Medium air Iluminasi cahaya

secara horizontal. Penurunan iluminasi cahaya secara horizontal lebih besar dibandingkan dengan vertikal. Hal ini disebabkan selain karena jaraknya yang semakin jauh dari lampu, cahaya juga mengalami pembelokan. Cahaya maksimal pada posisi pengukuran 1,3 m. Hal ini sesuai dengan arah pancaran maksimum pada medium udara yaitu di sudut pengukuran 120 o . Nilai iluminasi pada posisi ini adalah hasil interferensi cahaya dari tabung lampu. Artinya telah terjadi penumpukan berkas sinar yang jatuh pada luxmeter sehingga nilai iluminasinya meningkat. Pada kedalaman 4 m telihat nilai sebaran cahaya yang semakin tinggi secara horizontal di titik 1,3 dan 2,6 m. Perubahan ini terjadi sebagai bukti adanya hasil akumulasi cahaya sudut pengukuran 120 o . Hal ini membuat cahaya pada sudut pengukuran 120 ˚ memiliki nilai yang tinggi. 2 Lampu tabung dengan reflektor Reflektor dirancang agar cahaya menerangi permukaan air dengan radius 8 meter. Penggunaan pelapis perak pada reflektor dimaksudkan agar memberikan efek pantulan cahaya yang semakin tinggi. Hasil pengukuran iluminasi lampu dengan reflektor disajikan pada Tabel 5 dan grafik pada Gambar 18. Tabel 5. Iluminasi cahaya lampu tabung dengan reflektor pada medium air D Titik Pengukuran -3,9 -2,6 -1,3 1,3 2,6 3,9 Iluminasi -1 5,5 19,3 63,0 162,5 63,0 19,3 5,5 -2 4,8 16,5 41,3 78,3 41,3 16,5 4,8 -3 3,5 13,3 33,3 29,0 33,3 13,3 3,5 -4 3,3 11,3 22,0 19,7 22,0 11,3 3,3 -5 1,8 9 12,8 10,3 12,8 9 1,8 -6 0,8 6,3 7,3 2,3 7,3 6,3 0,8 -7 3,5 3,8 1,8 3,8 3,5 -8 1,8 2 1 2 1,8 -9 0,5 0,3 0,8 0,3 0,5 Gambar 18. Iluminasi cahaya lampu tabung dengan reflektor pada medium air Iluminasi cahaya tertinggi sebesar 162,5 lux terdapat pada titik pengukuran 0. Pada titik ini terjadi interferensi cahaya yang berasal dari cahaya pantulan reflektor dan pancaran cahaya langsung dari lampu. Pada kedalaman 3 – 7 m, nilai iluminasi cahaya pada titik pengukuran 1,3 lebih tinggi dibandingkan dengan di titik 0. Nilai iluminasi pada titik tersebut merupakan akumulasi pantulan cahaya dari reflektor, sedangkan di titik 0 hanya berasal dari lampu. Iluminasi cahaya dengan menggunakan reflektor lebih terfokus ke arah bawah. Hal ini terlihat pada kemampuan daya tembus cahaya yang mencapai kedalaman 9 m. Pola sebaran tersebut lebih terfokus dan terang dibandingkan dengan lampu tabung tanpa reflektor. Hal ini terjadi karena reflektor memantulkan sebagian besar sinar cahaya ke perairan. -3 -2 -1 1 2 3 Lux -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 Me ter Meter -3,9 -2,6 -1,3 0 1,3 2,6 3,9 3 Lampu dalam air Lampu dalam air memiliki nilai pancaran yang besar baik secara vertikal maupun horizontal. Hal ini terlihat dari nilai iluminasi pada posisi pengukuran terjauh 3,9 m dan kedalaman 10 m yang masih cukup besar. Secara horizontal terjauh nilai iluminasi tertinggi berada pada kedalaman 5 m sebesar 4,5 lux. Nilai sebaran iluminasi selengkapnya pada lampu dalam air terdapat di Tabel 6 dibawah ini : Tabel 6. Iluminasi cahaya lampu dalam air pada medium air D Titik Pengukuran -3,9 -2,6 -1,3 0 1,3 2,6 3,9 Iluminasi -1 1,6 3,9 95,2 263 95,2 3,9 1,6 -2 2,2 16,8 48,2 209,6 48,2 16,8 2,2 -3 3,4 22,4 30,8 91,6 30,8 22,4 3,4 -4 3,7 17,0 29 42,1 29 17 3,7 -5 4,5 11,2 19,6 25,8 19,6 11,2 4,5 -6 3,5 7,9 12,1 14,6 12,1 7,9 3,5 -7 3,2 5,0 7,6 8,5 7,6 5,0 3,2 -8 1,6 3,2 4,3 5,1 4,3 3,2 1,6 -9 0,8 1,7 3,5 2,7 3,5 1,7 0,8 -10 0 1 1,1 0,9 1,1 1 Gambar 19. Iluminasi cahaya lampu dalam air pada medium air Nilai iluminasi cahaya maksimum pada lampu dalam air mencapai 263 lux. Hasil pengukuran ini relatif tinggi dibandingkan lampu lainnya karena letak lampu yang dekat dengan luxmeter berada didalam air. Cahaya lampu dalam air terhindar dari reduksi akibat pemantulan di permukaan air. Sebaran cahaya pada lampu dalam air menyebar ke segala arah. Secara vertikal, cahaya lampu menembus kedalaman 10 m. Terjadi penurunan pada setiap kedalaman akibat pembiasan dan pengaruh kandungan partikel di air laut. Seperti terlihat pada data diatas, nilai iluminasi pada kedalaman 1 dan 2 m terjadi penurunan dari 263 menjadi 209,3 lux. Hasil pengukuran diatas membuktikan bahwa lampu dalam air tidak cocok untuk pengumpul tangkapan diatas jaring. Hal ini disebabkan sifat cahaya lampu yang menyebar kesegala arah. Iluminasi lampu pada titik pengukuran 3,9 kedalaman 5 m yang bernilai 4,5 lux masih cukup tinggi dan dapat mengakibatkan ikan berkumpul di sekitar jaring. Lampu dalam air baik untuk memanggil ikan agar mendekati bagan. Selain itu, cahaya dalam air relatif lebih tenang karena lampu tidak banyak bergoyang yang biasa disebabkan oleh angin di medium udara. 5.2 Komposisi Hasil Tangkapan 5.2.1 Berdasarkan jenis ikan

a. Berat total tangkapan

Bagan menghasilkan jenis ikan tangkapan yang berbeda. Jenis ikan yang dominan tertangkap adalah tembang Sardinella fimbriata. Adapun jenis lainnya yang cukup banyak tertangkap adalah kembung Rastrelliger spp, teri Stelophorus spp, dan rebon. Jenis-jenis ikan lainnya yang tertangkap dalam jumlah relatif sedikit meliputi layur, bawal, cumi-cumi Loligo spp, dan tongkol. Jenis-jenis ikan tembang, kembung, teri, cumi-cumi, menurut Subani 1972 sering tertangkap oleh bagan. Komposisi berat hasil tangkapan bagan berdasarkan jenis organisme disajikan pada Gambar 20. Gambar 20. Komposisi berat hasil tangkapan bagan berdasarkan jenis organisme Jenis ikan yang terbanyak tertangkap adalah tembang, yakni seberat 95 kg atau 30 dari total berat tangkapan. Pengoperasian bagan di sekitar pantai dengan menggunakan bantuan cahaya sangat memungkinkan tembang tertangkap dalam jumlah banyak. Tembang memiliki habitat di daerah pantai, hidup di permukaan secara bergerombol dan mengejar plankton sebagai makanannya Amiruddin, 2006. Selain itu, musim tembang di perairan Palabuhanratu, menurut Chaira 2010, berlangsung sepanjang tahun. Hal ini juga didukung oleh data perikanan PPN Palabuhanratu tahun 2007 yang menyatakan bahwa jenis tembang selalu didaratkan oleh nelayan setempat. Jenis ikan berikutnya yang banyak tertangkap adalah kembung. Ikan ini tertangkap seberat 57,8 kg 18. Ikan ini termasuk famili scombridae, yaitu jenis ikan yang suka hidup bergerombol di permukaan air yang dekat dengan pantai dan membentuk gerombolan besar. Makanannya berupa plankton halus dan biasanya tertangkap pada malam hari Basmi, 1995. Kembung cenderung berenang mendekati permukaan air pada malam hari dan pada siang hari turun ke lapisan yang lebih dalam. Gerakan vertikal ini dipengaruhi oleh gerakan harian plankton dan mengikuti perubahan suhu, faktor hidrografis dan salinitas Pasaribu, 1967. Hal ini menguntungkan nelayan yang melakukan penangkapan pada malam hari dengan menggunakan bagan. 95 57.8 44.4 34.5 29.5 20.5 17.0 14.5 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Tembang Kembung Teri Rebon Layur Bawal Cumi Tongkol Berat tangkapan kg Jenis organisme Ikan jenis lainnya yang tertangkap cukup banyak adalah teri seberat 44,4 kg 14. Teri merupakan jenis ikan yang memakan plankton. Keberadaan plankton sebagai respon terhadap cahaya lampu membuat ikan ini tertarik untuk berada di areal kerangka jaring Tobing, 2008. Jenis ikan teri memiliki variasi yang jelas tentang pergerakan renang ikan di kedalaman tertentu pada waktu siang hari. Jenis ikan ini akan berenang atau berada lebih dekat ke permukaan pada waktu pagi dan sore hari bila dibandingkan pada saat tengah hari Gunarso, 1985. Amiruddin 2006 menambahkan teri biasanya muncul ke permukaan pada malam hari dan merupakan jenis ikan yang tertarik pada cahaya atau fototaksis positif. Rebon merupakan udang kecil yang tertangkap seberat 34,5 kg 11. Jenis rebon tergolong organisme demersal yang berada di dasar perairan. Udang jenis ini akan mendekati sumber cahaya Baeza, 2011. Tujuannya untuk memakan fitoplankton dan zooplankton yang berada di sekitar lampu www.jstor,org. Menurut Subani 1978, teri dan rebon merupakan target tangkapan utama bagan. Layur tertangkap seberat 29,5 kg 9. Ikan jenis layur hidup di perairan pantai yang dalam dengan dasar berlumpur. Meskipun digolongkan dalam jenis ikan demersal, layur biasanya muncul ke pemukaan pada waktu senja. Layur tergolong ikan buas. Makanannya berupa ikan, udang dan berbagai cumi-cumi Matsuda, 1975. Ikan ini menyebar dan dapat dijumpai pada semua perairan pantai di Indonesia Dirjen Perikanan, 1979. Beberapa jenis layur banyak terdapat di perairan pantai Pulau Jawa, misalnya Trichiurus savala, Trichiurus haumela, dan Trichiurus muticus Nontji, 1987. Cumi merupakan organisme diurnal yang banyak ditemukan di perairan pantai. Pada penelitian ini, cumi-cumi tertangkap sebanyak 17 kg 5. Cumi- cumi digolongkan sebagai hewan karnivora, karena memakan udang dan ikan- ikan pelagis. Selain ikan-ikan kecil, cumi-cumi juga memangsa organisme lainnya, seperti rebon, diatome, protozoa dan larva kepiting Tasywiruddin, 1999. Jenis ikan berikutnya yang ikut tertangkap adalah bawal dengan berat 20,5 kg 7. Bentuk gigi-giginya yang tajam cukup menyimpulkan bahwa jenis ikan ini merupakan jenis predator. Keberadaan bawal dimungkinkan karena mengejar mangsa berupa ikan teri dan rebon. Adanya rantai makanan menjadi salah satu alasan keberadaan ikan di bagan.