2.3. Dismenore
2.3.1. Pengertian Dismenore
Dismenore berasal dari bahasa Yunani yaitu “dys” yang berarti sulit atau menyakitkan atau tidak normal. “Meno” berarti bulan dan “rrhea” yang
berarti aliran. Sehingga dismenore didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau nyeri haid Calis, 2011.
Dismenore adalah nyeri kram tegang daerah perut mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama 24 –
36 jam meskipun beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama. Kram tersebut terutama dirasakan didaerah perut bagian bawah tetapi dapat
menjalar kepunggung atau permukaan dalam paha , yang terkadang menyebabkan penderita tidak berdaya dalam menahan nyeri tersebut
Hendrik, 2006.
2.3.2. Epidemiologi
Dismenorea dapat dialami lebih dari setengah wanita yang sedang menstruasi, dan prevalensinya sangat bervariasi. Berdasarkan data dari
berbagai negara, angka kejadian dismenorea di dunia cukup tinggi. Diperkirakan 50 dari seluruh wanita di dunia menderita dismenorea dalam
sebuah siklus menstruasi Calis, 2011. Pasien melaporkan nyeri saat haid, dimana sebanyak 12 nyeri haid
sudah parah, 37 nyeri haid sedang, dan 49 nyeri haid masih ringan Calis, 2011.
Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90 wanita mengalami dismenorea dan 10-15 diantaranya mengalami dismenorea berat,yang
menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing. Bahkan di
perkirakan para perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap bulan akibat dismenoreaCalis, 2011. Di Pakistan diperkirakan 57 pelajar
yang mengalami dismenore mempunyai efek terhadap pekerjaan mereka Tariq, 2009.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia angka kejadian dismenorea primer sebesar 54,89 sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder. Dismenorea menyebabkan
14 dari pasien remaja sering tidak hadir di sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari Calis, 2011.
2.3.3. Etiologi
Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore primer,tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya
beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer, antara lain:
a. Faktor kejiwaan : pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses
haid, mudah timbul dismenore Abedian, 2011. b. Faktor konstitusi : faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor tersebut
di atas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor- faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat
mempengaruhi timbulnya dismenore. c. Faktor obstruksi kanalis servikalis : salah satu teori yang paling tua untuk
menerangkan terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi
stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore. Banyak wanita
menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi.Sebaliknya terdapat banyak wanita tanpa keluhan
dismenore,walaupun ada stenosis servikalis da uterus terletak dalam hiperantefleksi atau hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau
polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut.
d. Faktor endokrin, pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan.
Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
kontraktilitas otot usus. Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang
kontraktilitas uterus, sedangkan hormon progesteron menghambat atau mencegahnya. Tetapi, teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa
tidak timbul rasa nyeri pada perdarahan disfungsional anovulatoar, yang biasanya bersamaan dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya
progesteron. e. Faktor alergi, teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi
antara dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid Simanjuntak, 2008.
Penyebab dari dismenore sekunder biasanya disebabkan oleh kelainan- kelainan organik, misalnya :
a. Rahim kurang sempurna karena ukurannya terlalu kecil b. Posisi rahim yang tidak normal
c. Adanya tumor dalam rongga rahim , misalnya myoma uteri d. Adanya tumor dalam rongga panggul, terutama tumor fibroid, yang
letaknya dekat permukaan selaput lendir rahim, adanya selaput lendir rahim di tempat lain Endometriosis, bisa ditemukan di dalam selaput
usus, di jaringan payudara atau di tempat lain. Pada waktu haid, jaringan selaput lendir yang di luar rahim juga seperti ikut terlepas dan
berdarah seperti jaringan aslinya di dalam rahim. e. Penyakit-penyakit tubuh lain seperti tuberkulosa, kurang darah
anemia, buang air besar kurang lancar constipation, postur tubuh yang terlalu kurusYatim, 2001.
2.3.4. Klasifikasi