8. Pengaruh Gengsi dalam Membeli Daging Ayam Kampung
Apakah konsumen sampel membeli karena gengsi dalam mengkonsumsi daging ayam kampung, hal ini dapat dilihat dalam jawaban konsumen pada
Tabel 19 berikut ini
Tabel 19. Persentase Jawaban Responden Berdasarkan Pengaruh Gengsi Uraian
Jawaban Jumlah
Sangat setuju
Setuju Ragu-
ragu Tidak
setuju Sangat tidak
setuju Jumlah
orang -
- -
22 8
30 Persentase
- -
- 73,3
26,7 100
Sumber: data diolah dari Lampiran 3
Berdasarkan Tabel 19 diperoleh 73,3 responden tidak setuju bahwa mengkonsumsi daging ayam kampung karena gengsi dan 26,7 sangat tidak
setuju. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen tidak setuju jika mengkonsumsi daging ayam kampung karena gengsi.
9. Pengaruh Ajakan Orang Lain dalam Membeli Daging Ayam
Kampung
Apakah konsumen sampel membeli karena pengaruh ajakan orang lain dalam mengkonsumsi daging ayam kampung, hal ini dapat dilihat dalam jawaban
konsumen pada Tabel 20 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 20. Persentase Jawaban Responden Berdasarkan Pengaruh Ajakan Orang Lain
Uraian Jawaban
Jumlah Sangat
setuju
Setuju Ragu-
ragu Tidak
setuju Sangat tidak
setuju Jumlah
orang 1
2 3
17 7
30 Persentase
3,3 6,7
10 56,7
23,3 100
Sumber: data diolah dari Lampiran 3
Berdasarkan Tabel 20 diperoleh 3,3 responden sangat setuju bahwa mengkonsumsi daging ayam kampung karena pengaruh ajakan orang lain, 6,7
setuju, 10 ragu-ragu, 56,7 tidak setuju dan 23,3 sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen tidak setuju jika mengkonsumsi daging ayam
kampung karena pengaruh ajakan orang lain.
10. Pengaruh Lebih Menyukai Ayam Kampung Daripada Ayam
Kampung dalam Membeli Daging Ayam Kampung
Apakah konsumen sampel membeli karena lebih menyukai ayam kampung daripada ayam kampung dalam mengkonsumsi daging ayam kampung, hal ini
dapat dilihat dalam jawaban konsumen pada Tabel 21 berikut ini. Tabel 21. Persentase Jawaban Responden Berdasarkan Pengaruh Lebih
Menyukai Ayam Kampung Uraian
Jawaban Jumlah
Sangat setuju
Setuju Ragu-
ragu Tidak
setuju Sangat tidak
setuju Jumlah
orang 6
21 3
- -
30 Persentase
20 70
10 -
- 100
Sumber: data diolah dari Lampiran 3
Berdasarkan Tabel 21 diperoleh 20 responden sangat setuju bahwa mengkonsumsi daging ayam kampung karena lebih menyukainya daripada ayam
Universitas Sumatera Utara
kampung, 70 setuju, 10 ragu-ragu, 56,7 . Hal ini menunjukkan bahwa konsumen sangat setuju jika mengkonsumsi daging ayam kampung karena lebih
menyukainya daripada ayam kampung. Berdasarkan tabel perilaku konsumen diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor
yang sangat mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi daging ayam kampung adalah kandungan gizi dari daging ayam tersebut. Hal ini dapat
dilihat dari persentasi ketercapaian parameter sebesar 86 .
Perkembangan Harga dan Permintaan Konsumen Terhadap Daging Ayam Kampung Di Kota Medan
Konsumsi daging ayam kampung termasuk berkembang dengan cepat, walaupun kadang tetap mengalami penurunan dan peningkatan tiap tahunnya. Hal
ini disebabkan selera konsumen yang berbeda-beda serta berubah-ubah. Bagi rumah tangga masyarakat di Indonesia umumnya dan Kota Medan khususnya
daging ayam kampung telah menjadi menu utama, untuk hidangan pesta pernikahan, ulang tahun, syukuran, wisata kuliner, dan sebagainya.
Peranan alokasi dari harga daging ayam kampung yaitu membantu pembeli memutuskan cara memperoleh utilitas maksimal sesuai dengan daya
belinya. Sedangkan peranan informasi dari harga tersebut, dapat menunjukkan pada konsumen mengenai faktor-faktor produk, misalnya kualitas.
Perkembangan permintaan konsumen daging ayam kampung dapat dilihat dari jumlah rata-rata konsumsinya, dimana jumlah konsumsi daging ayam
Universitas Sumatera Utara
kampung berbanding lurus terhadap perkembangan permintaan daging ayam kampung itu sendiri. Semakin meningkat jumlah konsumsi maka dapat
diasumsikan semakin meningkat pula permintaannya, begitu juga sebaliknya apabila jumlah konsumsi berkurang dapat diasumsikan permintaan akan menurun
pula. Berikut perkembangan harga dan perkembangan konsumsi daging ayam
kampung di Kota Medan.
Tabel 22. Perkembangan Harga dan Konsumsi Daging Ayam Kampung 5 Tahun Terakhir di Kota Medan
Keterangan Tahun
2007
2008 2009
2010 2011
Harga RpKg
30.125 33.716
36.216 40.333
43.716 Konsumsi
KgKapitaThn 0,111
0,093 0,099
0,099 0,101
Sumber:Dinas Peternakan Kota Medan
Dari Tabel 23 diperoleh perkembangan harga dan konsumsi daging ayam kampung mengalami peningkatan, dapat dilihat bahwa peningkatan harga pada
tahun 2010-2011 tidak mempengaruhi terhadap jumlah konsumsi. Hal ini tidak sesuai dengan teori ekonomi yaitu apabila harga meningkat maka permintaan akan
suatu barang akan menurun, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya harga daging ayam kampung relatif lebih murah daripada daging
ternak ruminansia, dan mungkin karena masyarakat mulai sadar akan pentingnya kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
- Perkembangan Harga
Pada Tabel 23 telah dijelaskan bawah harga daging ayam kampung mengalami peningkatan tiap tahunnya. Dimana pada tahun 2007 harga rata-rata daging ayam
kampung Rp 30.125, pada tahun 2008 harga rata-rata daging ayam kampung Rp 33.716, pada tahun 2009 harga rata-rata daging ayam kampung Rp
36.216, pada tahun 2010 harga rata-rata daging ayam kampung Rp 40.333, pada tahun 2011 harga rata-rata daging ayam kampung Rp 43.716. Secara grafik
peningkatan harga daging ayam kampung dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2. Perkembangan Harga Daging Ayam Kampung di Kota Medan
- Perkembangan Permintaan
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, jumlah konsumsi berbanding lurus dengan permintaan daging ayam kampung. Berbeda dengan harga, permintaan akan
daging ayam kampung mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Dimana pada konsumsi daging ayam kampung sebesar 0,111 kgkapitatahun pada tahun 2007,
0,093 kgkapitatahun pada tahun 2008, 0,099 kgkapitatahun pada tahun 2009
30.125 33.716
36.216 40.333
43.716
10.000 20.000
30.000 40.000
50.000
2007 2008
2009 2010
2011
Harga Ayam Kampung
Harga Ayam Kampung
Universitas Sumatera Utara
dan 2010 dan 0,101 kgkapitatahun pada tahun 2011. Secara grafik peningkatan harga daging ayam kampung dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Kampung di Kota Medan
Berdasarkan kedua grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan harga daging ayam kampung meningkat setiap tahunnya, sedangkan perkembangan
permintaan daging ayam kampung menurun dari tahun 2007 sampai 2008, tetapi terus meningkat selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2009 sampai 2011.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi PermintaanKonsumsi Daging Ayam Kampung
Dari hasil penelitian terhadap 30 sampel telah ditetapkan beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi daging ayam kampung yang
berpengaruh juga terhadap permintaan akan daging ayam kampung khususnya di kota Medan yaitu umur X
1
, tingkat pendidikan X
2
, jumlah tanggungan X
3
,
0,08 0,085
0,09 0,095
0,1 0,105
0,11 0,115
2007 2008
2009 2010
2011
KONSUMSI
KONSUMSI
Universitas Sumatera Utara
pendapatan X
4
, dan harga daging ayam kampung X
5
Untuk mengetahui adanya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung digunakan analisis Regresi Linier Berganda,
yang dimana dapat dibentuk persamaan sebagai berikut: � = �
+ �
1
�
1
+ �
2
�
2
+ �
3
�
3
+ �
4
�
4
+ �
5
�
5
+ µ . Dari variabel bebas
tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung Y sebagai variabel dependen variabel terikat.
Keterangan: Y
= Jumlah konsumsi daging ayam kampung kgbulan a
= Konstanta b
1
-b
5
X = Koefisien variable regresi
1
X = Umur tahun
2
X = Tingkat pendidikan tahun
3
X = Jumlah tanggungan jiwa
4
X = Pendapatan Rpbln
5
µ = Kesalahan pengganggu
= Harga daging ayam kampung Rpkg
Untuk mengetahui hasil Regresi Linier Berganda dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 23. Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Konsumsi Daging Ayam Kampung.
Variabel Koefisien
Regresi Standart
Error T-Hitung
Signifikan
Constant 2,670
7,945 0,336
0,740 X
1
0,018 = Umur
0,015 1,202
0,241 X
2
Pendidikan = Tingkat
-0,042 0,070
-0,594 0,558
X
3
Tanggungan = Jumlah
0,189 0,108
1,743 0,094
X
4
7,774E-7 = Pendapatan
0,000 5,287
0,000 X
5
Ayam Kampung
= Harga Daging -7,734E-7
0,000 -0,445
0,660 R-Square= 0,707
F-Hitung= 11,609 0,000
F-Tabel= 2,62
a
T-Tabel= 1,711 Keterangan : = tidak nyata
= nyata
Persamaan yang diperoleh dari hasil analisis Tabel 23 adalah : Y = 2,670 + 0,018X
1
− 0,042X
2
+ 0,189X
3
+ 7,774E-7X
4
- 7,734E-7X 1,202 -0,594 1,743 5,287 -0,445
5
Dari hasil persamaan tersebut diperoleh nilai konstanta yang bernilai positif yaitu 2,670. Hal ini menunjukkan bahwa apabila nilai masing-masing X=0 maka jumlah
konsumsi daging ayam kampung Y akan bernilai positif yaitu 2,670. Dari Tabel 22 diketahui nilai R
2
R Square diperoleh sebesar 0,707. Koefisien indeks determinasi tersebut menunjukkan informasi bahwa 70,7 konsumsi
daging ayam kampung dapat dijelaskan oleh variabel umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan, dan harga daging ayam kampung, atau dengan
kata lain sebesar 70,7 kelima variabel tersebut mempengaruhi jumlah konsumsi daging ayam kampung. Sedangkan sisanya 29,3 dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak dimasukkan ke dalam model.
Universitas Sumatera Utara
Secara serempak faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah konsumsi daging ayam kampung umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan, dan harga
daging ayam kampung tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai F-
hitung yang didapatkan sebesar 11,609 F-tabel sebesar 2,62. Dalam pengambilan keputusan diketahui bahwa apabila F-hitung F-tabel berarti H
Secara parsial, variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung sebesar
1,202 nilai t-tabel sebesar 1,711 pada taraf kepercayaan 95 . Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terima H
diterima, berarti ada pengaruh faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan, dan harga daging ayam kampung terhadap jumlah
konsumsi daging ayam kampung.
dan tolak H
1
Secara parsial, variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-
hitung sebesar −0,594 nilai t-tabel sebesar 1,711 pada taraf kepercayaan 95 .
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terima H .
dan tolak H
1
Secara parsial, variabel jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung sebesar
1,743 nilai t-tabel sebesar 1,711 pada taraf kepercayaan 95 . Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tolak H
.
dan terima H
1
Secara parsial, variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam. Hal ini disimpulkan berdasarkan nilai t-hitung sebesar 5,287 nilai
.
Universitas Sumatera Utara
t-tabel sebesar 1,711 pada taraf kepercayaan 95 . Nilai koefisien variable pendapatan sebesar 5,287 menunjukkan jika pendapatan meningkat Rp 1.000.000
maka jumlah konsumsi daging ayam kampung akan meningkat sebesar 5,287 kg. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tolak H
dan terima H
1
Secara parsial, variabel harga daging ayam kampung tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam. Hal ini disimpulkan berdasarkan
nilai t-hitung sebesar - 0,445 nilai t-tabel sebesar 1,711 pada taraf kepercayaan 95 . Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terima H
.
dan tidak terima H
1
Sehinga berdasarkan tabel hasil regresi linier berganda tersebut dapat disimpulkan bahwa secara serempak dari keseluruhan variabel bebas memberikan
pengaruh yang nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung. Secara parsial, variabel umur, tingkat pendidikan, dan harga daging ayam kampung tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung, sedangkan pada jumlah tanggungan dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap jumlah
konsumsi daging ayam kampung. .
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapat beberapa kesimpulan yaitu:
1. Dari 10 parameter yang ditawarkan, parameter pengaruh gizi dan
kandungan daging ayam kampung yang sangat mempengaruhi konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi daging ayam kampung. Hal ini dapat
dilihat dari tingkat ketercapaiannya yang tertinggi dari parameter lainnya yaitu sebesar 86 .
2. Perkembangan harga daging ayam kampung meningkat setiap tahunnya,
sedangkan perkembangan permintaan daging ayam kampung menurun dari tahun 2007 sampai 2008, tetapi terus meningkat selama 3 tahun terakhir
yaitu tahun 2009 sampai 2011. 3.
Secara serempak menunjukkan bahwa dari keseluruhan variabel bebas memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam
kampung. Secara parsial variabel umur, tingkat pendidikan, dan harga daging ayam kampung tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi
daging ayam kampung, sedangkan pada jumlah tanggungan dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi daging ayam kampung.
Universitas Sumatera Utara
Saran
- Kepada Konsumen
Sebaiknya konsumen lebih meningkatkan konsumsi daging ayam kampung karena nilai gizi yang terkandung didalamnya sangat baik.
- Kepada Pedagang
Sebaiknya pedagang lebih memperhatikan kualitas dan gizi dari daging ayam kampung yang dijual agar konsumen lebih banyak mengkonsumsinya, dan tidak
menetapkan harga diatas harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah. -
Kepada Peneliti Lain Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen terhadap konsumsi daging ternak lainnya, seperti ternak ruminansia. Serta bagaimana prospek usaha ternak masing-masing
komoditi.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara . Bagi masyarakat
Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Ayam kampung adalah sebutan di Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak ditangani dengan cara budidaya
massal komersial serta tidak berasal-usul dari galur atau ras yang dihasilkan untuk kepentingan komersial tersebut Anonimous1, 2012.
Istilah Ayam kampung semula adalah kebalikan dari istilah ayam ras, dan sebutan ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas di sekitar
perumahan. Namun demikian, semenjak dilakukan program pengembangan, pemurnian, dan pemuliaan beberapa ayam lokal unggul, saat ini dikenal pula
beberapa ras unggul ayam kampung . Untuk membedakannya kini dikenal istilah ayam buras singkatan dari ayam bukan ras bagi ayam kampung yang telah
diseleksi dan dipelihara dengan perbaikan teknik budidaya tidak sekedar diumbar dan dibiarkan mencari makan sendiri Anonimous2, 2012.
Ayam kampung tidak memiliki istilah ayam kampung petelur ataupun pedaging. Hal ini disebabkan ayam kampung bertelur sebagaimana halnya bangsa unggas
dan mempunyai daging selayaknya hewan pada umumnya. Nama ilmiah untuk ayam kampung adalah Gallus domesticus. Aktifitas penternakan ayam kampung
telah ada sejak zaman dahulu Anonimous1, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Ayam Kampung
Ayam termasuk ke dalam Filum Chordata, Subfilum Vertebrata, Kelas Aves, Ordo Galliformes, Famili Phasianidea, Genus Gallus. Gallus di dunia terdiri dari
empat spesies yaitu Gallus gallus Linnaeus ayam hutan merah, Gallus sonnerati Temnick ayam hutan abu-abu India, Gallus lafayetti Lesson ayam hutan jingga
Ceylon, dan Gallus varius Shaw ayam hutan hijau Jawa. Selanjutnya, mengembangbiakkan dan menjinakkan mereka sehingga menjadi ayam-ayam
piara atau Gallus domesticus di Indonesia disebut ayam kampung. Ada pendapat bahwa ayam-ayam piara berasal lebih dari satu spesies ayam hutan, tetapi ayan
hutan merah merupakan nenek moyang sebagian besar ayam piara yang ada sekarang Yaman, 2010.
Ciri-ciri umum ayam kampung, seperti umumnya Ordo Galliformes adalah : memiliki paruh pendek, kaki beradaptasi untuk mencakar, mengais, dan berlari,
hewan muda yang baru menetas berbulu halus dan cepat dewasa cepat dapat berjalan dan makan sendiri, merupakan hewan buru daratan, bersarang di darat,
makanan terutama tanam-tanaman, ramping dengan sedikit lemak, berat jantan dewasa antara 1.490 – 2.140 gram, sedangkan berat betina dewasa antara
1.171,4 – 1.555,6 gram Mansjoer,1985. Jenis ayam kampung cukup beragam, tetapi pada umumnya memiliki sifat yang
relatif sama yaitu lebih kebaltahan terhadap penyakit dibandingkan dengan ayam ras . Ayam kampung juga lebih tahan terhadap gejala stress. Dan itulah salah-satu
keunggulan Ayam kampung, disamping masih banyak lagi keunggulan-
Universitas Sumatera Utara
keunggulan ayam kampung Ayam Ras dibandingkan dengan ayam ras Yaman, 2010.
Menurut Dudung 2006 ayam kampung memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan ayam ras, yaitu:
1. Ayam kampung lebih kebal terhadap serangan berbagai penyakit
2. Lebih tahan stress, tidak terganggu dengan suasana lingkungan
3. Memiliki adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan
4. Lebih toleran terhadap perubahan cuaca
5. Harga jual lebih tinggi dibanding ayam ras
6. Telurnya di anggap lebih berkhasiat, sehingga harga jual telurnya lebih mahal
7. Dagingnya lebih enak dan gurih di banding ayam kampung ras
8. Permintaan akan kebutuhan ayam kampung cukup tinggi.
Pada prinsipnya macam zat gizi yang dibutuhkan ayam buras sama dengan yang dibutuhkan ayam ras yaitu protein, vitamin, energi karbohidrat dan lemak,
mineral dan air. Akan tetapi jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh kedua jenis ayam tersebut mungkin berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan
zat gizi untuk ayam buras lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan ayam ras. Oleh karena itu penggunaan 100 ransum ayam ras komersial untuk ayam buras
merupakan pemborosan karena pertumbuhan maupun produksi telur masih jauh di bawah pertumbuhan maupun produksi telur ayam ras. Hal ini dikarenakan
keterbatasan kemampuan genetis ayam buras. Banyak faktor yang mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan nutrisi, diantaranya jenis ternak, umur unggas, lingkungan, terutama cuaca, dan tingkat produksi Murtidjo, 2007.
Menurut Murtidjo 2007 kandungan atau zat gizi yang terdapat didalam daging ayam adalah sebagai berikut :
a. Air
Air adalah bagian terbesar dari daging. Kandungan air pada daging ayam muda sekitar 70, sedangkan pada daging ayam tua sekitar 60.
b. Protein
Daging ayam adalah sumber protein yang cukup baik. Setiap 100 gr daging ayam kampung mengandung protein sekitar 18,1. Selain itu daging ayam juga mudah
diserap oleh usus. c.
Lemak Tidak seperti ayam ras yang kandungan lemaknya 15,06, kandungan lemak
ayam kampung justru lebih rendah yakni 12. Lemak pada ayam menyebar dibawah kulit, hanya sedikit yang berada di dalam daging. Oleh karena itu
kandungan lemak pada daging unggas lebih rendah dibanding dengan kandungan lemak pada ternak ruminansia. Kandungan lemak ayam dewasa lebih tinggi dari
pada ayam muda. Demikian juga ayam betina, kandungan lemaknya lebih tinggi dari pada ayam jantan.
Universitas Sumatera Utara
d. Vitamin
Daging ayam adalah sumber vitamin B B1, B2, niasin, asam pantotenat, B6, folasin, dan B12. Vitamin B akan keluar dari daging jika daging ayam direbus.
e. Mineral
Pigmen yang membuat daging ayam berwarna merah mengandung zat besi Fe yang mudah diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh manusia. Selain zat besi, daging
ayam juga banyak mengandung phosphor dan kalium. Zat mineral lain yang dikandungnya adalah kalsium K, magnesium Mg, natrium Na, sengzn,
kuprum Cu, dan mangan Mn.
Permintaan Ayam Kampung
Dilandasi oleh kebutuhan gizi yang baik dan rasa nikmat, masyarakat kita telah biasa menyertakan daging ayam kampung dalam menu makanan harian.
Keperluan ini tidak hanya satu atau dua orang saja, tetapi banyak anggota keluarga. Kebutuhan dalam jumlah besar terhadap daging ayam kampung ini akan
menghasilkan permintaan Rasyaf,2010. Di masa mendatang, kebutuhan konsumsi daging ayam kampung diperkirakan
akan semakin meningkat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Dengan elastisitas yang semakin tinggi, perbaikan perekonomian nasional yang terus
berlangsung akan menyebabkan konsumsi daging ayam kampung semakin tinggi. Apalagi jika dibandingkan dengan negara lain, tingkat konsumsi daging ayam
kampung di Indonesia masih rendah. Hal ini membuka peluang bagi pemasaran
Universitas Sumatera Utara
daging ayam kampung secara nasional. Jumlah penduduk di Indonesia yang lebih dari 225 juta jiwa dengan pertumbuhan di atas 1,5 merupakan potensi pasar
domestik yang luar biasa Santoso dan Titik, 2011. Pembeli ayam kampung bisa dibilang cukup banyak karena penduduk di
Indonesia sudah banyak yang mulai sadar akan kebutuhan gizi. Mereka berasal dari berbagai wilayah dengan berbagai tingkatan pendapatan. Bahkan, saat ini
pembeli dari kelas menengah ke bawah sudah terbiasa dengan menu ayam kampung. Masalah banyaknya konsumen itulah yang kurang ditangkap oleh para
distributor dan peternak. Hal ini dapat dimaklumi karena menurut Rasyaf, 2011 adanya dua hal yang menjadi pertimbangan, yakni:
1. Banyak peternak dan distributor yang masih mempunyai anggapan bahwa
daging ayam kampung itu dekat dengan mereka yang penghasilan menengah ke atas sehingga tidak heran bila pemasar daging ayam kampung dilakukan di kota-
kota besar yang dianggap potensial. 2.
Alasan biaya transportasi dan potensi daya beli masyarakat di wilayah pemasaran. Memang pemasaran antar wialayah itu dilakukan pada daerah sekitar
peternakan atau terbatas pada kemampuan yang layak secara ekonomis. Itulah sebabnya banyak peternakan yang berdiri di sekitar kota besar saja, sekalipun
pasarnya sudah jenuh.
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor Perilaku Konsumen dalam Mengkonsumsi Daging Ayam Kampung
Fungsi permintaan adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan semua faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen beranekaragam antara lain harga, selera, musim, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pendapatan,
jumlah penduduk dan lain sebagainya Pracayo dan Antyo, 2006. Permintaan yang ditimbulkan oleh konsumen yang membutuhkan daging ayam
kampung untuk beragam kebutuhan mereka ini terdiri dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan akan
daging ayam kampung yang akan saya gunakan adalah :
1. Umur