Berdasarkan hasil analisis regresi antara Pasar Bunder dengan Pasar Legi diperoleh nilai Pearson Correlation 0,8 dan nilai Eigenvalue
Colinearity diagnostik tidak mendekati nol. Hal ini berarti bahwa antar variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas.
5. Uji Heteroskedastisitas
Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dapat diketahui melalui metode grafik, yaitu dengan melihat diagram pencar scatterplot.
Dari diagram scatterplot dapat terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola yang teratur. Hal ini menunjukkan bahwa
kesalahan pengganggu mempunyai varian yang sama homoskedastisitas. Dari
hasil tersebut
dapat disimpulkan
bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas.
6. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson. Dari hasil analisis memberikan nilai Durbin Watson sebesar 2,250. Nilai
tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai d pada tingkat = 5
didapatkan nilai du =1,66, sehingga diperoleh du d 4-du 1,66 2,250 2,34 maka dapat simpulkan bahwa tidak ada autokorelasi baik autokorelasi
positif maupun autokorelasi negatif.
7. Keterpaduan Pasar
Dari hasil analisis, maka didapatkan persamaan sebagai berikut : P
t
= 0,697 P
t-1
+ 0,480 P
t
– P
t-1
+ 0,085 P
t-1
Hasil regresi antara Pasar Bunder dengan Pasar Legi tersebut dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keterpaduan pasar dengan melihat nilai
IMC Indeks Market of Connection. Tingkat keterpaduan pasar dapat diukur dengan menggunakan perumusan sebagai berikut:
IMC = 3
1 b
b
Keterangan: b
1
= Koefisien regresi P
t-1
b
3
= Koefisien regresi P
t-1
Dari perbandingan nilai koefisien regresi variabel harga cabai merah di Pasar Bunder pada bulan t-1 dengan nilai koefisien regresi variabel harga
cabai merah di pasar Legi pada bulan t-1 dapat diketahui nilai IMC sebesar 8,2. Nilai IMC yang diperoleh dalam penelitian ini lebih besar dari satu
sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat keterpaduan pasar jangka pendek komoditas cabai merah antara Pasar Bunder dengan Pasar Legi rendah.
C. Pembahasan
Cabai merah merupakan salah satu jenis sayuran yang dibudidayakan di Kabupaten Sragen. Cabai merah mempunyai sifat yang mudah rusak, selain
itu setiap bulannya cabai merah mengalami perubahan jumlah permintaan dan penawaran. Oleh karena itu, harga komoditas cabai merah berfluktuasi dari
waktu ke waktu. Harga yang terjadi diantara dua pasar cukup berfluktuasi, kadangkala
terjadi peningkatan harga dan kadangkala terjadi penurunan harga. Kondisi harga riil cabai merah mengalami kondisi khusus dimana ada beberapa bulan
harga riil cabai merah di Pasar Legi sebagai pasar acuan lebih rendah daripada pasar lokal. Hal ini terjadi karena Pasar Legi mendapat pasokan cabai merah
dari daerah lain yaitu Karanganyar, Magelang, Blora dengan harga yang lebih murah. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa harga cabai merah turun
ketika terjadi panen raya. Akan tetapi harga akan melambung tinggi ketika ketersediaan cabai merah relatif sedikit dan ketika hari raya. Penyebab
ketersediaan cabai merah yang relatif sedikit tersebut dikarenakan adanya musim hujan yang berkepanjangan.
Permintaan cabai merah di Pasar Bunder tiap bulannya tidak menentu karena kebutuhan masyarakat tiap bulannya juga berubah-ubah. Harga yang
terbentuk di Pasar Bunder tiap bulannya juga berubah-ubah. Selama periode