Tabel 4 Burung yang berpotensi sebagai predator di areal penangkaran
No. Nama lokal Nama latin
Famili Tipe makanan
Makanan 1 Cekakak
Jawa H. cyanoventris Alcedinidae Insectivor
Larva 2 Cinenen
Pisang O. sutorius Sylviidae Insectivor
Larva 3 Kutilang
P. aurigaster Pycnonotidae Insectivor
Larva 4 Perenjak
P. familiaris Sylviidae Insectivor
Larva
Jenis amfibi yang ditemukan selama pengamatan hanya satu jenis yaitu kodok buduk Bufo melanostictus, sedangkan jenis reptil yang ditemukan
berjumlah lima jenis yakni ular pucuk Ahaetulla prasina, ular lidah api Dendrelaphis pictus, ular cobra Naja naja, ular viper Trimeresurus
albolabris, dan kadal kebun Eutropis multifasciata.
Diantara keenam jenis amfibi dan reptil yang ditemukan tersebut hanya dua jenis yang teridentifikasi sebagai satwa pemakan serangga yaitu kodok buduk
dan kadal kebun. Menurut Matsuka 2001 kodok dan kadal merupakan predator bagi larva kupu-kupu, selain memangsa larva kadal juga memangsa pupa dan
kupu-kupu dewasa, oleh karena itu keberadaan dua satwa ini harus diperhatikan agar tidak mengganggu kegiatan budidaya kupu-kupu. Jenis amfibi dan reptil
yang berpotensi sebagai predator kupu-kupu dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Amfibi dan reptil yang berpotensi sebagai predator di areal penangkaran
No Nama lokal Nama latin
Famili Tipe makanan
Makanan 1 Kodok
Buduk B. melanostictus Bufonidae Insectivor
Larva 2
Kadal Kebun E. multifasciata
Scincidae Insectivor
Larva, Pupa, dan Kupu-kupu
3. Kupu-kupu Lokal
Kupu-kupu yang berada di sekitar lokasi penangkaran penting diketahui, karena berguna untuk memberi gambaran jenis kupu-kupu apa saja yang ada,
sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis kupu-kupu yang akan ditangkarkan. Selain itu untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
persaingan dan kemungkinan lepasnya jenis asing yang ditangkarkan ke luar penangkaran.
Tabel 6 Jenis kupu-kupu yang terdapat di sekitar lokasi penangkaran
No Nama latin
Famili No Nama
latin Famili
1 Graphium agamemnon Papilionidae 11
Neptis hylas Nymphalidae
2 Pachliopta aristolochiae Papilionidae 12 Ypthima baldus
Nymphalidae 3 Papilio demoleus
Papilionidae 13 Hypolimnas bolina
Nymphalidae 4 Papilio demolion
Papilionidae 14 Ideopsis juventa
Nymphalidae 5 Papilio memnon
Papilionidae 15 Junonia hedonia
Nymphalidae 6 Appias libythea
Pieridae 16 Junonia orithya
Nymphalidae 7 Catopsilia pomona
Pieridae 17 Mycalesis horsfieldi
Nymphalidae 8 Delias hyparete
Pieridae 18 Doleschalia bisaltide
Nymphalidae 9 Eurema hecabe
Pieridae 19 Euploea phaenarete
Nymphalidae 10 Leptosia nina
Pieridae 20 Danaus genutia
Nymphalidae
Hasil pengamatan menunjukkan terdapat 20 jenis kupu-kupu yang terdiri dari 3 famili di lokasi ini. Jenis dari famili Papilionidae merupakan jenis kupu-
kupu yang dapat dipertimbangkan untuk ditangkarkan, karena kupu-kupu dari famili ini umumnya memiliki ukuran sayap yang besar dan bentuk yang menarik.
Kupu-kupu yang indah akan banyak disukai oleh pengunjung. Jenis kupu-kupu yang terdapat di sekitar lokasi penangkaran dapat dilihat pada Tabel 6.
Analisis Kesesuain Lokasi
Faktor penentu kesesuaian penangkaran kupu-kupu dilihat melalui pendekatan ekologi dari satwa ini di alam, yakni bagaimana hubungan kupu-kupu
dengan faktor abiotik dan biotik penyusun ekosistem serta kondisi-kondisi yang mempengaruhi hidupnya di penangkaran. Secara umum faktor lingkungan yang
berpengaruh besar terhadap kehidupan kupu-kupu antara lain suhu, cahaya matahari, curah hujan, ketersediaan sumber air, dan vegetasi pakan Dephut
2003, sedangkan musuh alami dan kupu-kupu lokal penting diketahui untuk mencegah terjadinya pemangsaan dan persaingan.
Suhu
Kupu-kupu termasuk satwa berdarah dingin poikilothermik, yang membutuhkan suhu lingkungan untuk menghangatkan tubuhnya. Sayap pada
kupu-kupu juga berfungsi sebagai alat pengatur suhu tubuh. Pada saat suhu rendah sayap kupu-kupu akan merentang untuk memperoleh lebih banyak cahaya dan
panas, sebaliknya pada suhu tinggi sayap kupu-kupu akan menutup. Aktifitas kupu-kupu juga dipengaruhi oleh suhu. Pada pagi hari kupu-kupu akan aktif
bergerak mencari makan dan kawin, menjelang siang pada saat suhu lingkungan meningkat aktifitas kupu-kupu akan menurun dan pada sore hari aktifitas ini akan
meningkat kembali Simanjuntak 2001. Dampak substansial dari kondisi suhu dan kelembapan lingkungan adalah kelimpahan populasi. Kelimpahan kupu-kupu
lebih rendah terjadi selama musim hujan dan pada saat suhu tinggi Robinson et al. 2012.
Kupu-kupu yang akan ditangkarkan yaitu Troides sp., Pachiliopta sp., dan Papilio sp. merupakan kupu-kupu yang dapat ditemukan di wilayah Jawa Barat
Suantara 2000; Matsuka 2001; Peggie dan Amir 2006, dengan suhu antara 11,1- 33,2 ºC BMKG 2012, hasil pengamatan di lapangan menunjukkan suhu lokasi
penangkaran berkisar antara 25-33 ºC. Dilihat dari segi suhu, areal penangkaran dapat dinyatakan sesuai dengan syarat suhu untuk hidup dan perkembangan kupu-
kupu. Curah Hujan dan Kelembapan
Curah hujan dan kelembapan berpengaruh secara langsung terhadap kupu- kupu. Menurut Jumar 2000 serangga termasuk kupu-kupu merupakan satwa
yang tergantung pada air, sehingga tubuhnya lebih tahan terhadap kelebihan air daripada kekurangan air. Serangga harus menjaga kandungan air dalam tubuhnya
karena kekurangan air dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkannya mati. Selain itu kadar kelembapan yang sesuai juga dapat membantu serangga bertahan
hidup pada suhu tinggi. Kupu-kupu yang akan ditangkarkan memiliki daerah
penyebaran di wilayah Jawa Barat dengan kelembapan udara berkisar 64-88 dan curah hujan pada bulan Juli 5,6-209,6 mm BMKG 2012.
Berkurangnya kandungan air berakibat pada kerdilnya pertumbuhan dan rendahnya laju metabolisme dalam tubuh serangga. Kandungan air dalam tubuh
serangga bervariasi, umumnya berkisar antara 50-90 dari berat tubuh. Serangga yang memiliki kulit tebal, kandungan airnya lebih rendah. Serangga akan
berusaha menyeimbangkan kandungan air dalam tubuhnya untuk bertahan hidup. Kelembapan juga berpengaruh pada kemampuan bertelur dan pertumbuhan
serangga Jumar 2000. Lokasi penangkaran yang beriklim tropis terletak di wilayah Dramaga Bogor dengan curah hujan rata-rata pada bulan Juli 117 mm dan
kelembapan 56-85 sehingga dapat dikatakan sesuai untuk lokasi pengembangan penangkaran kupu-kupu.
Cahaya Matahari
Keberadaan cahaya matahari penting bagi kupu-kupu. Bila dilihat dari waktu aktifnya, kupu-kupu termasuk jenis satwa yang aktif pada siang hari atau
diurnal Sihombing 1999. Artinya aktifitas kupu-kupu bergantung pada cahaya matahari. Cahaya berfungsi membantu kupu-kupu mencari tempat, makan, dan
kawin. Bila kondisi cahaya cerah maka aktifitas kupu-kupu meningkat dan sebaliknya apabila cahaya kurang baik seperti berkabut maka aktifitas kupu-kupu
akan menurun, Dramaga merupakan daerah beriklim tropis yang memperoleh cahaya matahari sepanjang tahun, dengan rata-rata lama penyinaran matahari 84
per bulan dan intensitas cahaya antara 210-360 calcm² sehingga menjadikan lokasi ini sesuai untuk pengembangan penangkaran kupu-kupu. Selain itu kupu-
kupu yang akan ditangkarkan sendiri masih berasal dari wilayah penyebaran yang sama yaitu Jawa Barat dengan lama penyinaran matahari 10-98 per bulan
BMKG 2012. Air
Kupu-kupu membutuhkan air sebagai sumber minum. Sumber air tidak harus berasal dari sungai karena kebutuhan minum bagi kupu-kupu tidak begitu
banyak, Namun hal yang perlu diperhatikan adalah keberadaan tempat penampung air sebagai sumber mineral tempat kupu-kupu mengasin. Menurut
Sihombing 1999 selain menghisap nektar, kupu-kupu juga mencari mineral- mineral lain yang dibutuhkan untuk proses reproduksi. Aktiftas mencari mineral
ini lebih terlihat pada individu jantan.
Tempat penampungan air sebaiknya dibuat di setiap kandang untuk memenuhi kebutuhan mineral kupu-kupu, dapat berupa kolam di atas tanah
maupun wadah penampungan air lainnya seperti gerabah. Wadah yang terbuat dari gerabah lebih disarankan karena pengadaan dan perawatannya tidak begitu
sulit. Wadah air dapat ditempatkan di tengah kandang dengan penopang dari tiang kayu maupun semen.
Vegetasi Pakan
Kupu-kupu merupakan jenis satwa pemakan tumbuhan fitofagus, oleh karena itu keberadaan vegetasi sebagai sumber pakan penting untuk kupu-kupu
baik pakan larva maupun pakan kupu-kupu, selain vegetasi itu juga berfungsi sebagai tempat berlindung Simanjuntak 2000. Pakan kupu-kupu di saat larva
adalah daun tanaman, sedangkan pada saat dewasa atau fase kupu-kupu adalah nektar.
Kehidupan kupu-kupu terkait dengan keberadaan tanaman pakan, jumlah dan jenis pakan akan berpengaruh pada kemampuan reproduksi kupu-kupu
Dennis et al. 2004. Pengamatan terhadap kondisi vegetasi di sekitar lokasi penangkaran menunjukkan bahwa terdapat dua jenis tumbuhan pakan larva dan
lima jenis tumbuhan pakan kupu-kupu yang tumbuh secara liar. Selain itu di dalam kandang juga telah dikembangkan lima jenis tanaman pakan larva dan
enam jenis tanaman pakan kupu-kupu. Dengan demikian dari segi ketersediaan vegetasi pakan di areal penangkaran dapat dikatakan memadai dalam menunjang
kebutuhan hidup dan perkembangbiakan kupu-kupu. Kupu-kupu Lokal
Suatu populasi yang hidup di habitat tertentu dalam melangsungkan hidupnya bersaing dengan populasi-populasi lain dari jenisnya atau dengan
populasi dari jenis lain. Persaingan dapat didefinisikan sebagai penggunaan sumberdaya yang terbatas oleh dua jenis atau lebih. Kandang kupu-kupu harus
selalu tertutup untuk mencegah terjadinya persaingan dengan kupu-kupu yang berasal dari luar penangkaran. Kupu-kupu lokal yang berpotensi sebagai pesaing
sekaligus sebagai sumber bibit antara lain Pachliopta aristolochiae, P. memnon, dan P. demolion. Hal ini disebabkan jenis kupu-kupu tersebut memakan tanaman
inang yang sama.
Hasil analisis terhadap sejumlah faktor lingkungan di lokasi pengamatan menunjukkan Kampus IPB Dramaga sesuai untuk dijadikan sebagai lokasi
penangkaran kupu-kupu. Hal yang perlu diperhatikan adalah keberadaan pesaing dan predator, disamping pemahaman pengelola dalam menangani satwa. Apabila
terdapat ketidaksesuaian terhadap penanganan kupu-kupu maka hasil penangkaran tidak maksimal. Seperti halnya sumber pakan inang yang tidak sesuai maka larva
tidak mau makan dan mati, kurangnya vegetasi tempat berlindung mengakibatkan kupu-kupu mudah diserang predator, dan bila lingkungan dan udara kotor maka
kupu-kupu akan malas beraktivitas dan bereproduksi. Hasil analisis kesesuain lokasi penangkaran dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Analisis kesesuaian lokasi penangkaran
No Parameter Kondisi
ideal di
penyebaran alami Kondisi aktual di
penangkaran Kesimpulan
Abiotik
1 Suhu
11,1-33,2 °C 26,03-30,6 °C
Sesuai 2
Curah hujan 5,6-209,6 mmbulan
117 mmbulan Sesuai
3 Kelembapan
64-88 66,23-82,4
Sesuai 4 Lama
penyinaran matahari
10-98 84
Sesuai 5
Sumber air Ada
Anak sungai Sesuai
Biotik 6
Vegetasi pakan Ada
7 jenis Sesuai
7 Kupu-Kupu lokal
- 20 jenis
Bukan penentu 8
Sumber bibit -
3 jenis Bukan penentu
Ket. BMKG Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor.
Perencanaan Tapak
Perencanaan tapak memiliki tujuan untuk mempermudah pengelola dalam menjalakan aktivitas penangkaran. Melalui tapak yang terencana dengan baik
maka akan terbentuk sistem tata kelola sumberdaya yang efektif dan efisien. Perencanaan tapak memiliki dua komponen utama yaitu sumberdaya alam dan
sumbedaya buatan manusia. Komponen pertama mengarah pada pemanfaatan secara optimal sumberdaya alam yang dimiliki meliputi luasan lahan, bentang
alam, drainase, hingga susunan vegetasi, sedangkan kompoenen kedua adalah sumberdaya buatan manusia, meliputi sistem zonasi, desain bangunan,
penempatan bangunan, jalan, dan prasarana pendukung lainnya.
Sumberdaya alam atau lingkungan merupakan komponen disain yang sulit untuk dimanipulasi. Sumberdaya tidak hanya terbentuk dari faktor fisik seperti
tanah, air, dan iklim, tetapi juga terbentuk karena adanya interaksi makhluk hidup yang kompleks di dalamnya, yang disebut dengan sistem ekologi. Dalam
perencanaan tapak, sumberdaya yang dapat disesuaikan adalah sumberdaya buatan manusia, yaitu bagaimana menghasilkan desain dengan konsep tepat dan
sedikit mungkin menghindari terjadinya kerusakan sistem ekologi. Oleh karena itu sebelum merancang tapak, terlebih dahulu perlu diketahui informasi mengenai
desain penangkaran yang sudah berjalan, karena hal ini berguna dalam menyelaraskan antara rencana yang sudah ada dan rencana yang akan
dikembangkan. Aspek komposisi tapak yang mempengaruhi respon perilaku kupu-kupu antara lain struktur fisik dan kelimpahan sumber daya dari tapak itu
sendiri Schultz et al. 2012.
Perencanaan yang Sudah Ada
Sejak berdiri pada Januari 2012 penangkaran kupu-kupu IPB telah mempersiapkan fasilitas utama penangkaran, diantaranya yang telah dibangun
adalah kandang reproduksi dengan ukuran 6x4x4 m, kandang utama dengan ukuran 20x20x5 m, dan pembuatan kebun tanaman pakan. Selain itu juga telah
dilakukan pengisian tanaman pakan di kedua kandang tersebut. Jenis kandang yang ada di penangkaran dapat dilihat pada Gambar 7.
a b
Gambar 7 Jenis kandang di penangkaran kupu-kupu IPB; a Kandang reproduksi kupu-kupu, b Kandang utama.
Tanaman yang telah ditanam antara lain jenis sirih hutan, jeruk-jerukan, dan berbagai jenis tanaman berbunga. Tanaman sirih hutan dan jeruk-jerukan
merupakan jenis pakan larva jenis-jenis kupu-kupu Famili Papilionidae seperti T. helena, P. memnon, P. demoleus dan lain-lain. Tanaman ini ditanam di kandang
reproduksi dan di kebun tanaman pakan. Jenis tanaman pakan larva yang ada di penangkaran kupu-kupu IPB dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Jenis tanaman pakan larva yang ada di penangkaran kupu-kupu IPB
No Nama Lokal Nama Latin Famili
1 Sirih hutan Aristolochia
tagala Aristolochiaceae
2 Jeruk sundai
Citrus amblycarpa Rutaceae
3 Jeruk nipis
C. aurantifolia Rutaceae
4 Jeruk purut
C. hystrix Rutaceae
5 Jeruk kasturi
C. microcarpa Rutaceae
Tanaman lainnya yakni jenis tanaman berbunga yang sudah ada seperti soka merah, pagoda, dan bunga jatropa. Jenis tanaman ini ditanam di kandang
utama, merupakan tanaman pakan untuk kupu-kupu dewasa. Fungsi tanaman tersebut adalah sebagai penyedia nektar bagi kupu-kupu. Jenis tanaman pakan
kupu-kupu yang ada di penagkaran kupu-kupu IPB dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Jenis tanaman pakan kupu-kupu di penangkaran
No Nama lokal
Nama latin Famili
1 Bunga Pagoda
Clerodendrum japonicum Verbenaceae
2 Kembang sepatu
Hibiscus rosa sinensis Malvaceae
3 Soka Merah
Ixora javanica Rubiaceae
4 Bunga jatropa
Jathropa sp.
Euphorbiaceae 5 Nona
makan sirih
Clerodenrum thomsonae Labiatae
6 Air mata pengantin
Antigonon leptorus Polygonaceae
Tanah di lokasi penangkaran dengan jenis latosol berwarna kemerahan memiliki daya resap yang rendah, sehingga pada saat hujan sering terjadi
genangan air yang membuat tanah menjadi lembek dan liat. Untuk itu perlu dibuat jalan setapak yang menghubungkan setiap lokasi di penangkaran. Saat ini jalan
setapak yang sudah ada meliputi jalan penghubung antara kandang reproduksi dan kandang utama dan sebagian jalan di dalam kandang utama.
Sebagai objek wisata kampus, penangkaran kupu-kupu IPB belum memiliki fasilitas media informasi yang cukup, baik papan nama, petunjuk arah,
dan papan interpretasi di dalam kawasan. Keberadaan papan informasi sangat penting, karena berfungsi sebagai media pemberitahuan kepada masyarakat
maupun pengunjung mengenai keberadaan dan objek-objek yang ada di penangkaran. Saat ini penangkaran kupu-kupu IPB memiliki satu buah papan
nama berukuran 1,2x1m, sedangkan papan petunjuk arah dan papan interpretasi belum ada.
Kebutuhan penerangan dan air di penangkaran saat ini belum terpenuhi, karena belum terhubungnya saluran listrik menuju lokasi. Lokasi penangkaran
yang berjarak cukup jauh yakni sekitar 50 m dari kantor pengelola dan terletak di tengah kebun cukup menyulitkan pengelola untuk menyalurkan listrik. Hal ini
berakibat pada keamanan kandang yang kurang terjamin karena pada malam hari kondisi kandang sangat gelap.
Desain Penangkaran Kupu-kupu Menggunakan Sistem Zonasi
Sistem zonasi berguna untuk membagi wilayah penangkaran menjadi blok-blok tertentu sesuai peruntukannya, sehingga antar blok dapat terkonsentrasi
dan terkelola secara efisien. Hasil pengamatan terhadap sumberdaya yang dimiliki oleh tapak dan sumberdaya fisik yang ada, maka dapat dikembangkan tiga buah
zona sesuai kebutuhan pengelolaan penangkaran kupu-kupu yakni zona perkantoran, zona pembiakan, dan zona wisata. Peta rencana zonasi penangkaran
dapat dilihat pada Lampiran 1a. 1. Zona Perkantoran
Zona perkantoran merupakan blok yang diperuntukkan sebagai tempat aktifitas administrasi pengelola. Menurut Tohari et al. 1991 kriteria zona
perkantoran antara lain memiliki topografi tapak yang landai hingga sedikit berbukit, dekat dengan sumber air, lokasi mudah dijangkau aksesibilitas tinggi,
tidak mengganggu atau merusak ekosistem dan tapak, dan dirancang dengan seni, sehingga dapat memberikan fungsi dan kepuasan bagi pengelola. Zona
perkantoran penangkaran kupu-kupu IPB dirancang dengan luas 0,37 ha, berada di pinggir jalan masuk utama pada lokasi yang landai. Zona perkantoran terdiri
atas kantor, mes peneliti, pos jaga, gudang pakan atau obat-obatan, jalan kontrol, menara air dan menara pengamat, papan petunjuk dan informasi, serta lapangan
parkir. Zona perkantoran sifatnya lebih tertutup, sehingga beberapa bagian dari zona ini terbatas hanya untuk karyawan atau tidak dapat dimasuki oleh
pengunjung. Rencana zona perkantoran dapat dilihat pada Lampiran 1b.
Kantor, mess peneliti, pos jaga, dan gudang sebenarnya sudah dimiliki oleh penangkaran, namun kondisinya yang kurang terawat mengakibatkan fasilitas
tersebut tidak dapat digunakan dengan baik, untuk itu perlu dilakukan peremajaan. Jalan kontrol merupakan jalan yang dilalui oleh pengelola dalam melakukan
aktifitas harian penangkaran. Jalan ini sebaiknya dibuat khusus ataupun dibuat terpisah dari jalan umum wisata, sehingga kegiatan wisata tidak terganggu oleh
aktifitas penangkaran. Adapun rencana jalan kontrol yang akan digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1c.
Keberadaan media informasi sangat penting dalam menunjang kegiatan wisata, antara lain penggunaan papan nama, petunjuk arah, dan papan interpretasi.
Papan nama dapat dirancang lebih besar yaitu berukuran 4x2 m dari yang sudah ada saat ini dengan tujuan agar papan nama lebih terlihat. Fungsi dari papan ini
sebagai pemberitahuan secara umum mengenai tempat dan kegiatan-kegiatan wisata yang ada. Papan petunjuk arah merupakan alat penuntun bagi wisatawan
yang akan menuju lokasi penangkaran, karena lokasinya yang cukup jauh dari gerbang utama IPB, maka papan petunjuk arah dapat diletakkan pada setiap
persimpangan jalan menuju penangkaran. Sedangkan papan interpretasi berfungsi menginformasikan kepada pengunjung mengenai objek yang ada di sekitarnya.
Desain media informasi dapat dilihat pada Gambar 8.
Lapangan parkir perlu disediakan dalam jumlah yang cukup untuk menampung kendaraan wisatawan yang berkunjung. Saat ini penangkaran belum
memiliki fasilitas tersebut. Adapun lokasi yang berpotensi dapat dikembangkan
menjadi lahan parkir terletak disamping kantor pengelola, dengan mengambil luas sekitar 15 m².
Gambar 8 Desain media informasi; a Papan nama, b Papan petunjuk arah, dan c Papan interpretasi.
2. Zona Pembiakan