Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden berperilaku baik dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia akibat lingkungan sebesar 100.
Tabel.5. Distribusi Perilaku Keluarga Pada Lingkungan
Kaegori F
Buruk Baik
- 20
- 100.0
2. Pembahasan
2.1 Perilaku keluarga pada gangguan fisik lansia Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berperilaku
baik dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia akibat gangguan fisik sebesar 90.
Keluarga dapat memainkan suatu peran vital dalam upaya peningkatan gangguan fisik pada lansia. Kebanyakan perilaku berkisar pada
masalah- masalah pola hidup, misalnya keluarga melakukan perawatan, melakukan latihan secara teratur, dan lain sebagainya. Agar
dapat berjalan dengan baik, para anggota keluarga perlu mempelajari status kesehatan mereka dan citra tubuh seperti, apakah tubuh mereka
lemah, sakit-sakitan atau sehat dan sembuh. Pada lansia banyak sekali masalah fisik yang sering terjadi salah
satunya yaitu jatuh Nugroho, 2008. Menurut Reuben 1996 dalam
Universitas Sumatera Utara
Darmojo Martono, 2004 jatuh merupakan kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring terduduk di lantai
dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Banyak sekali faktor yang menyebabkan jatuh yaitu faktor intrinsik yang berasal dari
dalam diri lansia itu sendiri seperti gangguan gaya berjalan. Sedangkan faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata.
Sekitar 30-50 dari populasi lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas mengalami jatuh setiap tahunnya. Separuh dari angka tersebut
mengalami jatuh berulang Nugroho, 2008. Pada lanjut usia di atas 80 tahun, sekitar 50 pernah mengalami jatuh. Walaupun tidak semua
kejadian jatuh mengakibatkan luka atau memerlukan perawatan, tetapi kejadian luka akibat jatuh pun juga meningkat terutama pada usia
diatas 85 tahun Probosuseno, 2006. 2.2
Pengaruh obat-obatan Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden berperilaku baik
dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia akibat pengruh obat- obatan sebesar 100.
Obat-obatan juga meningkatkan risiko jatuh terutama obat-obatan yang menyebabkan samnolen obat hipnotik, postural hipertension diuretik,
nitrat, obat anti hipertensi dan anti depresan trisiklik dan kebingungan simetidine dan digitalis. Lansia juga sering melakukan kesalahan dalam
penggunaan obat Kane, 1994 dalam Boedhi, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Lansia juga sering melakukan kesalahan dalam penggunaan obat terutama terjadi pada lansia dengan mengkonsumsi obat tiga atau lebih obat-obatan
yang diberkan oleh dokter. Jatuh yang biasanya disebabkan oleh terapi obat- obatan dinamakan roboh iatrogenik suatu kondisi yang disebabkan oleh
pengobatan kondisi primer atau disebabkan tindakan dokter karena pengobatan Probosuseno, 2006.
2.3 Perilaku keluarga pada gangguan penglihatan lansia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berperilaku baik dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia akibat gangguan penglihatan
sebesar 90. Dalam penelitian Boedhi-Darmojo 1991, menyebutkan bahwa gangguan
penglihatan lebih banyak dialami oleh wanita 81,1 dari pada pria 74,1. Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh jaringan
kelopak mata disebut dengan perubahan involusi, terjadi pada M. Orbikularis, refraktor palpebra inferior, tarsus, tendon kantus,
mediallateral,aponeurosis muskular levator palpebra, dan kulit. Maka bagian-bagian organ mata juga mengalami perubahan seperti retina,
perubahan retina terjadi karena usia yang semakin meningkat, dan ini merupakan penyakit senilis yang dapat meningkatkan gangguan lapangan
pandang sehingga dapat meningkatkan jatuh Wilardjo, 2000 dalam Boedhi, 2000. Pada gangguan penglihatan ini penyakit-penyakit yang sering terjadi
antara lain katarak, glaukoma, degenerasi makular, gangguan visus pasca stroke dan retinopati diabetika yang meningkat sesuai dengan umur.
Universitas Sumatera Utara
Entropion, ektropion tau epifora yang menyebabkan gangguan penglihatan juga meningkatkan insiden jatuh padan lansia. Walaupun gangguan
penglihatan meningkatkan insiden jatuh tetapi kebutaan tidak meningkatkan insiden jatuh Kane, 1994 dalam Boedhi,2000.
2.4 Perilaku keluarga pada lingkungan
Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden berperilaku baik dalam pencegahan kejadian jatuh akibat linkungan sebesar 100.
Faktor-faktor lingkungan yang menyebabkan jatuh adalah penerangan yang tidak baik kurang atau menyilaukan, lantai yang licin dan basah, tempat
berpegangan yang tidak kuattidak mudah dipegang dan alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang tidak stabil dan tergeletak di bawah.
Darmojo, 2004. Menurut Friedman, 1998 adalah kondisi interior rumah meliputi bagaimana ruangan-ruangan tersebut dilengkapi oleh perabot ,
kelayakan perabot, penerangan yang tidak memadai dan eksterior rumah meliputi lantai, tangga, jeruji dalam keadaan buruk, tempat obat-obatan
tidak terjangkau dan pintu masuk dan pintu keluar ke rumah tidak terdapat penerangan dan ruang gerak yang cukup untuk keluar dari rumah, kabel
listrik telanjang di lantai, kolam renang yang tidak di pagari secara memadai.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN