Tujuan Penulisan Batasan Masalah Metode Penelitian Konsep Alam Gaib

panggilan manusia atau pada acara obon dan tahun baru, maka roh leluhur tersebut akan datang dan mengunjungi anak cucunya. Kemudian menurut tempat kedatangan roh tersebut maka namanya berubah. Misalnya apabila datang ke sawah maka dia menjadi Tanokami 田の神dewa sawah, Yamanokami 山の神dewa gunung, Mizunokami水の神dewa air dan sebagainya. Roh yang tidak ada penyembahnya maka disebut muenrei 無縁霊, maka roh tersebut dipercaya akan menjadi yurei 湯霊hantu, atau disebut juga gaki secara agama Budha. Penyembahan roh leluhur ini dikatakan sebagai inti dari agama Ie. Bertitik tolak dari pemikiran di atas, penulis berminat membahasnya dalam kertas karya yang berjudul “KEPERCAYAAN MASYARAKAT JEPANG TERHADAP ROH LELUHUR”.

1.2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah : 1. Untuk mengetahui makna roh leluhur bagi kehidupan masyarakat Jepang 2. Untuk menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai kepercayaan masyarakat jepang terhadap roh leluhur 3. Untuk memberi gambaran mengenai jenis-jenis roh di Jepang

1.3. Batasan Masalah

Dalam kepercayaan Jepang dibedakan antara roh alam dan roh manusia dan reii benda. Roh manusia dibedakan antara roh orang hidup dan roh orang mati. Tetapi penulis hanya menguraikan roh orang mati, berikut dengan jenis-jenis roh dan maknanya bagi kehidupan masyarakat Jepang.

1.4. Metode Penelitian

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode kepustakaan Library Research dengan metode Survey Book. Survei Book adalah mengumpulkan data dari berbagai literatur buku yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Sejarah Jepang 2.1.1 Zaman Purbakala Kepulauan Jepang pertama kali dihuni lebih dari 10.000 tahun yang silam, ketika masih menyatu dengan massa daratan benua Asia. Penemuan arkeologi mengungkapkan bahwa orang purba yang menghuni kepulauan ini di zaman Paleolitis atau zaman Batu Lama, hidup terutama dari berburu dan memungut. Zaman Neolotis atau Zaman Batu Baru, sekitar 10.000 tahun yang lalu, membuat alat-alat batu yang halus, pengembangan teknik berburu yang piawai dengan menggunakan busur dan panah, dan pembuatan bejana tanah liat untuk memasak dan menyimpan makanan. Periode dari sekitar tahun 8000 sampai tahun 300 sebelum Masehi, disebut peride Jomon menurut gaya barang tembikar Jomon bertanda tali. Selama zaman Jomon hutan-hutan bahkan menutupi tanah datar. Makanan terutama berasal dari menangkap ikan, berburu rusa dan beruang, menangkap kelinci dan burung kecil, serta mengumpulkan kerang dan biji tanaman. Kemudian Lebih dari 3000 tahun yang lalu, teknik menanam padi dan pengolahan logam dipekenalkan dari daratan Asia. Hal ini masuk dalam kebudayaan Yayoi menurut barang tembikar yang dibuat dari roda canai. Yang secara bertahap menyebar dari bagian darat kepulauan, mengubah gaya hidup dan metode produksi. Dalam kehidupan sehari-hari penduduk Jepang menggunakan senjata dan alat pertanian terbuat dari besi untuk meningkatkan produksi pertanian. Pembagian pekerjaan memperlebar jurang antara golongan penguasa dan golongan bawahan pada saat itu, dan di seluruh negeri terbentuk banyak negara- negara kecil. Hampir 2000 tahun yang lalu kelas penguasa mulai memegang kekuasaan atas daerah-daerah lokal, dan keberadaannya masih terlihat dari kuburan-kuburan kofun mereka yang sangat besar. Lambat laun negara-negara kecil itu disatukan, dan menjelang abad keempat suatu adikaraotoritas politik yang kuat, berpusat di Yamato sekarang Prefektur Nara, memerintah bangsa Jepang. Periode dari abad keempat sampai abad keenam menyaksikan perkenbangan besar dalam bidang pertanian dan masuknya kebudayaan Cina termasuk agama Kong Fu Tse dan Budha melalui Korea. Pada akhir abad keempat, terjalin hubungan antara Jepang dan kerajaan-kerajaan di Semenanjung Korea. Dari Korea lah datang keterampilan industri ke Jepang, seperti tenun, pengolahan logam, penyamakan kulit dan pembuatan kapal, yang semula dikembangkan di Cina di bawah dinasti Han. Bentuk tulisan bahasa Cina yang berdasarkan huruf ideografi, diambil dan dipakai, dan dengan medium ini orang Jepang belajar prinsip-prinsip dasar ilmu kedokteran, perputaran kalender dan astronomi, dan falsafah ajaran Kong Fu Tse. Agama Budha masuk ke Jepang pada tahun 538 dari India melalui Cina dan Korea. Ajaran Budhisme menyebar di dalam masyarakat tanpa menggantikan kepercayaan Shinto yang lebih tua. Ibukota tetap yang pertama didirikan di Nara pada permulaan abad kedelapan. Lebih dari 70 tahun, mulai tahun 710 sampai 784, keluarga Kaisar Jepang berdiam di sana sambil perlahan-lahan memperluas kekuasaannya ke seluruh negeri. Sebelumnya, ibukota atau tempat singgasana seringkali dipindah- pindahkan di daerah sekeliling kota-kota Nara, Kyoto, dan Osaka sekarang.Pada tahun 794, sebuah ibukota baru dibangun di Kyoto.Kota ini tetap menjadi tempat singgasana selama hampir seribu tahun. Pemindahan ibukota ke Kyoto menandakan permulaan masa Heian yang berlangsung sampai tahun 1192. Masa haian merupakan masa jaya bagi perkembangan kesenian di Jepang, dan peradaban Jepang mulai menciptakan ciri-ciri dan bentuk-sendiri yang khas dan spesifik.

2.1.2 Zaman Modern

Tahun 1853, ”kapal hitam” angkatan laut Amerika tiba, menuntut agar Shogun mengakhiri pengasingan nasional dan membuka negeri untuk perdagangan asing. Pintu dibuka, membuka kesempatan untuk Restorasi Meiji pada tahun 1868. Kota Edo, yang dibangun mengitari Puri Edo, diubah namanya menjadi Tokyo “Ibu Kota Bagian Timur” dan menjadi ibu kota dari sebuah negara yang tergesa-gesa menuju modernisasi sejalan dengan gaya Barat.Kereta api pertama mulai beroperasi pada tahun 1872, dengan banyak terowongan dan jembatan yang menaklukkan gunung dan sungai.Pemerintah mempromosikan pendidikan dan membangun sekolah di seluruh negeri. Populasinya kira-kira 30 juta orang waktu Restorasi Meiji, tetapi kemudian berkembang dengan cepat. Di abad ke-20, urbanisasi dan industrialisasi sangat maju, terutama di Tokyo, Yokohama, Osaka, Kobe, Nagoya dan Fukuoka. Di tahun 1964, kereta api cepat Shinkansen mulai beroperasi antara Tokyo dan Osaka. Jaringan Shinkansen sejak itu berkembang ke banyak bagian negeri.Kendaraan bermotor menjadi umum, jaringan bebas hambatan melayani seluruh negeri, dan jalan-jalan bahkan telah diperpanjang bahkan sampai ke gunung. Bangunan-bangunan ultra modern telah mengubah kota.

2.2 Konsep Alam Gaib

Konsep orang Jepang terhadap alam gaib adalah sebagai berikut. a Bagi orang Jepang, semua fenomena alam yang hidup animate maupun yang tidak hidup inanimate, bahkan benda buatan manusia sekalipun, mempunyai potensi untuk menjadi hidup, jika dimasuki oleh roh gaib. Dan benda buatan manusia ini hanya wadah dari roh-roh gaib. Setiap fenomena atau benda yang dapat menjadi tempat bersemayamnya roh-roh gaib tidak mempunyai kemampuan yang sama, karena ada benda yang lebih berpotensi untuk dijadikan wadah manifestasi roh atau tenaga gaib dibandingkan benda yang lain. b Tenaga gaib khusus dari roh atau dewa dapat mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan wadah tempat bersemayamnya. Itu terletak pada keyakinan bahwa suatu dewa dengan fungsi tertentu dapat saja mempunyai beberapa tempat persemayaman dan fungsi berbeda. Contohnya para pelindung dari daerah persawahan ta no kami. Bertani sawah secara tradisional merupakan kegiatan yang penting dari ekonomi petani desa Jepang. Maka tidak mengherankan apabila peran besar diberikan kepada leluhur untuk menjaga daerah persawahan. Para dewa padi dan sawah diyakini berdiam di pegunungan yang dekat dan disebut yama no kami para dewa gunung. Orang Jepang yakin bahwa para dewa roh leluhur bersemayam di gunung-gunung ,jauh dari daerah pemukiman manusia. Pada musim semi pada masa tanah di tanami dengan padi, para dewa diyakini datang di daerah persawahan , dan setelah usainya panen di musim gugur, mereka semua pulang kembali ke daerah pegunungan. Oleh karenanya, upacara musim semi dan musim gugur yang berhubungan dengan pertanian merupakan upacara yang paling universal di daerah pedesaan Jepang. Upacara-upacara tersebut terdiri dari upacara selamat datang bagi para dewa roh leluhur di musim semi, dan upacara selamat jalan di musim gugur. BAB III KEPERCAYAAN MASYARAKAT JEPANG TERHADAP ROH LELUHUR

3.1 Hakikat Roh Leluhur