PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TIPE MOTHES PADA SISWA SMA DALAM KONTEKS PENGHILANGAN NODA PADA KAIN.

(1)

PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TIPE MOTHES PADA SISWA SMA DALAM KONTEKS PENGHILANGAN NODA PADA KAIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh

Elma Oktaria 0909180

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Pembelajaran Problem Solving Tipe

Mothes pada Siswa SMA dalam Konteks

Penghilangan Noda pada Kain

Oleh Elma Oktaria

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Elma Oktaria 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

ELMA OKTARIA 0909180

PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TIPE MOTHES PADA SISWA SMA DALAM KONTEKS PENGHILANGAN NODA PADA KAIN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Momo Rosbiono, M.Pd., M.Si

NIP. 195712111982031006

Pembimbing II

Dr. Hernani, M.Si

NIP. 196711091991012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

Dr. rer.nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si


(4)

ABSTRAK

Penelitian yang telah dilakukan berjudul “Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes pada Siswa SMA dalam Konteks Penghilangan Noda pada Kain”. Penelitian ini didasarkan pada permasalahan rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi mengenai performa guru dan siswa selama pembelajaran problem solving tipe Mothes pada konteks penghilangan noda pada kain serta kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif. Subjek dalam penelitian ini adalah 34 siswa kelas XII di salah satu SMA Negeri kota Bandung. Instrumen penelitian berupa format penilaian performa guru dan siswa serta butir soal tentang keterampilan pemecahan masalah yang mengikuti tahapan

problem solving tipe Mothes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa performa guru dalam pembelajaran problem solving tipe Mothes dikategorikan sangat baik, sedangkan performa siswa dikategorikan baik. Pencapaian kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada tahap motivasi dan penjabaran masalah dikategorikan sangat baik, tahap penyusunan opini serta perencanaan dan konstruksi dikategorikan baik, tahap melakukan percobaan dan membuat kesimpulan dikategorikan cukup, tahap membuat abstraksi dikategorikan kurang dan tahap konsolidasi dikategorikan baik. Sikap siswa selama pembelajaran dikategorikan sangat baik sedangkan kinerjanya dikategorikan baik. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berdasarkan hasil pretes dan postes diperoleh N-gain sebesar 0,4 dengan kategori sedang.


(5)

ABSTRACT

This conducted research entitled “Mothes Type’s Problem Solving Learning on High School Students in Stains fabric remover context”. This research was based

on the problems of the low skill of students to solve problems. The purpose of this research was to obtain information on the performance of teachers and students

during the learning Mothes type’s problem solving in the context stain removal on

fabric and then the ability of students to solve problems. This research is evaluative. The subjects in this research were 34 students of XII grade at one of Senior High School in Bandung. The research instrument were the performance appraisal teacher and students form and also the test item about problem solving skills that followed Mothes type problem solving. The results showed that the

performance of the teacher in teaching Mothes type’s problem solving is very well

categorized, while the performance of students are well categorized. Achievement of students' ability to solve problems at the stage of elaboration of the problem of motivation and categorized very well , and opinion drafting stages of planning and construction of well categorized , stage conduct experiments and make inferences reasonably categorized, stage make abstraction categorized less well categorized and consolidation phase. The attitude of the students during the learning performance is considered very well, while the performance is well categorized. Students skills in problem solving based on pretest and posttest results obtained 0.4 of N-gain value with the medium category.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Belajar dan Pembelajaran ... 7

B. Pembelajaran Problem Solving ... 9

1. Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes ... 12

a. Langkah Motivasi ... 13

b. Langkah Penjabaran Masalah ... 14

c. Langkah Penyusunan Opini ... 14

d. Langkah Perencanaan dan Konstruksi ... 15

e. Langkah Percobaan ... 15

f. Langkah Kesimpulan ... 16

g. Langkah Abstraksi ... 17

h. Langkah Konsolidasi Pengetahuan ... 17

2. Perencanaan Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes ... 17

3. Pelaksanaan Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes ... 20

4. Evaluasi Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes ... 21

C. Tinjauan Konteks Masalah Penghilangan Noda Pakaian ... 25

1. Pengertian Noda ... 25

2. Jenis-jenis Noda pada Pakaian ... 25

3. Cara Penghilangan Noda Pakaian... 26

4. Konsep Esensial Kimia Terkait ... 26

a. Tinta ... 26

b. Larutan ... 27


(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 30

B. Desain Penelitian ... 30

D. Definisi Operasional ... 33

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil dan Pembahasan Keterlaksanaan Pembelajaran ... 40

1. Perencanaan Pembelajaran ... 40

2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 45

a. Performa Guru dalam Pembelajaran ... 45

b. Performa Siswa dalam Pembelajaran ... 52

B. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 75

1. Tahap Penjabaran Masalah ... 76

2. Tahap Penyusunan Opini ... 81

3. Tahap Perencanaan dan Konstruksi ... 86

4. Tahap Percobaan ... 88

5. Tahap Kesimpulan ... 91

6. Tahap Abstraksi ... 93

7. Tahap Konsolidasi ... 96

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 104

A. Simpulan ... 104

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 111


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Langkah Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes ... 13

3.1 Instrumen Penelitian ... 36

3.2 Skala Kategori Kemampuan ... 37

3.3 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi ... 39

4.1 Hasil Penilaian Kinerja Guru Tahap Perencanaan (RPP) ... 40

4.2 Hasil Penilaian Kinerja Guru Tahap Pelaksanaan ... 46

4.3 Rumusan Masalah yang Dikemukakan Kelompok Siswa ... 54

4.4 Alternatif Pemecahan Masalah yang Dikemukakan Kelompok Siswa 57 4.5 Rancangan Judul yang Dikemukakan Kelompok Siswa ... 59

4.6 Tujuan Percobaan yang Dikemukakan Kelompok Siswa ... 59

4.7 Rancangan Alat dan Bahan yang Dikemukakan Kelompok Siswa ... 60

4.8 Rancangan Langkah Kerja yang Dikemukakan Kelompok Siswa ... 70

4.9 Kesimpulan yang Dikemukakan Kelompok Siswa ... 65

4.10 Hasil Penilaian Kemampuan Kinerja Kelompok Siswa Selama Kegiatan Praktikum ... 73

4.11 Hasil Penilaian Kemampuan Sikap Kelompok Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran ... 74

4.12 Perbandingan Jawaban Pretes dan Postes Siswa Tahap Penjabaran Masalah pada Permasalahan 1 ... 77

4.13 Perbandingan Jawaban Pretes dan Postes Siswa Tahap Penjabaran Masalah pada Permasalahan 2 ... 79

4.14 Perbandingan Jawaban Pretes dan Postes Siswa Tahap Penyususnan Opini pada Permasalahan 1 ... 83

4.15 Perbandingan Jawaban Pretes dan Postes Siswa Tahap Penyususnan Opini pada Permasalahan 2 ... 84


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Alur Penelitian ... 32

4.1 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa Tahap Motivasi ... 53

4.2 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa Tahap Penjabaran Masalah... 55

4.3 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa Tahap Penyusunan Opini ... 58

4.4 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa Tahap Perencanaan dan Konstruksi 62 4.5 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa Tahap Percobaan ... 63

4.6 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa Tahap Kesimpulan ... 66

4.7 Nilai Rata-rata Kelompok Siswa Tahap Abstraksi ... 68

4.8 Persentase Keterlaksanaan Kelompok Siswa Tahap Konsolidasi ... 70

4.9 Nilai Rata-rata LKS Siswa pada Keseluruhan Tahap Problem Solving Tipe Mothes ... 71

4.10 Kemampuan Setiap Siswa Pada Permasalahan 1 Tahap Penjabaran Masalah ... 77

4.11 Kemampuan Setiap Siswa Pada Permasalahan 2 Tahap Penjabaran Masalah ... 79

4.12 Rerata Kemampuan Siswa Pada Tahap Penjabaran Masalah ... 81

4.13 Kemampuan Setiap Siswa Pada Permasalahan 1 Tahap Penyusunan Opini ... 82

4.14 Kemampuan Setiap Siswa Pada Permasalahan 2 Tahap Penyususnan Opini ... 84

4.15 Rerata Kemampuan Siswa Pada Tahap Penyusunan Opini ... 85

4.16 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 1 Tahap Perencanaan dan Konstruksi ... 86

4.17 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 2 Tahap Perencanaan dan Konstruksi ... 87

4.18 Rerata Kemampuan Siswa Pada Tahap Perencanaan dan Konstruksi .. 88

4.19 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 1 Tahap Percobaan ... 89

4.20 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 2 Tahap Percobaan ... 90

4.21 Rerata Kemampuan Siswa pada Tahap Percobaan ... 90

4.22 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 1 Tahap Kesimpulan .. 92

4.23 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 2 Tahap Kesimpulan .. 92

4.24 Rerata Kemampuan Siswa pada Tahap Kesimpulan ... 93

4.25 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 1 Tahap Abstraksi ... 94

4.26 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 2 Tahap Abstraksi ... 95

4.27 Rerata Kemampuan Siswa pada Tahap Abstraksi ... 96

4.28 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 1 Tahap Konsolidasi 97

4.29 Kemampuan Setiap Siswa pada Permasalahan 2 Tahap Konsolidasi 98

4.30 Rerata Kemampuan Siswa pada Tahap Konsolidasi ... 99

4.31 Perolehan Rata-rata N-gain Setiap Tahap Problem Solving pada Permasalahan 1 dan 2 ... 100


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 111

A.2 Bahan Ajar ... 128

A.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 132

B.1 Penilaian Kinerja Guru (RPP) ... 141

B.2 Penilaian Kinerja Guru (Pelaksanaan Pembelajaran) ... 143

B.3 Soal Pretes dan Postes ... 146

B.4 Format Penilaian Lembar Kerja Siswa ... 151

B.5 Lembar Observasi Kinerja Siswa ... 154

B.5 Lembar Observasi Sikap Siswa ... 156

C.1 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Tahap Penjabaran Masalah 160 C.2 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Tahap Penyusunan Opini 161

C.3 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Tahap Perencanaan dan Konstruksi ... 162

C.4 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Tahap Percobaan ... 163

C.5 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Tahap Kesimpulan ... 164

C.6 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Tahap Abstraksi ... 165

C.7 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Tahap Konsolidasi ... 166

C.8 Hasil Penilaian LKS ... 167

C.9 Hasil Penilaian Kinerja Siswa ... 169

C.10 Hasil Penilaian Sikap Siswa ... 170

C.11 Rubrik Penilaian Soal Tes Problem Solving Tipe Mothes ... 171

C.12 Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa ... 179

C.13 HasilValidasi Soal ... 190


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk kemajuan bangsa. Berhasil tidaknya pendidikan yang dilaksanakan akan menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Peran ilmu pendidikan dalam kehidupan individu dan dalam kemajuan ilmu dan teknologi untuk perkembangan manusia dan masyarakat umum sangat penting.

Dalam proses pendidikan khususnya di sekolah, guru dan siswa memegang peranan penting yang mengharuskan semuanya untuk dapat bersinergi dengan baik. Adapun proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara dua unsur manusia yaitu siswa sebagai subjek pokoknya dan guru. Guru dalam hal ini, dituntut untuk dapat menciptakan situasi pembelajaran yang mampu menunjang peningkatan kemampuan siswa.

Fakta yang terjadi di lapangan menunjukkan masih banyak pembelajaran yang hanya berupa “transfer ilmu”, yang tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara maksimal. Kegiatan belajar cenderung berlangsung satu arah, sehingga kurang memberikan kesempatan siswa aktif dalam mempelajari materi yang diberikan guru. Penelitian yang dilakukan Garret (2008:34) mengungkapkan pembelajaran di kelas masih berfokus kepada guru sebagai sumber utama pembelajaran dan metode ceramah masih menjadi pilihan utama dalam proses pembelajaran. Hal ini banyak juga terjadi dalam pembelajaran kimia dimana siswa hanya mencatat dan menghapal materi yang disampaikan guru tanpa dapat memahami isinya.

Beberapa hasil penelitian, diantaranya adalah Wiseman (1981), Nakhleh (1992), Carter (1989) serta Kirkwood dan Symington (1996) dalam Rusmansyah (2003), menyatakan bahwa banyak siswa dengan mudah mempelajari mata pelajaran lain, tetapi mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip pelajaran kimia. Hal ini disebabkan karena karakteristik konsep


(12)

2

ilmu kimia berbeda dengan konsep ilmu lainnya, sehingga cara mempelajarinya juga tidak sama.

Ilmu kimia dipandang penting dengan beberapa pertimbangan diantaranya dapat memberikan bekal ilmu kepada peserta didik untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari banyak berkaitan dengan materi-materi yang ada dalam kimia. Namun kebanyakan dari siswa masih menganggap bahwa kimia merupakan pelajaran yang sulit. Kesulitan dalam memahami ilmu kimia disebabkan karena materi kimia sering dijelaskan secara abstrak dan kurang relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Salah satu indikator keberhasilan belajar siswa dapat di lihat dari kemampuan memecahkan masalah. Kemampuan ini dapat dilatih melalui kegiatan belajar mengajar yang dapat dianalisis melalui hasil belajar. Menurut Stice (1987) kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih sangat rendah atau dengan kata lain siswa masih kesulitan dalam mewujudkan proses pemecahan masalah.

Menurut Sudjimat (1996), keterampilan pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan pendidikan yang sangat penting dan harus diajarkan kepada para siswa dalam setiap pembelajaran. Dengan membelajarkan pemecahan masalah berarti guru berusaha memberdayakan pikiran siswa, mengajari siswa berpikir menggunakan pikirannya secara sadar untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Seiring dengan kemajuan teknologi diperlukan suatu pembelajaran dalam pendidikan sains yang dapat mengimbangi kemajuan teknologi. Salah satu upaya yang dapat diterapkan adalah dengan mengangkat masalah-masalah yang ada di kehidupan siswa yang kemudian digunakan sebagai bahan untuk membahas ilmu kimia yang berhubungan dengan masalah-masalah tersebut.

Salah satu pembelajaran yang dapat dilakukan adalah problem solving. Dalam pembelajaran ini, siswa dapat menumbuhkan keterampilan menyelesaikan masalah, dimana siswa bertindak sebagai pemecah masalah dan dalam pembelajaran dibangun proses berpikir, kerja kelompok, berkomunikasi, dan saling memberi informasi (Akinoglu dan Ozkardes, 2007). Pembelajaran problem solving ini sangat baik jika diterapkan dalam pembelajaran kimia. Mengingat


(13)

3

dalam mempelajari ilmu kimia, siswa dituntut untuk dapat berpikir memahami konsep-konsep kimia dan menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari, Hal ini sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menjelaskan bahwa salah satu tujuan mata pelajaran kimia adalah dapat memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi (Depdiknas, 2006:460). Sejalan dengan hal tersebut bahwa tujuan mata pelajaran kimia di SMA yang dijelaskan di dalam BSNP (2006) agar peserta didik memiliki kemampuan menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan, penafsiran data serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tulisan.

Pembelajaran problem solving melatih siswa berpikir kritis dan bertindak kreatif untuk mendesain suatu penemuan, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat. Dalam melakukan pemecahan masalah, siswa bertanggung jawab membuat berbagai keputusan dan bukan sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru seperti pada pembelajaran masa lampau. Untuk memecahkan masalah, siswa hendaknya memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan masalah tersebut. Sebagai seorang guru maka sudah sepantasnya memilih dan menyajikan permasalahan yang baik. Oleh karena itu, Rosbiono (2007:2) mengungkapkan permasalahan yang dipilih haruslah: (1) terbuka, yang menuntut berbagai metode penyelesaian dan jawaban; (2) merujuk konsep-konsep sains tertentu; (3) menantang perhatian atau minat siswa; serta (4) berkaitan dengan pengalaman siswa sebelumnya.

Dalam pembelajaran problem solving, siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan fenomena yang terjadi dengan pengetahuan yang dimilikinya. Siswa diperkenalkan pada konsep melalui masalah yang terjadi di lingkungan. Dalam proses mencari penjelasan dan penyelesaian masalah, siswa diberi kesempatan untuk menyusun pengetahuan yang dapat menjelaskan fenomena serta kesempatan untuk merencanakan pemecahan masalah dan mengkomunikasikan hasilnya.


(14)

4

Penelitian terkait mengenai penggunaan pembelajaran problem solving

telah banyak dilakukan. Jegede (2007) meneliti efek teknik problem solving

terhadap kompetensi peserta didik dalam mengerjakan problem kimia. Hasil penelitian menunjukkan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan teknik

problem solving memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan peserta didik yang mengikuti perkuliahan dengan metode ceramah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Tanrere (2008) menunjukkan model pembelajaran problem solving

dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kimia dan membangkitkan peserta didik untuk meningkatkan motivasi, aktivitas, kreativitas, penalaran, dan ketergantungan satu dengan yang lain.

Dalam pembelajaran tidak hanya melibatkan pemilihan metode tertentu tetapi juga harus memperhatikan materi. Materi yang dapat diangkat sebagai sebuah konteks dalam pembelajaran problem solving dapat meliputi energi, makanan, kota masa depan, kesehatan manusia, gaya hidup dan rekreasi, bahan baku dan mentah serta air dan udara (RSC, 2009:7).

Pada penelitian ini, permasalahan yang diangkat sebagai konteks yaitu yang berhubungan dengan gaya hidup dan rekreasi, yaitu penghilangan noda pada kain. Masalah ini mungkin dianggap sepele yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pakaian yang biasanya berbahan dasar kain merupakan kebutuhan pokok (primer) yang dibutuhkan manusia yang secara tidak langsung juga berhubungan dengan gaya hidup. Selain itu, konteks penghilamgan noda pada kain diangkat karena berhubungan dengan tipe problem solving yang digunakan, yaitu tipe Mothes. Karakteristik dari problem solving tipe Mothes adalah tahapan pembelajarannya yang dimulai dari motivasi. Dengan mengangkat masalah noda pada kain yang merupakan masalah kimia yang dekat dengan kehidupan siswa maka siswa akan semakin termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dari awal hingga akhir dan siswa diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menggunakan konsep-konsep kimia yang telah mereka punya, sehingga akhirnya konsep kimia tersebut dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari pada permasalahan yang berbeda.


(15)

5

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian problem solving dengan judul penelitian adalah Pembelajaran Problem Solving Tipe Mothes pada Siswa SMA dalam Konteks Penghilangan Noda pada Kain”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Pembelajaran yang dilakukan di sekolah masih banyak menggunakan metode ceramah yang cenderung berlangsung satu arah. Pembelajaran tersebut kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif sehingga kurang bisa meningkatkan keterampilan siswa dalam berpikir, bertindak dan bersikap. Salah satu tuntutan kurikulum mata pelajaran kimia dalam Standar Isi Mata Pelajaran Kimia (Depdiknas, 2006:460) adalah memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Oleh karena itu diperlukan suatu pembelajaran yang dapat menjawab tuntutan kurikulum tersebut. Salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu pembelajaran problem solving.

Pembelajaran problem solving dapat menumbuhkan keterampilan siswa dalam menyelesaiakan masalah dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki serta menerapkan metode ilmiah yang yang telah dipelajari sebelumnya.

Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimana proses dan hasil pembelajaran problem solving tipe Mothes dalam konteks penghilangan noda pada kain?”

Untuk memperjelas arah penelitian, maka rumusan masalah dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah performa guru dan siswa selama pembelajaran problem solving tipe Mothes pada konteks penghilangan noda pada kain?

2. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah real life


(16)

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasakan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh informasi mengenai performa guru dan siswa selama pembelajaran problem solving tipe Mothes pada konteks penghilangan noda pada kain

2. Memperoleh informasi mengenai kemampuan siswa dalam memecahkan masalah real life menggunakan konsep-konsep kimia yang melandasi pemecahan masalahnya.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peserta didik, guru, dan peneliti yaitu:

1. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan mampu melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah serta memberikan pengalaman yang menarik. Selain itu, melatih kemampuan intelektual, merangsang keingintahuan, dan meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap materi yang dipelajari karena materi dikaitkan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari serta menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa dalam memecahkan suatu permasalahan kehidupan sehari-hari.

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi, masukan dan wawasan dalam pelaksanaan pembelajaran kimia serta memberikan alternatif bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

3. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan sebagai salah satu referensi untuk penelitian selanjutnya yang akan meneliti mengenai penerapan problem solving dalam pembelajaran pada konteks yang berbeda.


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di salah satu SMA di kota Bandung. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPA sebanyak satu kelas yang diambil dari salah satu SMA di kota Bandung.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian evaluatif. Peneliti berusaha mendeskripsikan pembelajaran problem solving tipe Mothes dalam bentuk perencanaan dan pelaksanaan ditinjau dari performa guru dan siswa sesuai dengan situasi sebenarnya, kemudian mengevaluasi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah real life terkait konteks penghilangan noda pada kain sesuai tahapan problem solving tipe Mothes.

Penelitian evaluatif adalah suatu desain dan prosedur evaluasi dalam mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematik untuk menentukan nilai atau manfaat dari suatu praktik (pendidikan) (Sukmadinata, 2012:120). Penelitian evaluatif digunakan untuk mengetahui kinerja sebuah transformasi pembelajaran. Penelitian evaluatif mengarah kepada proses pembelajaran, untuk mengetahui seberapa baik siswa telah menguasai materi pelajaran yang diberikan guru. Apabila mungkin tingkat penguasaan siswa belum optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran, maka peneliti bermaksud mengetahui penyebab ketidakoptimalan tersebut (Arikunto, 2010:41).

Tahapan dalam penelitian ini meliputi tahap persiapan, pelaksanaan, dan tahap akhir. Tahap persiapan diawali dengan mengidentifikasi masalah penelitian, kemudian menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA 2006 mata pelajaran kimia, tahap-tahap problem solving tipe Mothes serta identifikasi alternatif pemecahan masalah penghilangan noda pada kain melalui beberapa sumber bacaan baik dari buku-buku SMA, Universitas maupun sumber lainnya. Instrumen penelitian terdiri dari format penilaian performa guru, format penilaian


(18)

31

performa siswa, dan soal tes, sedangkan perangkat pembelajaran yang disusun terdiri dari RPP, naskah bahan ajar, serta Lembar Kerja Siswa (LKS). Uji validitas konten instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran dilakukan dengan justifikasi oleh ahli di bidang pendidikan kimia.

Tahap pelaksanaan dimulai dengan memberikan pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam memecahkan masalah terkait penghilangan noda pada kain. Pengamatan proses pembelajaran problem solving tipe Mothes ditinjau dari performa guru dalam merealisasikan RPP dan siswa selama melaksanakan pemecahan masalah. Setelah pembelajaran selesai dilakukan siswa diberikan postes untuk melihat peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang dilakukan di luar jam pembelajaran.

Tahap akhir dalam penelitian ini adalah melakukan pengumpulan data yang diperoleh selama pembelajaran kemudian dianalisis secara kualitatif dan ditindaklanjuti dengan pembahasan hasil penelitian untuk mengambil kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Adapun alur penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.1.


(19)

32

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Tahap Akhir Tahap Persiapan

Analisis SK-KD KTSP SMA 2006

Identifikasi alternatif pemecahan masalah penghilangan noda pada kain Studi Pustaka mengenai

problem solving tipe Mothes

Pembuatan Instrumen Penelitian

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan Pembahasan Hasil Penelitian Tahap Pelaksanaan Penyusunan Perangkat Pembelajaran Format Penilaian Performa Siswa

Soal Tes RPP Naskah

Bahan Ajar

Identifikasi Permasalahan Pembelajaran dan Permasalahan Kimia

Validasi Instrumen Penelitian dan Perangkat Pembelajaran

Revisi Revisi

Format Penilaian Performa

Guru

LKS

Pelaksanaan Pretes Penilaian RPP

Pelaksanaan Pembelajaran

Problem Solving Tipe Mothes

Pelaksanaan observasi proses pembelajaran Pelaksanaan observasi

sikap dan kinerja siswa


(20)

33

C. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan berbagai penafsiran beberapa definisi yang digunakan dalam penelitian ini, maka berikut ini diberikan definisi operasional istilah tersebut, yaitu:

1. Pembelajaran problem solving tipe Mothes yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas delapan tahapan, yaitu: a) motivasi, yaitu membangkitkan minat dan keingintahuan siswa terhadap materi pembelajaran; b) penjabaran masalah, yaitu merumuskan suatu pertanyaan ilmiah; c) penyusunan opini, yaitu perumusan sejumlah hipotesis atau dugaan alternatif penyelesaian masalah serta memilih alternatif yang paling efektif; d) perencanaan dan konstruksi, yaitu menyusun peralatan percobaan yang fungsional; serta menyusun rancangan percobaan, e) percobaan, yaitu melakukan percobaan sesuai prosedur percobaan yang telah dirancang sebelumnya; f) kesimpulan, yaitu menyimpulkan hasil dari aktivitas pemecahan masalah; g) abstraksi, yaitu mengintisarikan hasil ilmiah yang sah; serta h) konsolidasi, yaitu memperoleh pemahaman komprehensif dan terintegrasi. Tahap konsolidasi dilakukan dengan cara membuat laporan hasil percobaan karena menurut Rosbiono (2007:36) konsolidasi mensyaratkan penggunaan pengetahuan secara berulang.

2. Kemampuan memecahkan masalah disesuaikan dengan tahap-tahap pada pembelajaran problem solving tipe Mothes. Dalam penelitian ini kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan untuk menyelesaikan masalah kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan (konsep-konsep) yang telah dimiliki siswa.

3. Performa guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, sedangkan performa siswa adalah kemampuan siswa untuk mengikuti pembelajaran problem solving tipe Mothes yang dilihat dari jawaban siswa dalam LKS, sikap siswa selama pembelajaran dan kinerja siswa saat melakukan percobaan. Seperti yang diungkapkan oleh Sedarmayanti (2001:50). performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses.


(21)

34

4. Noda adalah reaksi kimia antara agen pewarnaan dengan serat dari kain (Cornell University, 2005). Noda pada kain yang digunakan dalam penelitian ini adalah noda tinta ballpoint, sedangkan kain yang digunakan dalam penelitian adalah kain berwarna putih.

D. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini disusun beberapa instrumen sebagai alat pengumpul data. Instrumen yang digunakan secara rinci dijelaskan sebagai berikut.

1. Format Penilaian Performa Guru

Format penilaian perfoma guru digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama, yaitu memperoleh informasi mengenai performa guru selama pembelajaran problem solving dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan. Forrmat penilaian performa guru dalam perencanaan pembelajaran (Lampiran B.1) digunakan untuk memberikan penilaian terhadap RPP problem solving tipe Mothes, sedangkan forrmat penilaian performa guru dalam pelaksanaan pembelajaran (Lampiran B.2) digunakan untuk memberikan penilaian terhadap guru selama pembelajaran problem solving tipe Mothes. Penilaian terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh observer, yaitu guru yang ahli dalam bidang kimia.

2. Format Penilaian Perfoma Siswa

Format penilaian performa siswa yang digunakan terdiri dari format penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi sikap serta kinerja siswa.

a. Format Penilaian Lembar Kerja Siswa

Format penilaian LKS digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama, yaitu memperoleh informasi mengenai performa siswa selama pembelajaran problem solving tipe Mothes.

LKS digunakan untuk menuntun siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berisi pertanyaan-pertanyaan sesuai tahapan pembelajaran


(22)

35

kriteria penilaian yang dibuat oleh peneliti Hasil jawaban dinilai dengan menggunakan format penilaian LKS yang terlampir di dalam Lampiran B.3.

b. Lembar Observasi Sikap dan Kinerja

Lembar observasi sikap dan kinerja digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai performa siswa selama pembelajaran problem solving tipe Mothes dilihat dari sikap (aspek afektif) dan kinerja (psikomotor).

Lembar observasi sikap siswa (Lampiran B.5) merupakan alat yang digunakan untuk melihat sikap siswa selama melakukan pembelajaran problem solving. Penilaian terhadap sikap siswa dilakukan dengan mengobservasi setiap tahap problem solving tipe Mothes, sedangkan lembar observasi kinerja siswa (Lampiran B.4) merupakan alat yang digunakan untuk melihat kinerja siswa saat melakukan percobaan penyelesaian masalah penghilangan noda tinta.

3. Butir Soal

Butir soal digunakan untuk menjawab rumusan masalah kedua, yaitu memperoleh informasi mengenai kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

real life terkait konteks penghilangan noda pada kain. Butir soal (Lampiran B.6) yang diujikan berupa soal keterampilan pemecahan masalah yang mengikuti tahapan problem solving tipe Mothes. Soal yang diberikan berupa dua set permasalahan yang terkait konteks penghilangan noda pada kain. Setiap set terdiri dari 7 pertanyaan penuntun untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Pada penilaian terhadap jawaban dari setiap butir soal tes digunakan kriteria penilaian butir soal tes (Lampiran C.12). Kriteria penilaian butir soal tes ini berfungsi sebagai standar atas jawaban siswa sehingga dapat meminimalisasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penilaian saat mengoreksi jawaban siswa.


(23)

36

E. Teknik Pengumpulan Data

Format penilaian performa guru, format penilaian LKS, lembar observasi sikap dan kinerja serta butir soal digunakan untuk mengumpulkan data terkait penelitian. Adapun teknik pengumpulan data disajikan pada Tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1 Instrumen Penelitian

No Jenis

Instrumen

Jenis Data yang diperoleh

Sumber

Data Keterangan

1. Format Penilaian Performa Guru (perencanaan) Kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran Guru Dilakukan sebelum pembelajaran berlangsung 2. Format Penilaian Performa Guru (pelaksanaan) Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran Guru Dilakukan selama pembelajaran berlangsung

3. Format

Penilaian LKS

Proses pemecahan

masalah Siswa

Dilakukan selama pembelajaran berlangsung 4. Lembar Observasi Sikap dan Kinerja Aktivitas siswa

selama pembelajaran Siswa

Dilakukan saat pembelajaran

berlangsung

5. Butir Soal Kemampuan

pemecahan masalah Siswa

Dilakukan sebelum dan setelah pembelajaran

F. Analisis Data

Data yang telah diperoleh menggunakan instrumen penelitian selanjutnya dianalisis. Analisis data yang dilakukan sebagai berikut.

1. Format Penilaian Performa Guru

Langkah-langkah pengolahan instrumen penilaian kinerja guru sebagai berikut.

a. Menghitung skor yang diperoleh untuk setiap komponen penilaian pada format penilaian performa guru (perencanaan dan pelaksanaan).

b. Menghitung skor rata-rata dari setiap komponen penilaian pada format penilaian performa guru (perencanaan dan pelaksanaan).


(24)

37

c. Menentukan nilai setiap komponen penilaian menggunakan persamaan berikut.

d. Mengkategorikan nilai yang diperoleh dari format penilaian performa guru (perencanaan dan pelaksanaan) menggunakan skala kategori yang diungkapkan pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2. Skala Kategori Kemampuan

% Nilai Kriteria kemampuan

81 – 100 Sangat baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup

21 – 40 Kurang

< 20 Sangat kurang

(Arikunto, 2010) e. Menganalisis kekurangan terhadap RPP dan pelaksanaan pembelajaran dari hasil penilaian menggunakan format penilaian performa guru (perencanaan dan pelaksanaan).

2. Format Lembar Kerja Siswa

Proses pemecahan masalah siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dianalisis dari jawaban LKS dengan cara:

a. Memberi skor terhadap jawaban siswa berdasarkan kriteria yang dibuat, mengubah skor mentah ke dalam bentuk nilai persentase dengan cara sebagai berikut:

b. Menentukan nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelompok tinggi, sedang, dan rendah pada setiap sub keterampilan pemecahan masalah.

c. Menentukan kategori kemampuan siswa untuk tiap sub keterampilan pemecahan masalah berdasarkan skala kategori kemampuan yang terdapat dalam Tabel 3.2.


(25)

38

3. Lembar Observasi Sikap dan Kinerja Siswa

Data yang diperoleh dari lembar observasi dianalisis dengan cara berikut: a. Lembar observasi sikap siswa

a) Memberikan skor 1 pada setiap aspek yang diobservasi yang dilakukan b) Menjumlahkan skor yang diperoleh setiap kelompok

c) Menentukan nilai setiap aspek yang diobservasi dengan menggunakan persamaan berikut.

d) Mengkategorikan perolehan nilai yag diperoleh ke dalam kategori yang tertera pada Tabel 3.2.

e) Menganalisis kekurangan terhadap sikap siswa selama pembelajaran berdasarkan hasil observasi

b. Lembar observasi kinerja siswa

1) Memberikan skor pada setiap aspek yang diobservasi, skor 2 bila siswa melakukan sesuai indikator penilaian kinerja, skor 1 bila melakukan berbeda dengan yang tertera standar penilaian kinerja dan skor 0 nila tidak melakukan.

2) Menjumlahkan setiap skor yang diperoleh sehingga diperoleh skor total untuk setiap kelompok

3) Menentukan nilai setiap aspek yang diobservasi dengan menggunakan persamaan berikut:

4) Mengkategorikan perolehan nilai yag diperoleh ke dalam kategori yang tertera pada Tabel 3.2.

5) Menganalisis kekurangan terhadap kinerja siswa selama pembelajaran berdasarkan hasil observasi

4. Soal Tes

Kemampuan pemecahan masalah siswa dianalisis dari jawaban terhadap butir soal dengan cara:


(26)

39

1) Memberi skor tiap jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban 2) Manghitung skor mentah dari setiap jawaban pretes dan postes siswa

3) Menghitung gain ternormalisasi (N-gain) setiap siswa dengan menggunakan rumus:

(Meltzer, 2002:1260)

Keterangan:

Spre = Skor pretes

Spos = Skor postes

Smaks = Skor maksimum

4) Menginterpretasikan rata-rata nilai N-gain ke dalam kategori dengan klasifikasi pada tabel berikut.

Tabel 3.3. Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi

N-gain Kategori

N-gain  0,7 Tinggi

0,7 > N-gain  0,3 Sedang

N-gain < 0,3 Rendah

Hake (1998:65) 5) Menghitung nilai rata-rata keseluruhan siswa.

6) Menganalisis kekurangan terhadap jawaban siswa sehingga diperoleh informasi mengenai kelayakan pembelajaran problem solving tipe Mothes berhubungan dengan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.


(27)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan mengenai proses dan hasil pembelajaran problem solving tipe Mothes pada konteks penghilangan noda pada kain bagi siswa SMA, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran problem solving tipe Mothes secara keseluruhan dapat dikatakan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari, a) kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran tergolong kategori sangat baik, b) kompetensi siswa selama pembelajaran yang ditinjau dari tiga aspek, yaitu kemampuan pemecahan masalah (kognitif) tergolong kategori cukup, sikap selama pembelajaran tergolong kategori sangat baik serta kinerja saat melakukan percobaan tergolong kategori baik.

2. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah setelah dilakukan pembelajaran pada tiap tahapnya dikategorikan sedang dengan peningkatan N-gain setiap tahapnya yaitu tahap penjabaran masalah sebesar 0,4; penyusunan opini sebesar 0,2; perencanaan dan konstruksi sebesar 0,4; melakukan percobaan sebesar 0,4, membuat kesimpulan sebesar 0,4; tahap abstraksi sebesar 0,3 dan tahap konsolidasi sebesar 0,2. Berdasarkan tahapan tersebut, tahap yang paling rendah adalah tahap penyusunan opini dan konsolidasi. Oleh karena itu perlu dilakukan bimbingan yang lebih pada tahap-tahap tersebut.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan pada penelitian “Pembelajaran

Problem Solving Tipe Mothes pada Siswa SMA dalam Konteks Penghilangan Noda pada Kain” terdapat beberapa saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut.


(28)

105

1. Bagi guru

Pembelajaran problem solving disarankan untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas untuk melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan pemecahan masalah dengan menerapkan konsep-konsep kimia di kehidupan sehari-hari.

2. Bagi siswa

Disarankan agar terus melatih kemampuannya dalam menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan konsep-konsep yang dimiliki dengan berbagai cara penyelesaian. Dengan begitu pada akhirnya dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang terdapat di kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa diharapkan lebih berlatih lagi dalam mengintisarikan suatu hasil percobaan. 3. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain yang tertarik untuk menerapkan pembelajaran ini disarankan untuk membuat perencanaan yang baik agar pembelajaran lebih efektif. Selain itu, sumber belajar seperti naskah bahan ajar perlu lebih dipersiapkan dengan tingkat keterbacaan tinggi, menarik dan esensi materi ajar yang lebih mendalam lagi sehingga mudah dipahami oleh siswa dalam melaksanakan percobaan.


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Akinoglu, O dan Ozkardes, R.T. (2007). “The Effects of Problem-Based Active

Learning in Science Education on Studnts’Academic Achievement,

Attitude and Concept Learning”. Eurasia Journalo of Mathematics,

Science & Technology Education, 3(1), 71-81.

Arifin, M. (2000). Common Textbook Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: BSNP.

Brady, J.E. (1998). General Chemistry Principles and Structure. New York: John Wiley and Sons.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti (edisi ketiga). Jakarta: Erlangga.

Cornell University. (2005). Removing Stains At Home. New York: Cornell University College of Human Ecology.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Damayanti, R. (2008). Pembelajaran Model Pemecahan Masalah Berbasis Eksperimen pada Materi Ksp dalam Pengendapan. Skripsi pada FPMIPA

UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Denman, A. et al. (2009). “Organic and Inorganic Discrimination of Ballpoint Pen Inks by ToF-SIMS and Multivariate Statistics”. Applied Surface Science.


(30)

107

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum 2006 Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia. Jakarta: Depdiknas.

. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas.

. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eckles, C.H., W.B. Combs. dan H. Macy. 1980. Milk and Milk Products. Mc Graw Hill Company. New York.

Garret, T. (2008). “Student Centered and Teacher Centered Classroom

Management: A Case Study of Three Elementary Teachers”. Journal of

Classroom Interaction 1, (43), 34-47.

Hake, R.R. (1998). “Interactive-engagement vs Traditional Methods: A

Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory

Physics Courses”. American Association of Physics Teachers. 66, (1),

64-74.

Harefa, L.M. (2010). Pengemabangan Kegiatan Praktikum Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Berpikir Kreatif Siswa Pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Haryono, D. (2010). Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Kinerja Guru Terhadap Mutu Pembelajaran di Sekolah. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Krisno, A, et al. (2008). BSE Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SMP/MTs. Jakarta: Departemen Pendiikan Nasional.


(31)

108

Jegede, C.S.A. (2007). “The Effect ofProblem Solving Technique on Students

Competence in Tackling Chemical Problem”. Research Journal Applied of

Science. 2. (7). 801-803.

Joyce, B., M. Weil, dan E. Calhoun. (2009). Models of Teaching. Eighten Edition. USA: Pearson Education, Inc. Terjemahan A. Fawaid dan A. Mirza. (2011). Model-model Pengajaran. Edisi Delapan. Cetakan II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian. Bandung: CV. Pustaka Cendikia Utama.

Majid, A. (2012). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mastur. (2010). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Indihilang Kota Tasikmalaya. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mayer, R.E. (2003). “Theories of Learning and Application to Technology”, dalam Lawrence Erlbaum Associate, Publisher. (2003). Technology Application Publisher.

Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship Between Mathemathics Perparation and

Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in

Diagnostic Pretest Scores”. American Association of Physics Teachers. 70, (12), 1259-1268.

Muchtaridi, dkk. (2009). Chemistry for Senior High School Year XI. Bogor: Yudhistira.

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Mutakinati, L. (2010). Pembelajaran Kooperatif Think Pair Square untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Materi Larutan Penyangga. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan. Nurlaela, A. (2008). Pembelajaran Model Pemecahan Masalah Berbasis

Eksperimen pada Materi Pengaruh Suhu Terhadap Kelarutan. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(32)

109

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan. 16 Mei 2005. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41. Jakarta: Depdiknas.

Permana, I. (2009). BSE Memahami Kimia SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Pursitasari, I.D. (2012). Pengembangan Perkuliahan Dasar-dasar Kimia Analitik dengan Open-Ended Experiment Berbasis Investigasi Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Problem Solving dan Penguasaan Materi Mahasiswa Calon Guru. Disertasi pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Purwanto, M.N. (1985). Prinsip-prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remadja Karya.

Redhana, I.W. (2008). Pengembangan Program Pembelajaran Berbasis Masalah Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia SMA. Disertasi pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Romizowski, A.Z. (1982). Designing Instructional System. London: Kogan Page.

Rosbiono, M. (2007). “Teori Problem Solving Untuk Sains”. Materi Diklat TOT

Baidang Olimpiade Matematika dan Sains, Jakarta.

Royal Society of Chemistry. (2009). Chemsitry for Tomorrow’s World: A

Roadmap for the Chemical Scinces. UK: RSC.

Rusmansyah. (2003). “Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Konsep Kimia Karbon melalui Strategi Peta Konsep (Concept Mapping)”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 9, (042), 348-361.

Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia.

Santyasa, I.W. (2004). “Model Problem Solving dan Reasoning sebagai Alternatif Pembelajaran Inovatif:. Makalah pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia ke-5 tanggal 5-9 Oktober 2004, Surabaya.


(33)

110

Sedarmayanti. (2001). Sumberdaya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mundarmaju.

Stenberg, R.J. (2008). Psikologi Kognitif (fourth ed). Yogyakarta: Remaja Rosdakarya.

Stice, J.E. (1987). Teaching Problem Solving [Online]. Tersedia:

http://educa.univpm.it/problemsolving/stice_ps.html. [21 Agustus 2013]

Sudjana, N. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjimat, D.A. (1996). Pembelajaran Pemecahan Masalah: Tinjauan Singkat Berdasar Teori Kognitif. Jurnal Pendidikan Humaniora dan sains. Malang. IKIP Malang.

Sukardi, M. (2011). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Sunarya, Y. (2000). Kimia Umum. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.

Sunarya, Y dan Setiabudi, A. (2009). BSE Mudah dan Aktif belajar Kimia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Syah, M. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

. (2001). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: RosdaKarya.

Tanrere, M. (2008). “Environmental Problem Solving in Learning Chemistry for

High School Studnts”. Journal of Aplied Sciences in Environmental


(34)

111

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. Guru daan Dosen. 30 Desember 2005. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157. Jakarta: Depdiknas.

Usman, M.U. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(1)

Akinoglu, O dan Ozkardes, R.T. (2007). “The Effects of Problem-Based Active

Learning in Science Education on Studnts’Academic Achievement, Attitude and Concept Learning”. Eurasia Journalo of Mathematics, Science & Technology Education, 3(1), 71-81.

Arifin, M. (2000). Common Textbook Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: BSNP.

Brady, J.E. (1998). General Chemistry Principles and Structure. New York: John Wiley and Sons.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti (edisi ketiga). Jakarta: Erlangga.

Cornell University. (2005). Removing Stains At Home. New York: Cornell University College of Human Ecology.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Damayanti, R. (2008). Pembelajaran Model Pemecahan Masalah Berbasis Eksperimen pada Materi Ksp dalam Pengendapan. Skripsi pada FPMIPA

UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Denman, A. et al. (2009). “Organic and Inorganic Discrimination of Ballpoint Pen Inks by ToF-SIMS and Multivariate Statistics”. Applied Surface Science.


(2)

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum 2006 Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kimia. Jakarta: Depdiknas.

. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas.

. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eckles, C.H., W.B. Combs. dan H. Macy. 1980. Milk and Milk Products. Mc Graw Hill Company. New York.

Garret, T. (2008). “Student Centered and Teacher Centered Classroom

Management: A Case Study of Three Elementary Teachers”. Journal of Classroom Interaction 1, (43), 34-47.

Hake, R.R. (1998). “Interactive-engagement vs Traditional Methods: A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory

Physics Courses”. American Association of Physics Teachers. 66, (1), 64-74.

Harefa, L.M. (2010). Pengemabangan Kegiatan Praktikum Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Berpikir Kreatif Siswa Pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Haryono, D. (2010). Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Kinerja Guru Terhadap Mutu Pembelajaran di Sekolah. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Krisno, A, et al. (2008). BSE Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SMP/MTs. Jakarta: Departemen Pendiikan Nasional.


(3)

Jegede, C.S.A. (2007). “The Effect ofProblem Solving Technique on Students

Competence in Tackling Chemical Problem”. Research Journal Applied of Science. 2. (7). 801-803.

Joyce, B., M. Weil, dan E. Calhoun. (2009). Models of Teaching. Eighten Edition. USA: Pearson Education, Inc. Terjemahan A. Fawaid dan A. Mirza. (2011). Model-model Pengajaran. Edisi Delapan. Cetakan II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian. Bandung: CV. Pustaka Cendikia Utama.

Majid, A. (2012). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mastur. (2010). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Indihilang Kota Tasikmalaya. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mayer, R.E. (2003). “Theories of Learning and Application to Technology”, dalam Lawrence Erlbaum Associate, Publisher. (2003). Technology Application Publisher.

Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship Between Mathemathics Perparation and

Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in

Diagnostic Pretest Scores”. American Association of Physics Teachers. 70, (12), 1259-1268.

Muchtaridi, dkk. (2009). Chemistry for Senior High School Year XI. Bogor: Yudhistira.

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Mutakinati, L. (2010). Pembelajaran Kooperatif Think Pair Square untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Materi Larutan Penyangga. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Nurlaela, A. (2008). Pembelajaran Model Pemecahan Masalah Berbasis Eksperimen pada Materi Pengaruh Suhu Terhadap Kelarutan. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(4)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan. 16 Mei 2005. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41. Jakarta: Depdiknas.

Permana, I. (2009). BSE Memahami Kimia SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Pursitasari, I.D. (2012). Pengembangan Perkuliahan Dasar-dasar Kimia Analitik dengan Open-Ended Experiment Berbasis Investigasi Kelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Problem Solving dan Penguasaan Materi Mahasiswa Calon Guru. Disertasi pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Purwanto, M.N. (1985). Prinsip-prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remadja Karya.

Redhana, I.W. (2008). Pengembangan Program Pembelajaran Berbasis Masalah Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia SMA. Disertasi pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Romizowski, A.Z. (1982). Designing Instructional System. London: Kogan Page.

Rosbiono, M. (2007). “Teori Problem Solving Untuk Sains”. Materi Diklat TOT

Baidang Olimpiade Matematika dan Sains, Jakarta.

Royal Society of Chemistry. (2009). Chemsitry for Tomorrow’s World: A

Roadmap for the Chemical Scinces. UK: RSC.

Rusmansyah. (2003). “Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Konsep Kimia Karbon melalui Strategi Peta Konsep (Concept Mapping)”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 9, (042), 348-361.

Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia.

Santyasa, I.W. (2004). “Model Problem Solving dan Reasoning sebagai Alternatif Pembelajaran Inovatif:. Makalah pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia ke-5 tanggal 5-9 Oktober 2004, Surabaya.


(5)

Sedarmayanti. (2001). Sumberdaya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mundarmaju.

Stenberg, R.J. (2008). Psikologi Kognitif (fourth ed). Yogyakarta: Remaja Rosdakarya.

Stice, J.E. (1987). Teaching Problem Solving [Online]. Tersedia: http://educa.univpm.it/problemsolving/stice_ps.html. [21 Agustus 2013]

Sudjana, N. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjimat, D.A. (1996). Pembelajaran Pemecahan Masalah: Tinjauan Singkat Berdasar Teori Kognitif. Jurnal Pendidikan Humaniora dan sains. Malang. IKIP Malang.

Sukardi, M. (2011). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Sunarya, Y. (2000). Kimia Umum. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.

Sunarya, Y dan Setiabudi, A. (2009). BSE Mudah dan Aktif belajar Kimia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Syah, M. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

. (2001). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: RosdaKarya.

Tanrere, M. (2008). “Environmental Problem Solving in Learning Chemistry for High School Studnts”. Journal of Aplied Sciences in Environmental Sanitation.3 (1): 47-50.


(6)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. Guru daan Dosen. 30 Desember 2005. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157. Jakarta: Depdiknas.

Usman, M.U. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.