. Sejalan dengan penelitian Dora (2010) bahwa ada hubungan usia ibu hamil dengan pelaksanaan antenatal care.

3. Faktor pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus (predisposing) yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat (Depkes, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan responden yang melaksanakan antenatal ≥4 kali kunjungan adalah SMA dan


(50)

mayoritas pendidikan responden yang melaksanakan antenatal <4 kali kunjungan adalah SMP.

Pendidikan formal pada dasarnya memberikan kemampuan pada seseorang untuk berpikir rasional dan objektif dalam menghadapi masalah hidup dan akan berdampak timbulnya suatu proses pengembangan atau pematangan pandangan hidup pribadi (Muzaham, 1995). Menurut Manauba (2001) dampak dari rendahnya pendidikan pada kehamilan menyebabkan sulit menerima pelayanan obstetri modern khususnya pelayanan antenatal.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu, semakin meningkat kesadarannya terhadap pelaksanaan antenatal care secara teratur (Prichard, 1991). Hal yang sama dinyatakan oleh Nielsen (2001) bahwa status pendidikan seseorang akan mempengaruhi seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Penggunaan layanan kesehatan meningkat seiring dengan peningkatan jenjang pendidikan. Wanita yang berpendidikan tinggi cenderung mempunyai jumlah pemeriksaan kehamilan lebih baik dan memulai pemeriksaan kehamilan lebih awal daripada wanita yang berpendidikan rendah. Sejalan dengan penelitian Ulina (2004) tentang karakteristik ibu hamil terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal menunjukkan ibu yang mempunyai pendidikan tinggi melakukan kunjungan teratur. Penelitian Simanjuntak (2000) menyatakan hal yang sama bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu terhadap kunjungan antenatal care.


(51)

4. Faktor Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang melaksanakan antenatal ≥4 kali dan <4 kali kunjungan mempunyai pengetahuan buruk. Hal ini bertolak belakang dengan Depkes (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan maka semakin tinggi pula kunjungan kehamilan yang dilakukan ibu hamil. Tetapi hal ini sejalan dengan penelitian sudjoko (2005) yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kunjungan antenatal care. Salah satu faktor yang mendorong ibu hamil melakukan kunjungan antenatal adalah pengetahuan dan kesadaran ibu hamil tersebut sebagai faktor predisposisi dalam dirinya (Manauba, 2001).

Menurut Notoadmodjo (2005) pengetahuan merupakan indikator dari melakukan tindakan terhadap sesuatu, jika seseorang didasari pada pengetahuan yang baik terhadap kesehatan maka orang tersebut akan memahami bagaimana kesehatan itu dan mendorong untuk mengaplikasikan apa yang diketahuinya. Sejalan dengan penelitian Mariam (2006) di Desa Sukoharjo I Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Tanggamus menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan antenatal care. Hal yang sama juga dinyatakan penelitian Mukaromah (2011) Di Desa Karangreja Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil dengan jumlah kunjungan antenatal. Semakin


(52)

kurang tingat pengetahuan ibu hamil semakin rendah jumlah kunjungan antenatal yang dilakukan.

5. Faktor Pekerjaan

Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kepedulian akan kesehatan (Linda, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang melaksanakan antenatal ≥4 kali kunjungan adalah tidak bekerja dan mayoritas responden yang melaksanakan antenatal <4 kali kunjungan adalah bekerja.

Hal ini sejalan dengan penelitian Siregar (2011) bahwa pekerjaan mempengaruhi pemeriksaan antenatal care, ibu yang bekerja tidak mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan kunjungan antenatal care yang teratur dan ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang cukup dalam melaksanakan antenatal care. Hal yang sama pada penelitian Suharni (1995) bahwa ibu yang bekerja disektor nonformal tidak memiliki akses yang baik terhadap informasi dan ini menyebabkan ketidaktahuan dalam pelaksanaan antenatal care serta pekerjaan ibu yang berat baik fisik dan tekanan mental. Sejalan dengan penelitian Tungkup (2008) di Rumah Sakit Kota Medan menyatakan bahwa ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki lebih banyak waktu untuk memeriksakan diri ke rumah sakit daripada ibu-ibu yang bekerja. Sejalan juga dengan penelitian Puspa (2009) menyatakan bahwa status ibu bekerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perawatan kehamilan.


(53)

6. Faktor Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi pelayanan kesehatan merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk pemeriksaan kesehatan ke pelayanan (Notoatmodjo, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang melaksanakan antenatal ≥ 4 kali dan < 4 kali kunjungan menyatakan sosial ekonomi mendukung untuk melaksanakan antenatal care. Menurut Notoatmodjo (2005) biaya pemeriksaan antenatal care yang terlalu mahal untuk ukuran kemampuan ekonominya, cenderung tidak dilakukan meskipun itu disarankan oleh tenaga kesehatan. Hal yang sama pada penelitian Sutanto (2009) di Kabupaten Purbalingga menyatakan ada pengaruh yang bermakna kepesertaan jaminan persalinan dalam meningkatkan pelaksanaan antenatal.

Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar (Manauba, 2001). Sejalan dengan penelitian Siska (2001) menyebutkan bahwa ekonomi termasuk dalam karakteristik pendukung yang mempengaruhi kemampuan individu untuk membayar dalam melaksanakan antenatal care selama kehamilan. Hal yang sama dinyatakan oleh penelitian Sugiyanto (2001) di wilayah Puskesmas Toroh I Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan bahwa ada hubungan biaya pelayanan dengan pilihan tempat pelayanan antenatal.

7. Faktor Kualitas Pelayanan

Indikator kualitas pelayanan antenatal adalah K4 yang memenuhi standar kriteria kunjungan ibu hamil yaitu minimal satu kali kunjungan pada trimester satu, satu kali pada trimester dua dan dua kali pada trimester tiga (Depkes, 2009).


(54)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang melaksanakan antenatal ≥4 kali dan <4 kali kunjungan menyatakan kualitas pelayanan baik. Menurut Wahyuningsih (2006) kualitas berkaitan erat dengan mutu pelayanan yang diberikan. Pelayanan yang bermutu akan menimbulkan kepuasan pada pasien dan sebaliknya pelayanan yang tidak bermutu menimbulkan ketidakpuasan pasien. Sejalan dengan penelitian Noviana (2010) yang dilakukan di Pangarengan Sampang Madura yang menyatakan ada hubungan antara pelaksanaan antenatal care dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan.

Tenaga kesehatan yang ramah, sopan, bijaksana, dan suka membesarkan hati pasiennya akan cenderung mengikuti saran-saran untuk melakukan kunjungan antenatal yang teratur (Mochtar, 2009). Menurut Niven (2002) pemberian penyuluhan tentang antenatal antara tenaga kesehatan dan pasien jika dilakukan dengan sifat kekeluargaan dan keramahan menyebabkan sebagian besar pasien patuh dalam melakukan kunjungan antenatal.

8. Faktor Sosial Budaya

Kebudayaan adalah keseluruhan cara hidup manusia yang diperoleh secara individu dengan kultur yang berbeda-beda dari suatu kelompok masyarakat (Kluckhohn dalam Marasmis 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang melaksanakan antenatal ≥4 kali dan <4 kali kunjungan menyatakan sosial budaya mendukung untuk melaksanakan antenatal care. Sejalan dengan penelitian Widiawati (2007) menyatakan bahwa kunjungan antenatal care berhubungan dengan sosial budaya. Hal yang sama dinyatakan oleh


(55)

penelitian Siregar (2011) bahwa sosial budaya mempengaruhi pelaksanaan antenatal care.

Menurut Notoatmodjo (2003) kepercayaan budaya tentang kehamilan memiliki pengaruh pada penggunaan pelayanan antenatal. Setiap masyarakat memiliki cara masing-masing untuk memahami dan menanggapi peristiwa kehamilan dan kelahiran bayi yang sudah dipraktekkan jauh sebelum masuknya system medis biomedikal. Dengan banyaknya variasi budaya tetap diharapkan ibu melakukan pemeriksaan kehamilan untuk memastikan hasil yang baik.

9. Faktor Jarak Pelayanan Kesehatan

Jarak pelayanan kesehatan adalah penyebaran sarana kesehatan atau rumah sakit yang tersedia di masyarakat sehingga memudahkan untuk datang ke pelayanan (Mochtar, 1998). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang melaksanakan antenatal ≥4 kali dan <4 kali kunjungan menyatakan jarak pelayanan dekat.

Menurut Notoatmodjo (2003) jarak pelayanan kesehatan mempengaruhi melaksanakan antenatal care. Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung dalam melakukan antenatal care. Ibu hamil yang mau periksa kehamilan tidak hanya karena dia tahu dan sadar manfaat pemeriksaan kehamilan saja melainkan ibu dengan mudah dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa kehamilan. Kemudahan dalam memperoleh fasilitas pelayanan merupakan faktor penguat untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Hal ini sesuai dengan penelitian Amiruddin (2005) mengatakan kemudahan jarak ke tempat pelayanan merupakan salah satu faktor yang membuat ibu hamil memanfaatkan pelayanan


(56)

antenatal. Sejalan dengan pendapat Yeyeh (2009) menyatakan bahwa jarak yang mudah terjangkau dan tersedianya fasilitas yang memadai akan memberikan kemudahan bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dan bisa melaksanakan antenatal care.

Penduduk pedesaan yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan sebagai tempat pemeriksaan kehamilan seringkali menyebabkan ibu hamil sulit untuk melakukan pemeriksaan kehamilan (Depkes, 2006). Sejalan dengan penelitian Ardi (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan program antenatal care di Puskesmas Ruding Kota Subulussalam menyatakan ada hubungan yang bermakna antara jarak pelayanan dengan kunjungan antenatal care.


(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dibuat kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Kesimpulan

1.1Mayoritas ibu hamil di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat melaksanakan antenatal care ≥ 4 kali kunjungan.

1.2Berdasarkan dari persentase tertinggi maka faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan antenatal care ≥4 kali mayoritas pada usia 20-35 tahun, pendidikan SMA, pengetahuan buruk, tidak bekerja, sosial ekonomi mendukung, kualitas pelayanan baik, sosial budaya mendukung, jarak pelayanan dekat. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care <4 kali mayoritas pada usia 20-35 tahun, pendidikan SMP, pengetahuan buruk, bekerja, sosial ekonomi mendukung, kualitas pelayanan baik, sosial budaya mendukung, jarak pelayanan dekat.

2. Saran

2.1Untuk pendidikan keperawatan sebagai sumber informasi tambahan khususnya bagi mata kuliah keperawatan maternitas mengenai pelaksanaan antenatal care.

2.2Dilihat dari pelaksanaan antenatal care di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat mendekati yang diharapkan. Hal ini diperlukan kerjasama lintas program dan sektoral untuk lebih mendukung peningkatan cakupan


(58)

pelaksanaan antenatal care melalui komunikasi interpersonal konseling dan mengadakan program penyuluhan mengenai manfaat antenatal care. 2.3 Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti pelaksanaan

antenatal dengan metode lain sehingga dapat teridentifikasi lebih dalam alasan ibu dalam melaksanakan pemeriksaan antenatal care.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Arif, AL. (2004). Cara Benar Merawat Kehamilan. Di buka pada 9 Mei 2012 dari http://images.arikbliz.multiply.multiplycontent.com/attachment/merawatke hamilan.pdf?key=arikbliz:journal:165&nmid=189430843

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi VI). Jakarta: Rineka Cipta

. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta

Budiarti, Temu. (2012). Tingkat Kepatuhan Melakukan Kunjungan Antenatal Care Pada Primigravida Dan Multigravida. Di buka pada tanggal 03

Desember 2012 dari

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11309125130_2089-4686.pdf

Bobak, Lowdermilk, Jensen, Perry. (2004). Keperawatan Maternitas (Edisi 4). Jakarta: EGC

Danim, S. (2003). Riset keperawatan sejarah dan metodelogi. Jakarta: EGC Danish, Nargis. (2010). Assessment Of Pregnancy Outcome in Primigravida:

Comparison Between Booked and Un-booked Patients. Di buka pada 24 Juni 2012 dari http://www.ayubmed.edu.pk/JAMC/PAST/22-2/Nargis.pdf Dempsey PA & Dempsey. (2002). Riset Keperawatan. Jakarta: EGC

Depkes RI. (2005). Profil Kesehatan Indonesia 2005. Di buka pada 21 April 2012.http://www.depkes.go.id/downloads/profil/Profil%20Kesehatan%20I ndonesia%202005.pdf

. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Di buka pada 21 April 2012 darihttp://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%2 0Indonesia%202008.pdf

. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Di buka pada 20 April 2012 darihttp://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHATAN_INDON ESIA_2010.pdf

Farrer, Helen. (2001). Perawatan Maternitas (Edisi 2). Jakarta: EGC Ganong, William F. (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC


(60)

Hamilton, Persis Mary. (1995). Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas (Edisi 6). Jakarta: EGC

Hamalik, Oemar. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Handayani, Astika. (2010). Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Primipara dan

Multipara dalam Menghadapi Proses Persalinan di Klinik Bersalin Mariani dan Risna. Di buka pada 29 April 2012 dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/24305

Harmandini, Felicitas. (2011). Diet Saat Hamil Bikin IQ Rendah. Dibuka pada 8 Mei2012darihttp://health.kompas.com/read/2011/01/18/14375788/Diet.Sa at.Hamil.Bikin.IQ.Bayi.Rendah.

Herlina, Netti. (2009). Hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di RSUD Dr.Soetomo. di buka pada tanggal 02 Februari 2013 dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11309125130_1411-9498.pdf

Hernawati, Ina. (2011). Analisis Kematian Ibu di Indonesia Tahun 2010. Dibuka pada 08 April 2012 dari http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wp- content/uploads/downloads/2011/08/Analisis-Kematian-Ibu-di-Indonesia-Tahun-2010.pdf

Jones & Llewellyn D. (2001). Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi (Edisi 6). Jakarta: Hipokrates

Juwita, Heppy Trias. (2008). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Dengan Frekuensi Pemeriksaan Antenatal Care di Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Di buka pada tanggal 20 Januari 2013 dari

http://skripsi.umm.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptummpp-

gdl-s1-2008-heppytrias-14657&PHPSESSID=f6bad3d27342af1361765c02369eb307

Manauba, Ida Bagus Gde. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC

.(2001). Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia. Jakarta:EGC Mansjoer, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius Maramis, Willy F. (2006). Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya:


(61)

Mariam. (2006). Faktor-faktor Penyebab Belum Tercapainya Cakupan K4 Antenatal Care Di Desa Sukoharjo I Wilayah Kerja Puskesmas Sukaharjo Kabupaten Tanggamus.

Meilani, dkk. (2009). Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri (Edisi 2). Jakarta: EGC

Mukaromah, Hidayatun. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Kunjungan Antenatal Care (Anc) Di Desa Karangreja Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga. Dibuka pada tanggal 25 Januari 2013 dari http://hidayatun-mukaromah.blogspot.com/2011/08/hubungan-tingkat-pengetahuan-ibu-hamil.html

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

.(2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Niven, Neil. (2002). Psikologi Kesehatan. PT Grasindo: Jakarta.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Prasasti, Siska. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Antenatalcare Dan Paritas Dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Bandarharjo Semarang Tahun 2011. Di buka pada tanggal 29 juni 2012 dari http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse &op=read&id=jtptunimus-gdl-siskaprasa5920&PHPSESSID=

1e67af6fa4bdd962b254ed311c991538

Prichad, M. (1991). Obstetri Williams (Edisi 17). Jakarta: Erlangga

Polit & Hungler. (1999). Nursing Research Principles and Methods (6 th ed). Philadelphia: Lippincott

Rochjati, P. (2003). Skrining Antenatal pada Ibu Hamil: Pengenalan Faktor Risiko dan Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Setiawan, Yahmin. (2010). Pemeriksaan Ibu Hamil (ANC), 7T. Dibuka pada 24 April 2012 dari http://www.rbcsulsel.org/2010/12/pemeriksaan-ibu-hamil-anc-7t.html


(62)

Siregar, Nengsi Sartika. (2011). Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Ibu Hamil di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan. Dibuka pada 20 April 2012 dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31776

Siringo-ringo, Astini. (2011). Pengetahuan Ibu Hamil Dalam Pelaksanaan Antenatal Care Di Puskesmas Ujung Batu Riau. Medan. FKEP USU Siska. (2001). Pengaruh Faktor Sosial Psikologis Pada Ibu Hamil Terhadap

Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Sugiyanto. (2001). Aspek-aspek persepsi mutu yang berpengaruh pada pemilihan Tempat pelayanan antenatal di wilayah puskesmas toroh IKecamatan toroh kabupaten grobogan. Dibuka pada tanggal 20 Januari 2013 dari ht t p:/ / eprint s.undip.ac.id/ 6593/ 1/ 1033.pdf

Suprapto. (1998). Pola pertolongan persalinan dan kaitannya dengan karakteristik ibu. Jakarta: Depkes RI.

Susanto. (2009). Pengaruh kepesertaan Jaminan Persalinan terhadap kelengkapan penggunaan pelayanan antenatal di Kabupaten Purbalingga. Di buka pada tanggal 20 Januari 2013 dari http://eprints.undip.ac.id/5559/1/1756.pdf

Syarifah. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Pemeriksaan Anc Pada Ibu Primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas Tuntang Kabupaten Semarang. Dibuka pada tanggal 2013 dari http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/shared/biblio_view.php?resource_id =2183&tab=opac

Tungkup, Juliana L. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Melakukan Kunjungan Antenatal di Rumah Sakit Kota Medan. Medan: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Ulina, S. (2004). Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil Terhadap Pemanfaatan Antenatal Samba Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. FKM USU Wahyuningsih,Heni Puji. (2005). Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta, Fitramaya. Wordpress. (2009). Imunisasi Selama Kehamilan. Dibuka pada 9 Mei 2012 dari

http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/imunisasi-selama-kehamilan.pdf


(63)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan menjadi Responden Penelitian

Jumlah Kunjungan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Antenatal Care

Oleh:

Vera Tio Naibaho

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengindetifikasi jumlah kunjungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care di Klinik Dahlia Kecamatan Binjai Langkat. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana penelitian ini tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat suka rela, sehingga saudara bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sangsi apapun. Semua informasi yang saudara berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.

Jika saudara bersedia menjadi responden, tolong perhatikan petunjuk pengisian kuesioner dalam pertanyaan-pertanyaan yang ada dan menandatangani formulir persetujuan ini. Terimakasih atas perhatian dan partisipasi yang Anda berikan.

Peneliti Binjai, Agustus 2012


(1)

RENCANA ANGGARAN PENELITIAN

1. PROPOSAL

a. Print proposal Rp. 100.000 b. Biaya internet Rp. 50.000 c. Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 100.000 d. Biaya referensi (beli buku) Rp. 100.000 e. Fotocopy perbanyak proposal Rp. 75.000 2. PENGUMPULAN DATA

a. Transportasi Rp. 120.000

b. Fotocopy kuisioner dan persetujuan penelitian Rp. 25.000

c. Souvenir Rp. 110.000

3. ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

a. Biaya rental dan print Rp. 100.000

b. CD Rp. 10.000

c. Penjilidan Rp. 150.000

d. Fotocopy laporan penelitian Rp. 80.000 4. BIAYA TAK TERDUGA Rp. 102.000 ___________

Total Rp. 1.122.000


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Daftar Riwayat Hidup Nama : Vera Tio Naibaho

Nim : 111121034

Tempat/Tgl Lahir : Jambi, 21 April 1990 Agama : Islam

Alamat : Jln. Sabit No.41 C.Turi Binjai Utara, Binjai II. Nama Orang Tua

Ayah : M. Naibaho Ibu : Flora

III. Riwayat Pendidikan

1. SDN 028067 C.Turi Binjai (1996 – 2002) 2. SMP N 6 Binjai (2002 – 2005)

3. SMA N 5 Binjai (2005 – 2008)

4. D-III Keperawatan USU Medan (2008 – 2011) 5. S1- Keperawatan USU Medan (2011)