Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada
Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
kontrol maupun eksperimen dan soal posttest diberikan setelah pembelajaran berlangsung baik untuk kelas kontrol maupun eksperimen .
G. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
1. Instrumen kemampuan literasi sains
Berdasarkan contoh instrumen yang diselenggarakan oleh PISA dalam Take The
Test Sample Questions From OECD’s PISA yang diterbitkan pada tahun 2009 dan dialihbahasakan oleh Hadinugraha 2012,
peneliti mengembangkan sendiri instrumen tes kemampuan literasi sains yang disesuaikan dengan konteks dan konten yang sudah dikenali
siswa tentang gerak pada tumbuhan.
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penilaian literasi sains
Indikator umum Indikator khusus
No soal
Jumlah soal
1.Identifikasi permasalahan
pertanyaan ilmiah 1.1 Mengenali permasalahanpertanyaan
yang dapat diselidiki secara ilmiah 3,14
2 1.2 Mengidentifikasi kata-kata kunci
untuk memperoleh informasi ilmiah 15,10
2 1.3 Mengenal ciri khas kunci
penyelidikan ilmiah 4,12
2 2.Menjelaskan
fenomena ilmiah 2.1 Mengaplikasikan pengetahuan sains
dalam situasi yang diberikan 17,18
2 2.2Mendeskripsikan atau menafsirkan
fenomena secara ilmiah dan memprediksi perubahan
2,5 2
2.3 Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi dan prediksi yang tepat
9,13 2
3.Menggunakan bukti ilmiah
3.1 Menafsirkan bukti ilmiah dan menarik kesimpulan
6,11 2
3.2 Mengidentifikasi asumsi, bukti, dan alasan dibalik kesimpulan
1,7 2
3.3 Merefleksikan implikasi sosial dari perkembangan sains dan teknologi
8,16 2
Total 18
Sumber : OECD,2006
Penganalisisan butir soal dilakukan dengan cara menguji :
a. Validitas
Sebuah tes dapat dikatakan valid jika sesuai dengan keadaan senyatanya, artinya tes dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada
Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Arikunto,2010. Untuk menghitung validitas instrumen yaitu dengan cara menghitung koefisien validitas, menggunakan rumus korelasi Product
Moment. Proses uji validitas dibantu dengan menggunakan software ANATESV4. Untuk melihat validitas dari setiap butir soal dilihat pada
kolom korelasi.
Kemudian nilai
perhitungan diinterpretasikan
menggunakan Tabel 3.3 berikut ini : Tabel 3.3 Interpretasi koefisien korelasi
Koefisien Korelasi r
Tafsiran
0,80 ≤ r 1,00 Validitas sangat tinggi
0,60 ≤ r 0,80 Validitas tinggi
0,40 ≤ r 0,60 Validitas sedang
0,20 ≤ r 0,40 Validitas rendah
0,00 ≤ r 0,20 Validitas sangat rendah
Arikunto,2010
b. Uji Realibilitas Soal
Sebuah tes dikatakan dapat dipercaya jika dapat memberikan hasil yang tetap walaupun tes tersebut diberikan secara berulang-ulang. Tes
dikatakan reliable apabila hasil-hasil tes menunjukkan ketetapan, artinya, jika kepada siswa-siswa diberikan tes yang serupa pada waktu yang
berbeda maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan yang sama dalam kelompok Arikunto,2010. Proses uji reliabilitas dibantu dengan
menggunakan software
ANATESV4, kemudian
diinterpretasikan menggunakan kriteria:
Tabel 3.4 interpretasi koefisien realibilitas Rentang Koefisien Realibilitas
Interpretasi
0,80 – 1,00
Sangat tinggi 0,60
– 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59
Cukup 0,20
– 0,39 Rendah
0,00 – 0,19
Sangat rendah Arikunto, 2010
c. Daya Pembeda
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada
Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang
bodoh berkemampuan rendah. Proses perhitungan uji daya pembeda dibantu dengan menggunakan software ANATESV4, kemudian hasil
perhitungannya diinterpretasikan menggunakan kriteria: Tabel 3.5 Klasifikasi daya pembeda
Rentang daya pembeda Interpretasi
0,00 – 0,20
Jelek 0,21
– 0,40 Cukup
0,41 – 0,70
Baik 0,71
– 1,00 Baik sekali
Arikunto, 2010
d. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah. Soal sukar akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di
luar jangkauan siswa. oleh karena itu dibutuhkan keseimbangan yaitu adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara
proporsional. Proses perhitungan tingkat kesukaran dibantu dengan menggunakan software ANATESV4, kemudian hasil perhitungannya
diinterpretasikan menggunakan kriteria:
Tabel 3.6 Klasifikasi indeks kesukaran Rentang tingkat kesukaran soal
Interpretasi
0,00 – 0,30
Sukar 0,31
– 0,70 Sedang
0,71 – 1,00
Mudah Arikunto, 2010
e. Kualitas Pengecoh
Efektivitas pengecoh ini sangat penting, ebuah distraktor atau pengecoh dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut
mempunyai daya tarik yang besar bagi kelompok siswa yang kurang
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada
Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
memahami suatu konsep atau bahan. Proses perhitungan kualitas pengecoh dibantu dengan menggunakan software ANATESV4. Data kualitas
pengecoh yang muncul dalam output ANATES diinterpretasikan pada
kriteria yang terdapat dalam program ANATES.
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
No. soal
Tingkat kesukaran
Keterangan Daya
pembeda keterangan
Kualitas pengecoh Validitas
Keterangan Keputusan
Reliabilitas A
B C
D 1
0,36 Sedang
0,54 Baik
Kurang baik Baik
Baik 0,40
Cukup Dipakai
0,92 Sangat
tinggi 2
0,72 Sedang
0,54 Baik
Kurang baik Kurang baik
Baik 0,56
Cukup Dipakai
3 0,45
Sedang 0,64
Baik Baik
Sangat baik Sangat baik
0,62 Tinggi
Dipakai 4
0,50 Sedang
0,67 Baik
Sangat baik Baik
Sangat baik 0,57
Cukup Dipakai
5 0,82
Mudah 0,50
Baik Baik
Baik Baik
0,58 Cukup
Dipakai 6
0,67 Sedang
0,72 Baik sekali
Baik Baik
Kurang baik 0,58
Cukup Dipakai
7 0,63
Sedang 0,83
Baik sekali Baik
Baik Baik
0,57 Cukup
Dipakai 8
0,60 Sedang
0,64 Baik
Baik Baik
Buruk 0,46
Cukup Dipakai
9 0,65
Sedang 0,73
Baik sekali Baik
Baik Sangat baik
0,63 Tinggi
Dipakai 10
0,35 Sedang
0,37 Cukup
Baik Sangat baik
Baik 0,34
Rendah Dipakai
11 0,36
Sedang 0,67
Baik Sangat baik
Baik Sangat baik
0,42 Cukup
Dipakai 12
0,42 Sedang
0,36 Cukup
Sangat baik Baik
Kurang baik 0,35
Rendah Dipakai
13 0,22
Sukar 0,33
Cukup Sangat baik
Buruk Buruk
0,45 Cukup
Dipakai 14
0,32 Sukar
0,16 Jelek
Sangat baik Sangat baik
Sangat baik 0,70
Tinggi Dipakai
15 0,50
Sedang 0,73
Baik sekali Baik
Sangat baik Baik
0,53 Cukup
Dipakai 16
0,52 Sedang
0,91 Baik sekali
Buruk Sangaat baik
Kurang baik 0,73
Tinggi Dipakai
17 0,42
Sedang 0,64
Baik Kurang baik
Baik Buruk
0,58 Cukup
Dipakai 18
0,50 Sedang
0,91 Baik sekali
Baik Baik
Sangat baik 0,70
Tinggi Dipakai
Tabel 3.7 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Kemampuan Literasi Sains Siswa
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak
Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
2. Kuesioner sikap yang digunakan adalah kuesioner dengan indikator terpadu yakni
yang berasal dari PISA 2006 dan kuesioner yang telah disusun oleh Dr. Richard Moore yakni Scientific Attitude Inventory II 1997 yang sesuai dengan definisi sikap
ilmiah dari Bennet Anwer et.al., 2012 yakni sikap yang berkaitan dengan practical work. Izin penggunaan SAI II telah diberikan oleh Dr. Moore melalui e-mail
Lampiran F.3. Kuesioner disusun dalam bentuk skala Likert-5 sangat setuju, setuju, netralragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Kisi-kisi kuesioner sikap
ilmiah dapat dilihat pada Tabel 3.8. Tabel 3.8 Kisi-kisi kuesioner sikap ilmiah
Indikator umum
Indikator Khusus No. Soal dan
Orientasi Jawaban Positif
Negatif
Dukungan Terhadap
Inkuiri Ilmiah
Menghargai perbedaan pandangan dan pendapat ilmiah berfikiran terbuka untuk melakukan
penyelidikan lebih lanjut
3
4 5
Mendukung penggunaan informasi faktual dan eksplanasi rasional agar tidak terjadi bias
3
6 15
Menunjukkan pemahaman bahwa proses yang logis, kritis dan cermat diperlukan dalam mengambil
kesimpulan
3
16 17
Dukungan terhadap
Sifat Sains Menunjukkan pemahaman bahwa sains memiliki
keterbatasan : teori dan prinsip sains adalah tentatif dan
mendekati kebenaran
serta tidak
semua permasalah dapat dapat dijawab oleh sains
1
18 7
Meyakini bahwa saintis harus memiliki kejujuran intelektual, objektivitas dalam observas. Observasi
dan eksperimen adalah dasar dari penerapan sains
1
12 22
Keyakinan diri sebagai
pembelajar sains
Keyakinan dalam menangani persoalan ilmiah secara efektif
2
21 14
Keyakinan dalam menangani kesulitan dalam menyelesaikan masalah
2
1 2
Keyakinan dalam menunjukkan kemampuan ilmiah yang tinggi
2
3 19
Ketertarikan terhadap
sains Mengindikasikan keingintahuan tentang sains, isu-isu
sains dan mempraktikan sains
3
13 20
Menunjukkan keinginan untuk memperoleh tambahan pengetahuan dan keahlian ilmiah, menggunakan
beragam sumber dan metode ilmiah
3
8 9
Menunjukkan keinginan untuk mencari informasi dan memiliki ketertarikan terus-menerus terhadap sains
3
10 11
Jumlah 11
11
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Gerak
Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Sumber : Moore Foy, 1997; OECD, 2006
Keterangan :
1.
Indikator hanya terdapat dari PISA
2.
Indikator hanya terdapat dari SAI II
3.
Indikator ada pada PISA dan SAI II Sebelum dijadikan sebagai instrumen penelitian, kuesioner diujicoba terlebih dahulu
dan hasil pehitungannya diolah menggunakan bantuan softwere ANATESV4 uraian untuk menguji tingkat kesukaran,validitas, reliabilitas, dan daya pembeda soal. Dan
hasilnya sebagai berikut : Tabel 3.9 Rekapitulasi analisis butir soal kuesioner sikap ilmiah siswa
No. soal
Tingkat kesukaran
Keterangan Daya
pembeda Keterangan
Validitas Keterangan
Reliabilitas Keputusan
1 0,67
Sedang 0,32
Cukup 0,68
Tinggi 0,86
Dipakai 2
0,54 Sedang
0,36 Cukup
0,51 Cukup
Sangat tinggi
Dipakai 3
0,70 Sangat
mudah 0,25
Cukup 0,62
Tinggi Dipakai
4 0,69
Sedang 0,18
Jelek 0,48
Cukup Dipakai
5 0,62
Sedang 0,20
Jelek 0,40
Cukup Dipakai
6 0,67
Sedang 0,40
Cukup 0,65
Tinggi Dipakai
7 0,49
Sedang 0,21
Cukup 0,36
Rendah Direvisi
8 0,75
Mudah 0,16
Jelek 0,48
Cukup Dipakai
9 0,54
Sedang 0,29
Cukup 0,53
Cukup Dipakai
10 0,80
Mudah 0,29
Cukup 0,44
Cukup Dipakai
11 0,62
Sedang 0,20
Jelek 0,45
Cukup Dipakai
12 0,72
Mudah 0,36
Cukup 0,62
Tinggi Dipakai
13 0,73
Mudah 0,27
Cukup 0,52
Cukup Dipakai
14 0,64
Sedang 0,41
Baik 0,61
Tinggi Dipakai
15 0,54
Sedang 0,43
Baik 0,64
Tinggi Dipakai
16 0,71
Mudah 0,23
Cukup 0,50
Cukup Dipakai
17 0,61
Sedang 0,21
Cukup 0,45
Cukup Dipakai
18 0,54
Sedang 0,18
Jelek 0,35
Rendah Direvisi
19 0,57
Sedang 0,09
Jelek 0,36
Rendah Direvisi
20 0,61
Sedang 0,32
Cukup 0,55
Cukup Dipakai
21 0,60
Sedang 0,16
Jelek 0,46
Cukup Dipakai
22 0,72
Mudah 0,40
Cukup 0,63
Tinggi Dipakai
Nindya Sekar Mayuri, 2013 Pengaruh Model Inquiry lab Terhadap Kamampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada
Materi Gerak Pada Tumbuhan Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
3. Lembar Observasi, digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan
sintaks pembelajaran Inquiry lab dalam pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Observer melakukan pengamatan sintaks pembelajaran
dengan menggunakan sintaks pembelajaran Inquiry lab Wenning, 2011 dengan tahapan : 1 Observation, 2 Manipulation, 3
Generalization, 4 Verification, dan 5 Application Lampiran E.2. 4.
Lembar Kerja Siswa LKS, digunakan untuk membantu dalam keterlaksanaan proses pembelajaran inquiry lab. Pembuatan LKS ini
juga telah dikonsultasikan dengan Wenning melalui email Lampiran F.2.
Instrumen dikembangkan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Membuat instrumen yang disesuaikan dengan fenomena alam yang
dikenal oleh siswa tentang gerak pada tumbuhan dan disesuaikan dengan indikator literasi sains dan pada PISA 2006 . Untuk sikap
ilmiah disesuaikan dengan indikator PISA 2006 dan SAI II Moore dan Foy,1997 dan untuk sintaks pembelajaran berdasarkan indikator
dasar dari Wenning 2011. 2.
Dilakukan judgment terhadap instrumen yang dibuat oleh dosen ahli 3.
Dilakukan uji coba instrument. 4.
Dilakukan analisis butir soal literasi sains dan sikap ilmiah. 5.
Dilakukan uji instrumen kembali untuk soal yang kurang baik yang telah direvisi.
H. Pengolahan Data