Pembatasan Masalah MODEL PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI KOTA YOGYAKARTA

KAJIAN PUSTAKA A. Kemiskinan Kemiskinan dapat dibatasi sebagai adanya kebutuhan yang terpenuhi Valentin, 1970.h 12. Dengan batasan seperti itu, kemiskinan menjadi relatif maknanya, karena kebutuhan bagi tiap orang tidak sama. Nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat juga menyebabkan perbedaan makna hakiki kemiskinan yang dibatasi seperti di atas. Miskin di merika Serikat tidak sama dengan miskin di India. Meskipun demikian ada pedoman yang mendasar tentang kemiskinan yaitu seorang yang terpaparterekspos pada kemungkinan mati karena kebutuhan makannya tidak terpenuhi. Dengan demikian kemiskinan adalah suatu kontinum yang kadarnya dibedakan oleh kultur dari masing-masing masyarakat. Menurut Klass de Vos 1991 miskin adalah suatu keadaan seseorang mengalami kekurangan atau tidak mampu memenuhi tingkat kebutuhan hidup yang paling rendah. Selanjutnya menurut Arsyad 1988: 69, bahwa kemiskinan itu meliputi aspek primer dan aspek sekunder. Aspek primer berupa miskin asset-aset pengetahuan dan ketrampilan. Sedang aspek sekunder adalah miskin jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi. Dengan demikian menurut Arsyad kemiskinan akan terwujud antara lain dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang tidak memenuhi standar kesehatan, perawatan kesehatan yang kurang baik dan pendidikan yang relative rendah. Secara umum, Salim 1976: 11 mengemukakan lima karakteristik kemiskinan. Kelima karakteristik tersebut adalah: a pada umumnya penduduk miskin tidak memiliki factor produksi sendiri b tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri c tingkat pendidikan pada umunya rendah d banyak diantara mereka tidak mempunyai fasilitas apapun e banyak diantara mereka relatif muda dan tidak mempunyai ketrampilan atau pendidikan yang memadai.

B. Life Skill kecakapan Hidup

Menurut Indrajati sisi 2002, kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mampu menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Dalam pandangan Slamet PH 2002, kecakapan hidup adalah pendidikan kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Sedangkan Brolin 1989, mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk berfungsi dan bertindak secara mabndiri dan otonom dalam kehidupan sehari- hari, tidak harus selalu meminta bantuan dan petunjuk pihak lain. Ini berarti bahwa bentuk kecakapan hidup berupa pengetahuan sebagai praksis dan kiat praxis dan techne, bukan teori; pengetahuan sebagai skills of doing sekaligus skills of being. JURNAL PENELITIAN 18 Pendidikan berjalan pada setiap saat dan pada segala tempat. Setiap orang dari kanak- kanak hingga tua mengalami proses pendidikan melalui apa yang dijumpai atau apa yang dikerjakan. Walaupun tidak ada pendidikan yang sengaja diberikan, secara alamiah setiap orang akan terus belajar dari lingkungannya. Pendidikan diartikan sebagai proses perolehan pengalaman belajar yang berguna bagi peserta didik. Apabila dikaitkan dengan life skills, maka pendidikan sebagai sistem yang pada dasarnya merupakan sistematisasi dari proses perolehan pengalaman. Oleh karena itu, secara filosofis pendidikan diartikan sebagai proses pengalaman belajar yang berguna bagi peserta didik, pengalaman belajar tersebut diharapkan mampu mengembangkan potensi yang dimilik peserta didik, sehingga siap digunakan untuk memecahkan problema dalam kehidupan yang dihadapi. Pengalaman yang diperoleh diharapkan dapat mengilhami mereka ketika menghadapi problema dalam kehidupan sesungguhnya.