penggunaan reflektor. Penempatan lampu di dalam perairan dapat mengurangi penyebaran cahaya di kolom perairan, sehingga ikan akan lebih cepat tertarik
untuk mendatangi sumber cahaya. Adapun penggunaan reflektor dilakukan untuk memusatkan pancaran cahaya lampu.
Ikan memiliki tingkat kenyamanan pada intensitas cahaya tertentu. Arah penyinaran yang tidak sesuai akan menyebabkan gerombolan ikan tidak berada
tepat di atas jaring. Pemusatan cahaya ke dalam perairan dan upaya pengurangan penyebaran cahaya ke udara perlu dilakukan untuk meningkatkan produktifitas
bagan apung. Posisi lampu yang berada di atas jaring sebaiknya memiliki arah cahaya yang tepat. Posisi lampu di dalam air akan memancarkan cahaya secara
optimal. Peneliti merasa perlu melakukan penelitian terkait dengan reflektor dan posisi lampu TL yang diposisikan di dalam air.
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk : 1 Menentukan konstruksi lampu yang efektif untuk menangkap organisme air
pada bagan apung; dan
2 Menentukan interval waktu yang efektif dalam pengoperasian bagan apung.
1.4 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada nelayan dalam
meningkatkan produksi bagan apung dengan menggunakan alat bantu penangkapan berupa lampu penerangan jenis tubular lamp TL.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bagan
Bagan merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis kecil, dioperasikan pada malam hari dan menggunakan cahaya lampu
sebagai atraktor untuk mengarahkan ikan pada jaring. Menurut Subani dan Barus 1989, berdasarkan cara pengoperasiannya maka bagan di kelompokkan sebagai
jaring angkat lift net. Namun, karena menggunakan lampu untuk mengumpulkan ikan maka disebut juga light fishing Von Brandt, 1985.
Bagan diperkenalkan ke seluruh wilayah perairan Indonesia oleh nelayan Sulawesi. Penggunaan bagan semakin berkembang dan terus mengalami
perubahan, baik pada bentuk maupun jenisnya. Jenis bagan yang pertama dikenal adalah bagan tancap. Selanjutnya bagan perahu, bagan rakit, dan bagan apung
atau hanyut . Bagan perahu dan apung dapat dioperasikan secara berpindah- pindah pada tempat-tempat yang diperkirakan banyak ikannya Subani dan Barus,
1988. Metode pengoperasian bagan apung dapat dijelaskan secara berurutan
sebagai berikut Ta’aliddin, 2000: 1 Penurunan jaring setting ke dalam air dengan melepaskan ikatan tali jaring
pada roller. Jaring diturunkan sampai kedalaman tertentu di atas perairan. Jaring turun kedalam air dengan bantuan pemberat batu yang diikatkan pada
setiap sudut jaring bagian bawah. 2 Menyalakan dan memasang lampu TL berjumlah 4 buah, digantung dengan
menggunakan tangkai bambu dengan jarak 1 m di atas permukaan air laut. Untuk operasi penangkapan ini, yang menggunakan sumber cahaya lampu
listrik, pemasangan sumber cahaya dilakukan bersamaan. 3 Jaring berada dalam air rata-rata selama 2 jam. Setelah 2 jam, lampu
dipadamkan satu demi satu dan pada akhirnya hanya tinggal satu lampu listrik saja yang dipasang sungkup bambu di atas untuk menarik ikan agar
terkonsentrasi di bawah lampu. Jaring kemudian diangkat hauling dengan menggunakan alat pemutar dari bambu roller. Pada saat awal pengangkatan
jaring dilakukan secara perlahan-lahan, dan semakin cepat ketika jaring sudah
akan mencapai permukaan air. Tujuannya adalah untuk menghindari agar ikan yang berkumpul diatas jaring tidak dapat melarikan diri.
4 Setelah jaring selesai diangkat, ikan-ikan yang tertangkap dikumpulkan pada salah satu sudut jaring dan diambil dengan menggunakan serok bertangkai
panjang, disimpan dalam keranjang bambu. Selanjutnya ikan-ikan tersebut dipisahkan berdasarkan jenisnya.
Secara keseluruhan data waktu operasi penangkapan ikan dengan menggunakan bagan apung tradisional selama penelitian di Palabuhanratu adalah sebagai
berikut: 1 Penurunan jaring setting selama 6 menit;
2 Jaring dalam air 110 menit; dan 3 Penarikan jaring hauling 5 menit.
2.1.1 Konstruksi
Komponen penting bagan terdiri atas jaring bagan, rumah bagan anjang- anjang, serok dan lampu. Jaring bagan umumnya berukuran 9 × 9 m dengan
ukuran mata 0,5 – 1 cm. Bahan jaring adalah nilon. Keempat sisi jaring diikatkan pada bingkai berbentuk bujur sangkar yang terbuat dari bambu atau kayu. Rumah
bagan terbuat dari bambu. Pada bagan tancap, bagian bawah berukuran 10 × 10 m, sedangkan bagian atas 9,5 × 9,5 m. Pada bagian atas rumah bagan terdapat
penggulung roller yang berfungsi untuk menurunkan dan mengangkat jaring bagan pada waktu dilakukan operasi penangkapan Subani dan Barus, 1988. Pada
Gambar 1 ditunjukkan bagan apung dan bagian-bagiannya. Bagan apung biasanya menggunakan drum plastik sebagai pengapung yang