31
2.3 Alur
Dalam pengertiannya yang paling umum, alur atau plot sering diartikan sebagai jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu
Siswanto, 2008:159. Menurut Abrams dalam Siswanto, 2008:159, alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin
sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Sedangkan menurut Fananie 2009:93, alur merupakan cerita yang berisikan deretan
kejadian yang tiap kejadian tersebut dihubungkan secara sebab akibat. Dengan kata lain, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa
lain. Maka dapat disimpulkan bahwa alur atau plot merupakan rangkaian suatu peristiwa dalam cerita yang timbul karena adanya sebab akibat. Peristiwa yang
tidak menyebabkan terjadinya peristiwa lain maka belum bisa disebut sebagai alur. Elemen alur hanya didasarkan pada paparan mulainya peristiwa,
berkembangnya peristiwa yang mengarah pada konflik yang memuncak, dan penyelesaian terhadap konflik. Setiap rangkaian peristiwa yang membangun alur
merupakan suatu rangkaian peristiwa yang saling berkaitan. Pada Novel Madogiwa No Totto-chan alur yang digunakan adalah alur maju.
Cerita dimulai dari tahap awal dan diakhiri pada tahap akhir. Tahap awal dari novel Madogiwa No Totto-chan adalah tokoh Totto-chan yang dinilai nakal oleh
guru di sekolah lamanya dikeluarkan dari sekolah karena sering menimbulkan kekacauan ketika pelajaran sedang berlangsung. Kemudian Ia dipindahkan oleh
Mama ke sebuah sekolah alam yang bernama Sekolah Tomoe yang hanya menggunaksan gerbong kereta api sebagai ruang belajar. Pertama menginjakkan
kaki di sekolah barunya, Ia langsung merasa cocok dengan kepala sekolah Tomoe
32
karena baru kali itu ada orang mau mendengarkan ceritanya berjam-jam tanpa rasa bosan.
Sistem pendidikan yang diterapkan oleh Kepala Sekolah Kobayashi sangat berbeda dengan sistem pendidikan di sekolah-sekolah lain pada zaman itu. Kepala
Sekolah Kobayashi membuat sistem pendidikan yang menggabungkan antara anak cacat dan anak normal dalam satu layanan pendidikan. Metode belajarnya
bebas dan mandiri. Dalam hal ini murid dibebaskan untuk memulai pelajaran sesuai dengan pelajaran yang mereka sukai dan bebas bertanya kepada guru jika
ada hal yang tidak mereka mengerti. Belajar di Sekolah Tomoe tidak hanya terfokus kepada pendidikan formal, namun lebih menyeimbangkan antara
pendidikan akademik dengan pengembangan kepribadian. Metode pendidikan di Sekolah Tomoe memberikan banyak dampak positif
terhadap perkembangan kepribadian murid, begitu juga dengan Totto-chan, Takahashi-kun, dan Ooe-kun yang pada awalnya mengalami masalah dalam
kepribadian mereka. Di balik kesuksesan metode pendidikan di Sekolah Tomoe, tidak sedikit
pula orang tua murid yang menentang metode pendidikan tersebut karena menurut mereka metode pendidikan yang diterapkan Kepala Sekolah Kobayashi tersebut
merupakan metode pendidikan yang aneh dan tidak masuk akal. Diantaranya adalah mendidik anak dengan memberi mereka kebebasan, menyuruh murid
menggunakan pakaian usang ke sekolah, menyuruh murid berenang tanpa busana, dan lain-lain. Namun, Kepala Sekolah Kobayashi tetap maju dengan metode
pendidikannya. Kepala Sekolah berhasil mengajarkan tentang banyak hal. Metode pendidikann tersebut berhasil mendidik semua murid menjadi pribadi yang
33
mandiri, tanggung jawab, menyayangi sesama, tertib terhadap peraturan tanpa adanya paksaan, percaya diri, dan lain-lain.
Di akhir cerita, Jepang yang saat itu sedang bergejolak karena perang dunia ke-dua, banyak serangan bom yang dijatuhkan melalui pesawat tentara Amerika.
Sekolah Tomoe ikut terbakar dan musnah. Sejak kejadian itu kehidupan di Sekolah Tomoe juga turut berakhir.
Dari seluruh uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alur dalam novel Madogiwa No Totto-chan menggunakan alur maju karena cerita dimulai dari
tahap awal hingga tahap akhir.
2.4 Tema