BAB 4 HASIL PENELITIAN
Sampel pada penelitian ini berjumlah 41 orang radiografer di instalasi kesehatan pada beberapa kota di Sumatera Utara. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan kuisioner untuk mengukur pengetahuan radiografer dalam pembuatan radiografi intraoral. Adapun hasil penelitian tertera pada tabel di bawah ini :
Tabel 3. Frekuensi pengetahuan radiografer secara keseluruhan
No Pertanyaan
Jawaban Responden Benar
Salah Frekuensi
Persentase Frekuensi
Persentase 1.
Penyebab terjadinya elongasi
14 34,1
27 65,9
2. Cara memperbaiki
foreshortening 34
82,9 7
17,1 3.
Penyebab terjadinya partial
white image 40
97,6 1
2,4 4.
Penyebab terjadinya double
exposure 41
100 5.
Penyebab terjadinya
backward receptor image
29 70,7
12 29,3
6. Penyebab
terjadinya dense image
38 92,7
3 7,3
7. Jenis radiografi
19 46,3
22 53,7
8. Besar sudut
22 53,7
19 46,3
9. Posisi kepala
pasien 28
68,3 13
31,7 10. Posisi film
20 48,8
21 51,2
Universitas Sumatera Utara
Tingkat pengetahuan radiografer di instalasi kesehatan pada beberapa kota di Sumatera Utara mengenai kesalahan yang terjadi dalam pembuatan radiografi
intraoral berada dalam kategori baik, yaitu sebanyak 16 orang 39,0; kategori sedang, yaitu sebanyak 12 orang 29,3; kategori buruk, yaitu sebanyak 13 orang
31,7.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan kuisioner untuk mengukur pengetahuan radiografer terhadap kesalahan yang terjadi dalam pembuatan
radiografi intraoral memperlihatkan hasil yang bervariasi. Pengetahuan radiografer tentang kesalahan dalam pembuatan radiografi berupa
hasil elongasi yang menjawab salah sebesar 65,9 Tabel 3. Hasil yang didapat pada penelitian yang dilakukan oleh Haghnegahdar,dkk 2011 yang meneliti tentang
kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral yang mengalami elongasi sebesar 9,4.
5
Elongasi disebabkan karena kesalahan angulasi vertikal. Angulasi vertikal yang terlalu kecil akan mengakibatkan gambar yang dihasilkan lebih panjang dari
yang sebenarnya.
14
Dalam menentukan jenis radiografi, jumlah reponden yang menjawab salah yaitu sebesar 53,7 Tabel 3. Dimana radiografi oklusal juga merupakan salah satu
dari radiografi intraoral yang biasanya digunakan untuk melihat lokasi akar gigi, lokasi supernumerary, tidak erupsi, atau gigi yang impaksi, salivary stone di saluran
kelenjar submandibular, serta memeriksa pasien dengan trismus dimana pasien tidak dapat membuka mulut terlalu besar.
2,3,9
Dengan film diletakkan diantara permukaan oklusal maksila dan mandibula.
14
Untuk menentukan posisi film juga terlihat banyaknya responden yang menjawab salah yaitu sebesar 51,2 Tabel 3. Hasil yang didapat pada penelitian
yang dilakukan oleh Haghnegahdar,dkk 2011 yang meneliti tentang kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral yang mengalami kesalahan posisi film sebesar
35,4 dan pada penelitian yang dilakukan oleh Patel,dkk 1986 yang mengalami kesalahan posisi film sebesar 64,9.
5,8
Seharusnya posisi dari film ini sangat menentukan apakah film sudah terletak pada posisi yang tepat sehingga gambar yang
dihasilkan sesuai dengan anatomi gigi mulai dari permukaan insisal hingga ujung
Universitas Sumatera Utara
apikal gigi. Posisi film yang benar untuk pengambilan foto rontgen pada daerah posterior diletakkan dengan posisi horizontal.
2,15
Kemudian pengetahuan radiografer mengenai besarnya sudut pengambilan foto rontgen untuk gigi insisivus sentralis responden yang menjawab salah sebesar 46,3
Tabel 3. Dari hasil ini pengetahuan radiografer mengenai besarnya sudut penyinaran juga masih kurang, dimana besarnya sudut penyinaran ini juga menentukan
keberhasilan dari suatu radiografi. Sudut penyinaran untuk pengambilan foto rontgen pada gigi rahang atas yaitu gigi insisivus sentralis adalah +40
.
10
Tingginya tingkat kesalahan mengenai elongasi, jenis radiografi, posisi film dan besarnya sudut pengambilanpenyinaran ini bisa saja disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu antara lain adalah operator tidak teliti dalam bekerja, operator bukan lulusan dari pendidikan radiografi, dan kurangnya pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh
radiografer sehingga pengetahuan radiografer terhadap kesalahan yang terjadi sangat kurang.
Namun pada beberapa hal mengenai kesalahan-kesalahan lainnya yang terjadi dalam pembuatan radiografi intraoral dapat dikatakan bahwa pengetahuan radiografer
terlihat sudah cukup baik dengan persentase kesalahan yang rendah. Misalnya pada pengetahuan radiografer tentang cara memperbaiki terjadinya foreshortening
memiliki persentase kesalahan yang cukup rendah yaitu sebesar 17,1 Tabel 3. Penelitian yang dilakukan oleh Haghnegahdar, dkk 2011 yang meneliti tentang
kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral yang mengalami foreshortening hanya sebesar 5.
5
Hasil ini memperlihatkan bahwa pengetahuan radiografer sudah baik dalam menganalisa bagaimana cara agar tidak terjadinya kesalahan berupa
foreshortening. Foreshortening adalah hasil dari overangulation dari sinar x-ray. Untuk
memperbaiki foreshortening operator harus menurunkan angulasi vertikal positif. Kesalahan ini juga dapat terjadi jika reseptor tidak ditempatkan sejajar dengan sumbu
panjang gigi.
9,13
Dalam menentukan penyebab terjadinya partial white image, pengetahuan radiografer memiliki persentase kesalahan yang juga cukup rendah yaitu hanya
Universitas Sumatera Utara
sebesar 2,4 Tabel 3. Pada penelitian Abdullah 2013 didapatkan hasil mengenai kesalahan yang terjadi akibat prosessing adalah sebesar 23,5.
6
Hasil ini memperlihatkan bahwa pengetahuan radiografer sudah baik dalam menganalisa
penyebab partial white image. Partial white image adalah gambaran yang terlihat putih pada bagian pinggir film. Keadaan ini dapat diakibatkan karena sebagian film
tidak masuk ke dalam larutan developer.
3
Radiografer memiliki pengetahuan yang baik tentang penyebab terjadinya double exposure dengan persentase kebenaran sebesar 100 Tabel 3. Penelitian
yang dilakukan oleh Haghnegahdar,dkk 2011 yang meneliti tentang kesalahan yang terjadiakibat exposure sebesar 2,2.
5
Dimana penyebab dari double exposure adalah penggunaan satu film yang sama untuk dua kali pengambilanpenyinaran. Namun
kesalahan ini masih dapat dimaklumi dan merupakan suatu kesalahan karena kurangnya ketelitian dari radiografer.
15
Hasil ini memperlihatkan bahwa pengetahuan radiografer sudah sangat baik dalam menganalisa penyebab terjadinya double
exposure. Pada pengetahuan radiografer tentang penyebab terjadinya backward receptor
film juga memiliki persentase kesalahan yang tidak terlalu besar yaitu sebesar 29,3 Tabel 3. Pada penelitian yang dilakukan oleh Haghnegahdar,dkk 2011 yang
meneliti tentang kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral yang mengalami backward positioning sebesar 2,2.
5
Backward image receptor disebabkan karena penempatan film yang salah atau terbalik sehingga menimbulkan gambaran seperti
adanya diamond efek yaitu bayangan dari thin foil.
13
Terjadinya perbedaan yang sangat signifikan dari hasil penelitian ini dan Haghnegahdar disebabkan karena
perbedaan responden Pada penelitian ini respondennya adalah radiografer yang kebanyakan bukan lulusan dari sekolah khusus radiografi, sedangkan pada penelitian
Haghnegahdar respondennya adalah mahasiswa kedokteran gigi yang memiliki pengetahuan mengenai pembuatan radiografi.
Untuk menentukan penyebab terjadinya dense image pengetahuan radiografer memiliki persentase kesalahan yang rendah yaitu sebesar 7,3 Tabel 3. Penelitian
yang dilakukan oleh Haghnegahdar,dkk 2011 yang meneliti tentang kesalahan
Universitas Sumatera Utara
tentang kesalahan yang terjadiakibat prosessing sebesar 2,2.
5
Hal ini didapatkan bahwa pengetahuan radiografer sudah baik mengenai kesalahan dalam prosessing
fim. Dense Image adalah hasil rontgen terlihat sangat gelap yang disebabkan karena perendaman dalam larutan developer yang terlalu lama atau bisa saja karena
konsentrasi larutan developer yang terlalu pekat.
3
Pada pengetahuan radiografer tentang bagaimana posisi kepala pasien pada saat pengambilan foto rontgen pada gigi rahang bawahmemiliki persentase kesalahan
sebesar 31,7 Tabel 3. Posisi kepala pasien untuk pengambilan foto rontgen pada gigi rahang bawah adalah sedikit mendongakmenengadah sampai garis imajiner
garis yang ditarik dari cuping hidung ke tragus sejajar dengan lantai.
2,15
Dari hasil penelitian ini, tingkat pengetahuan radiografer secara individual dikategorikan menjadi tiga kategori berdasarkan total skor maksimal yaitu baik,
sedang dan buruk. Secara keseluruhan didapatkan hasil tingkat pengetahuan radiografer tentang kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral yang dapat
dikategorikan baik sebanyak 16 orang atau sebesar 39 Grafik 1, yang dikategorikan sedang sebanyak 12 orang atau sebesar 29,3 Grafik 1, dan yang
dikategorikan buruk sebanyak 13 orang atau sebesar 31,7 Grafik 1. Maka dari hasil ini persentase terbesar terhadap tingkat pengetahuan radiografer secara
keseluruhan dapat dikategorikan baik.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN