Analisis Usaha Pemberian Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot Utilisima) Dengan Konsentrat Terhadap Produksi Susu Kambing Peranakan Etawa (PE)

(1)

ANALISIS USAHA PEMBERIAN IMBANGAN HIJAUAN DAUN

SINGKONG (Manihot utilisima)DENGAN KONSENTRAT

TERHADAP PRODUKSI SUSU KAMBING

PERANAKANETAWA (PE)

SARTIKA LUMBAN GAOL 100306046

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ANALISIS USAHA PEMBERIAN IMBANGAN HIJAUAN DAUN

SINGKONG (Manihot utilisima)DENGAN KONSENTRAT

TERHADAP PRODUKSI SUSU KAMBING

PERANAKANETAWA (PE)

SKRIPSI

Oleh :

SARTIKA LUMBAN GAOL 100306046

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

ANALISIS USAHA PEMBERIAN IMBANGAN HIJAUAN DAUN

SINGKONG (Manihot utilisima)DENGAN KONSENTRAT

TERHADAP PRODUKSI SUSU KAMBING

PERANAKANETAWA (PE)

SKRIPSI

Oleh:

SARTIKA LUMBAN GAOL 100306046/PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4)

Judul Penelitian : Analisis Usaha Pemberian Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot Utilisima) Dengan Konsentrat Terhadap Produksi Susu Ka mbing Peranakan Etawa

(

PE)

Nama : Sartika Lumban Gaol NIM : 100306046

Program Studi : Peternakan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Iskandar Sembiring, MM Dr. Ir. Nurzainah Ginting, MSc

Ketua Anggota

Mengetahui

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan


(5)

ABSTRACT

SARTIKA LUMBAN GAOL, 2014 “Business Analysis Balance Foliage Leaves Cassava (Manihot utilissima) With Goat Milk Concentrate Production Against crossbreed

Etawa (PE). This researchunder theguidance

ofISKANDARSEMBIRINGaschairmanandNURZAINAHGINTINGasmembers.

The research was conductedatDistrct V, Hamparan perak , Medan , from August 2014 to October 2014. This studyaims to determinethe economicvalueofthe return provision offoragebalancecassava leavesandconcentrateonmilkproduction ofdairy goatscrossbreed Etawah. This study used 6 goatscrossbreed Etawa.This study usea survey method todeterminethe price used in he study andthroughobservation data of milk production were collected from previous research which treatmens consistsofP0(cassava leafgreen100%), P1(80% foragecassava leaves+20% concentrate), P2(60% foragecassava leaves+40% concentrate). Parameters were observedcomposed ofTotalCost ofProduction, TotalProduction, Profit and LossAnalysis, Revenue/Costratio(R /C ratio), IncomeOverFeedCost(IOFC), Return On Investment(ROI) fora period of3 months.The results showedthat the highest profit (Rp/head/month) was on treatment of P2 (284.347,12) and the lowest profit was in thetreatment of P0(-36.969,93), the Revenue/Costratio (R /C ratio) was in thetreatment ofP2 (1,20) and the lowest was in thetreatment ofP0 (0,93). the Income OverFeedCost(IOFC) (Rp/head/month) was in thetreatment ofP2 (337.706,30) and the lowest was in thetreatment ofP0 (20.690,25), the highest Return On Investment(ROI) was in thetreatment ofP2 (19,67)and the lowest was in thetreatment ofP0 (-2,93). The conclusionfromthis study ratio cassavathat the ofconcentrates(rice bran, coconut cake, tofu) (60:40) gives the highest income than other treatment.


(6)

ABSTRAK

SARTIKA LUMBAN GAOL, 2014 “Analisis Usaha Pemberian Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot utilisima) Dengan Konsentrat Terhadap Produksi susu Kambing Peranakan Etawa (PE)”. Penelitian ini di bawah bimbingan ISKANDAR SEMBIRING sebagai ketua dan NURZAINAH GINTING sebagai anggota .

Penelitian dilaksanakan di Jalan Kapas Kec. Hamparan Perak Desa Klambir V, Medan pada bulan Agustus 2014 – Oktober 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi dari pemberian imbangan hijauan daun singkong dan konsentrat pada produksi susu kambing perah peranakan etawah. Penelitian ini menggunakan 6 ekor induk kambing etawa. Penelitian ini menggunakan metode survey untuk menentukan harga dan melalui pengamatan data produksi susu yang dikumpulkan dari penelitian sebelumnya dengan 3 perlakuan 3 ulangan. Perlakuanterdiri dari P0 (hijauandaunsingkong 100%), P1 (80% hijauandaunsingkong + 20% Konsentrat), P2 (60% hijauandaunsingkong + 40% konsentrat). Parameter yang diamatiyaitu Total BiayaProduksi, Total HasilProduksi, AnalisisLaba-Rugi, Revenue/Cost ratio (R/C ratio), Income Over FeedCost (IOFC), Return On Investment(ROI) untukperiode 3 bulan.Hasilpenelitianmenunjukkanbahwarataanlabatertinggi (Rp/ekor/bulan) adalahpadaperlakuan P2 memberikankeuntugansebesar (284.347,12) dan terkecilpadaperlakuan P0 denganmemberikankeuntungansebesar (-36.968,93). Rataan Revenue/Cost ratio (R/C ratio) tertinggi adalah pada perlakuan P2 sebesar (1,20), dan terkecil pada perlakuan P0 sebesar (0,93). Rataan Income Over Feed Cost (IOFC) tertinggi (Rp/ekor/bulan) adalah pada perlakuan P2 sebesar (337.706,30) dan terkecil pada perlakuan P0 sebesar (20.690,25) rataan Return On Investment (ROI) tertinggi adalah pada perlakuan P2 sebesar (19,67) dan terkecil pada perlakuan P0 sebesar (-2,93). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa perbandingan hijauan daun singkong dengan konsentrat ( dedak padi, bungkil kelapa, ampas tahu) (60:40) dapat meningkatkan keuntungan dibandingkan dengan perlakuan yang lain.


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kec. Pollung Kab. Humbang Hasunndutan pada tanggal 02 November 1990 anak dari ayah Almarhum Lemiser Lumban Gaol, dan ibu Ati Br Lubis. Penulis merupakan anak ketujuh dari sembilan bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pollung dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (UMB-PTN). Penulis memilih program studi Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET), Aktif di Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Putra Indo Mandiri Sejahtra di Jalan Pendidikan Desa Jaranguda Kecamatan Brastagi Kabupaten Tanah Karo dimulai tanggal 15 Juli sampai 24 Agustus 2013.Penulis melaksanakan penelitiandi Jalan Kapas Kec.Hamparan Perak Desa Klambir V, Medan.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Analisis Usaha Pengaruh Pemberian Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot esculenta) Dengan Konsentrat Terhadap Produksi susu Kambing Peranakan Etawah (PE)”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua penulis Bapak Lemiser Lumban Gaol dan Ibu Ati Boru Lubis dan juga Bapak Janwar Lumban Gaol yang elah mendidik, memberi semangat dan dukungan moril kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik.

Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Bapak Iskandar Sembiring dan Ibu Nurzainah Ginting selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis. Khusus kepada Bapak Yusuf dan seluruh staf pegawai yang mengijinkan penulis melakukan penelitian.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua civitas akademika di Program Studi Peternakan, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(9)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GABAR... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Usaha Ternak Kambing ... 4

Harga Konsentrat ... 5

Harga Ampas Tahu ... 7

Harga Daun Singkong ... 7

HargaBungkil Kelapa ... 8

HargaDedak Padi ... 9

Total Biaya Produksi... 9

Biaya Bibit ... 10

Biaya Pakan ... 10

Biaya Obat- Obatan... 12

Biaya Sewa Kandang dan Peralatan Kandang ... 13

Biaya Tenaga Kerja... 13

Total Hasil Produksi ... 14

Penjualan Susu ... 15

Penjualan kotoran... 15

Penjualan urin ... 15

Analisis Laba Rugi ... 15

R/C Ratio(Return Cost Ratio) ... 17

Income Over Feed Cost (IOFC) ... 18

Karakteristik Kambing Etawa ... 19

Kebutuhan Nutrisi Ternak Kambing ... 21

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

Bahan dan Alat Penelitian ... 23

Bahan ... 23


(10)

Metode Penelitian ... 24

Parameter Penelitian ... 24

Analisis Laba Rugi ... 25

Revenue Cost Ratio... 25

Income Over Feed Cost ... 25

Pelaksanaan Penelitian ... 25

Pengacakan kambing PE ... 25

Pemberian Air Minum ... 26

Persiapan dan Pemberian Perlakuan ... 26

Persiapan Obat-obatan ... 26

Persiapan Kandang... 26

Pengambilan Data ... 27

Analisis Data ... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN Total Biaya Produksi... 27

Biaya Obat-obatan ... 28

Biaya Sewa Kandang dan Peralatan Kandang ... 29

Biaya Tenaga Kerja ... 30

Biaya Sewa Bibit ... 30

Total Biaya Produksi ... 31

Total Hasil Produksi ... 32

Penjualan susu ... 32

Penjualan Feses kambing ... 33

Penjualan urinkambing ... 33

Total Hasil Produksi ... 34

Analisis Laba/ Rugi... 35

R/ C Ratio ... 37

Income Over Feed Cost (IOFC) ... 38

Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 39

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 41

Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 46

DAFTAR TABEL


(11)

1. Harga Kambing Pasar Lokal ... 11

2. Rataan Lama Laktasi dan Produksi Susu ... 20

3. Kebutuhan Nutrisi Kambing ... 22

4. Kebutuhan Tambahan Produksi Susu ... 22

5. Biaya hijauan ... 27

6. Biaya konsentrat... 28

7. Biaya Pakan ... 28

8. Biaya Biaya Obat-obatan ... 28

9. Biaya Peralatan Kandang ... 29

10.Biaya Sewa Kandang ... 30

11.Biaya Upah Tenaga Kerja ... 30

12.Biaya Sewa bibit ... 31

13.Hasil penjualan susu ... 33

14.Penjualan feses kambing ... 33

15.Penjualan urin kambing ... 34


(12)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Total Biaya Produksi... 31

2. Total Hasil Produksi ... 35

3. Analisis Laba/ Rugi... 36

4. R/C Ratio ... 37


(13)

ABSTRACT

SARTIKA LUMBAN GAOL, 2014 “Business Analysis Balance Foliage Leaves Cassava (Manihot utilissima) With Goat Milk Concentrate Production Against crossbreed

Etawa (PE). This researchunder theguidance

ofISKANDARSEMBIRINGaschairmanandNURZAINAHGINTINGasmembers.

The research was conductedatDistrct V, Hamparan perak , Medan , from August 2014 to October 2014. This studyaims to determinethe economicvalueofthe return provision offoragebalancecassava leavesandconcentrateonmilkproduction ofdairy goatscrossbreed Etawah. This study used 6 goatscrossbreed Etawa.This study usea survey method todeterminethe price used in he study andthroughobservation data of milk production were collected from previous research which treatmens consistsofP0(cassava leafgreen100%), P1(80% foragecassava leaves+20% concentrate), P2(60% foragecassava leaves+40% concentrate). Parameters were observedcomposed ofTotalCost ofProduction, TotalProduction, Profit and LossAnalysis, Revenue/Costratio(R /C ratio), IncomeOverFeedCost(IOFC), Return On Investment(ROI) fora period of3 months.The results showedthat the highest profit (Rp/head/month) was on treatment of P2 (284.347,12) and the lowest profit was in thetreatment of P0(-36.969,93), the Revenue/Costratio (R /C ratio) was in thetreatment ofP2 (1,20) and the lowest was in thetreatment ofP0 (0,93). the Income OverFeedCost(IOFC) (Rp/head/month) was in thetreatment ofP2 (337.706,30) and the lowest was in thetreatment ofP0 (20.690,25), the highest Return On Investment(ROI) was in thetreatment ofP2 (19,67)and the lowest was in thetreatment ofP0 (-2,93). The conclusionfromthis study ratio cassavathat the ofconcentrates(rice bran, coconut cake, tofu) (60:40) gives the highest income than other treatment.


(14)

ABSTRAK

SARTIKA LUMBAN GAOL, 2014 “Analisis Usaha Pemberian Imbangan Hijauan Daun Singkong (Manihot utilisima) Dengan Konsentrat Terhadap Produksi susu Kambing Peranakan Etawa (PE)”. Penelitian ini di bawah bimbingan ISKANDAR SEMBIRING sebagai ketua dan NURZAINAH GINTING sebagai anggota .

Penelitian dilaksanakan di Jalan Kapas Kec. Hamparan Perak Desa Klambir V, Medan pada bulan Agustus 2014 – Oktober 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi dari pemberian imbangan hijauan daun singkong dan konsentrat pada produksi susu kambing perah peranakan etawah. Penelitian ini menggunakan 6 ekor induk kambing etawa. Penelitian ini menggunakan metode survey untuk menentukan harga dan melalui pengamatan data produksi susu yang dikumpulkan dari penelitian sebelumnya dengan 3 perlakuan 3 ulangan. Perlakuanterdiri dari P0 (hijauandaunsingkong 100%), P1 (80% hijauandaunsingkong + 20% Konsentrat), P2 (60% hijauandaunsingkong + 40% konsentrat). Parameter yang diamatiyaitu Total BiayaProduksi, Total HasilProduksi, AnalisisLaba-Rugi, Revenue/Cost ratio (R/C ratio), Income Over FeedCost (IOFC), Return On Investment(ROI) untukperiode 3 bulan.Hasilpenelitianmenunjukkanbahwarataanlabatertinggi (Rp/ekor/bulan) adalahpadaperlakuan P2 memberikankeuntugansebesar (284.347,12) dan terkecilpadaperlakuan P0 denganmemberikankeuntungansebesar (-36.968,93). Rataan Revenue/Cost ratio (R/C ratio) tertinggi adalah pada perlakuan P2 sebesar (1,20), dan terkecil pada perlakuan P0 sebesar (0,93). Rataan Income Over Feed Cost (IOFC) tertinggi (Rp/ekor/bulan) adalah pada perlakuan P2 sebesar (337.706,30) dan terkecil pada perlakuan P0 sebesar (20.690,25) rataan Return On Investment (ROI) tertinggi adalah pada perlakuan P2 sebesar (19,67) dan terkecil pada perlakuan P0 sebesar (-2,93). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa perbandingan hijauan daun singkong dengan konsentrat ( dedak padi, bungkil kelapa, ampas tahu) (60:40) dapat meningkatkan keuntungan dibandingkan dengan perlakuan yang lain.


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kambing Peranakan Etawa (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah yang berasal dari India yang memiliki iklim tropis/subtropis dan beriklim kering. Dengan demikian kambing PE dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan Indonesia. Namun sampai saat ini penyebaran kambing PE ini masih sangat terbatas dengan total populasi sekitar 500.000 ekor, tersebar tidak merata di seluruh wilayah Indonesia dan hanya 60% dari populasi tersebut ada di Pulau Jawa dan Madura, sedangkan populasi ternak kambing di Indonesia mencapai 16.841.149 ekor (Ditjennak, 2010).

Jumlah anak kambing per kelahiran (litter size) bervariasi 1 sampai dengan 3 ekor dengan tingkat produksi susu yang melebihi dari kebutuhan untuk anaknya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai produk komersial dan tidak mengganggu proses reproduksinya. Biaya investasi usaha ternak kambing relatif rendah dan pemeliharaannya pun jauh lebih mudah dibanding sapi.

Susu kambing yang sudah diperah langsung di beli oleh konsumen tanpa mengalami penyimpanan, bahkan konsumen sudah menunggu saat peternaknya masih memerah susu kambing tersebut. Pemasaran susu masih berada disekitar lokasi peternakan. Harga susu kambing disekitar peternakan Rp 50.000,00/L.

Pemberian pakan konsentrat biasanya diberikan sebelum pakan kasar atau hijauan. Hal ini dimaksudkan agar mikrobia rumendiharapkan mampu mengkonversi pakan kasar yang berupa hijauan dengan menggunakan enzyme selulase dan kemudian diserap oleh tubuh ternak.Pemberian hijauan dilakukanselang 2 jam setelah pemberian konsentrat agar mikroba dalam rumen dapat berkembang biak terlebih dahulu, sehingga dapat mencerna hijauan dengan baik. Imbangan pemberian hijauan dan konsentrat dalam bahan kering supaya dapat dicapai koefisien cerna pakan tertinggi adalah sebesar 60 : 40(Sutardi, 1981).


(16)

Ketersediaan pakan ternak seperti bungkil kelapa , dedak padi, serta hijauan daun singkong pada lokasi peternakan sangat mendukung dimana dilokasi peternakan dekat dengan pabrik tahu dan bungkil kelapa. Produksi susu kambing yang dihasilkan berkisar 0,5 - 1 liter/ekor/hari. Susu yang diperah langsung diberi pada konsumen karena konsumen sudah menunggu di tempat lokasi peternakan.

Rumusan masalah

Hal yang sangat perlu diperhatikan dalam bidang peternakan adalah ketersediaan bahan pakan yang disukai oleh ternak serta tidak bersaing dengan manusia yang mengandung nilai gizi yang bagus. Jika bahan pakan sudah diperhatikan dengan baik maka ternak dapat berkembang secara optimal.

Pemanfaatan limbah pertanian dan industri sangat bagus karena mengurangi pencemaran lingkungan dan limbah tersebut masih memiliki nilai gizi yang sangat bagus seperti limbah industi (bungkil kelapa, ampas tahu, dedak padi) dan limbah pertanian (daun singkong). Limbah pertanian yang terbuang begitu saja dapat dimanfaatkan oleh peternak supaya bisa menekan biaya pakan karena biaya yang berpengaruh nyata dalam peternakan termasuk dalam biaya pakan. Pemberian imbangan hijauan dan konsentrat yang benar dapat meningkatkan produksi susu dan menekan biaya.

Dari uraian di atas maka dengan pemanfaatan limbah pertanian dan pemberian imbangan hijauan dan konsentrat yang benar dapat meningkatkan produksi susu dan menekan biaya sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak.

Tujuan Penelitian

Mengetahui nilai ekonomis pemberian imbangan hijauan daun singkong dan konsentrat pada produksi susu kambing perah peranakan etawa.


(17)

Kegunaan Penelitian

Memberikan informasi bagi peneliti dan peternak kambing dalam pengembangan usaha peternakan kambing dan instansi Pemerintah terkait tentang pengaruh pemberian imbangan hijauan daun singkong (Manihot utilisima) dengan konsentrat terhadap produksi susu kambing peranakan etawa (PE).


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Usaha Ternak Kambing

Analisis usaha ternak merupakan kegiatan usaha penting bagi suatu usaha ternak yang mempunyai prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana yang ril untuk periode selanjutnya. Melalui analisis ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis dapat juga memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya, untuk bibit (bakalan), ransum, kandang, lamanya modal kembali dan tingkat keuntungan uang yang diperoleh (Suharno dan Nazaruddin, 1994).

Dalam membangun suatu perusahaan, perlu beberapa pertimbangan ekonomi dasar seperti: apa yang dihasilkan, bagaimana menghasilkannya, seberapa banyak harus dihasilkan, dan bagaimana harus memasarkannya. Untuk itu perlu pencatatan semua kegiatan yang dilakukan selama periode penggemukan seperti pencatatan biaya-biaya (biaya pakan, biaya bibit, biaya kandang dan peralatan, biaya tenaga kerja, biaya obat-obatan, pencatatan umur ternak, pencatatan ternak dijual dan dibeli). Hal ini disebabkan karena tanpa ada data yang lengkap meliputi catatan aliran cash flow sepanjang waktu pemeliharaan maka informasi suatu usaha tersebut rugi atau laba menjadi tidak jelas. Dalam penerapannya perlu dicatat biaya tetap dan biaya variabel dan sekaligus penerimaannya. Analisis ekonomi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu pimpinan usaha peternakan dalam melengkapi informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan dalam merencanakan usaha. Namun sayang kegiatan ini jarang dilakukan oleh para peternak dipedesaan (Rasyaf, 1988).

Pengusahaan kambing perah selain mempunyai keuntungan yang menarik, pengusahaan masih menghadapi halangan dalam pengembangannya yang perlu dicermati seh ingga dapat dicari pemecahannya. Beberapa halangan untuk mengembangkan peternakan


(19)

ternak kambing perah antara lain : (1) ternak kambing perah belum populer, (2) kurangnya pengetahuan tentang teknis pemeliharaan ternak kambing perah; (3) jika peternakan kambing perah dikomersilkan maka menjadi kurang efisien bila dibandingkan peternakan sapi perah, karena ukuran tubuh yang kecil justru menambah biaya tenaga kerja (Djoharyani ,1996 dalam Ardia, 2000).

Jumlah penduduk Indonesia yang besar sangat potensial bagi permintaan produk peternakan. Menurut pangsanya pada tahun 2001,

memenuhi kebutuha

kg/kapita/tahun, telur sebesar 3,47 kg/kapita/tahun dan susu sebesar 6,46 kg/kapita/tahun. Perkembangan konsumsi susu dalam lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata 7,9 % per tahun. Peningkatan konsumsi susu dari tahun ke tahun merupakan peluang bagi pengembangan ternak penghasil susu (Budiarsana et al ., 2001).

Harga Konsentrat

Hasil beberapa penelitian mendapatkan perbedaan imbangan antara hijauan (tebon dan glirisidae) dengan konsentrat yaitu P1 80:20, P2 70:30 dan P3 60:40 pada ransum kambing PE laktasi tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering pakan (BK), produksi susu dan kadar lemak susu (Ramadhan, 2013). Pemberian berbagai ratio hijauan konsentrat (35/65, 50/50 dan 65/35) memberi hasil P<0,05 terhadap lemak susu dan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai protein, casein dan laktosa susu kambing perah. Kawas et al., (1991) dalam (Tufarelli et al., 2008) menjelaskan bahwa kambing persilangan (Saanen dan Marota) selama akhir laktasi, mengevaluasi berbagai ratio hijauan dengan konsentrat tidak menemukan pengaruh yang signifikan terhadap produksi susu dan protein susu dan kandungan laktosa susu.


(20)

Harga konsentrat secara umum diseluruh Indonesia setelah dirata-ratakan berkisar Rp 600/kg. Biaya pakan diperoleh dari total konsumsi pakan selama penelitian dikali dengan harga per kilogram pakan setiap perlakuan sehingga dapat biaya pakan (Supriyono, 2001).

Permasalahan serius pada upaya penyediaan pakan ternak ini yaitu pada saat musim kering dimana ketersediaan hijauan pakan ternak sangat kurang. Rendahnya kepemilikan lahan juga merupakan salah satu penyebab petani dalam upaya penyediaan pakan ternak. Tidak jarang ditemui di suatu daerah bahwa penjualan ternak meningkat tajam yang disebabkan oleh para peternak merasa kesulitan dalam penyediaan pakan. Kebutuhan konsentrat pada PE dapat dihitung berdasarkan bobot badan dan produksi susu.Konsentrat yang diberikan pada ternak sedang laktasi jangan sekaligus tetapi diberikan lebih dari dua kali pemberian setiap harinya, terutama pada saat puncak produksi. Jumlah konsentrat yang diberikan harus disesuaikan dengan tingkat produksi susu/ekor/hari sehingga tidak terjadi pemborosan biaya. Kualitas hijauan yang baik perlu diberikan pada ternak karena hiajauan yang berkualitas baik dapat mengurangi jumlah pemberian konsentrat (Budiarsana et al., 2001).

Harga Ampas Tahu

Harga ampas tahu dilokasi peternakan Rp 400/kg dan secara umum diseluruh Indonesia setelah di rata-ratakan berkisar Rp 600/kg. Biaya pakan diperoleh dari total konsumsi pakan selama penelitian dikali harga per kilogram pakan setiap perlakuan sehingga dapat biaya pakan (Budiarsana et al., 2001).

Knipscheer et al., (1983) melakukan penelitian pada kambing dan menyimpulkan bahwa pemberian ampas tahu dapat memberikan keuntungan dalam usaha peternakan kambing atau domba yang dipelihara secara intensif. Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber protein. Korossi, (1982) menyatakan bahwa ampas tahu lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan kacang kedelai. Sedangkan Pulungan et al.,


(21)

(1984) melaporkan bahwa ampas tahu mengandung NDF, ADF yang rendah sedangkan presentase protein tinggi yang menunjukkan ampas tahu berkualitas tinggi, tetapi mengandung bahan kering rendah.

Harga Daun Singkong

Ubi kayu atau Singkong termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae, subfamili

Crotoridae. Singkong dalam literatur lama dinamakan Manihot utilissima, dalam perkembangannya singkong disebut sebagai Manihot esculenta Cock et al., (1992). Kendala yang dihadapi dalam pemberian daun singkong pada ternak yaitu adanya zat anti nutrisi berupa linamarin yang mengandung asam prusik (HCN), sehingga pemberian pada ternak dibatasi jumlahnya Scottet (1982). Menurut Sudaryanto (1986) kandungan HCN daun singkong muda berkisar antara 560-620 ppm dan daun singkong yang tua berkisar 400-530 ppm. Tetapi kandungan HCN ini dapat diturunkan melalui beberapa cara seperti penjemuran dengan sinar matahari dan perebusan (Coursey and Halliday, 1974).

Harga hijauan tergantung pada lokasi peternakan. Lokasi yang sulit untuk menyediakan hijauan tentu saja memiliki harga hijauan yang lebih mahal dibandingkan dengan lokasi yang memiliki sumber hijuan. Setelah disurvey harga hijaun dilokasi peternakan kambing perah berkisar 200/kg. Setelah di rata-ratakan berkisar Rp 300-400/kg harga hijauan di indonesia. Biaya pakan diperoleh dari total konsumsi pakan selama penelitian dikali dengan harga per kilogram pakan setiap perlakuan sehingga dapat biaya pakan (Budiarsana et al., 2001).

Harga Bungkil Kelapa (Cocos nucifera)

Limbah industri kelapa yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah bungkil kelapa. Kualitas bungkil kelapa bervariasi tergantung dengan cara pengolahan dan mutu bahan baku. Berdasarkan komposisi kimianya, bungkil kelapa termasuk sumber protein untuk


(22)

ternak. Dalam pemakaiannya terutama untuk monogastrik perlu diperhatikan keseimbangan asam aminonya, karena bungkil kelapa kekurangan asam amino lisin dan histidin. Bungkil kelapa bisa digunakan untuk unggas sebaiknya tidak lebih dari 20%, babi 40-50% dan ruminansia 30%

Total Biaya Produksi

Survey harga bungkil kelapa dilokasi peternakan kambing perah berkisar Rp 2.500/kg.

Setelah di rata-ratakan berkisar Rp 3000-4000/kg bungkil kelapa di Indonesia (Budiarsana et al., 2001).

Di dalam teori biaya produksi dikenal biaya produksi jangka pendek dan biaya produksi jangka panjang. Biaya produksi jangka pendek meliputi biaya tetap (fixedcost). Sedangkan biaya produksi jangka panjang, semua biaya adalah biaya berubah. Biaya berubah adalah biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari sedikit banyaknya jumlah output yang dihasilkan (Supriyono, 2001).

Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha ternak. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap misalnya: biaya

Harga Dedak Padi

Dedak padi merupakan hasil samping penggilingan padi. Ketersediaannya sepanjang tahun berfluktuasi. Kondisi ini disebabkan karena dedak padi pada musim panen melimpah, sebaliknya pada musim kemarau berkurang. Selain itu dedak padi tidak dapat disimpan lama (Prabowo et al., 2011).

Harga dedak padi di daerah Sumatra Utara berkisar Rp 3.000/kg. Setelah disurvey harga dedak padi dilokasi peternakan kambing perah berkisar Rp 2.500/kg. Setelah dirata-ratakan berkisar Rp 3000-4000/kg harga dedak padi di Indonesia. Biaya pakan diperoleh dari total konsumsi pakan selama penelitian dikali dengan harga per kilogram pakan setiap perlakuan sehingga dapat biaya pakan (Budiarsana et al., 2001).


(23)

penyusutan, biaya gaji, biaya asuransi, biaya sewa, biaya bunga dan biaya pemeliharaan. Biaya tidak tetap (variabel) adalah jenis biaya yang besar kecilnya tergantung pada banyak sedikitnya volume produksi apabila volume produksi bertambah, sehingga biaya variabel akan meningkat. Sebaliknya apabila volume produksi berkurang maka biaya variabel akan menurun. Biaya variabel adalah biaya-biaya langsung seperti bahan baku tenaga kerja langsung pakan dan lain-lain. Biaya total (total cost) adalah jumlah biaya tetap total ditambah dengan biaya variabel total pada masing-masing tingkat atau volume suatu produksi (Jumingan, 2006).

Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen (Nuraini, 2003).

Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha ternak. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk sarana produksi dan berkali-kali dapat dipergunakan. Biaya tetap ini antara lain berupa lahan usaha, kandang, peralatan yang digunakan dan sarana transportasi. Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan secara berulang-ulang yang antara lain berupa biaya pakan, upah tenaga kerja, penyusutan kandang, penyusutan peralatan, obat-obatan, vaksinasi dan biaya-biaya lain berupa biaya penerangan atau listrik, sumbangan, pajak usaha dan iuran (Siregar, 2007).

Harga Biaya bibit

Kambing PE terkenal dengan sosoknya yang gagah hampir menyerupai anak sapi. Harganya tentu saja menjadi lebih mahal jika dibandingkan dengan harga kambing biasa (kambing kacang). Untuk memilih bibit kambing PE, sangat tergantung pada tujuan


(24)

pemeliharaannya. Pada umumnya peternak mengembangkan kambing PE sebagai pedaging sekaligus juga menghasilkan susu. Namun hal ini tidak selalu demikian, tergantung juga faktor geografis dan pasar yang ada. Faktor geografis disini adalah dimana letak peternakan itu berada. Kambing PE dapat menghasilkan susu secara maksimal di daerah yang dingin atau pegunungan. Daerah pegunungan umumnya juga menyediakan bahan pakan hijauan yang dapat membuat produksi susu kambing semakin besar. Jika di daerah sekitar peternak ada konsumen susu kambing maka dapat menjual hasil susu kambing peterna

ka

Tabel 1.Berikut ini adalah harga kambing untuk pasar lokal Indonesia. Jenis Umur Tinggi Harga (Rp)

Harga(Rp) Indonesia setempat Cempe (anak kambing) Kurang 7 bulan 60 cm keatas

1.500.000 1.200.000 Cempe (anak kambing) Kurang 7 bulan 65 cm keatas

2.000.000 1.700.000 Betina Dara 8 bulan –

1 tahun

70 cm keatas

2.500.000 2.000.000 Dara laktasi 1,2 $ 3 Diatas 1

tahun

75cm keatas

3.000.000 2.500.000 Dara laktasi 1,2 $ 3 Diatas 1

tahun

80 cm keatas

4.000.000 3.000.000 Panjang = tinggi +2/3

cm

Cempe/penggemukan 4,5 bulan 60 cm keatas

1.600.000 1.300.000 Calon pejantan Belum

Poel

65 cm keatas

2.000.000 1.500.000 5 bulan siap kawin Belum

Poel

70 cm keatas

2.500.000 2.000.000 Jantan Siap kawin Poel 80 cm

keatas

3.000.000 3.000.000 Siap kawin Poel 95 cm

keatas

4.000.000 3.500.000 Siap kawin Poel 90 cm

keatas

5.000.000 5.000.000 Panjang = tinggi +2/3

cm


(25)

Biaya obat-obatan

Biaya obat-obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat-obatan yang diberikan pada ternak yang sakit. Pengobatan pada ternak diharapkan dapat mengurangi resiko kematian, menghambat penyebaran penyakit ke lingkungan,baik ke manusia maupun ternak lainnya. Menurut Aziz (2009) obat-obatan, vaksin dan vitamin dapat digunakan sebagai alternatif manajemen resiko produksi pada usaha ternak kambing PE.

Kambing yang terserang kudis diobati dengan menyuntikkan Ivomic ± 2 ml dibawah kulit. Kulit yang terserang digosok dengan beberapa campuran serbuk belerang, kunyit, dan minyak kelapa yang dipanaskan. Selain itu, kambing juga harus disuntik hematopan ± 3 ml, untuk mencegah anemia. Pengobatan untuk kambing yang terserang kembung dengan cara memberikan minyak kelapa atau minyak kacang ± 100 ml, menekan perut yang kembung atau menusuknya antara tulang rusuk dan tulang panggul, mulut ternak diusahakan tetap terbuka dan ternak dalam posisi berdiri. Ternak disuntik dengan antibiotika 3 ml dan diberi permethyl 3%, atau minuman bersoda ± 200 ml. Pengobatan untuk kambing yang terkena penyakit mata dilakukan dengan cara mengolesi mata dengan salep Terramycin 0,1 %, atau dengan disemprotkan air garam ke mata ternak secara rutin, bila sudah kronis diberi obat mata Sofradex (Sarwono, 2005).

Estimasi biaya pengobatan berhubungan dengan besar kecilnya dosis obat. Ternak dewasa memiliki dosis lebih besar dari ternak muda dan anak. Jadi misalnya suatu jenis pengobatan pada ternak kambing (0,14 ST) bernilai Rp. 5.000,- maka pada ternak kambing muda (0,07 ST) dapat diestimasikan ½ x 5.000 = Rp. 2.500,- dan pada anak kambing (0,035 ST) = Rp. 1.250,-. Dengan mengetahui pengobatan yang umumnya ditentukan per ternak dewasa serta proyeksi kelahiran ternak, dapatlah diperkirakan biaya pengobatan setiap tahun. Untuk pengobatan sebaiknya dihubungi Dinas Peternakan agar memperoleh keterangan harga obat yang lebih lengkap(Rohani dan Martha, 2011).


(26)

Biaya sewa kandang dan peralatan kandang

Biaya sewa kandang adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan kandang yang diperhitungkan berdasarkan nilai sewa kandang. Kandang bermanfaat untuk mengurangi stimulasi yang dapat menyebabkan stres, dengan cara mengurangi kontak dengan manusia. Biaya peralatan kandang adalah biaya yang digunakan untuk membeli perlengkapan kandang selama pemeliharaan ternak. Peralatan kandang menurut Santosoet al., (2006) antara lain, instalasi listrik,instalasi air minum, tempat pakan, alas kandang, pemanas ruangan,tirai kandang.

Secara umum satu ST ternak kambing memerlukan luas kandang 3 �2 . Perhitungan

berapa luas kandang untuk sapi, untuk 5 induk + 1 jantan dewasa + 5 dara + 6 jantan muda + 10 anak adalah sebagai berikut : 5 induk sapi = 5 ST, 1 jantan = 1 ST, 5 dara = 2,5 ST, 6 jantan muda = 3 ST, 10 anak = 2,5 ST, jumlah = 14 ST = 14 x 3 �2= 422, karena 1 ekor

domba/kambing dewasa = 0,14 ST, maka pada luasan kandang 3 �2, = 1 ST, dapat

ditampung (1) : (0,14) = 7 ekor kambing atau domba (Rohani dan Martha, 2011).

Biaya tenaga kerja

Biaya atau upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara beberapa ternak. Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Jumlahtenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhansampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja. kecilnya upah tenaga kerjaditentukan oleh jenis kelamin.Upah tenaga kerja pria umumnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan upah tenaga kerja wanita. Upahtenaga kerja ternak umumnya lebihtinggi daripada upah tenaga kerja manusia (Rasyaf, 2010).


(27)

Total Hasil Produksi

Pendapatan usaha ialah seluruh pendapatan yang diperoleh dalam suatu usaha. Pendapatan dapat berupa pendapatan utama, seperti hasil penjualan susu kambing dari kegiatan usaha kambing perah dan pendapatan berupa hasil ikutan, misalnya pupuk kandang dan penjualan urin (Sudarmono dan Sugeng, 2003).

Pendapatan adalah seluruh penerimaan uang yang diperoleh dari penjualan produk suatu kegiatan usaha. Penjualan ternak hidup, karkas, pupuk dan produk lainnya merupakan komponen pendapatan (Sutama danBudiarsana, 2003).

Biaya Penjualan Susu

Susu murni adalah susu yang diperoleh dari hasil pemerahan dan belum mendapat perlakuan, dan susu murni yang belum mengalami proses pemanasan disebut susu segar. Susu merupakan sumber energi karena mengandung laktosa dan lemak, sumber zat pembangun karena mengandung protein dan mineral serta sebagai bahan-bahan pembantu proses metabolisme seperti mineral dan vitamin (Sumudhita, 1989)

Penjualan Kotoran Kambing PE

Penjualan kotoran kambing diperoleh dari perkalian volume kotoran yang dihasilkan dengan harga jual kotoran perkilogramnya. Harga penjualan kotoran yaitu sebesar Rp. 500/kg (http:id.kotoran/urin kambing.wikipedia.org, 2014).

Penjualan Urin kambing PE

Penjualan urin kambing diperoleh dari perkalian volume urin yang dihasilkan dengan harga jual urin perliter. Harga penjualan urin yaitu sebesar Rp. 60.000/liter (http:id.kotoran/urin kambing.wikipedia.org, 2014).


(28)

Analisis Laba- Rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Laporan laba-rugi (balance sheet) adalah laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Setiap jangka waktu tertentu, umumnya satu tahun, perusahaan perlu memperhitungkan hasil usaha perusahaan yang dituangkan dalam bentuk laporan laba-rugi. Hasil usaha tersebut didapat dengan cara membandingkan penghasilan dan biaya selama jangka waktu tertentu. Besarnya laba atau rugi akan diketahui dari hasil perbandingan tersebut (Kasmir dan Jakfar, 2005).

Analisis pendapatan usaha digunakan untuk menggambarkan faktor keuntungan usaha. Pendapatan dapat didefenisikan sebagai selisih antara penerimaan total dengan biaya total atau dapat dirumuskan sebagai berikut:

π = TR-TC Dimana:

π : Keuntungan (Benefit)

TR : Penerimaan Total (Total Revenue) TC : Biaya Total (Total Cost)

Pendapatan berasal dari penjualan susu, urin, pupuk dan produk lainnya merupakan komponen pendapatan. Sedangkan biaya produksi dibagi dua, yaitu biaya tetap (sewa lahan, bangunan kandang, dan peralatan) dan biaya varabel (biaya bakalan, pakan, tenaga kerja, dan bunga bank) (Soekartawi et al., 2003).

Keuntungan adalah tujuan setiap usaha. Keuntungan dapat dicapai jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar daripada jumlah pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut


(29)

layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usaha (Murtidjo, 1995).

Memperoleh angka yang pasti mengenai tingkat keuntungan atau kerugian suatu usaha, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pencatatan, baik untuk pos-pos pengeluaran (biaya) maupun pos-pos pendapatan. Sekecil apapun biaya dan pendapatan tersebut harus dicatat.Tujuannya adalah agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usahanya, sehingga kerugian besar bisa dihindarkan sejak dini. Selain itu analisis ekonomi bisa terus dilakukan, sehingga usaha bisa berjalan lebih efisien dari waktu ke waktu secara keseluruhan akan semakin meningkatkan jumlah keuntungan(Sodiq dan Abidin, 2002).

R/C Ratio (revennue cost ratio)

R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga biaya – biaya yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk. Usaha peternakan akan menguntungkan apabila nilai R/C > 1. Semakin besar nilai R/C semakin besar pula tingkat keuntungan yang akandiperoleh dari uasaha tersebut.

R/C =

Total biaya

Total penerimaan penjualan produk

Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya korbanan, dimana bila :

R/C Ratio > 1 = efisien R/C Ratio ═ 1 = impas


(30)

R/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya yang dikeluarkan. Dimana R/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total penerimaan dengan total pengeluaran. Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana

R/C Ratio > 1 : Efisien R/C Ratio = 1 : Impas

R/C Ratio < 1 : Tidak efisien

(Total hasil produksi (pendapatan)

R/C-Ratio =

(Total biaya produksi (pengeluaran)

Revennue Cost ratio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Semakin besar R/C ratio maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh petani mengalokasikan faktor produksi dengan lebih efiisien (Soekartawi et al2003).

Efisiensi usaha ditentukan dengan menggunakan konsep revenue cost ratio (RCR), yaitu imbangan antara total penghasilan (out put) dengan total biaya (input). Nilai RCR > 1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan. Semakin besar nilai RCR maka usaha dinyatakan semakin efisien (Karo-karo et al., 1995).

IOFC (Income Over Feed Cost

Untuk mengetahui efisiensi penggunaan ransum secara ekonomis, selain memperhitungkan bobot badan yang dihasilkan dan efisiensi ransum, faktor efisiensi biaya juga perlu diperhitungkan. Income over feed cost (IOFC) adalah salah satu cara untuk mengetahui efisiensi biaya yang diperoleh dari hasil penjualan produksi dikurangi biaya ransum. Perhitungan IOFC ini terlepas dari biaya lain yang belum diperhitungkan seperti


(31)

upah tenaga kerja, fasilitas kandang, bibit dan lain sebagainya yang tidak termasuk ke dalam kriteria yang diamati dalam biaya variabel (Soekartawi et al2003).

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan dengan total biaya pakan digunakan selama usaha produksi ternak. Income Over Feed Cost ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha produksi susu. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi susu yang dihasilkan kambing akibat perlakuan dengan harga jual.

IOFC = (Produksi susu x harga jual susu kambing/liter) – (Total konsumsi pakan x harga pakan perlakuan/kg) (Prawirokusumo, 1990).

Beberapa tolak ukur yang dapat digunakan untuk pegangan berproduksi adalah IOFC (Income Over Cost) atau selisih pendapatan usaha peternakan dengan biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara hasil produksi peternakan (kilogram hidup) dengan harga jual. Sedangkan biaya pakan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan bobot hidup ternak (Hermanto, 1996).

ROI (Return On Investment)

ROI (Return On Investment) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen. Ratio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikannya dengan mengabaikan sumber pendanaan dan biasanya ratio ini diukur dengan persentase. Ratio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) ratio ini semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya. Artinya ratio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan (Kasmir dan Jakfar, 2003).


(32)

Return on investment (ROI) merupakan analisa untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha sehubungan dengan modal yang digunakan. Besar kecilnya ROI ditentukan oleh tingat perputaran modal dan keuntungan bersih yang dicapai.

Rumus ROI = Pendapatan Bersih (Net Income)x 100% Total modal (Total Asset)

Semakin besar keuntungan yang diterima maka semakin besar tingkat pengembalian modal, dan sebaliknya. Kelayakan suatu usaha diketahui dengan membandingkan ROI dengan tingkat suku bunga pinjaman. Suatu usaha dikatakan layak apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bungan pinjaman begitu juga sebaliknya (Soekartawiet al., 2003).

Karakteristik Kambing Etawah

Dalam klasifikasi biologi, kambing digolongkan dalam Kingdom Animalia, Filum Chordata, Class Mamalia, ordo Arthodactyla, Family Bovidae, Subfamily Caprinae, dan Genus Capra. Kambing perah yang tersebar diberbagai belahan dunia dikelompokkan berdasarkan daerah asalnya, sifat-sifat produksinya, dan karakteristiknya sebagai ternak penghasil susu. Beberapa jenis kambing perah yang telah dikenal sebagai ternak penghasil susu yang produktif antara lain kambing Etawah, kambing PE, kambing Alpen, kambing Anglo Nubian, kambing Beetal, kambing Jamnapari, kambing Saanen, kambing Toggenburg dan masih banyak lagi (Setiadi dan Muryanto, 1989).

Susu adalah cairan berwarna yang diekresikan ambing binatang mamalia betina, untuk bahan makanan dan sumber gizi bagi anaknya (Winarno, 1993). Susu adalah cairan yang bernilai gizi tinggi baik untuk manusia maupun hewan, mudah dan cocok untuk media tumbuhnya mikroorganisme karena menyediakan berbagai nutrisi. Susu segar yang berkwalitas baik mempunyai ciri-ciri bau susu yang khas, sedikit rasa manis dari laktosa (gula susu), belum terpisah lemak dengan bagian susu yang lain, warnanya putih sampai sedikit kekuningan (akibat lautan zat karroten dala lemak susu), serta tidak ada


(33)

penggumpalan protein yang sering terjadi jika susu sudah mulai dikemas (Susilorini et al.,

2006).

Tabel 2. Rataan lama laktasi, produksi susu, persistensi produksi susu efisiensi produksi susu selamalaktasi kambing Peranakan Etawah

Parameter Anak tunggal Anak kembar Lama laktasi (hari) 214,3 ± 58,65 245,5 ± 102,30 Total prod. Susu selama

laktasi (kg/laktasi)

177,42 ± 47,56 203,19 ± 66,65

Produksi susu harian selama laktasi (kg/hari)

0,83 ± 0,06 0,87 ± 0,20

Persistensi prod. Susu (%) 95,48 ± 2,27 93,11 ± 4,71 Efisiensi protein susu (%) 28,55 ± 5,02 29,33 ± 7,49 Efisiensi ekonomi susu (%) 283,59 ± 62,29 269,40 ± 83,72

Sumber: Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001.

Kambing PE merupakan salah satu ras kambing Indonesia. Kambing ini merupakan hasil silang antara kambing lokal Indonesia (Kambing Kacang) dengan kambing Etawa. Kambing Etawa ini didatangkan dari India oleh Pemerintah Belanda pada sekitar tahun 1930-an. Kambing Etawah dikenal dengan ternak penghasil susu yang cukup baik. Akibat persilangan tersebut maka kambing PE sekarang ini juga memiliki potensi sebagai penghasil susu selain penghasil daging. Keunggulan kambing PE sudah banyak dilaporkan diantaranya beradaptasi baik dengan lingkungan, termasuk kambing tipe dwi-guna dan memiliki indeks reproduksi yang cukup baik yaitu 1,65 anak/induk/tahun (Sodiq dan Abidin, 2002).

Kebutuhan Nutrisi Ternak kambing

Pakan yang diberikan jangan sekedar dimaksudkan untuk mengatasi lapar atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk produksi (Widayati dan Widalestari, 1996).


(34)

Menurut Kartadisastra (1997)kebutuhan ternak terhadap pakan jumlahnya setiap hari tergantung pada jenis, umur ternak, fase pertumbuhan (dewasa, bunting, dan menyusui).Kondisi tubuh (normal atau sakit) dan lingkungan tempat hidupnya serta bobot badannya. Seekor kambing memerlukan 1-1,5kg daun-daunan atau jerami setiap hari atau padang rumput yang berkualitas baik, ditambah 0,25kg ransum konsentrat berkadar protein 16% untuk setiap liter susu yang dihasilkan. Padang rumput yang lain dapat menggantikan setengah dari kebutuhan konsentrat setiap hari. Contoh campuran konsentrat untuk kambing adalah: 40% jagung, 20% gandum atau sejenisnya, 25% dedak gandum dan 15% kedelai atau biji kapas. Kemudian ditambah dengan 1% garam dan 1% suplemen Ca/P. Campuran konsentrat sebaiknya digiling kasar (Blakely dan David, 1998).

Tabel 3. Kebutuhan nutrisi kambing

Bobot badan (lb) % BB BK (lb) PK (lb) TDN (lb) Prod Susu(L) Kebutuhan hidup pokok

22 2,80 0,63 0,05 0,35 1 45 2,40 1,08 0,08 0,59 2 67 2,20 1,46 0,11 0,80 3 90 2,03 1,81 0,14 0,99 4 112 1,90 2,13 0,17 1,17 3,5 134 1,82 2,44 0,19 1,34 3 157 1,80 2,76 0,21 1,50 2

Sumber : (NRC, 1981) (1lb=0,045kg)

Tabel 4. Kebutuhan Tambahan Untuk Produksi Susu Per Pound Dilihat Dari Persentase Lemak (%)

Lemak Susu (%) PK(lb) TDN(lb) 3 0,13 0,73 3 0,14 0,74 4 0,15 0,75 4 0,16 0,76 5 0,17 0,77 5 0,l8 0,78 Sumber : (NRC, 1981) (1lb=0,045kg)


(35)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di peternakan kambing perah PE milik Bapak Yusuf yang berlokasi di Jalan Kapas Kec.Hamparan Perak Desa Klambir V, Deliserdang. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan di bulanAgustus- Oktober 2014.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Kambing perah peranakan etawah (PE) sebanyak 6 ekor digunakan sebagai objek penelitian. Bahan pakan yang digunakan adalah sumber hijauan yaitu daun singkong dan bahan sumber konsentrat adalah dedak padi, ampas tahu dan bungkil kelapa. Air minum untuk memenuhi kebutuhan air yang diberikan secara ad-libitum. Bahan kimia yang akan digunakan untuk analisis komposisi kimia susu adalah asam belerang, amylalkohol, kalium oksalat, phenolptalin, NaOH dan formalin.

Alat

Kambing perah PE dipelihara pada kandang individu dengan peralatan berupa ember sebagai tempat air minum dan tempat makan terpisah antara hijauan dan konsentrat. Timbangan pada penelitian ini digunakan untuk menimbang bobot awal ternak pada awal penelitian. Timbangan 10 kg untuk menimbang proporsi bahan pakan yang akan digunakan. Gelas ukur digunakan untuk mengambil sampel oleh masing-masing kambing yang diberi perlakuan. Plastik bening HDPE untuk menyimpan susu sebelum dianalisis. Freezer sebagai alat untuk menyimpan sampel yang akan dianalisis. Termometer ruangan digunakan untuk mengukur suhu harian. Untuk pengukuran kualitas susu digunakan alat butyrometer, buret, gelas ukur, laktodensimeter, sentrifuse, termometer, labu erlenmeyer, pipet volumetrik, pipet


(36)

mohr, dan pemanas air. Alat untuk membersihkan kandang seperti sekop, sapu, cangkul dan penggaruk.

Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) non faktorial dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan (Yusmadi, 2008). Adapaun perlakuan tersebut sebagai berikut :

P0 = Pakan hijauan daun singkong 100 %

P1 = Hijauan daun singkong 80% + Konsentrat 20% P2 = Hijauan daun singkong 60% + Konsentrat 40%

Setelah penelitian produksi susu dianalisis, dilanjutkan penelitian dengan analisis usaha untuk mengetahui perlakuan yang mana yang dapat meningkatkan nilai ekonomis. Untuk itu digunakan metode survey deskriptif untuk mengetahui harga bibit, sewa kandang, harga obat-obatan, harga peralatan kandang, biaya tenaga kerja, harga penjualan susu.

Parameter Penelitian Analisis Laba/Rugi

Keuntungan (laba) suatu usaha dapat diperoleh dengan cara :

π = TR – TC Dimana :

Π : keuntungan

TR : total penerimaan (hasil penjualan susu, feses, urin)

TC :total pengeluaran (biaya bibit, sewa kandang dan peralatan, pakan, tenaga keja, dn obat-obatan)

Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

R/C adalah nilai atau manfaat yang diproleh dari setiap satuan biaya yang dikeluarkan. R/C Ratio =

Total biaya produksi total hasil produksi (Pendapatan)

R/C Ratio > 1 = efisien R/C Ratio = 1 = impas R/C Ratio < 1 = tidak efisien


(37)

Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost (IOFC) diperoleh dengan cara menghitung selisih pendapatan usaha ternak dikurangi dengan biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan (dalam kg hidup) dengan harga jual. Sedangkan biaya pakan adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan bobot badan ternak.

IOFC = (Produksi susu (L) x harga jual susu kambing/Rp) – (total konsumsi pakan x harga pakan perlakuan/kg).

Return on Investment (ROI)

Di dapat dengan cara membagikan pendapatan bersih dari usaha (Net Income) dengan total modal usaha (Total Asset) dan dikalikan dengan 100%.

Rumus ROI = Pendapatan Bersih (Net Income)x 100% Total modal (Total Asset)

Pelaksanaan Penelitian Pengacakan Kambing PE

Kambing yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 6 ekor dengan 2 sumber keragaman yaitu bobot badan sebagai baris dan umur sebagai kolom dan masa laktasi yang seragam pada bulan ke-1 laktasi. Pengacakan kambing dilakukan berdasarkan kolom dan baris sesuai jumlah perlakuan yang digunakan. Adaptasi perlakuan dilakukan seminggu sebelum penelitian dilaksanakan pada unit-unit percobaan yang sudah diacak sebelumnya.

Pemberian Air Minum

Air minum diberikan secara ad-libitum setiap pagi hari. Air diganti setiap hari dan tempatnya dicuci dengan air bersih.


(38)

Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari ,pada pukul 07.00 WIB diberikan konsentrat dan pada pukul 08:00 WIB diberikan hijauan daun singkong dan pada sore hari pukul 16:00 WIB pemberian konsentrat dan pada pukul 17.00 WIB diberikan hijauan daun singkong. Jumlah pakan yang diberikan pada ternak kambing adalah 6 % dari bobot badan dalam bentuk bahan segar.

Persiapan Obat-obatan

Obat-obatan yang diberikan adalah obat cacing yang diberikan sewaktu penelitian dengan dosis 1 cc/kg bobot badan, jenis obat cacing yang digunakan adalah kalbazen. Sedangkan obat-obatan yang lain yang diberikan berdasarkan kebutuhan bila ternak nantinya ada yang sakit, misalnya Terramycin, Hematophan B12 (untuk meningkatkan nafsu makan).

Persiapan Kandang

Kandang yang digunakan berukuran 90 cm x 85 cm x 100 cm sebanyak 9 buah. Model kandang adalah individual, dimana lantai kandang dibuat dengan lat kayu yang berjarak 1 – 1,5 cm yang tujuannya agar kotoran dapat jatuh ke bawah kandang sehingga kandang tetap bersih dan agar kaki kambing tidak masuk ke celah-celah lantai. Kandang dilengkapi dengan tempat makan dan tempat minum menggunakan ember plastik.

Pengambilan Data

1. Dilakukan survey harga pakan yaitu di pasar, poultry shop dan pabrik pakan yang menyangkut harga pakan dan harga susu yang digunakan.

2. Dilakukan pengukuran yaitu data dari hasil variabel penelitian yang terdiri dari produksi susu awal pada saat pemberian perlakuan sampai akhir pemberian perlakuan.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari setiap pengamatan ditabulasi kemudian dianalisis. Analisis yang dilihat adalah analisis laba rugi, IOFC, dan analisis R/C ratio, ROI.


(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Total Biaya Produksi

Total biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang diperoleh dengan cara menghitung : biaya pakan, biaya pembelian bibit, biaya obat-obatan, biaya sewa kandang dan peralatan serta biaya tenaga kerja.

1.1 Biaya Pakan

Biaya pakan terdiri atas biaya pakan hijauan dan biaya konsentrat. Biaya hijauan yang terdiri dari hijauan daun singkong, diperoleh dengan cara mengalikan semua jumlah konsumsi hijauan dengan harga hijauan per kilogram sehingga diperoleh biaya pakan yang dikonsumsi selama penelitian. Harga hijauan daunsingkong Rp.100/kg,konsentratRp.2.875/kg. Jumlah pakan yang dikonsumsi selama penelitian terlampir pada lampiran.Total biayahijauan daun singkong pada P0= Rp.17.309,75,P2= Rp. 14056,16, P2= Rp. 9.602,20, diperoleh dari perhitungan jumlahhijauan daun singkong yang terkonsumsi selama penelitiandengan harga hijauan/kg, dimana perhitungannya pada minggu ke 4 setiap bulannya. Halini berdasarkan pengambilan data pada minggu terakhir selama penelitian.

Biaya konsentrat diperoleh dengan cara mengalikan semua jumlah konsumsi konsentrat dengan harga konsentrat per kilogram. Harga konsentrat Rp. 2.875/kg, perhitungan biaya konsentrat sama dengan perhitungan pada biaya hijauan. Biaya konsentrat pada P1= Rp.96.720,75, P2= Rp.193.441,50.

Tabel 5. Total biaya hijauan daun singkong + konsentrattiap perlakuan / minggu(Rp) Perlakuan Hijauan daun singkong Konsentrat Total

(Rp) (Rp) (Rp)

P0 17.309,75 17.309,75

P1 14.056,16 96.720,75 110.776,91 P2 9.602,20 193.44150 203.043,70


(40)

Biaya pakan diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya hijauan dan biaya konsentrat kambing tiap perlakuan selama penelitian. Biaya pakan yang paling tinggi diperoleh pada perlakuan P2= Rp. 203.043,70, dan paling rendah diperoleh pada perlakuan P0 yaitu Rp. 17.309,75. Hal ini dikarenakan P0 hanya mengkonsumsi daun singkong saja dan harga hijauan daun singkong lebih murah dari harga konsentrat dimana harga hijauan daun singkong sampai mencapai Rp. 100/kg.Harga hijauan daun singkongdihitung berdasarkan biaya transportasi.

1.2 Biaya Obat-Obatan, Biaya peralatan kandang, Sewa kandang, Tenaga kerja, Biaya bibit

Biaya obat-obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat-obatan yang diberikan selama penelitian. Obat yang diberikan adalah Vitamin B Kompleks Rp. 10.000,- kalbazen Rp. 6.249,9,- jarum suntik 2 buah. Rp. 2.500,-. Maka total seluruh biaya obat-obatan adalah Rp. 18.749,9,- biaya obat-obatan kambing selama penelitian adalah Rp. 4.861,08/minggu,- Total biaya ini diperoleh dari perhitungan obat-obatan yang habis terkonsumsi selama penelitian.Jadi biaya yang dimasukkan adalah biaya yang terkonsumsi selama penelitian. Rincian biaya obat-obatan dapat dilihat pada lampiran 6. Biaya obat-obatan sama setiap perlakuan.

Biaya peralatan adalah biaya yang digunakan untuk membeli seluruh peralatan selama penelitian. Biaya peralatan diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh biaya peralatan yang digunakan seperti ember tempat pakan kambing PE ukuran sedang dibeli sebanyak 6 buah dengan harga Rp. 2.684.94,- ember tempat minum kambing ukuran kecil dibeli sebanyak 6 buah dengan harga Rp. 671.24,- termometer 1buah dengan harga Rp. 268.49,- timbangan elektrik 1 buah Rp. 12.465.76,-. Maka total seluruh biaya perlengkapan adalah Rp. 18.126,5,-.Biaya peralatan kandang merupakan biaya penyusutan perbulan degan masa penggunaan peralatan dan kandang dalam 1 tahun.Biaya peralatan kandang sama setiap


(41)

perlakuan. Maka total biaya keseluruhan yang dipakai selama penelitian Rp. 18.126,5/minggu. Rincian biaya peralatan kandang terlampir pada lampiran 7.

Biaya sewa kandang diperoleh dari hasil survey. Hasil survey didapat dari rataan sewa kandang untuk 1 tahun Rp. 3.000.000,- untuk 50 ekor kambing. Maka untuk 1 bulan Rp. 3.000.000/12 = Rp. 250.000,- Sewa kandang untuk 1 ekor ternak kambing Rp. 250.000/50 ekor kambing = Rp 5.000/ ekor/ bulan.Untuk 6 ekor ternak selama penelitian Rp. 2.333,24/minggu.

Biaya tenaga kerja diperoleh dari jumlah ternak penelitian dibagi jumlah ternak yang dipelihara secara intensif dikali dengan UMRP Sumatera Utara (Upah Minimum Regional Provinsi). UMRP saat penelitian adalah sebesar Rp.1.851.000/bulan. Satu tenaga kerja dapat menangani 62 ekor kambing. Maka biaya yang dikeluarkan untuk memelihara 6 ekor kambing adalah Rp. 13.932,24/minggu. Biaya tenaga kerja dapat dilihat pada lampiran 9.

Biaya kambing yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewakan kambing perah dewasa di Glambir V sebanyak 6 ekor.Harga kambingnya 1 ekor diasumsikan Rp. 6000.000,00/ekor yang sudah produktif. Biaya sewa bibit selama penelitian adalah Rp. 1.125.000,00.Biaya kambing di peroleh dari kesepakatan antara peternak. Biaya kambing yang digunakan pada penelitian tertera pada lampiran 10.

Tabel 6. Total Biaya Obat-obatan, Biaya peralatan kandang, Sewa kandang, Tenaga kerja, Biaya bibit tiap level perlakuan/minggu (Rp)

Perlaku an Biaya obatan (Rp) Biaya peralatan (Rp) Sewa kandang (Rp) Tenaga kerja (Rp) Biaya bibit (Rp) Total (Rp)

P0 4.861,08 18.126,5 2.333,24 13.932,24 1.125.000,00 1.164.253,06 P1 4.861,08 18.126,5 2.333,24 13.932,24 1.125.000,00 1.164.253,06 P2 4.861,08 18.126,5 2.333,24 13.932,24 1.125.000,00 1.164.253,06 Total 14.583,24 54.379,5 6.999,72 41.796,72 1.125.000,00 3.492.759,18


(42)

1.5 Total Biaya Produksi

Tabel 7. Total biaya produksi yang diperoleh selama penelitian tiap perlakuan (Rp) No Jenis biaya P0 P1 P2

1. Biaya hijauan 17.309.75 14.056.16 9.602.20 2. Biaya konsentrat 0.00 96720.75 193.441.50 3. Biaya obatan 14.583.24 14.583.24 14.583.24 4. Biaya peralatan 54.379.50 54.379.50 54.379.50 5. Sewa kandang 6.999.72 6.999.72 6.999.72 6. Tenaga kerja 41.796.72 41.796.72 41.796.72 7. Biaya sewa bibit 1.125.000.00 1.125.000.00 1.125.000.00 Total Biaya 1.260.068.93 1.353.536.09 1.445.802.88

.

Perbedaan jumlah pengeluaran ini dikarenakan adanya perbedaan pemberian jumlah hijauan daun singkong dan konsentrat serta jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian hijauan daun singkong dan konsentrat, sementara biaya obat-obatan, sewa kandang, peralatan dan tenaga kerja adalah sama. Hal ini seperti dinyatakan oleh Kadarsan (1995) yang menyatakan bahwa biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang tidak dapat dihindarkan, dan dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu output. Pengeluaran perusahaan adalah semua uang yang dikeluarkan sebagai biaya produksi.

Total biaya produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh biaya produksi seperti diatas. Maka biaya produksi tiap perlakuan dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Total biaya produksi tiap perlakuan ulangan (Rp/ekor/minggu)

1150000 1200000 1250000 1300000 1350000 1400000 1450000

P0 P1 P2

1.260.068

1.353.536

1.445.802


(43)

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa total biaya produksi pemeliharaan kambing peranakan etawa (PE) selama penelitian menunjukkan perbedaan besar dimana rataan total biaya produksi tertinggi terdapat pada P2 sebesar Rp.1.445.802,88dan yang terendah pada P0 sebesar Rp. 12.600.068,93. Hal ini dikarenakan P0 hanya mengkonsumsi daun singkong saja dan P2 mengkonsumsi daun singkong dan konsentrat.

2. Total Hasil Produksi

Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang dihasilkan dalam kegiatan ekonomi yang diperoleh dengan cara menghitung harga jual susu kambing PE penjualan kotoran kambing PE dan penjualan urin kambing PE.

2.1 Hasil penjualan susu, urin dan feses

Hasil penjualan susu diperoleh dari harga jual susu x jumlah produksi susu (L). Harga pada waktu penjualan yaitu sebesar Rp. 50.000/L. Total produksi susu P0 (23,105/L), P1 (29,260/L), P2 (33,315/L). Maka harga jual seluruh susu adalah Rp. 4.284.000,00. Hasil produksi susu yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran. Penjualan feses kambing diperoleh dari harga jual feses kambing perkilogram dikali dengan jumlah feses selama penelititan. Total feses/kg P0 (90), P2 (104,7), P3 (105,7). Harga penjualan yaitu sebesar Rp. 200/kg (feses dalam keadaan basah).

Penjualan urin kambing diperoleh dari harga jual urin kambing per liternya dikali dengan jumlah urin selama penelititan. Total urin yang dipeoleh/Liter P0 (200,1/L), P1 (211,6/L), P2 (216,3/L). Harga penjualan yaitu sebesarRp.2.000/L (urin kambing)

Tabel 8. Produksi susu, feses,dan urin kambing tiap tiap level perlakuan/minggu. Perlakuan Susu

(L)

Feses (Kg)

Urin (L) P0 23,105 90,0 200,1 P1 29,260 104,7 211,6 P2 33,315 105,7 216,3


(44)

Tabel 9. Hasil penjualan susu, feses,dan urin kambing tiap tiap level perlakuan selama penelitian (Rp /minggu)

Perlakuan Susu (Rp)

Feses (Rp)

Urin (Rp)

Total (Rp) P0

1.163.000 21.280 38.820 1.223.100 P1 1.455.250 20.940 42.320 1.516.930 P2 1.665.750 21.140 43.260 1.730.150 Total 4.284.000 63.360 124.400 4.470.180

2.4 Total Hasil Produksi

Total hasil produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh hasil produksi seperti diatas.Pada gambar di dibawah ini dapat dilihat bahwa rataan total hasil produksi pemeliharaan kambing PE selama penelitian menunjukkan perbedaaan yang besar dimana rataan hasil pendapatan tertinggi terdapat pada P2 yaitu sebesar Rp. 1.730.150yang terendah pada P0 yaitu sebesar Rp. 1.223.100,- Hal ini terjadi karena pergantian musim yaitu dari musim panas ke musim hujan, dan juga dikarena suhu dan musim sangat mempengaruhi nafsu makan kambing dan hal itu dapat menurunkan produksi susu sehingga terdapat perbedaan produksi susu dan disebabkan pemberian imbangan pakan yang diberikan selama penelitian sehingga nilai pendapatan dari penjualan susu berbeda pada setiap perlakuan dan karena disebabkan pengaruh iklim. Ini sesuai dengan pernyataan Agus (1990) yang menyatakan bahwa, penerimaan pendapatan berasal dari penjualan barang, begitu juga pendapat dari Kadarsan (1995) yang menyatakan bahwa penerimaan perusahaan bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha seperti panen tanaman serta hasil olahannya serta panen dari peternakan serta hasil olahannya.


(45)

Gambar 2. Total hasil produksi (Rp/ekor)

3. Analisis Laba-Rugi

Analisis ekonomi atau laba rugi dilakukan untuk mengetahui apakah usaha tersebut rugi atau menguntungkan dengan cara menghitung selisih antara total hasil produksi dengan total biaya produksi.

Keuntungan = total hasil produksi – total biaya produksi

Keuntungan = Rp. 4.683.400.– Rp.4.059.407,90 = Rp.623.992,10

Gambar 3.Perbedaan keuntungan (laba-rugi) dari setiap perlakuan (Rp/ekor)

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa laba/rugi menunjukkan perbedaan yang sangat besar pada setiap perlakuan dimana keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dengan menggunakan pakan (pakan 60% hijauan daun singkong + 40% konsentrat) dengan rataan sebesar Rp.284.347,12,- dan yang memberikan keuntungan terendah pada perlakuan P0 dengan menggunakan pakan (100% hijauan daun singkong) dengan rataan sebesar

0 500000 1000000 1500000 2000000

P0 P1 P2

1.223.100

1.516.930 1.730.150

TOTAL HASIL PRODUKSI

-100000,00 0,00 100000,00 200000,00 300000,00

P0 P1 P2

-36.968,93

163.393,91

284.347,12


(46)

Rp.163.393,91,-. Disebabkan oleh perbedaan harga dan pemberian imbangan pakan setiap perlakuan. Sehingga total hasil produksi yaitu total penjualan susu ditambah penjualan feses dan penjualan urin ternak yang memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada total biaya produksi yaitu biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya peralatan dan sewa kandang serta biaya tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo (1995) yaitu keuntungan dapat dicapai jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar daripada jumlah pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya juga agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usaha.

4. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

R/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total hasil produksi dengan total biaya produksi atau dituliskan dengan rumus:

R/C Ratio =

Produksi Biaya

Total

Produksi Hasil

Total

Gambar 4. Ratio cost ratio (R/C ratio) tiap perlakuan ulangan (%/ekor)

Pada tabel dapat dilihat bahwaR/C Ratio yang diperoleh pada P0 adalah 0,97, hal ini tidak efisien karena kurang dari 1 .Pada perlakuan P1 dan P2 sangat efisien karena tiap perlakuan lebih dari 1. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soekartawi (1995) yang menyatakan suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai R/C Ratio > 1. Semakin besar nilai R/C

0,00 1,00 2,00

P0 P1 P2

0,97 1,12 1,20


(47)

Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya semakin kecil nilai R/C Rationya, maka semakin tidak efisien usaha tersebut.

5. Income Over Feed Cost(IOFC)

Income over feed cost(IOFC) didapat dengan cara menghitung nilai usaha peternakan yang didapat dari produksi susu (produksi susu X harga jual susu/L) – (total konsumsi pakan X harga pakan perlakuan/kg dikali harga ternak/kg dikurangi dengan biaya pakan (total konsumsi X harga pakan perlakuan) dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Income over feed cost (IOFC) tiap perlakuan ulangan (Rp/perlakuan)

IOFC tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu rata-rata sebesar Rp. 337.706,30/perlakuan. Hal ini dikarenakan produksi susu yang tinggi dikalikan harga jual per liternya sehingga pendapatan penjualan susu lebih tinggi dari pada total biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi kambing tersebut dan juga dipengaruhi oleh tingkat konsumsi kambing tersebut yang tinggi diikuti produksi susu yang tinggi.

IOFC terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu rata-rata sebesar Rp. 20.690,25/ekor hal ini dikarenakan pemberian hijauan daun singkong 100%. Ini yang menyebabkan IOFC pada perlakuan P0 paling rendah dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawirokusumo (1990) bahwa IOFC merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan yang merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha

0,00 100000,00 200000,00 300000,00 400000,00

P0 P1 P2

20690,25

219473,09

337706,30


(48)

peternakan dikurangi biaya pakan.Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual ternak.

6.ROI (Return On Investment)

ROI bertujuan untuk mengetahui tingkat pengembalian modal yang ditanamkan dengan membandingkan nilai keuntungan usaha dengan modal usaha yang dikeluarkan. Berikut dapat dilihat nilai ROI pada gambar 6.

Dari gambar diatas diperoleh hasil rataan return on investment (ROI) pada perlakuan P0 sebesar -2,93%, perlakuan P1 sebesar 12,07% dan P2sebesar 19,67%. Pada tabel diatas nilai pada P0 tidakefisien karena tidak sesuai dengan suku bunga bank, dan ROI pada perlakuan P1dan P2efisien karena sesuai dengan suku bunga bank dimana jika dilihat dari suku bunga pinjaman sebesar 1.04 % (Bank Rakyat Indonesia, 2014) perbulan sehingga untuk setiap perlakuan layak untuk dijadikan suatu usaha. Rataan return on investment

tertinggi pada perlakuan P2 sebesar Rp. 19,67%. dan yang terendah pada perlakuan P0

sebesar Rp. -2,93%. Hal ini dikarenakan besarnya tingkat laba yang didapat dibanding dengan biaya produksi/modal sehingga tingkat pengembalian investasi modal semakin cepat hal ini sesuai dengan pernyataan Rahardi dkk., (1993) bahwa ROI digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi dari modal yang telah dikeluarkan. Makin kecil nilai ROI ini, makin tidak efisien penggunaan modal dari usaha tersebut. ROI pada semua perlakuan dalam keadaan aman jika dilihat dari sukubunga pinjaman sebesar 1.04 % (Bank Rakyat Indonesia, 2014) perbulan sehingga layak dijadikan suatu usaha. Soekartawi (1993) menyatakan bahwa

-20,00 0,00 20,00

P0 P1 P2

-2,93

12,07 19,67


(49)

kelayakan usaha diketahui dengan membandingkan ROI dengan tingkat suku bungan pinjaman. Suatu usaha dikatakan layak apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman dan tidak layak apabila ROI lebih kecil dari tingkat suku bungan pinjaman.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat rekapitulasi hasil penelitianseperti pada Tabel 10.

Tabel 10. Rekapitulasi hasil penelitian

Perlakuan

Total Biaya produksi

(Rp)

Total hasil produksi

(Rp)

Laba-Rugi (Rp)

R/C Ratio

(%)

IOFC ROI (%)

P0 1.260.068,93 1.223.100 -36.968,93 0,97 20.690,25 -2,93

P1 1.353.536,09 1.516.930 163.393,91 1,12 219.473,09 12,07

P2 1.445.802,88 1.730.150 284.347,12 1,20 337.706,30 19,67

Dari tabel rekapitulasi hasil penelitian diatas dapat dilihat perbedaan hasil dari tiap perlakuan. Pada perlakuan P0, P1dan P2 menunjukan total hasil produksi yang berbeda-beda. Total hasil produksi yang tertinggi adalah perlakuanP2. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan pemberian hijauan daun singkong dan konsentrat serta biaya produksi.

Untuk mengetahui efisiensi penggunaan pakan secara ekonomis, selain memperhitungkan produksi susu yang dihasilkan dan efisiensi pakan. Income over feed cost

(IOFC) adalah salah satu cara untuk mengetahui efisiensi biaya yang diperoleh dari hasil penjualan produksi dikurangi biaya pakan. Maka IOFC pada penelitian diperoleh biaya tertinggi pada P2 sebesar Rp. 337.706,30,- pada P1 sebesar Rp. 20.690,25,-.Biaya tertinggi terdapat pada P2 yaitu 1.445.802,88dan biaya terendah adalah P0 sebesar Rp. 1.260.068,93 ,-Hal ini disebabkan karena perbedaan biaya pakan pada perlakuan yang tidak sama sehingga nilai IOFC tiap perlakuan berbeda.


(50)

R/C ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. R/C ratio, R/C Ratio pada setiap perlakuan efisien karena lebih dari 1. Suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai R/C Ratio > 1. Semakin besar nilai R/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya semakin kecil nilai R/C Rationya maka semakin tidak efisien usaha tersebut (Soekartawi, 2003). Maka penggunaan dengan mengetahui imbangan daun singkong dan konsentrat sangat bagus karena meningkatkan pendapatan dan menurunkan biaya.

Rataan return on investment (ROI) pada perlakuan P0 sebesar , perlakuan P0 sebesar

-2,93% dan P1sebesar 12,07%. Didapat bahwa rataan return on investment tertinggi pada

perlakuan P2 sebesar Rp. 19,67%. dan yang terendah pada perlakuan P0 sebesar Rp. -2,93%.

Untuk setiap perlakuan efisien karenaROI jika dilihat dari suku bunga pinjaman sebesar 1.04 %(Bank Rakyat Indonesia 2014) perbulan sehingga tidak layak sedangkan untuk P1 dan P2 layak dijadikan suatu usaha


(51)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Penggunaan imbangan hijauan daun singkong dan konsentrat (dedak padi, bungkil kelapa, ampas tahu) dengan perbandingan 60:40 dapat meningkatkan produksi susu dan menekan biaya peternak.

Saran

Peternak dapat memperbanyak pemberian konsentrat dari pada pemberian hijauan daun singkong.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, R., 1990. Analisis Peluang Pokok. UGM Press.Yogyakarta.

Aziz, 2009. Ternak dan upaya pengamanannya. Lokakarya Obat Hewan dan Munas 111 ASOHL, Jakarta.

Blakely .B and David., 1998. Ilmu Peternakan. Terjemahan Bambang Srigandono. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Budiarsana I-G.M.,Ika.Sutama, T.Kostaman, M. Martawidjaja, 2001. Uji Multilokasi Poduksi Kambing Peranakan Etawah. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Ternak, 2001.

Cock, M. L., M. C. Nesheim and R. J. Young., 1992. Nutrition of the Chicken. 3rd Ed. ML. Scott and ASS, Ithaca.

Coursey dan Halliday, K., 1974. The Potency And Utilization Of Cassava And Sweet Potato Leaves As Feed Resources For Small Ruminant. Loka Penelitian Kambing Potong, PO Box 1.

Ditjennak., 2010. Panduan Pengembangan dan Pelestarian Plasma Nutfah Nasional, Bogor. Djoheryani (1996) dalam ardia., 2000. Biokonveksi Pemanfaatan Limbah Industri

Pertanian. Pusat antar Universitas Pangan dan Giji. IPB. Bogor. Hermanto, F., 1996. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.

http://www.wikipedia/ Maret 2014].

Jumingan., 2006. Analisis Laporan Keuangan. PT Bumi aksara. Jakarta.

Kadariah., 1987. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Kadarsan, H,.1995.keuangan pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. Cetakan ke Dua.Pt Gramedia. Jakarta.

Kartadisastra, H.R., 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Kanisius, Yogyakarta.


(53)

Karo-Karo, S., Junias Sirait nd Henk Knipsheer. 1995. Farmers Shares,Marketing

Margin and Demand for Small Ruminant In North Sumatera, Working Pap er No.150 November.

Kasmir dan Jakfar., 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Kawas, J. R., J, Lopes,, dan D, Danelon,. (Tufarelli et al., 2008). 1991. Influence of foarege to Concentarte Rations On Intake, Digestibility, Chewing and Milk Production of Dairy Goats. Small Ruminant Research 4-11-18.

Knipsheer, Hartadi, H. S. Reksohadiprojo ., 1983. Alternatif teknologi produksi ubikayu mendukung agroindustri.Laporan akhir tahun 2006.

Korosi, K.A.,1982. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta. Murtidjo, B.A., 1995. Memelihara Domba. Kanisius, Yogyakarta.

National Research Council (NRC)., 1981. Nutrien Requirements of Goats: Angora, Dairy, and Meat Goats in Temperate and Tropical Countries.

Nuraini, I., 2003. Pengantar Ekonomi Mikro. Cetakan Keempat Penerbit UMM Pres Malang. Prabowo, A., D. Samaih dan M. Rangkuti., 2011. Pemanfaatan ampas tahusebagai

makanan tambahan dalam usaha penggemukan domba potong. Proceeding Seminar 1983. Lembaga Kimia Nasional-LIPI,Bandung.

Prawirokusumo, S., 1990. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE, Yogyakarta.

Pulungan, H., J.E. Van Eys, dan M. Rangkuti., 1984. Penggunaan ampastahu sebagai

makanan tambahan pada domba lepas sapih yang memperoleh rumput lapangan. Balai Perielitian Ternak, Sogor.1(7): 331-335.

Ramadhn, A. 2013. Suplementasi Ransum yang Mengandung Ikatan Ampas Tahu dan Ampas Bir dengan Zn dan Cu Terhadap produksi sapi perah. Departemen Nutrisi dan Ilmu Makanan Ternak, Pakan Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rasyaf, M., 1988. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. 2010. Memasarkan Hasil Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rohani, H, dan R.Martha., 2011.Pengelolaan Usaha Peternakan. Universitas Hasanuddin . Makassar

Santoso, Y. Widodo, A. Munip, E.Ginting dan N. Prasyaswati., 2006. Alternatif teknolog produksi ubikayu mendukung agroindustri.Laporan akhir tahun 2006.

Sarwono, B., 2005. Beternak Kambing Unggul. Cetakan Ke – VIII. Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.


(1)

kelayakan usaha diketahui dengan membandingkan ROI dengan tingkat suku bungan pinjaman. Suatu usaha dikatakan layak apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman dan tidak layak apabila ROI lebih kecil dari tingkat suku bungan pinjaman.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat rekapitulasi hasil penelitianseperti pada Tabel 10.

Tabel 10. Rekapitulasi hasil penelitian

Perlakuan

Total Biaya produksi

(Rp)

Total hasil produksi

(Rp)

Laba-Rugi (Rp)

R/C Ratio

(%)

IOFC ROI (%) P0 1.260.068,93 1.223.100 -36.968,93 0,97 20.690,25 -2,93 P1 1.353.536,09 1.516.930 163.393,91 1,12 219.473,09 12,07 P2 1.445.802,88 1.730.150 284.347,12 1,20 337.706,30 19,67

Dari tabel rekapitulasi hasil penelitian diatas dapat dilihat perbedaan hasil dari tiap perlakuan. Pada perlakuan P0, P1dan P2 menunjukan total hasil produksi yang berbeda-beda. Total hasil produksi yang tertinggi adalah perlakuanP2. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan pemberian hijauan daun singkong dan konsentrat serta biaya produksi.

Untuk mengetahui efisiensi penggunaan pakan secara ekonomis, selain memperhitungkan produksi susu yang dihasilkan dan efisiensi pakan. Income over feed cost

(IOFC) adalah salah satu cara untuk mengetahui efisiensi biaya yang diperoleh dari hasil penjualan produksi dikurangi biaya pakan. Maka IOFC pada penelitian diperoleh biaya tertinggi pada P2 sebesar Rp. 337.706,30,- pada P1 sebesar Rp. 20.690,25,-.Biaya tertinggi terdapat pada P2 yaitu 1.445.802,88dan biaya terendah adalah P0 sebesar Rp. 1.260.068,93 ,-Hal ini disebabkan karena perbedaan biaya pakan pada perlakuan yang tidak sama sehingga nilai IOFC tiap perlakuan berbeda.


(2)

R/C ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. R/C ratio, R/C Ratio pada setiap perlakuan efisien karena lebih dari 1. Suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai R/C Ratio > 1. Semakin besar nilai R/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya semakin kecil nilai R/C Rationya maka semakin tidak efisien usaha tersebut (Soekartawi, 2003). Maka penggunaan dengan mengetahui imbangan daun singkong dan konsentrat sangat bagus karena meningkatkan pendapatan dan menurunkan biaya.

Rataan return on investment (ROI) pada perlakuan P0 sebesar , perlakuan P0 sebesar -2,93% dan P1sebesar 12,07%. Didapat bahwa rataan return on investment tertinggi pada perlakuan P2 sebesar Rp. 19,67%. dan yang terendah pada perlakuan P0 sebesar Rp. -2,93%. Untuk setiap perlakuan efisien karenaROI jika dilihat dari suku bunga pinjaman sebesar 1.04 %(Bank Rakyat Indonesia 2014) perbulan sehingga tidak layak sedangkan untuk P1 dan P2 layak dijadikan suatu usaha


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Penggunaan imbangan hijauan daun singkong dan konsentrat (dedak padi, bungkil kelapa, ampas tahu) dengan perbandingan 60:40 dapat meningkatkan produksi susu dan menekan biaya peternak.

Saran

Peternak dapat memperbanyak pemberian konsentrat dari pada pemberian hijauan daun singkong.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, R., 1990. Analisis Peluang Pokok. UGM Press.Yogyakarta.

Aziz, 2009. Ternak dan upaya pengamanannya. Lokakarya Obat Hewan dan Munas 111 ASOHL, Jakarta.

Blakely .B and David., 1998. Ilmu Peternakan. Terjemahan Bambang Srigandono. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Budiarsana I-G.M.,Ika.Sutama, T.Kostaman, M. Martawidjaja, 2001. Uji Multilokasi Poduksi Kambing Peranakan Etawah. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Ternak, 2001.

Cock, M. L., M. C. Nesheim and R. J. Young., 1992. Nutrition of the Chicken. 3rd Ed. ML. Scott and ASS, Ithaca.

Coursey dan Halliday, K., 1974. The Potency And Utilization Of Cassava And Sweet Potato Leaves As Feed Resources For Small Ruminant. Loka Penelitian Kambing Potong, PO Box 1.

Ditjennak., 2010. Panduan Pengembangan dan Pelestarian Plasma Nutfah Nasional, Bogor. Djoheryani (1996) dalam ardia., 2000. Biokonveksi Pemanfaatan Limbah Industri

Pertanian. Pusat antar Universitas Pangan dan Giji. IPB. Bogor. Hermanto, F., 1996. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.

http://www.wikipedia/ Maret 2014].

Jumingan., 2006. Analisis Laporan Keuangan. PT Bumi aksara. Jakarta.

Kadariah., 1987. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Kadarsan, H,.1995.keuangan pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. Cetakan ke Dua.Pt Gramedia. Jakarta.

Kartadisastra, H.R., 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Kanisius, Yogyakarta.


(5)

Karo-Karo, S., Junias Sirait nd Henk Knipsheer. 1995. Farmers Shares,Marketing

Margin and Demand for Small Ruminant In North Sumatera, Working Pap er No.150 November.

Kasmir dan Jakfar., 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Kawas, J. R., J, Lopes,, dan D, Danelon,. (Tufarelli et al., 2008). 1991. Influence of foarege to Concentarte Rations On Intake, Digestibility, Chewing and Milk Production of Dairy Goats. Small Ruminant Research 4-11-18.

Knipsheer, Hartadi, H. S. Reksohadiprojo ., 1983. Alternatif teknologi produksi ubikayu mendukung agroindustri.Laporan akhir tahun 2006.

Korosi, K.A.,1982. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta. Murtidjo, B.A., 1995. Memelihara Domba. Kanisius, Yogyakarta.

National Research Council (NRC)., 1981. Nutrien Requirements of Goats: Angora, Dairy, and Meat Goats in Temperate and Tropical Countries.

Nuraini, I., 2003. Pengantar Ekonomi Mikro. Cetakan Keempat Penerbit UMM Pres Malang. Prabowo, A., D. Samaih dan M. Rangkuti., 2011. Pemanfaatan ampas tahusebagai

makanan tambahan dalam usaha penggemukan domba potong. Proceeding Seminar 1983. Lembaga Kimia Nasional-LIPI,Bandung.

Prawirokusumo, S., 1990. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE, Yogyakarta.

Pulungan, H., J.E. Van Eys, dan M. Rangkuti., 1984. Penggunaan ampastahu sebagai

makanan tambahan pada domba lepas sapih yang memperoleh rumput lapangan. Balai Perielitian Ternak, Sogor.1(7): 331-335.

Ramadhn, A. 2013. Suplementasi Ransum yang Mengandung Ikatan Ampas Tahu dan Ampas Bir dengan Zn dan Cu Terhadap produksi sapi perah. Departemen Nutrisi dan Ilmu Makanan Ternak, Pakan Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rasyaf, M., 1988. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. 2010. Memasarkan Hasil Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rohani, H, dan R.Martha., 2011.Pengelolaan Usaha Peternakan. Universitas Hasanuddin . Makassar

Santoso, Y. Widodo, A. Munip, E.Ginting dan N. Prasyaswati., 2006. Alternatif teknolog produksi ubikayu mendukung agroindustri.Laporan akhir tahun 2006.

Sarwono, B., 2005. Beternak Kambing Unggul. Cetakan Ke – VIII. Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.


(6)

Scoot, G.H., 1982. Biology of lactation. W.H. Froeman and Co., San Fransisco.

Setiadi, B, dan Muryanto., 1989. Beternak kambing-domba sebagai ternak potong.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Penebar Swadaya, Jakarta. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001. http://sulsel.litbang.

deptan.go.id/ind/index.php?option=comcotent&v iew.

Siregar, B., 2007. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sodiq, A dan Z. Abidin.,2002.Penggemukan Kambing: Kiat Mengatasi Permasala -han Praktis. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Soekartawi, J., L. Dillon, J. B. Hardaker dan A. Soeharjo., 2003. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia- Press, Jakarta. Sudarmono, A.S> dan A.B.Sugeng.,2003.Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudaryant

Sutama,I., dan Budiarsana, IGM., 2003. Panduan Lengkap Kambing dan Domba, Penebar Swadaya, Jakarta.

Suharno, B danNazaruddin., 1994. TernakKomersial. PenebarSwadaya, Jakarta. Supriyono, R.M., 2001. Beternak Kambing yang Berhasil. Penerbit Bhratama. Jakarta.

Susilorini, T.E., M.E.Sawitri dan Muharlien., 2006. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutardi, T., 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sumudhita, M.W. (1989). Air Susu dan Penanganannya. Program Studi Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar. Hal; 1-45.

Tufarelli, V.,M.Dario., V.Laudadio.,2008. Forage to concentrate ratio in Jonica breed goats: influence on lactation curve and milk composition. Department of Animal Health and Welfare. Faculty of Veterinary Medicine. University of Bari, Valenzano 70010, Italy. Widayati, E dan Y. Widalestari., 1996. Limbah Untuk Pakan Ternak. Trubus Agrisorana,

Surabaya.

Winarno,F.G.,1993.Daging dan Susu Sebagai Sumber Gizi Prima. Jurnal Peternakan dan Lingkungan Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang