Bentuk Kearifan Lokal dalam Budaya Nasional

Bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Beberapa bentuk kearifan local yang berperan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungannya dalam kebudayaan masyarakat adalah sebagai berikut : a. Kearifan lokal dalam bidang pertanian Gambar . 12 Kearifan Lokal dalam Bidang Pertanian Sumber : https:ediz11.wordpress.com20111119 ilmu-sosial-dasar-bab-vii 1 Subak di Bali Subak adalah suatu organisasi masyarakat adat yang mengelola irigasi untuk sistem pertanian. Subak memiliki karakteristik sosio- agraris-religius yang berrlandaskan filosofi Tri Hita Karana. Tri Hita Karana adalah ajaran Hindu Bali yang menekankan pada keseimbangan dan keharmonisan antar manusia, alam, dan Tuhan sebagai pencipta alam semesta. System pengairan ramah lingkungan di wilayh lain terdapat di Jawa Tengah yang di kenal dengan Dharma Tirta, di Jawa Barat disebut Mitracai, dan di Sulawesi Tengah disebut Tolai. 2 Pranoto Mongso di Jawa Pranoto Mongso penentuan musim merupakan watu musim yang digunakan oleh para petani sebagai patokan untuk mengolah pertanian. Pranoto Mongso mengikuti tanda-tanda alam dalam mongso atau musim dalam bercocok tanam.petani akan memulai pertanian dengan menggunakan hitungan kalender Jawa, dan melihat tanda-tanda alam. Oleh karena itu, tanah tidak jenuh dan member waktu kepada tanah untuk mengumpulkan unsur hara. Melalui perhitungan pranoto mongso, alam dapat menjaga keseimbangannya. 3 Nyabuk gunung di Jawa Nyabuk gunung dapat dikatakan memberikan sabuk pada gunung. Pengertian nyabuk gunung pada dasarnya adalah system pertanian dengan membuat teras sawah mengikuti kontur gunung contour 28 planting. System pertanian ini dilakukakan dilahan pertanian atau perkebunan di lereng-lereng pegunungan. Wilayah yang memerlikan sistem nyabuk gunung contohnya adalah petani dilereng Gunung Sindoro dan Sumbing. Di Jawa Barat terdapat system pertanian serupa yang disebut ngais gunung, sedangkan di Bali disebut sengkedan. 4 Masyarakat Undau Mau di Kalimantan Barat Kearifan local pada masyarakat Undau Mau tercermin dalam penataan ruang permukiman, klasifikasi hutan dan pemanfaatannya. Aturan adat pada masyarakat Undau Mau mengharuskan kegiatan membuka hutan rimbo harus seizing ketua adat. Keberadaan hutan bagi mereka adalah penopang kehidupan. Dalam mengolah lahan pertanian, masyarakat mengenal system bera. System ini ramah lingkungan karena lahan pertanian yang telah terpakai dibiarkan hingga mencapai kurang lebih 7-10 tahun. Hal ini bertujuan agar tanah menjadi subur kembali. b. Kearifan Lokal dalam Falsafah 1 Kearifan Suku Mentawai Suku mentawai hidup selaras dengan alam. Mereka percaya bahwa hasil alam adalah milik bersama, yang harus dijaga kelestariannya. Sebelum pembukaan ladang, suku mentawai melakukan upacara- upacara untuk meminta izin kepada roh-roh penjaga hutan. Dalam kegiatan perladangan, tidak dikenal system tebas bakar karena mereka percaya akan menimbulkan kemarahan roh penjaga hutan. 2 Falsafah hidup suku Baduy di Banten Kearifan lokal suku Baduy terlihat pada pandangan hidup yang selaras dengan alam. Penghormatan pada alam tercermin dalam perilaku dan falsafah hidup. Suku baduy tidak mengeksploitasi alam, mereka menggunakan seperlunya. Pembagian wilayah dalam pemanfaatan air sungai memperhatikan system daya pulih air. Area untuk mandi, mencuci, buang air, dan konsumsi dibagi ke dalam tempat yang berbeda. Oleh karena itu masyarakat memperoleh air yang berkualitas. Permukiman suku Baduy juga mengikuti kontur tanah, mereka tidak mengubah, atau menggali tanah untuk pembangunan rumah. Gambar .13 Kearifan Lokal Suku Baduy 29 Sumber : http:tercreative.blogspot.co.id201412 kearifan-lokal-suku-baduy-terhadap-alam.html c. Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam 1 Konservasi laut Orang Bajo di Togean Orang Bajo merupakan pelaut yang tangguh. Laut merupakan bagian dari hidup mereka. Orang Bajo telah mengenal konsep pemanfaatan tanah, air tawar, laut, dalam batas atau kadar sesuai kebutuhan. Mereka mempunyai kenyakinan bahwa penguasa laut memberikan hasil laut yang melimpah kepada mereka. Sebagai timbale balik, setelah mereka menangkap ikan, setidaknya dua ekor ikan dilepas kembali sebagai bentuk terima kasih kapada laut. 2 Kepercayaan terhadap alam di Papua Di Papua terdapat kepercayaan te aro neweak lako alam adalah aku, dimana tanah adalah sebagian hidup manusia. Seperti pandangan mereka terhadap Gunung Erstberg dan Grasberg yang dipercaya sebagai kepala mama ibu. Pengambilan hasil alam dan pemanfaatannya harus dilakukan secara hati-hati. 3 Tradisi Tana’ Ulen suku Dayak Keyah di Kalimantan Timur Konsep konservasi lingkungan telah dikenal lama oleh masyarakat Dayak yang disebut dengan Tana’ Ulen. Dalam wilayah Tana’ Ulen, penduduk dilarang menebang pohon, membakar hutan, membuat ladang, dan melakukan aktivitas-aktivitas lain yang menimbulkan kerusakan hutan.hasil hutan yang dapat diambil diantaranya rotan, kayu manis, buah-buahan, ikan dan binatang.pengambilan hasil hutan Tana’ Ulen hanya dimanfaatkan pada waktu-waktu tertentu saja, dan diperuntukan bagi kepentingan umum. Pengambilan hasil hutan untuk kepentingan pribadi sanagt dibatasi. d. Kearifan lokal dalam cerita budaya, petuah, dan sastra 30 1 Pasang ri kajang pesan leluhur masyarakat adat Kajang Tana Toa, Kabupaten Bulikumba. Masyarakat adat Tana Toa memiliki pesan leluhut teks lisan yang berisi 120 pasal, dan 19 pasal. Di antaranya berisi system pengelolaan lingkungan.salah satu pasal dari pesan tersebut berbunyi “Anjo boronga anre nakkulle nipanraki. Punna nipanraki boronga, nupanraki kalennu” Hutan tidak boleh di rusak. Jika engkau merusaknya, sama halnya merusak dirimu sendiri. Terdapat juga pasal lain yang berbunyi “Anjo natahang ri boronga karana pasang. Rettopi tanayya rettoi ada” Hutan bisa lestari karena dijaga oleh adat. Jika bumi hancur, maka hancur pula adat. 2 Semong dalam cerita rakyat Aceh Semong atau smong merupakan sebuah seni bahasa yang dimiliki oleh masyarakat Aceh. Semong menjadi semacam mitigasi bencana yang menyerukan kepada penduduk untuk lari kebukut ketika terjadi gempa. Berikut contoh kearifan lokal budaya pulau Jawa. Gambar. 14 Kearifan Lokal Budaya Pulau Jawa Sumber : https:rraaggiill.wordpress.com20130427 kearifan-budaya-lokal-pulau-jawa-wayang e. Kearifan lokal dalam sastra Melayu Suku Melayu terkenal dengan seni sastranya. Lewat seni sastra suku Melayu menggambarkan kearifan lokal yang wajib dijunjung tinggi. Seperti petikan seni sastra berikut: Adat orang hidup beriman Tahu menjaga laut dan hutan Tahu menjaga kayu dan kayan Tahu menjaga binatang hutan 31 Tebasnya tidak menghabiskan Tebangnya tidak memusnahkan Bakarnya tidak membinasakan f. Kearifan lokal dalam mitos masyarakat 1 Hutan larangan di Kampung Naga, Jawa Barat Leuweung larangan atau hutan larangan merupakan kawasan hutan yang berada disekitar Kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga memiliki aturan untuk tidak memasuki hutan larangan, bagi yang memasukinya akan celaka. Aturan ini sebenarnya merupakan bentuk kearifan untuk melindungi kelestarian alam. Masyarakat Kampung Naga hidup selaras dengan alam, tidak mengubah keadaan alam. Hutan menjadi penyokong ketersediaan mata air untuk kehidupan masyarakat Kampung Naga. 2 Lubuk Larangan, Sumatera Barat Lubuk Larangan merupakan kearifan local masyarakat Sumatera Barat dalam melestarikan wilayah sungai dan danau atau waduk.penduduk dilarang mengambil ikan pada waktu-waktu tertentu. Pengambilan ikan diwajibkan menggunakan alat yang ramah lingkungan. Keberadaan lubuk larangan merupakan bentuk pelestarian lingkungan pelestarian sungai dan ekosistem di dalamnya. Gambar. 15 Lubuk Larangan, Sumatera Barat Sumber : https:ucuf.wordpress.com20110615 3 Mitos terhadap pohon-pohon dan hewan keramat Mitos terhadap pohon-pohon keramat banyak ditemui di berbagai wilayah Indonesia. Sebagai contoh penduduk Jawa dan Bali yang mengganggap pohon besar memiliki roh penunggu sehingga tidak boleh di tebang. Disadari atau tidak, mitos ini sangat membantu keseimbangan alam. Pohon besar menyimpan cadangan air tanah 32 dan penyedia oksigen. Mitos terhadap hewan yang dianggap keramat juga turut menyumbang pelestarian hewan dari kepunahan. Hewan yang dianggap keramat contohnya ular, kucing, burung gagak, burung hantu, buaya, burung enggang, dan hewan lainnya. Dengan adanya mitos tersebut kelangsungan hidup hewan tersebut lebih terjamin. Hal ini mengingat bahwa satwa merupakan bagian jarinagan ekosistem yang memainkan perannya dalam keseimbangan ekosistem. g. Kearifan lokal dalam seni aksitektur rumah adat Konsep kearifan lokal juga terdapat dalam seni aksitektur rumah adat suku-suku Indonesia. Biasanya rumah adat dibangun dengan menyelaraskan alam sekitarnya. Bentuk rumah adat di daerah pesisir tentu berbeda dengan rumah adat di pegunungan. Sebagai contoh rumah adat bali, dengan kearifan lokalnya terbukti ramah lingkungan, memperhatikan konsep Tri Hita Karana, Tri Mandala, Asta Bumi, dan Asta Kosala Kosali. Kearifan lokal dalam seni arsitektur rumah adat tidak hanya pada bentuk rumah saja, tetapi juga dari ukiran, penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan, posisi, dan tata letak. Seperti halnya pada rumah adat suku Batak selalu menggambarkan cicak didinding rumah mereka. Orang Batak memiliki falsafah hidup hendaknya dapat meniru cicak, binatang yang dapat hidup di rumah mana saja. Artinya orang Batak dapat beradaptasi dengan lingkungannya seperti hidup cicak. Ornament dan dekorasi dari rumah adat Batak dibuat dengan berbagai bentuk yang memiliki makna dan lambing tertentu. Secara umum ornamennya menggambarkan jati diri, kebersatuan keluarga dan permohonan keselamatan. Selain berbagai contoh di atas masih banyak lagi kearifan likal yang terdapat di Indonesia. Gambar.16 Rumah Adat Toraja Gambar.17 Rumah Adat Saomario Sumber : http:dshadows-architecture.blogspot.co.id 2011_09_25_archive.html

3. Pentingnya Menjaga Kearifan Lokal untuk Kelestarian Alam

33 Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kekayaan keanekaragaman hayati. Bahkan, keanekaragaman hayati Indonesia menempati posisi kedua terbesar di dunia. Akan tetapi, kerusakan lingkungan menjadi isu utama yang menerpa di berbagai wilayah Indonesia. Berbagai bencana akibat kerusakan lingkungan banyak terjadi dan menjadi bukti kesalahan manusia dalam menggelola sumber daya alam, seperti banjir, tanah longsor, hutan gundul, kebakaran hutan, dan abrasi pantai. Akhir-akhir ini eksitensi kearifan lokal dirasa semakin memudar dalam kelompok masyarakat. Apalagi ditempa dengan interaksi dan budaya luar tanpa disaring nilai-nilai positifnya. Kesalahan pengelolaan sumber daya alam memeng bukan masalah baru, namun sampai sekarang belum ada solusi untuk menyelesaikannya. Pengelolaan sumber daya alam yang arif dengan teknologi tinggi juga belum tentu menjamin kelestarian alam. Kearifan lokal merupakan suatu alternative untuk menyelesaikannya. Maka kearifan local sangat penting untuk dikaji dan dilestarikan keberadaannya. Selain itu, kearifan local penting untuk menjaga nilai-nilai budaya dan kelestarian lingkungan alam.

G. Interkasi Global dan Pengaruhnya terhadap Budaya Nasional 1. Pengertian globalisasi

Globalisasi berasal dari bahasa inggris yaitu globalization kata “global” berarti mendunia sedangkan “lization” berarti proses sehingga globalisasi menurut bahasa adalah suatu proses masuknya Negara ke dalam pergaulan dunia. Globalisasi membuat suatu Negara semakin kecil atau sempit dikarenakan kemudahan dalam berinteraksi antara Negara baik itu dalam perdagangan, teknologi, pertukaran informasi dan gaya hidup maupun dengan bentuk-bentuk interaksi lainnya. Globalisasi adalah intensifikasi hubungan social secara mendunia sehingga menghubungkan antara kejadian yang terjadi dilokasi yang satu dengan yang lainnya serta menyebabkan terjadinya perubahan pada keduanya. Menurut Selo Soemarjan globalisasi adalah suatu proses terbentuknya system organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seleruh dunia untuk mengikuti system dan kaidah- k aidah tertentu yang sama. Dan menurut Laurence E Rothernberg globalisasi adalah percepatan dari intensifikasivinteraksi dan interagsi antara orang-orang perusahaan dan pemerintah dari Negara yang berbeda. Menurut ahmad suparman yang mengatakan bahwa globalisasi adalah suatu proses yang menjadikan suatu benda atau prilaku sebagai ciri dari setiap individu di dunia tanpa dibatasi oleh wilayah.Globalisasi awalnya dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi kemudian sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi terutama teknologi komunikasi seperti internet dan handphone dengan internet kejadian atau berita di belahan bumi mana pun dapat tersebar dengan cepat. Dengan telepon seluler dapat dilakukan komunikasi dengan jarak jauh. 34