Pengetahuan dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai

(1)

Pengetahuan dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian

Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai

Sry Oktaviana Br Sitepu

081101064

Skripsi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkatnya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengetahuan dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Nunung Febriany Sitepu, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen penguji I. 4. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS selaku dosen penguji II

5. Bapak Ikhsanuddin Harahap, SKp, MNS selaku dosen pembimbing akademik.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.


(4)

8. Terima kasih kepada Ayahanda Drs. Simon Sitepu dan Ibunda Dra. Magdalena Tarigan yang selalu mendoakan dan menyayangi, memberikan dukungan baik moril maupun materil, dan senantiasa memberikan yang terbaik untuk penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk adik-adikku tersayang : Juni Amelia Sitepu dan Septino Ray Agatha Sitepu yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan semangat untuk penulis.

9. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Desri, Asti, Tiur, Sophie, fitri dan Siska, yang selalu membantu dan mendukung dalam perkuliahanku, terima kasih atas kritik, saran, dan segala canda tawa kalian semua.

10. Teman-teman Fakultas Keperawatan stambuk 2008, Wani, Fiza, Gita, Emi, Win, Agung, Titin dan lain-lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan kalian. Terima kasih juga untuk Bolang, Nenek Karo, dan Nenek Biring yang selalu mendukung dalam doa dan selalu memberikan motivasi serta semangat penulis.

11. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mencurahkan berkat dan kasih karunian-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis.

Medan, Juli 2012

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

LembarPersetujuan... . ii

Kata Pengantar ... ... iii

Daftar Isi ... . v

Daftar Tabel ... ... viii

Daftar Skema ... ix

Abstrak ... x

BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan Penelitian ... 4

3. Pertanyaan Penelitian ... 5

4. Manfaat Peneltian ………. 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan ... 6

1.1. Defenisi Pengetahuan ... 6

1.2. Proses Adopsi Perilaku ... 6

1.3. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif... 7

2. Sikap ... 9

2.1. Defenisi Sikap ... 9

2.2. Ciri-Ciri Sikap ... 9

2.3. Tingkatan Sikap ... 10

2.4. Cara Pembentukan/ Perubahan Sikap ... 10

2.5. Komponen Pokok Sikap ... 11

2.6. Faktor yang mempengaruhi Sikap ... 11

3. Keluarga ... 12

3.1. Defenisi Keluarga ... 12

3.2. Karakteristik Keluarga ... 12

3.3. Fungsi Keluarga ... 13

3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga ... . 14

4. Jatuh …... 16

4.1. Defenisi Jatuh ... 16

4.2. Faktor Resiko Jatuh ... 16

4.3. Penyebab Jatuh pada Lansia ... 17

4.4. Faktor- Faktor Lingkungan yang Sering Dihubungkan dengan Kecelakaan Lansia ... 18

4.5. Faktor Situasional yang Memprepitasi Jatuh ... 18

4.6. Komplikasi Akibat Jatuh ... 19


(6)

5. Lansia ... 22

5.1. Defenisi Lansia ... 22

5.2. Proses Menua ... 22

5.3. Karakteristik lansia ... 23

5.4. Perubahan Pada Lansia ... 23

5.5. Masalah Fisik Sehari-hari yang Sering Ditemukan pada Lansia... 25

5.6. Peran Anggota Keluarga Terhadap Lansia ... 26

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konsep ... 28

2. Defenisi Konseptual dan Operasional ... 29

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 31

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

2.1. Populasi Penelitian ... . 31

2.2 Sampel Penelitian ... . 31

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4. Pertimbangan Etik ... 33

5. Instrumen Penelitian ... 33

5.1. Kuesioner Data Demografi ... 34

5.2. Kuisioner Pengetahuan ... 34

5.3. Kuesioner Sikap ... 35

6. Uji Validitas & Reliabilitas ... 35

7. Pengumpulan Data ... 36

8. Analisa Data ... 38

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 39

1.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 39

1.2. Deskripsi Pengetahuan Keluarga tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai ..42

1.3. Deskripsi Sikap Keluarga tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai ...44

2. Pembahasan Penelitian ... 46

2.1. Pengetahuan Keluarga tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai ... 47

2.2. Sikap Keluarga tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai ... 52

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 56

2. Saran ... 56


(7)

2.2. Saran Terhadap Praktek Keperawatan ... 57

2.3. Saran Terhadap Peneliti Keperawatan ... 57

2.4. Saran Terhadap Keluarga... 57

Daftar Pustaka... 58

Lampiran

1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU 2. Surat Izin Penelitian dari Kelurahan Pahlawan Binjai

3. Surat Penyelesaian Penelitian dari Kelurahan Pahlawan Binjai 4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

5. Kuesioer Data Demografi 6. Kuisioner Pengetahuan 7. Kuisioner Sikap

8. Lembar Uji Reliabilitas KR-21

9. Lembar Uji Reliabilitas Cronbach’s Alpha 10. Data SPSS

11. Jadwal Tentatif Penelitian 12. Taksasi Dana


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Keluarga

yang Tinggal dengan Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai... 41 Tabel 2. Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh

Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai...43 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Keluarga

Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di

Kelurahan Pahlawan Binjai...43 Tabel 4. Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada

Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai...44 Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap Keluarga

Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Faktor Resiko Jatuh...16 Skema 2. Kerangka Konsep Pengetahuan dan Sikap


(10)

Judul : Pengetahuan dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai Nama : Sry Oktaviana Br. Sitepu

NIM : 081101064

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012

Abstrak

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sedangkan sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak. Apabila pengetahuan seseorang semakin baik maka perilakunya pun akan semakin baik. Akan tetapi pengetahuan yang baik tidak disertai dengan sikap maka pengetahuan itu tidak akan berarti. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan keluarga tentang pencegahan jatuh pada lansia dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan teknik purposive sampling melibatkan 71 orang responden yang dilaksanakan pada bulan April 2012. Seluruh responden menjawab kuesioner yang telah diberikan kepada responden. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan keluarga tentang pencegahan jatuh di Kelurahan Pahlawan Binjai dalam kategori baik 60,6% sedangkan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh di Kelurahan Pahlawan Binjai positip 100%.


(11)

Title : Knowledge and Attitudes about Prevention Family Events Fall In Elderly At kelurahan Pahlawan Binjai

Name : Sry Oktaviana Br. Sitepu

NIM : 081101064

Faculty : Nursing Year : 2012

Abstract

Knowledge is the result of know that going after someone makes a sensing of a particular object. While the attitude of the views or feelings that accompanied the tendency to act. If knowledge of a person's behavior, the better it would be even better. However, knowledge is either not accompanied with the attitude that knowledge would be meaningless. This study aims to describe a family of knowledge on the prevention of falls in older adults and family attitudes about the prevention of the incidence of falls in older adults at Kelurahan Pahlawan Binjai. This study used a descriptive design with a purposive sampling technique involving 71 respondents conducted in April 2012. All respondents answered a questionnaire that was given to respondents. Based on the result showed that family knowledge about the prevention of falls at Kelurahan Pahlawan Binjai is good category 60,6 % while the incidence of family attitudes about the prevention of falls at kelurahan Pahlawan Binjai 100% positive.


(12)

Judul : Pengetahuan dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai Nama : Sry Oktaviana Br. Sitepu

NIM : 081101064

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012

Abstrak

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sedangkan sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak. Apabila pengetahuan seseorang semakin baik maka perilakunya pun akan semakin baik. Akan tetapi pengetahuan yang baik tidak disertai dengan sikap maka pengetahuan itu tidak akan berarti. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan keluarga tentang pencegahan jatuh pada lansia dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan teknik purposive sampling melibatkan 71 orang responden yang dilaksanakan pada bulan April 2012. Seluruh responden menjawab kuesioner yang telah diberikan kepada responden. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan keluarga tentang pencegahan jatuh di Kelurahan Pahlawan Binjai dalam kategori baik 60,6% sedangkan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh di Kelurahan Pahlawan Binjai positip 100%.


(13)

Title : Knowledge and Attitudes about Prevention Family Events Fall In Elderly At kelurahan Pahlawan Binjai

Name : Sry Oktaviana Br. Sitepu

NIM : 081101064

Faculty : Nursing Year : 2012

Abstract

Knowledge is the result of know that going after someone makes a sensing of a particular object. While the attitude of the views or feelings that accompanied the tendency to act. If knowledge of a person's behavior, the better it would be even better. However, knowledge is either not accompanied with the attitude that knowledge would be meaningless. This study aims to describe a family of knowledge on the prevention of falls in older adults and family attitudes about the prevention of the incidence of falls in older adults at Kelurahan Pahlawan Binjai. This study used a descriptive design with a purposive sampling technique involving 71 respondents conducted in April 2012. All respondents answered a questionnaire that was given to respondents. Based on the result showed that family knowledge about the prevention of falls at Kelurahan Pahlawan Binjai is good category 60,6 % while the incidence of family attitudes about the prevention of falls at kelurahan Pahlawan Binjai 100% positive.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada saat seseorang menjadi tua akan mengalami proses menua. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu kejadian tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Dalam memasuki usia tua akan mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan kurang lincah (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008).

Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama. Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut usia/ masih muda tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok. Ada pula orang yang telah tergolong lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar dan badan tegap (Nugroho, 2008).

Lanjut usia (lansia) merupakan seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (UU No. 13 Tahun 1998 dalam Maryam dkk, 2008). Perkembangan penduduk lanjut usia dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Pada tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010, jumlah penduduk Lansia yang


(15)

tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di perdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%). Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun (Hamid, 2007).

Pada lansia banyak sekali masalah fisik yang sering terjadi salah satunya yaitu jatuh (Nugroho, 2008). Menurut Reuben (1996 dalam Darmojo & Martono, 2004) jatuh merupakan kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/ terduduk di lantai dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Banyak sekali faktor yang menyebabkan jatuh yaitu faktor intrinsik yang berasal dari dalam diri lansia itu sendiri seperti gangguan gaya berjalan. Sedangkan faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata.

Sekitar 30-50% dari populasi lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas mengalami jatuh setiap tahunnya. Separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang (Nugroho, 2008). Pada lanjut usia di atas 80 tahun, sekitar 50% pernah mengalami jatuh. Walaupun tidak semua kejadian jatuh mengakibatkan luka atau memerlukan perawatan, tetapi kejadian luka akibat jatuh pun juga meningkat terutama pada usia diatas 85 tahun (Probosuseno, 2006).

Kasus jatuh yang terjadi di poliklinik layanan terpadu usia lanjut RSCM pada tahun 2000 sebesar 15,53% (285 kasus). Pada tahun 2001 tercatat 15 pasien lansia (dari 146 pasien) yang dirawat karena instabilitas dan sering jatuh. Pada tahun 1999, 2000, dan 2001 masing-masing tercatat sebanyak 25 pasien, 31 pasien, dan 42 pasien yang harus dirawat karena fraktur femur akibat jatuh (Supartondo, Setiati & Soejono, 2003 dalam Maryam, dkk 2008). Dari data tersebut dapat


(16)

disimpulkan bahwa kejadian jatuh pada lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, usaha pencegahan terjadinya jatuh pada lansia merupakan langkah yang perlu dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh, pasti akan menyebabkan komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan kondisi lansia (Darmojo & Martono 2004).

Dalam merawat lanjut usia tidak dapat dilakukan sendiri tetapi juga harus melibatkan anggota keluarga. Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Keluarga memegang peranan penting dalam perawatan terhadap lansia (Maryam, 2009). Merawat lansia bukanlah suatu pekerjaan mudah karena hal ini memerlukan pengetahuan (Siburian, 2005 dalam Narayani, 2008).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan sikap merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak (Purwanto, 1999). Apabila pengetahuan seseorang semakin baik maka perilakunya pun akan semakin baik. Akan tetapi pengetahuan yang baik tidak disertai dengan sikap maka pengetahuan itu tidak akan berarti (Notoatmojo, 2003).

Susanti (2009) dalam penelitiannya tentang hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan sikap keluarga usia lanjut dalam pencegahan jatuh didapatkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki pengetahuan baik dan sebagian besar sikap keluarga tentang pencegahan jatuh usia lanjut di rumah dengan kategori cukup. Pembentukan sikap tidak terjadi secara mudah melainkan butuh


(17)

proses. Adapun faktor yang mempengaruhi sikap yaitu faktor dari dalam individu itu sendiri seperti selektivitas dan faktor dari luar seperti media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap (Purwanto, 1999).

Kelurahan Pahlawan Kecamatan Binjai Utara memiliki jumlah penduduk berkisar 11.068 jiwa yang terdiri dari lansia berjumlah 706 jiwa dengan klasifikasi laki-laki berjumlah 311 dan perempuan berjumlah 395 baik yang tinggal bersama keluarga maupun tidak tinggal bersama keluarga (Lumbantoruan, 2010).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada bulan November 2011 di Kelurahan Pahlawan Binjai terhadap 5 keluarga, bahwa 3 dari 5 keluarga tersebut tidak mengetahui tentang pencegahan jatuh sementara 2 keluarga yang lain mengetahui tentang pencegahan jatuh tetapi 2 keluarga tersebut mengabaikan usaha pencegahan jatuh.

Berdasarkan hal tersebut dan dari uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai.

2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

2.1. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai

2.2. Mengidentifikasi sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai


(18)

3. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

3.1. Bagaimana gambaran pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai ?

3.2. Bagaimana gambaran sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Bin

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk : 4.1 Praktek Keperawatan

Manfaat penelitian ini pada praktek keperawatan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi praktek keperawatan komunitas untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada lansia dan keluarga lansia serta untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap positif bagi keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia.

4.2 Peneliti Keperawatan

Manfaat penelitian ini pada peneliti keperawatan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan sumber data untuk kepentingan penelitian selanjutnya serta untuk mengetahui pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai.

4.3 Keluarga

Manfaat penelitian ini bagi keluarga yaitu dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai pencegahan kejadian jatuh pada lansia.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan

1.1.Defenisi Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera pengelihatan, indera pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan adalah sesuatu yang ada secara niscaya pada diri manusia yang keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai bawaan kodrat manusia yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan (Suhartono, 2008)

1.2.Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berprilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni : (a) Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. (b) Interest, yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus. (c) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. (d) Trial, yaitu orang tersebut mulai mencoba perilaku baru. (e) Adoption, yaitu seseorang telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.


(20)

Penelitian selanjutnya yang dilakukan Rogers, menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti diatas yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoadmojo, 2003).

1.3. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif terdiri atas enam tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang temasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya.


(21)

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang sudah ada. Misalnya, dapat membandingkan, dapat menafsirkan, dan sebagainya.


(22)

2. Sikap

2.1. Defenisi Sikap

Menurut Thurstone dkk ( 1928 dalam Azwar, 2005) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi seseorang terhadap suatu objek baik perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak. Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak (Purwanto, 1999).

2.2. Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap yaitu : (a) sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya. (b) sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. (c) sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. (d) obyek sikap itu merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. (e) sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membedakan sikap dari pengetahuan yang dimiliki orang (Purwanto, 1999).

2.3. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmojo (2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu : a. Menerima (receiving)


(23)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Merespon merupakan memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang tersebut menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.4. Cara Pembentukan/Perubahan Sikap

Menurut Purwanto (1999) sikap dapat dibentuk atau berubah melalui empat macam cara yaitu :

a. Adopsi

Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.


(24)

b. Diferensiasi

Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri/ lepas dari jenisnya.

b. Integrasi

Pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.

c. Trauma

Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.

2.5. Komponen Pokok Sikap

Allport (1954 dalam Notoatmojo, 2003) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu : (1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu ide. (2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. (3) Kecenderungan untuk bertindak.

2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Purwanto (1999) ada dua faktor yang mempengaruhi sikap yaitu : 1. Faktor Intern

Faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri, seperti selektivitas.

2. Faktor ekstern Faktor ekstern merupakan faktor yang terdapat di luar manusia yaitu : (a) Sifat obyek yang dijadikan sebagai sasaran. (b) kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap. (c) Sifat orang-orang atau kelompok yang


(25)

mendukung sikap tersebut. (d) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap. (e) Situasi pada saat sikap dibentuk.

3. Keluarga

3.1. Defenisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1998 dalam Setiawati & Dermawan, 2008). Menurut Whall (1986 dalam Setiawati & Dermawan, 2008) keluarga adalah kelompok yang terdiri atas dua atau lebih individu yang dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki atau tidak memiliki hubungan darah atau hukum yang mencirikan orang tersebut kedalam satu keluarga.

3.2. Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga terdiri dari : (1) Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. (2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lainnya. (3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial sebagai suami, istri, anak, kakak, dan adik. (4) Mempunyai tujuan menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota (Mubarak, Chayatin, Santoso, 2009).


(26)

3.3. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1996 dalam Setiawati & Dermawan, 2008) adalah :

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar anggota keluarga.

b. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.

c. Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya yaitu : sandang, pangan, papan.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.


(27)

3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga (Setiawati & Dermawan, 2008) yaitu :

1. Faktor fisik

Ross, Mirowsaky dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik. Contoh dari hubungan positif tersebut antara lain seorang suami sebelum menikah terlihat kurus maka beberapa bulan kemudian setelah menikah akan terlihat lebih gemuk, beberapa alasan dikemukakan bahwa dengan menikah suami ada yang memperhatikan dan pola makan lebih teratur begitu sebaliknya yang terjadi pada istri.

2. Faktor psikis

Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar, perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan atau dukungan. Suami akan merasa tentram dan terarah setelah beristri begitupun sebaliknya.

3. Faktor sosial

Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan keluarga. Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima semakin baik taraf kehidupannya. Tingginya pendapatan yang diterima akan berdampak pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan, jenis pelayanan kesehatan yang dipilih, dan bagaimana berespon terhadap masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga.


(28)

4. Faktor budaya

a. Keyakinan dan praktek kesehatan

Setiap suku atau bahkan bangsa memiliki keyakinan dan penilaian yang berbeda-beda terhadap fungsi kesehatan. Keyakinan keluarga terhadap fungsi kesehatan sangat dipengaruhi oleh nilai dan keyakinan yang dibawa sebelumnya. Perbedaan generasi dalam sebuah keluarga akan mempengaruhi keyakinan keluarga bahkan seringkali menimbulkan konflik tentang fungsi kesehatan yang akan digunakan dalam keluarga tersebut.

b. Nilai-nilai keluarga

Nilai-nilai yang dimiliki oleh keluarga mempengaruhi kesehatan keluarga yang bersangkutan. Misalnya keluarga yang kurang memperhatikan kesehatan akan merasa bahwa tanpa melakukan upaya apapun kesehatan keluarganya terjaga, maka keluarga akan kuat meyakininya, tetapi keluarga tersebut akan mengalami kesulitan jika suatu waktu nilai yang diyakininya ternyata salah dan terbukti bahwa kesehatan keluarganya terganggu.

c. Peran dan pola komunikasi keluarga

Dampak budaya terhadap peran, kekuatan, dan komunikasi keluarga berbeda-beda pada tiap keluarga. Jika terjadi perubahan terhadap budaya dengan semestinya terjadinya pergeseran peran, aturan-aturan, kekuatan, dan pola komunikasi.

d. Koping keluarga

Koping keluarga dipengaruhi oleh budaya. Keluarga akan berusaha beradaptasi dengan perubahan budaya. Koping diartikan sebagai respon


(29)

positif baik kognitif, afektif, maupun psikomotor bagi kehidupan keluarga dalam menyelesaikan masalah yang terjadi pada keluarga.

4. Jatuh

4.1.Defenisi Jatuh

Menurut Reuben (1996 dalam Darmojo & Martono, 2004) jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.

4.2. Faktor Resiko Jatuh

Menurut Kane (1994 dalam Darmojo & Martono, 2004) faktor resiko jatuh pada lansia dibagi dalam dua golongan besar, yaitu :

Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik

Skema 1. Faktor resiko jatuh

Obat-obatan yang

diminum Kondisi fisik dan

neuropsikiatrik Alat-alat bantu berjalan FALLS (JATUH) Penurunan visus dan pendengaran Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya) Perubahan neuro muskuler, gaya berjalan, dan reflek postural karena proses menua


(30)

4.3.Penyebab Jatuh Pada Lansia

Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor antara lain :

1. Kecelakaan

Kecelakaan merupakan penyebab jatuh yang utama (30-50% kasus jatuh pada lansia).

a. Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung

b. Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat proses menua misalnya karena mata kurang awas, benda-benda yang ada di rumah tertabrak, lalu jatuh.

2. Nyeri kepala

3. Hipotensi orthostatic

a. Hipovolemia/ curah jantung rendah b. Disfungsi otonom

c. Penurunan kembalinya darah vena ke jantung d. Terlalu lama berbaring

e. Pengaruh obat-obat hipotensi f. Hipotensi sesudah makan 4. Obat-obatan

Obat-obatan yang dapat menyebabkan jatuh yaitu Diuretik/ antidepresan, Antidepresan trisiklik, Sedativa, Antipsikotik, Obat-obat hipoglikemik, dan alkohol


(31)

5. Proses penyakit yang spesifik

Penyakit-penyakit yang spesifik seperti aritmia, stenosis aorta, sinkope sinus carotis, stroke, serangan kejang, parkinson, spondilosis, penyakit cerebelum 6. Idiopatik (tak jelas sebabnya)

7. Sinkope

Kehilangan kesadaran secara tiba-tiba dapat disebabkan oleh penurunan darah ke otak secara tiba-tiba .

4.4. Faktor-faktor Lingkungan yang Sering Dihubungkan dengan

Kecelakaan Lansia

Faktor-faktor yang sering dihubungkan dengan kecelakaan pada lansia yaitu : (1) alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil atau tergeletak di bawah. (2) tempat tidur atau WC yang rendah/ jongkok. (3) tempat berpegangan yang tidak kuat/ tidak mudah dipegang, lantai yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal/ menekuk pinggirnya, benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser, lantai yang licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya (Darmojo & Martono, 2004).

4.5.Faktor Situasional yang Mempresipitasi Jatuh

Faktor situasional yang mungkin mempresitasi jatuh antara lain : 1. Aktivitas

Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga, mengganti posisi. Hanya sedikit sekali (5%), jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas berbahaya seperti mendaki


(32)

gunung atau olahraga berat. Jatuh juga sering terjadi pada lansia dengan banyak kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan oleh kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih banyak. Selain itu jatuh juga dapat terjadi pada saat lansia berjalan tanpa menggunakan alat bantu berjalan. Jatuh juga sering terjadi pada lansia yang imobil (jarang bergerak) ketika tiba-tiba dia ingin pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan.

2. Lingkungan

Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik tangga selain itu jatuh terjadi karena tersandung/ menabrak benda perlengkapan rumah tangga, lantai yang licin, lantai yang tidak rata, dan penerangan ruang yang kurang serta menyilaukan.

3. Penyakit akut

Eksaserbasi akut dari penyakit kronik yang diderita lansia juga sering menyebabkan jatuh, misalnya sesak nafas akut pada penderita penyakit paru obstruksif menahun, nyeri dada tiba-tiba pada penderita penyakit jantung sistemik ( Darmojo & Martono, 2004)

4.6. Komplikasi Akibat Jatuh

Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti di bawah ini : (1) Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena. (2) Patah tulang. (3) Hematoma. (4) Disabilitas/ kecacatan. (5) Kematian.


(33)

4.7. Pencegahan

Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh pasti akan terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan. Ada tiga usaha untuk pencegahan jatuh yaitu :

1. Identifikasi faktor resiko

Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor intrinsik resiko jatuh, perlu dilakukan assesmen keadaan sensorik, neurologik, muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering mendasari/ menyebabkan jatuh.

Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup terang tetapi tidak menyilaukan. Keset kaki sebaiknya tidak tebal/ menekuk pinggirnya. Lantai rumah datar, tidak licin dan bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat. Peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk dan dapat bergeser sendiri) sebaiknya diganti selain itu peralatan rumah tangga sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalan/ tempat aktifitas lansia. Kamar mandi dibuat tidak licin dan sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya menggunakan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding. Serta memfasilitasi lansia saat buang air besar seperti menyediakan gayung dan menyediakan air dan pada saat berpergian sebaiknya ditemani.

Obat-obatan yang menyebabkan hipotensi postural, hipoglikemik atau penurunan kewaspadaan harus diberikan sangat selektif dan dengan penjelasan


(34)

yang komprehensif pada lansia dan keluarganya tentang resiko terjadinya jatuh akibat minum obat tersebut.

Alat bantu berjalan yang dipakai lansia baik berupa tongkat, tripod, kruk atau walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan, aman, dan tidak mudah bergeser serta sesuai dengan ukuran tinggi badan lansia.

2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan

Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Penilaian postural sway sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Apabila goyangan badan pada saat berjalan sangat beresiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medik. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah penderita menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi bila terdapat kelainan/ penurunan.

3. Mengatur/ mengatasi faktor situasional

Faktor situasional yang bersifat serangan akut/ eksaserbasi akut penyakit yang diderita lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lansia secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan seperti yang disebutkan diatas. Faktor situasional berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan lansia. Aktifitas fisik yang dilakukan lansia tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehkan bagi lansia dan harus sesuai dengan hasil pemeriksaan kondisi


(35)

fisik. Apabila lansia sehat dan tidak ada batasan aktifitas fisik maka dianjurkan lansia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau beresiko tinggi terjadinya jatuh (Darmojo & Martono, 2004).

5. Lansia

5.1. Defenisi Lansia

Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008).

5.2. Proses Menua

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.

Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional.

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif seperti menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi dari dalam dan luar tubuh yang berakhir


(36)

5.3. Karakteristik Lansia

Menurut Budi Anna Keliat (1999 dalam Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008) lansia memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU NO. 13 tentang Kesehatan). (2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adatif hingga maladatif. (3) Lingkuangan tempat tinggal yang bervariasi.

5.4. Perubahan pada Lansia

Perubahan yang secara umum terjadi pada lansia yaitu perubahan fungsi pancaindra dan perubahan kemampuan motorik. Perubahan fungsi pancaindra meliputi perubahan pada fungsi pengelihatan, perubahan fungsi pendengaran, perubahan fungsi sistem perasa, perubahan fungsi penciuman, dan perubahan sistem peraba.

Pada sistem pengelihatan terjadi penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk melihat objek pada tingkat penerangan yang rendah serta menurunnya sensitivitas terhadap warna. Pada umumnya lansia menderita presbiop atau tidak dapat melihat jarak jauh dengan jelas karena elastisitas lensa mata berkurang.

Orang yang berusia lanjut mengalami kehilangan kemampuan mendengar bunyi dengan nada yang sangat tinggi sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan saraf dan berakhirnya pertumbuhan organ basal yang mengakibatkan matinya rumah siput di dalam telinga. Menurut pengalaman, pria


(37)

cenderung lebih banyak kehilangan pendengaran pada masa tuanya dibandingkan dengan wanita.

Perubahan penting dalam alat perasa pada usia lanjut adalah sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan tunas perasa yang terletak di lidah dan di permukaan bagian dalam pipi. Saraf perasa yang berhenti tumbuh ini semakin bertambah banyak sejalan dengan bertambahnya usia. Selain itu, terjadi penurunan sensitivitas papil-papil pengecap terutama terhadap rasa manis dan asin.

Daya penciuman pada lansia menjadi kurang tajam karena pertumbuhan sel di dalam hidung berhenti dan sebagian lagi karena semakin lebatnya bulu rambut di lubang hidung.

Pada sistem peraba, kulit menjadi semakin kering dan keras, maka indra peraba di kulit semakin peka. Sensitivitas terhadap sakit dapat terjadi akibat penurunan ketahanan terhadap rasa sakit. Rasa sakit tersebut berbeda untuk setiap bagian tubuh. Bagian tubuh yang ketahanannya sangat menurun, antara lain adalah bagian dahi dan tangan, sedangkan pada kaki tidak seburuk kedua organ tersebut.

Perubahan kemampuan motorik pada lansia ditandai dengan kekuatan motorik yang menurun seperti penurunan kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang menopang tegaknya tubuh. Lansia lebih cepat merasa lelah dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk memulihkan diri dari keletihan dibanding orang yang lebih muda. Penurunan kecepatan dalam bergerak bagi lansia dapat dilihat dari tes terhadap waktu, reaksi, dan keterampilan dalam


(38)

bergerak seperti dalam menulis selain itu lansia juga cenderung menjadi canggung dan kaku. Hal ini menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipegangnya tertumpah dan terjatuh (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008).

5.5. Masalah Fisik Sehari-Hari yang Sering Ditemukan Pada Lansia

1. Mudah jatuh

Jatuh sering kali dialami lansia dan penyebabnya bisa multifaktor. Banyak faktor berperan didalamnya, baik faktor intrinsik (dari dalam lanjut usia), misalnya gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, dan kekakuan sendi.

2. Mudah lelah

Mudah jatuh disebabkan oleh faktor psikologis (perasaan bosan dan keletihan), Gangguan organis (anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang, gangguan pencernaan, dan kelainan metabolisme), Pengaruh obat-obat (obat penenang dan obat jantung).

3. Kekacauan mental akut

Kekacauan mental akut disebabkan oleh keracunan, gangguan fungsi otak, radang selaput otak (meningitis), dan alkohol.

4. Nyeri dada

Nyeri dada disebabkan oleh penyakit jantung koroner, radang selaput jantung, dan aneurisma aorta.

5. Sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik

Sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik disebabkan oleh kelemahan jantung, gangguan sistem saluran nafas, berat badan berlebih, dan anemia


(39)

6. Berdebar-debar

Berdebar-debar disebakan oleh gangguan irama jantung, keadaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis, dan faktor-faktor psikologis

7. Pembengkakan kaki bagian bawah

Pembengkakan kaki bagian bawah disebabkan oleh kaki yang lama digantung (edema gravitasi), bendungan pada vena bagian bawah, kelumpuhan pada kaki (kaki yang tidak aktif)

8. Nyeri pinggang atau punggung

Nyeri pinggang atau punggung disebabkan oleh gangguan sendi-sendi atau susunan sendi pada susunan tulang belakang, kelainan ginjal, gangguan pada rahim, dan gangguan pada kelenjar prostat

9. Gangguan pada ketajaman pengelihatan

Gangguan pada ketajaman pengelihatan disebabkan oleh presbiop, kelainan lensa mata, katarak, glaukoma, dan radang saraf mata.

10. Gangguan pada pendengaran

Gangguan pada pendengaran disebabkan oleh kelaianan degeneratif dan ketulian pada lanjut usia seringkali dapat menyebabkan kekacauan mental (Nugroho, 2000)

5.6. Peran Anggota Keluarga terhadap Lansia

Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap anggota keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perananya terhadap lansia, yaitu melakukan pembicaraan terarah, mempertahankan kehangatan keluarga,


(40)

membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia, membantu dalam hal transportasi, membantu memenuhi sumber-sumber keuangan, memberikan kasih sayang, menghormati dan menghargai, bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia, memberikan kasih sayang, menyediakan waktu, memperhatikan lansia, jangan menganggapnya sebagai beban, memberikan kesempatan untuk tinggal bersama, mintalah nasihatnya dalam peristiwa-peristiwa penting, mengajaknya dalam acara-acara keluarga, membantu mencukupi kebutuhannya, memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah termasuk pengembangan hobi, membantu mengatur keuangan, mengupayakan sarana transportasi untuk kegiatan mereka termasuk rekreasi, memeriksakan kesehatan secara teratur, memberi dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat, mencegah terjadinya kecelakaan, baik di dalam maupun di luar rumah, pemeliharaan kesehatan usia lanjut adalah tanggung jawab bersama, dan memberi perhatian yang baik terhadap orangtua yang sudah lanjut (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008).


(41)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan uraian hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya atau antara variabel yang satu dengan yang lainnya yang akan diukur/ diteliti melalui penelitian yang akan dilakukan. Fokus penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di kelurahan Pahlawan Binjai. Pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh dibedakan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh dibagi menjadi dua kategori yaitu positif dan negatif. Kerangka penelitian tersebut dapat dilihat dalam skema di bawah ini :

Skema 2. Kerangka konsep pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia

Pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia meliputi :

- Pengertian jatuh - Faktor resiko jatuh - Penyebab jatuh

- Faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan lansia

- Faktor situasional yang mempresipitasi jatuh - Komplikasi jatuh

- Usaha pencegahan jatuh

Sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia meliputi : - Mengidentifikasi faktor

resiko

- Menilai keseimbangan dan gaya berjalan - Mengatur/ mengatasi


(42)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan uraian hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya atau antara variabel yang satu dengan yang lainnya yang akan diukur/ diteliti melalui penelitian yang akan dilakukan. Fokus penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di kelurahan Pahlawan Binjai. Pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh dibedakan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh dibagi menjadi dua kategori yaitu positif dan negatif. Kerangka penelitian tersebut dapat dilihat dalam skema di bawah ini :

Skema 2. Kerangka konsep pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia

Pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia meliputi :

- Pengertian jatuh - Faktor resiko jatuh - Penyebab jatuh

- Faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan lansia

- Faktor situasional yang mempresipitasi jatuh - Komplikasi jatuh

- Usaha pencegahan jatuh

Sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia meliputi : - Mengidentifikasi faktor

resiko

- Menilai keseimbangan dan gaya berjalan - Mengatur/ mengatasi


(43)

2. Defenisi Konseptual & Defenisi Operasional

A. Pengetahuan

Defenisi Konseptual : Hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).

Defenisi Operasional : Segala sesuatu yang diketahui atau dimengeti oleh keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai meliputi pengertian jatuh, faktor resiko jatuh, penyebab jatuh, faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan lansia, faktor situasional yang memprepisitasi jatuh, komplikasi jatuh, usaha pencegahan jatuh. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner, skala ukur yang digunakan yaitu ordinal dengan hasil ukur pengetahuan baik (7-10), cukup (4-6), dan kurang (0-3).

B. Sikap

Defenisi Konseptual : Pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak (Purwanto, 1999).

Defenisi Operasional : Pandangan atau perasaan keluarga yang disertai kecenderungan untuk bertindak tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di


(44)

Kelurahan Pahlawan Binjai meliputi mengidentifikasi faktor resiko, menilai keseimbangan serta gaya berjalan, dan mengatur/ mengatasi faktor situasional. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner. Skala ukur yang digunakan ordinal dengan hasil ukur sikap positif (38-60) dan sikap negatif (15-37).


(45)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki lanjut usia pria dan wanita yang berusia 60 tahun keatas. Berdasarkan data yang didapat dari Kelurahan Pahlawan Binjai bahwa jumlah lanjut usia yang tinggal di kelurahan tersebut 706 orang dimana lansia tersebut tinggal satu rumah dengan keluarga dan ada juga lansia yang tidak tinggal dengan keluarga tetapi keluarga lansia selalu mengunjungi lansia.

2.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pada penelitian ini tidak semua jumlah populasi yang diteliti tetapi hanya mengambil beberapa perwakilan dari keseluruhan populasi. Menurut Arikunto (2006) apabila jumlah populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua tetapi jika jumlah populasi lebih dari 100 maka pengambilan sampel 10-15% atau 20-25%. Besarnya jumlah sampel pada penelitian ini yaitu sampel diambil sebanyak 10% dari total populasi sehingga sampel pada penelitian


(46)

ini berjumlah 71 keluarga karena mempertimbangkan kemampuan peneliti dilihat dari keterbatasan biaya, waktu, dan tenaga.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu responden dijadikan sampel sesuai dengan karakteristik yang telah dikenal dan telah memenuhi kriteria sampel yang telah ditentukan terlebih dahulu (Nursalam, 2003).

Adapun kriteria sampel yang layak di teliti terdiri dari :

a. Keluarga dari lansia (suami/istri, anak, kakak/adik, keponakan) maupun sanak saudara lainnya yang menjadi bagian dari keluarga yang tinggal satu rumah dengan lansia ( lansia yang berusia 60 tahun keatas) di Kelurahan Pahlawan Binjai.

b. Dapat membaca dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik c. Bersedia menjadi responden

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pahlawan Binjai dengan mempertimbangkan bahwa di kelurahan tersebut terdapat keluarga yang memiliki lanjut usia baik pria maupun wanita yang berumur 60 tahun keatas. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2012. Adapun daerah ini dipilih karena lokasi ini mempunyai jumlah sampel yang memadai untuk dilakukan penelitian serta karena keterbatasan kemampuan, waktu, dan dana.


(47)

4. Pertimbangan Etik

Pada penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu pada awalnya peneliti memperkenalkan diri kepada calon responden kemudian memberikan penjelasan tentang informasi dari penelitian yang akan dilakukan antara lain tujuan, manfaat, serta hak-hak responden dalam penelitian ini. Sebelum menandatangani lembar persetujuan menjadi responden, calon responden diberi waktu hingga benar-benar paham sepenuhnya atas apa yang akan dijalaninya dalam penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk manandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon responden berhak untuk menolak atau mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung.

Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden baik itu resiko fisik maupun psikis serta dilakukan secara sukarela. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga baik dengan tidak menuliskan nama responden pada instrumen tetapi hanya menuliskan nomor kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan. Data-data yang diperoleh hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka yang berisikan pernyataan yang harus dijawab responden. Instrumen ini terdiri dari tiga bagian yaitu instrumen pertama tentang data demografi, instrumen kedua adalah kuesioner tentang pengetahuan dan instrumen ketiga adalah kuesioner tentang sikap.


(48)

5.1 Kuesioner Data Demografi

Instrumen tentang data demografi berisi usia, jenis kelamin, suku, agama, tingkat pendidikan, pendapatan, dan hubungan dengan lansia.

5.2 Kuesioner Pengetahuan

Instrumen kedua berupa kuesioner pengetahuan yang terdiri atas 10 pernyataan. Pernyataan pada kuesioner pengetahuan terdiri dari 5 pernyataan positif (nomor 1, 3, 4, 9, 10) dan 5 pernyataan negatif ( nomor 2, 5, 6, 7, 8) . Setiap jawaban pernyataan yang benar mendapatkan skor 1 sedangkan jawaban pernyataan yang salah tidak ada skor. Nilai terendah yang mungkin dicapai responden adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 10. Pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh dapat dikategorikan dengan menggunakan rumus Sudjana :

kelas Banyak

g n P= Re tan

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 10 dan dibagi dalam tiga kategori kelas untuk menilai pengetahuan yaitu kurang, cukup, dan baik maka didapat panjang kelas sebesar 3 untuk nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas interval maka pembagian skornya adalah kurang (0-3), cukup (4-6) dan baik (7-10).


(49)

5.3 Kuesioner Sikap

Instrumen ketiga berupa kuesioner sikap terdiri dari 15 pernyataan. Pernyataan pada kuesioner sikap terdiri dari 8 pernyataan positif (nomor 1, 4, 5, 7, 10, 11, 13, 15) dan 7 pernyataan negatif (nomor 2, 3, 6, 8, 9, 12, 14). Penilaian pada pernyataan positif dilakukan dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap jawaban yaitu sangat setuju (skor 4), setuju (skor 3), tidak setuju (skor 2), dan sangat tidak setuju (skor 1) sedangkan penilaian pada pernyataan negatif juga dilakukan dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap jawaban yaitu sangat tidak setuju (skor 4), tidak setuju (skor 3), setuju (skor 2), dan sangat setuju skor (skor 1) . Total skor terendah yaitu 15 dan yang tertinggi 60. Tingkat sikap masyarakat dalam pencegahan kejadian jatuh dikategorikan berdasarkan rumus Sudjana :

kelas Banyak

g n P= Re tan

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurang dengan nilai terendah) sebesar 45 dan dibagi atas 2 kategori kelas untuk sikap positif dan negatif maka diperoleh panjang kelas sebesar 22 dimana nilai terendah 15 sebagai batas bawah kelas maka pembagian skornya adalah sebagai berikut 15-37 adalah sikap negatif dan 38-60 adalah sikap positif.

6. Uji Validitas & Uji Reliabilitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau mampu mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan


(50)

sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto, 2010). Uji validitas terhadap kuesioner pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai dilakukan oleh Ibu Siti Zahara Nasution, Skp, MNS.

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Uji realibilitas dilakukan terhadap 10 responden yang memenuhi kriteria di Kelurahan Nangka Binjai. Uji realibilitas yang digunakan untuk kuesioner pengetahuan keluarga menggunakan K-R 21 (Kuder dan Richardson). Adapun hasil yang didapat dari hasil uji reliabilitas yaitu 0,736 sehingga dikatakan instrument reliabel. Hal ini dapat diterima dengan pendapat Notoatmojo (2010) yang menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas > 0,632 sedangkan uji reliabilitas yang digunakan untuk kuesioner sikap keluarga menggunakan rumus alpha dengan bantuan komputerisasi dengan hasil reliabilitas diperoleh hasil 0,929 sehingga dikatakan instrument reliabel. Hal ini dapat diterima dengan pendapat Polit & Hungler (1999) yang menyatakan bahwa suatu intrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai reabilitas > 0.70.

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan berdasarkan beberapa prosedur yaitu peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada


(51)

Kepala Kelurahan Pahlawan Binjai setelah mendapatkan izin dari kepala Kelurahan Pahlawan Binjai, peneliti mengambil data. Pada awalnya peneliti mendatangi rumah masyarakat satu persatu dengan ditemani oleh Ibu peneliti serta memperkenalkan diri kepada keluarga yang didatangi bahwa peneliti merupakan mahasiswa dari Fakultas Keperawatan USU yang sedang melakukan penelitian di Kelurahan Pahlawan dan juga peneliti menunjukkan surat izin dari Kepala Kelurahan Pahlawan bahwa peneliti diizinkannya melakukan penelitian di Kelurahan tersebut kemudian peneliti bertanya kepada keluarga yang didatangi apakah keluarga tersebut memiliki lansia serta tinggal bersama lansia tersebut. Apabila mereka mengatakan ada maka peneliti langsung menjelaskan kepada calon responden tersebut tentang maksud dan tujuan peneliti yaitu untuk mengambil data mengenai pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan jatuh pada lansia sedangkan bagi keluarga yang tidak bersedia maka peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediaan waktu yang diluangkan oleh keluarga. Pada saat pengumpulan data ada calon responden yang tidak bersedia menjadi responden oleh sebab itu peneliti mencari calon responden lain. Setelah itu peneliti bersama ibu mendatangi rumah keluarga lainnya. Bagi calon responden yaitu anggota keluarga yang bersedia menjadi responden maka peneliti mengajukan lembar informed concent untuk ditandatangani sebagai bukti tanda bersedia menjadi responden kemudian peneliti mengajukan kuesioner yang terdiri dari 25 pernyataan dan bertanya kepada responden apakah ia ingin kuesioner tersebut dibacakan oleh peneliti atau ingin membacanya sendiri. Apabila responden ingin dibacakan maka peneliti membacakan kuesioner untuk responden


(52)

serta membantu responden dalam hal menceklis jawaban tetapi tidak mempengaruhi responden dalam menjawab pernyataan sementara apabila responden ingin membacanya sendiri maka peneliti menunggu serta memberi kesempatan kepada responden untuk bertanya apabila ada pernyataan yang tidak dipahami serta menyuruh responden untuk menceklis salah satu jawaban dari pernyataan tersebut. Setelah kuesioner diisi maka peneliti mengecek kuesioner apakah masih ada pernyataan yang belum diisi oleh responden. Apabila ada yang belum diisi maka responden langsung memberitahukan kepada responden untuk kembali mengisi kuesioner yang belum diisi. Setelah itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada peneliti karena telah bersedia menjadi responden dan memberikan reward ataupun kenang-kenangan. Setelah itu peneliti bertanya kepada responden tersebut apakah di sekitar rumahnya ada lansia yang tinggal dengan keluarga. Apabila ada maka peneliti langsung pergi ke rumah calon responden yang ditunjukkan oleh responden sebelumnya.

8. Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu : (1) Editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data maka harus dilengkapi dengan menanyakannya kembali kepada responden. (2) Coding, data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode secara manual sebelum diolah dengan komputer. (3) Entri, data yang telah diberi kode dimasukkan ke dalam program komputer. (4) Tabulating, memasukkan data


(53)

ke dalam tabel kemudian dilanjutkan dengan menganalisis data yang telah terkumpul. Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.


(54)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai melalui pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner terhadap 71 responden yaitu keluarga yang tinggal dengan lansia di kelurahan Pahlawan Binjai.

1. Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian mencakup distribusi frekuensi karakteristik responden, deskripsi pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai, dan deskripsi sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai.

1.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Adapun deskripsi karakteristik responden yang dipaparkan terdiri dari usia, jenis kelamin, suku, agama, tingkat pendidikan, pendapatan per bulan, hubungan dengan lansia, dan penyakit yang diderita lansia.

Responden pada penelitian ini berusia dari 20-49 tahun, dimana usia terbanyak > 35 tahun sebanyak 43 responden (60,6%). Usia 25-35 tahun sebanyak 23 responden (32,4%) dan usia < 25 tahun sebanyak 5 responden (7%). Jenis kelamin responden sebagian besar adalah wanita dengan jumlah 55 responden (77,5%), dan pria sebanyak 16 responden (22,5%). Untuk suku, responden yang bersuku jawa sebanyak 30 responden (42,3%), suku batak sebanyak 28 responden


(55)

(39,4%), suku melayu sebanyak 6 responden (8,5%), suku minang sebanyak 4 responden (5,6%), dan suku aceh sebanyak 3 responden (4,2%). Sebagian besar agama responden yaitu islam sebanyak 48 responden (67,6%), agama kristen protestan sebanyak 18 responden (25,4%), dan agama kristen katolik sebanyak 5 responden (7%). Tingkat pendidikan responden sebahagian besar SMA sebanyak 53 responden (74,6%), responden yang berpendidikan Sarjana sebanyak 11 responden (15,5%), responden yang berpendidikan SD sebanyak 4 responden (5,6%), dan responden yang berpendidikan SMP sebanyak 3 responden (4,2%). Pendapatan responden perbulan < Rp. 1.000.000 sebanyak 33 responden (46,5%), pendapatan Rp.1.000.000-Rp. 3.000.000 sebanyak 30 responden (42,3%), dan untuk pendapatan > Rp. 3.000.000 sebanyak 8 responden (11,3%). Hubungan dengan lansia yaitu hampir seluruhnya merupakan anak dari lansia sebanyak 67 responden (94,4%), keponakan sebanyak 3 responden (4,2%), dan saudara sebanyak 1 responden (1,4%). Penyakit yang diderita lansia yaitu maag sebanyak 18 lansia (25,4%), lansia yang menderita diabetes mellitus sebanyak 11 orang (15,5%), lansia yang menderita hipertensi sebanyak 10 orang (14,1%), lansia yang menderita osteoporosis sebanyak 9 orang (12,7%), lansia yang menderita asam urat sebanyak 8 orang (11,3%), lansia yang menderita katarak sebanyak 7 orang (9,9%), lansia yang menderita rheumatoid arthritis sebanyak 5 orang (7%), dan lansia yang menderita TB Paru sebanyak 3 orang (4,2%).


(56)

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik keluarga yang Tinggal dengan lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai bulan April 2012 (N=71) Karakteristik Keluarga Frekuensi Persentase (%)

Usia

< 25 Tahun 5 7

25-35 Tahun 23 32,4

> 35 Tahun 43 60,6

Jenis Kelamin

Pria 16 22,5

Wanita 55 77,5

Suku

Batak 28 39,4

Melayu 6 8,5

Jawa 30 42,3

Minang 4 5,6

Aceh 3 4,2

Agama

Islam 48 67,6

Kristen Protestan 18 25,4 Kristen Katolik 5 7

Tingkat Pendidikan

SD 4 5,6

SMP 3 4,2

SMA 53 74,6


(57)

Lanjutan

Pendapatan/ bulan

< Rp. 1.000.000 33 46,5 Rp. 1.000.000-Rp. 3.000.000 30 42,3 > Rp. 3.000.000 8 11,3 Hubungan dengan lansia

Anak 67 94,4

Keponakan 3 4,2

Saudara 1 1,4

Penyakit yang diderita Lansia

Maag 18 25,4

Katarak 7 9,9

Diabetes Melitus 11 15,5

Osteoporosis 9 12,7

Asam urat 8 11,3

Rhematoid arthritis 5 7

Hipertensi 10 14,1

TB Paru 3 4,2

1.2. Deskripsi Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 71 responden dengan menggunakan 3 kategori didapat hasil bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 43 responden (60,6), sedangkan pengetahuan cukup sebanyak 25 responden (35,2%), dan sebanyak 3 responden (4,2%) memiliki pengetahuan kurang tentang pencegahan kejadian jatuh.


(58)

Tabel 2. Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai

Pengetahuan Keluarga Frekuensi Persentase (%) Baik 43 60,6 Cukup 25 35,2

Kurang 3 4,2 Total 100 100

Pengetahuan responden diidentifikasi dengan 10 pernyataan yaitu 1 pernyataan untuk mengidentifikasi pengertian jatuh, 2 pernyataan untuk mengidentifikasi faktor resiko jatuh, 2 pernyataan untuk mengidentifikasi penyebab jatuh, 1 pernyataan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan lansia, 2 pernyataan untuk mengidentifikasi faktor situasional yang mempresipitasi jatuh, 1 pernyataan untuk mengidentifikasi komplikasi jatuh, dan 1 pernyataan untuk mengidentifikasi usaha pencegahan jatuh.

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai

No. Pernyataan Benar Salah

1. Jatuh merupakan kejadian yang 61 10

mengakibatkan lansia mendadak (85,9%) (14,1%) terbaring, terduduk di lantai/ tempat

yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran

2. Lansia yang menggunakan alat bantu 40 31


(59)

Lanjutan

3. Penurunan pengelihatan dan pendengaran 49 22 merupakan salah satu resiko terjadi jatuh (69%) (31%)

4. Pada saat lansia berjalan dapat 49 22

jatuh karena terlalu lama berbaring (69%) (31%)

5. Sakit kepala tidak dapat menyebabkan 55 16

jatuh pada lansia (77,5%) (22,5%)

6. Penggunaan WC jongkok sangat baik bagi 34 37

lansia (47,9%) (52,1%)

7. Kejadian jatuh tidak akan terjadi pada 36 35

lansia yang dapat berjalan tanpa alat (50,7%) (49,3%) bantu berjalan

8. Lampu di rumah sebaiknya menyilaukan 45 26

untuk mencegah jatuh pada lansia (63,4%) (36,6%)

9. Jatuh pada lansia akan menimbulkan 60 11

komplikasi seperti kematian (84,5%) (15,5%) 10. Membuat pegangan pada kamar mandi 68

3

merupakan salah satu upaya pencegahan (95,8%) (4,2%) jatuh

1.3. Deskripsi Sikap Keluarga tentang Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 71 responden diperoleh hasil bahwa seluruh responden memiliki sikap yang positif tentang pencegahan jatuh.


(60)

Tabel 4. Sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai.

Sikap Keluarga Frekuensi Persentase (%)

Positif 71 100 Total 71 100

Sikap responden diidentifikasi dengan 15 pernyataan yaitu 11 pernyataan mengidentifikasi tentang identifikasi faktor resiko, 2 pernyataan untuk mengidentifikasi tentang menilai keseimbangan dan gaya berjalan, dan 2 pernyataan untuk mengidentifikasi tentang mengatur/ mengatasi faktor situasional.

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Keluarga membawa lansia pergi ke 42 29 0 0

pelayanan kesehatan untuk (59,2%) (40,8%) (0%) (0%) memeriksakan kesehatan

2. Keluarga membuat penerangan rumah 7 18 35 11

terang bendera hingga menyilaukan (9,9%) (25,4%) (49,3%) (15,5%) 3. Keluarga membiarkan lanisa melakukan 1 1

35 34

aktivitas yang berat (1,4%) (1,4%) (49,3%) (47,9%)

4. Keluarga meletakkan peralatan rumah 45 23 2 1

tangga sedemikian rupa sehingga tidak (63,4%) (32,4%) (2,8%) (1,4%) menggangu jalan atau tempat lansia

setiap hari melakukan kegiatan

5. Keluarga menyikat kamar mandi agar 57 13 0 1


(61)

licin (80,3%) (18,3%) (0%) (1,4%) 6. Keluarga tidak perlu membuat pegangan 1 9 48

13

pada dinding kamar mandi (1,4%) (12,7%) (67,6%) (18,3%) 7. Keluarga memperhatikan kemampuan 32 39 0

0

lansia untuk berjalan (45,1%) (54,9%) (0%) (0%) 8. Keluarga tetap memakai peralatan 8 0 35

28

rumah tangga yang sudah tidak aman (11,3%) (0%) (49,3%) (39,4%) seperti perlatatan yang sudah lapuk

Lanjutan

9. Keluarga tidak memfasilitasi lansia saat 6 9 47 9

buang air besar (8,5%) (12,7%) (66,2%) (12,7%) 10. Keluarga melihat dan menilai 22 44 4

1

keseimbangan badan lansia dalam (31%) (62%) (5,6%) (1,4%) melakukan gerakan pindah tempat atau

pindah posisi

11. Keluarga mengetahui obat-obatan 28 36 5 2

yang diminum lansia yang dapat (39,4%) (50,7%) (7%) (2,8%) menyebabkan terjadinya jatuh

12. Keluarga tidak perlu mendampingi 1 2 47 21

lansia pada saat berpergian (1,4%) (2,8%) (66,2%) (29,6%)

13. Keluarga membersihkan lantai rumah 45 23 1 2

agar tidak licin yang dapat menyebabkan (63,4%) (32,4%) (1,4%) (2,8%) lansia terpeleset

14. Keluarga meletakkan keset yang tebal 17 37 15 2


(62)

15. Keluarga membuat pintu kamar mandi 38 33 0 0

mudah dibuka (53,5%) (46,5%) (0%) (0%)

2. Pembahasan Penelitian

Dalam pembahasan ini peneliti mencoba menjawab pertanyaaan penelitian yaitu bagaimana gambaran pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai dan gambaran sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai.

2.1. Pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya (Maryam, 2009). Hidup bersama dengan keluarga merupakan kebiasaan umum yang terjadi pada lansia apabila seorang lansia ditinggal meninggal dunia oleh suami atau istrinya ataupun sebelum istri atau suaminya meninggal (Darmojo & Martono, 2004). Keluarga memegang peranan penting dalam perawatan terhadap lansia (Maryam, 2009). Banyak sekali masalah yang terjadi pada lansia salah satunya yaitu jatuh. Masalah seperti jatuh harus dicegah dengan cara merawat lansia tersebut secara baik. Merawat lansia di rumah bukanlah suatu pekerjaan mudah karena hal ini memerlukan pengetahuan (Siburian, 2005 dalam Narayani, 2008).

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui seseorang setelah melakukan pengideraan terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan


(63)

didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Semakin berkembang fisik dan psikis seseorang, maka semakin banyak pula yang diketahui dan ingin diketahuinya, sebab selain mengetahui segala sesuatu yang dialami di lingkungan keluarganya, dia juga akan memperoleh pengetahuan dari lingkungan yang lebih luas serta ingin mengetahui apa yang belum dan tidak diketahuinya. Dan pada akhirnya dia akan tahu apa yang boleh dan harus dilakukan serta baik dan buruk bila dilakukan (Effendy, 2006 dalam Karolina, 2009).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kuswardhani (2009) mengenai hubungan dukungan keluarga terhadap peningkatan status kesehatan lansia didapat bahwa keluarga berperan dalam penyediaan fasilitas – fasilitas untuk meningkatkan status kesehatan lansia, hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa keluarga wajib tahu tentang pencegahan jatuh sehingga keluarga dapat melakukan tindakan yang dapat mencegah terjadinya jatuh pada lansia. Dengan berkurangnya resiko jatuh maka status kesehatan lansia akan meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap 71 responden yaitu keluarga yang memiliki lansia dan tinggal bersama lansia didapatkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 43 responden (60,6%) dan 25 responden (35,2%) memiliki pengetahuan cukup serta 3 responden (4,2%) memiliki pengetahuan kurang mengenai pencegahan jatuh. Hal ini menunjukkan bahwa sebahagian besar responden sudah mengerti dan memahami tentang pencegahan jatuh pada lansia. Selain itu pengetahuan baik


(64)

dapat dilihat dari jawaban responden yaitu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap 71 responden yaitu keluarga yang memiliki lansia dan tinggal bersama lansia didapatkan data bahwa untuk pernyataan nomor 1 mengenai pengertian jatuh ternyata 61 responden (85,9%) menjawab pernyataan dengan benar sementara 10 responden (14,1%) menjawab pernyataan salah. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan respoden tentang pengertian jatuh dalam kategori baik karena hampir seluruh keluarga mengetahui tentang pengertian jatuh.

Pada pernyataan nomor 2 mengenai faktor resiko jatuh yaitu lansia yang menggunakan alat bantu berjalan tidak beresiko jatuh ternyata didapatkan bahwa 40 responden (56,3%) menjawab pernyataan dengan benar dan 31 responden (43,7%) menjawab pernyataan tersebut salah serta pernyataan nomor 3 mengenai faktor resiko jatuh yaitu penurunan pengelihatan dan pendengaran merupakan salah satu resiko terjadi jatuh didapatkan bahwa 49 responden (69%) menjawab pernyataan dengan benar dan 22 responden (31%). Hal ini menunjukkan bahwa keluarga mengetahui faktor resiko jatuh. Berdasarkan Darmojo & Martono (2004) bahwa penggunaan alat bantu berjalan merupakan faktor ekstrinsik yang dapat membuat resiko jatuh pada lansia sementara penurunan pengelihatan dan pendengaran merupakan faktor intrinsik yang dapat membuat resiko jatuh pada lansia.

Pada pernyataan nomor 4 mengenai penyebab jatuh pada lansia yaitu pada saat lansia berjalan dapat jatuh karena terlalu lama berbaring didapatkan bahwa 49 responden (69%) menjawab pernyataan dengan benar dan 22 responden (31%)


(65)

menjawab penyataan salah serta pernyataan nomor 5 mengenai penyebab jatuh pada lansia yaitu sakit kepala tidak dapat menyebabkan jatuh pada lansia didapatkan bahwa 55 responden (77,5) menjawab pernyataan dengan benar dan 16 responden (22,5%) menjawab pernyataan salah. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga mengetahui penyebab jatuh pada lansia. Berdasarkan Darmojo & Martono (2004) bahwa penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor antara lain hipotensi orthostatic, kecelakaan seperti terpeleset, sakit kepala, obat-obatan dan sinkope. Dimana hipotensi orthostatic dapat disebabkan oleh terlalu lama berbaring sehingga dapat menyebabkan lansia terjatuh dan juga karena sakit kepala dapat menyebabkan lansia jatuh.

Pada pernyataan nomor 6 mengenai faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan lansia yaitu penggunaan WC jongkok sangat baik bagi lansia ternyata didapatkan bahwa 34 responden (47,9%) menjawab pernyataan dengan benar dan 37 responden (52,1%) menjawab pernyataan salah. Dari data ini peneliti menyatakan bahwa keluarga dari lansia yaitu sebanyak 37 responden (52,1%) tidak mengetahui tentang penggunaan WC yang cocok dan aman digunakan bagi lansia. Berdasarkan Darmojo & Martono (2004) bahwa WC yang cocok dan aman bagi lansia adalah WC yang menggunakan kloset duduk.

Pada pernyataan nomor 7 mengenai faktor situasional yang mempresipitasi jatuh yaitu kejadian jatuh tidak akan terjadi pada lansia yang dapat berjalan tanpa alat bantu berjalan ternyata didapat bahwa 36 responden (50,7) menjawab dengan benar dan 35 responden (49,3%) menjawab pernyataan salah serta pernyataan nomor 8 mengenai faktor situasional yang mempresipitasi jatuh yaitu lampu di


(1)

Sikap no.9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat setuju 6 8.5 8.5 8.5

setuju 9 12.7 12.7 21.1

tidak setuju 47 66.2 66.2 87.3

sangat tidak setuju 9 12.7 12.7 100.0

Total 71 100.0 100.0

Sikap no.10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 1 1.4 1.4 1.4

tidak setuju 4 5.6 5.6 7.0

setuju 44 62.0 62.0 69.0

sangat setuju 22 31.0 31.0 100.0

Total 71 100.0 100.0

Sikap no.11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 2 2.8 2.8 2.8

tidak setuju 5 7.0 7.0 9.9

setuju 36 50.7 50.7 60.6

sangat setuju 28 39.4 39.4 100.0

Total 71 100.0 100.0

Sikap no.12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat setuju 1 1.4 1.4 1.4


(2)

tidak setuju 47 66.2 66.2 70.4

sangat tidak setuju 21 29.6 29.6 100.0

Total 71 100.0 100.0

Sikap no.13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat tidak setuju 2 2.8 2.8 2.8

tidak setuju 1 1.4 1.4 4.2

setuju 23 32.4 32.4 36.6

sangat setuju 45 63.4 63.4 100.0

Total 71 100.0 100.0

Sikap no.14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat setuju 17 23.9 23.9 23.9

setuju 37 52.1 52.1 76.1

tidak setuju 15 21.1 21.1 97.2

sangat tidak setuju 2 2.8 2.8 100.0

Total 71 100.0 100.0

Sikap no.15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid setuju 33 46.5 46.5 46.5

sangat setuju 38 53.5 53.5 100.0


(3)

(4)

JADWAL PENELITIAN Lampiran 11

Diketahui oleh, Dosen Pembimbing

Iwan Rusdi S.Kp, MNS

No Aktivitas penelitian September

2011 Oktober 2011 November 2011 Desember 2011 Januari 2012 Februari 2012 Maret 2012 April 2012 Mei 2012 Juni 2012 Juli 2012

1 Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2 Pengajuan judul

penelitian

3 Menyusun Bab 1

4 Menyusun Bab 2 5 Menyusun Bab 3 6 Menyusun Bab 4 7 Menyerahkan proposal

penelitian

8 Ujian sidang proposal 9 Revisi proposal

penelitian 10 Uji Validitas &

Reliabilitas

11 Pengumpulan data responden

12 Analisa data 13 Pengajuan sidang

skripsi

14 Ujian sidang skripsi 15 Revisi skripsi


(5)

LAMPIRAN 12

Taksasi Dana

1. Persiapan Proposal dan Perbaikan proposal

- Biaya kertas print proposal Rp 130.000,-

- Fotokopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 50.000,-

- Biaya internet Rp 30.000,

- Perbanyak proposal dan penjilidan Rp 100.000,-

- Konsumsi saat sidang proposal Rp 100.000,-

2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

- Izin penelitian Rp 20.000,-

- Penggandaan kuesioner Rp 60.000,-

- Transportasi Rp 10.000,-

3. Persiapan Skripsi

- Biaya kertas dan tinta print skripsi Rp 200.000,-

- Penggandaan skripsi dan penjilidan Rp 150.000,-

- Biaya sidang skripsi Rp 150.000,-

- Konsumsi saat sidang skripsi Rp. 150.000

4. Biaya tidak Terduga Rp 100.000,-


(6)

LAMPIRAN 13

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sry Oktaviana Br. Sitepu

Tempat/ Tanggal Lahir : Binjai/ 03 Oktober 1990

Agama : Kristen Protestan

Alamat Rumah : Jl. Teratai No. 27 Binjai

Riwayat Pendidikan : 1. TK Methodist Kuala (1995 – 1996)

2. SD Methodist Kuala (1996-2002)

3. SLTPN 3 Binjai (2002-2005)

4. SMAN 2 Binjai (2005-2007)