Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Elma Oktaria, 2014 Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penghilangan Noda Pada Kain Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk kemajuan bangsa. Berhasil tidaknya pendidikan yang dilaksanakan akan menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Peran ilmu pendidikan dalam kehidupan individu dan dalam kemajuan ilmu dan teknologi untuk perkembangan manusia dan masyarakat umum sangat penting. Dalam proses pendidikan khususnya di sekolah, guru dan siswa memegang peranan penting yang mengharuskan semuanya untuk dapat bersinergi dengan baik. Adapun proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara dua unsur manusia yaitu siswa sebagai subjek pokoknya dan guru. Guru dalam hal ini, dituntut untuk dapat menciptakan situasi pembelajaran yang mampu menunjang peningkatan kemampuan siswa. Fakta yang terjadi di lapangan menunjukkan masih banyak pembelajaran yang hanya berupa “transfer ilmu”, yang tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara maksimal. Kegiatan belajar cenderung berlangsung satu arah, sehingga kurang memberikan kesempatan siswa aktif dalam mempelajari materi yang diberikan guru. Penelitian yang dilakukan Garret 2008:34 mengungkapkan pembelajaran di kelas masih berfokus kepada guru sebagai sumber utama pembelajaran dan metode ceramah masih menjadi pilihan utama dalam proses pembelajaran. Hal ini banyak juga terjadi dalam pembelajaran kimia dimana siswa hanya mencatat dan menghapal materi yang disampaikan guru tanpa dapat memahami isinya. Beberapa hasil penelitian, diantaranya adalah Wiseman 1981, Nakhleh 1992, Carter 1989 serta Kirkwood dan Symington 1996 dalam Rusmansyah 2003, menyatakan bahwa banyak siswa dengan mudah mempelajari mata pelajaran lain, tetapi mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip pelajaran kimia. Hal ini disebabkan karena karakteristik konsep Elma Oktaria, 2014 Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penghilangan Noda Pada Kain Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu ilmu kimia berbeda dengan konsep ilmu lainnya, sehingga cara mempelajarinya juga tidak sama. Ilmu kimia dipandang penting dengan beberapa pertimbangan diantaranya dapat memberikan bekal ilmu kepada peserta didik untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari banyak berkaitan dengan materi-materi yang ada dalam kimia. Namun kebanyakan dari siswa masih menganggap bahwa kimia merupakan pelajaran yang sulit. Kesulitan dalam memahami ilmu kimia disebabkan karena materi kimia sering dijelaskan secara abstrak dan kurang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu indikator keberhasilan belajar siswa dapat di lihat dari kemampuan memecahkan masalah. Kemampuan ini dapat dilatih melalui kegiatan belajar mengajar yang dapat dianalisis melalui hasil belajar. Menurut Stice 1987 kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih sangat rendah atau dengan kata lain siswa masih kesulitan dalam mewujudkan proses pemecahan masalah. Menurut Sudjimat 1996, keterampilan pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan pendidikan yang sangat penting dan harus diajarkan kepada para siswa dalam setiap pembelajaran. Dengan membelajarkan pemecahan masalah berarti guru berusaha memberdayakan pikiran siswa, mengajari siswa berpikir menggunakan pikirannya secara sadar untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Seiring dengan kemajuan teknologi diperlukan suatu pembelajaran dalam pendidikan sains yang dapat mengimbangi kemajuan teknologi. Salah satu upaya yang dapat diterapkan adalah dengan mengangkat masalah-masalah yang ada di kehidupan siswa yang kemudian digunakan sebagai bahan untuk membahas ilmu kimia yang berhubungan dengan masalah-masalah tersebut. Salah satu pembelajaran yang dapat dilakukan adalah problem solving. Dalam pembelajaran ini, siswa dapat menumbuhkan keterampilan menyelesaikan masalah, dimana siswa bertindak sebagai pemecah masalah dan dalam pembelajaran dibangun proses berpikir, kerja kelompok, berkomunikasi, dan saling memberi informasi Akinoglu dan Ozkardes, 2007. Pembelajaran problem solving ini sangat baik jika diterapkan dalam pembelajaran kimia. Mengingat Elma Oktaria, 2014 Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penghilangan Noda Pada Kain Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu dalam mempelajari ilmu kimia, siswa dituntut untuk dapat berpikir memahami konsep-konsep kimia dan menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari- hari, Hal ini sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP yang menjelaskan bahwa salah satu tujuan mata pelajaran kimia adalah dapat memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi Depdiknas, 2006:460. Sejalan dengan hal tersebut bahwa tujuan mata pelajaran kimia di SMA yang dijelaskan di dalam BSNP 2006 agar peserta didik memiliki kemampuan menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan, penafsiran data serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tulisan. Pembelajaran problem solving melatih siswa berpikir kritis dan bertindak kreatif untuk mendesain suatu penemuan, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat. Dalam melakukan pemecahan masalah, siswa bertanggung jawab membuat berbagai keputusan dan bukan sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru seperti pada pembelajaran masa lampau. Untuk memecahkan masalah, siswa hendaknya memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan masalah tersebut. Sebagai seorang guru maka sudah sepantasnya memilih dan menyajikan permasalahan yang baik. Oleh karena itu, Rosbiono 2007:2 mengungkapkan permasalahan yang dipilih haruslah: 1 terbuka, yang menuntut berbagai metode penyelesaian dan jawaban; 2 merujuk konsep-konsep sains tertentu; 3 menantang perhatian atau minat siswa; serta 4 berkaitan dengan pengalaman siswa sebelumnya. Dalam pembelajaran problem solving, siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan fenomena yang terjadi dengan pengetahuan yang dimilikinya. Siswa diperkenalkan pada konsep melalui masalah yang terjadi di lingkungan. Dalam proses mencari penjelasan dan penyelesaian masalah, siswa diberi kesempatan untuk menyusun pengetahuan yang dapat menjelaskan fenomena serta kesempatan untuk merencanakan pemecahan masalah dan mengkomunikasikan hasilnya. Elma Oktaria, 2014 Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penghilangan Noda Pada Kain Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu Penelitian terkait mengenai penggunaan pembelajaran problem solving telah banyak dilakukan. Jegede 2007 meneliti efek teknik problem solving terhadap kompetensi peserta didik dalam mengerjakan problem kimia. Hasil penelitian menunjukkan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan teknik problem solving memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan peserta didik yang mengikuti perkuliahan dengan metode ceramah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Tanrere 2008 menunjukkan model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kimia dan membangkitkan peserta didik untuk meningkatkan motivasi, aktivitas, kreativitas, penalaran, dan ketergantungan satu dengan yang lain. Dalam pembelajaran tidak hanya melibatkan pemilihan metode tertentu tetapi juga harus memperhatikan materi. Materi yang dapat diangkat sebagai sebuah konteks dalam pembelajaran problem solving dapat meliputi energi, makanan, kota masa depan, kesehatan manusia, gaya hidup dan rekreasi, bahan baku dan mentah serta air dan udara RSC, 2009:7. Pada penelitian ini, permasalahan yang diangkat sebagai konteks yaitu yang berhubungan dengan gaya hidup dan rekreasi, yaitu penghilangan noda pada kain. Masalah ini mungkin dianggap sepele yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pakaian yang biasanya berbahan dasar kain merupakan kebutuhan pokok primer yang dibutuhkan manusia yang secara tidak langsung juga berhubungan dengan gaya hidup. Selain itu, konteks penghilamgan noda pada kain diangkat karena berhubungan dengan tipe problem solving yang digunakan, yaitu tipe Mothes. Karakteristik dari problem solving tipe Mothes adalah tahapan pembelajarannya yang dimulai dari motivasi. Dengan mengangkat masalah noda pada kain yang merupakan masalah kimia yang dekat dengan kehidupan siswa maka siswa akan semakin termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir dan siswa diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menggunakan konsep-konsep kimia yang telah mereka punya, sehingga akhirnya konsep kimia tersebut dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari pada permasalahan yang berbeda. Elma Oktaria, 2014 Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes Pada Siswa Sma Dalam Konteks Penghilangan Noda Pada Kain Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian problem solving dengan judul penelitian adalah “Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes pada Siswa SMA dalam Konteks Penghilangan Noda pada Kain ”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah