3. Untuk  mengetahui  bagaimana  pembagian  hasil  lelang  pelaksanaan  eksekusi
Hak Tanggungan Atas Tanah diantara para kreditur. D.   Manfaat Penelitian
Tujuan  Penulisan  dan  Manfaat  Penulisan  merupakan  satu  rangkaian  yang hendak dicapai bersama, maka dengan demikian, dari penulisan ini diharapkan akan
dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1.
Manfaat Teoritis Hasil  penelitian  ini,  akan  menguatkan  teori  bahwa  suatu  norma  hukum  wajib
ditaati  karena  norma  hukum  itu  sendiri  dibentuk  untuk  kepentingan  manusia. Namun  norma  hukum  itu  akan  menjadi  bermanfaat  apabila  benar-benar
diterapkan atau dilaksanakan. 2.
Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan masukan kepada masyarakat
dan bagi para praktisi hukum, khususnya bagi para kreditorBank Pemegang Hak Tanggungan  agar  lebih  mengetahui  mengenai  langkah-langkah  yang  harus
diperhatikan  dalam  pelaksanaan  perjanjian  kredit  sindikasi  dengan  jaminan  hak tanggungan dan bagaimanakah perlindungan hukum kepada para kreditor perserta
sindikasi.
E.   Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran sementara dan pemeriksaan yang telah penulis lakukan  baik  di  kepustakaan  penulisan  karya  ilmiah  Magister  Hukum,  maupun  di
Magister  Kenotariatan  Universitas  Sumatera  Utara  USU  Medan,  dan  sejauh  yang
Universitas Sumatera Utara
diketahui,  ditemukan  judul  penelitian  yang  menyangkut  dengan  kredit  sindikasi  dan Hak Tanggungan diantaranya :
1.  Penelitian  dengan  judul  “Pengurusan  Dan  Penyelesaian  Kredit  Sindikasi  Yang Macet  Penelitian  di  Kota  Medan”,
Oleh  Zani  Afoh  Saragih,  982105036Ilmu HukumHukum Bisnis.
2.  Penelitian  dengan  judul  “Pelaksanaan  Perjanjian  Kredit  Dengan  Jaminan  Hak Tanggungan Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Debitur yang Wanprestasi pada
Bank Sumut” , Oleh Syari Ramadhani, 077011067Mkn
3.  Penelitian  dengan  judul  “Pemberian  Kredit  oleh  Bank  Swasta  dengan  Jaminan Hak  Tanggungan  dan  Penyelesaiannya  dalam  hal  Debitur  Wanprestasi  Studi  di
Jakarta”, Oleh Ferina Nismi Pulungan, 027011019Mkn
Dilihat dari topik yang dikaji yang  disebut diatas jelas sangat berbeda dengan
penelitian  yang  penulis  lakukan.  Oleh  karena  itu,  penelitian  tentang  “ANALISIS YURIDIS  PERJANJIAN  KREDIT  SINDIKASI  DENGAN  JAMINAN  HAK
TANGGUNGAN”  STUDI  DI  BANK  UOB  INDONESIA,  belum  pernah
dilakukan. Oleh karena itu , penelitian in adalah asli adanya. Artinya secara akademik penelitian  ini  dapat  dipertanggungjawabkan    kemurniannya,  karena  belum  ada  yang
melakukan penelitian yang sama dengan judul penelitian ini.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori.
Kelangsungan perkembangan ilmu hukum senantiasa bergantung pada unsur- unsur  berikut  antara  lain  metodologi,  aktivitas  penelitian,  imajinasi  sosial  dan  juga
Universitas Sumatera Utara
sangat  ditentukan  oleh  teori.
26
Teori  adalah  untuk  menerangkan  atau  menjelaskan mengapa  gejala  spesifik  atau  proses  tertentu  terjadi,
27
dan  suatu  teori  harus  diuji dengan
menghadapkan pada
fakta-fakta yang
dapat menunjukkan
ketidakbenarannya.
28
Kerangka  Teori  adalah  kerangka  pemikiran  atau  butir-butir pendapat,  teori,  tesis  si  penulis  mengenai  sesuatu  kasus  atau  permasalahan  yang
menjadi bahan perbandingan, pegangan teoristis.
29
Fungsi  teori  dalam  penelitian  tesis  ini  adalah  untuk  memberikan pedomanpetunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati.
30
Dalam  menjawab  rumusan  permasalahan  yang  ada,  adapun  teori  yang  akan digunakan  sebagai  pisau  analisis  dalam  penulisan  ini  adalah  teori  kepastian  hukum.
Teori kepastian hukum mengandung 2 dua pengertian, yaitu pertama adanya aturan yang  bersifat  umum  membuat  individu  mengetahui  perbuatan  apa  yang  boleh  atau
tidak  boleh  dilakukan,  dan  kedua  berupa  keamanan  hukum  bagi  individu  dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum  yang bersifat umum
itu  individu  dapat  mengetahui  apa  saja  yang  boleh  dibebankan  atau  dilakukan  oleh Negara  terhadap  individu.  Kepastian  hukum  bukan  hanya  berupa  pasal-pasal  dalam
26
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-Press, Jakarta, 1986,  hal. 6.
27
J.J.J  M.Wuisman,  Penelitian  Ilmu-Ilmu  Sosial,  Asas-Asas,  Penyunting:  M.Hisyam, Jakarta:FE UI,1996, hal 203
28
Ibid. hal 16
29
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80.
30
Bandingkan Snelbecker dalam Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal. 35.
Universitas Sumatera Utara
undang-undang  melainkan  juga  adanya  konsistensi  dalam  putusan  hakim  yang  satu dengan yang lainnya  untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan
31
Untuk  memenuhi  kebutuhan  hidupnya,  manusia  atau  yang  dalam  bahasa hukum  disebut  sebagai  orang,  melakukan  berbagai  kegiatan  dalam  berbagai  bidang
usaha yang akhirnya menggerakkan roda perekonomian. Antara orang-orang tersebut, yaitu baik antara kelompok masyarakat, para pelaku uasaha dan berbagai instansi atau
lembaga  swasta  ataupun  pemerintah,  dalam  menjalankan  suatu  kegiatan perekonomian sehari-harinya akan melakukan interaksi antara  satu sama lain.
Untuk  itu  maka  diperlukan  hukum,  tugas  yang  sangat  fundamental  hukum adalah menciptakan ketertiban, sebab ketertiban merupakan suatu syarat dari adanya
masyarakat  yang  teratur.  Hal  ini  berlaku  bagi  masyarakat  manusia  dalam  segala bentuknya.  Oleh  karena  itu  pengertian  manusia,  masyarakat  dan  hukum  tak  akan
mungkin  dipisah-pisahkan.
32
Agar  tercapai  ketertiban  dalam  masyarakat,  maka diusahakanlah  untuk  mengadakan  kepastian.  Kepastian  disini  diartikan  sebagai
kepastian  hukum  dan  kepastian  oleh  karena  hukum.  Hal  ini  disebabkan  karena pengertian hukum mempunyai dua segi. Segi pertama adalah bahwa ada hukum yang
pasti  bagi  peristiwa  yang  kongkret,  segi  kedua  adalah  adanya  suatu  perlindungan hukum terhadap kesewenang-wenangan.
33
31
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media Group, Jakarta, 2008, hal. 158.
32
Soerjono Soekamto, Penegakan Hukum, Binacipta, Jakarta, 1983, hal.42
33
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Menurut  teori  konvensional,  tujuan  hukum  adalah  mewujudkan  keadilan rechtgerechtigheid,
kemanfaatan rechtsutiliteit
dan kepastian
hukum rechtszekerheid
34
. Lembaga  Hak  Tanggungan  merupakan  salah  satu  dari  hak  kebendaan  yang
bersifat memberikan jaminan.
35
Lembaga  Hak  Tanggungan  akan  timbul  sebagai  suatu  pranata  hukum  yang memberikan perlindungan dan jaminan kepastian hukum, pada saat para pihak dalam
melakukan interaksi dan hubungan hukum dalam suatu kegiatan usaha, membutuhkan penyediaan  dana.  Lembaga  Hak  Tanggungan  akan  timbul  sebagai  suatu  Lembaga
Hak Jaminan, di saat pihak yang memerlukan dana dan pihak yang memberikan dana, mengikatkan diri pada suatu perjanjian utang piutang. Lembaga Hak Tanggungan ini
akan  berfungsi  sebagai  lembaga  hak  jaminan  yang  akan  menjamin  pelunasan  utang tersebut. Lembaga Hak Tanggungan ini merupakan lembaga hak jaminan atas tanah,
dimana ditentukan dalam ketentuan Undang-Undang Hak TanggunganUUHT bahwa tanah  yang  berstatus  Hak  Milik,  Hak  Guna  Usaha  dan  Hak  Guna  Bangunan  dapat
dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak Tanggungan.
36
Dalam  hal  mewujudkan  keadilan,  menurut  W.  Friedman  suatu  Undang- Undang haruslah memberikan keadilan  yang sama kepada semua walaupun terdapat
34
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, PT. Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002, hal. 85
35
J.  Satrio,  Hukum  Jaminan  Hak  Jaminan  Kebendaan,  Cetakan  4,  Bandung  :  PT.  Citra Aditya Bakti, 2002, hal. 16.
36
Lihat  Undang-Undang  Tentang  Peraturan  Dasar  Pokok-Pokok  Agraria,  UU  No.5,  LN No.104 tahun 1960, TLN NO.2043, Pasal 25,33,39.
Universitas Sumatera Utara
perbedaan-perbedaan diantara pribadi-pribadi tersebut,
37
oleh karena itu, maka dalam kredit  sindikasi  diperlukan  suatu  lembaga  jaminan  dalam  hal  ini  yaitu  lembaga
jaminan hak tanggungan untuk menjamin dan memberikan rasa keadilan kepada para kreditur yang memberikan kredit kepada debitur.
Stanley Hurn dalam bukunya Syndicated Loan : A Handbook for Banker and Borrower
memberikan definisi mengenai kredit sindikasi sebagai berikut :
38
“A  syndicated  loan  is  a  loan  made  by  two  or  more  lending  institution,  on similar terms and condition, using common documentation and administered
by common agent.” Definisi  tersebut  diatas  mencakup  semua  unsur  –  unsur  yang  penting  dari
suatu  kredit  sindikasi.  Pertama,  kredit  sindikasi  melibatkan  lebih  dari  satu  lembaga pembiayaan  dalam  suatu  fasilitas  sindikasi.  Kedua,  definisi  tersebut  menyatakan
bahwa kredit sindikasi adalah kredit  yang diberikan berdasarkan syarat – syarat dan ketentuan  –  ketentuan  yang  sama  bagi  masing  –  masing  peserta  sindikasi.  Hal  ini
diwujudkan dalam bentuk hanya ada satu perjanjian kredit antara nasabah dan sebuah bank  peserta  sindikasi.  Ketiga,  definisi  tersebut  menegaskan  bahwa  hanya  ada  satu
dokumentasi  kredit,  karena  dokumentasi  inilah  yang  menjadi  pegangan  bagi  semua bank  peserta  sindikasi  secara  bersama  –  sama.  Keempat,  sindikasi  tersebut
diadministrasikan  oleh  satu  agen  agent  yang  sama  bagi  semua  bank  peserta
37
W.Friedman,Teori  dan  Filsafat  Hukum  Dalam  Buku  Telaah  Kritis  Atas  Teori-Teori Hukum,
diterjemahkan dari buku aslinya Legal Theory oleh Muhammad Arifin, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal. 7
38
Sutan Remy Sjahdeni,Op. Cit, hal. 2
Universitas Sumatera Utara
sindikasi. Bila tidak demikian halnya, maka terpaksa harus  ada serangkaian fasilitas bilateral dua pihak, yang sama tetapi mandiri, antara masing – masing bank peserta
dengan nasabah. Kredit  yang  berbentuk  sindikasi  atau  kredit  patungan  yang  dilakukan  oleh
bank  ini,  berbeda  dari  kredit  –  kredit  yang  biasa  diberikan  oleh  bank  kepada nasabahnya.
Dengan demikian dalam perjanjian kredit sindikasi ada beberapa bank sebagai kreditor  yang  bersama-sama  memberikan  pinjaman  sindikasi  atau  fasilitas  serupa,
antara lain fasilitas Letter of Credit atau sebuah penjaminan untuk pengeluaran surat- surat berharga kepada debitur.
Pada  dasarnya  proses  kredit  sindikasi  sama  saja  seperti  proses  kredit  biasa yang  dilakukan  oleh  bank-bank.  Tentu  saja  semua  marketingaccount  officerbagian
hukum telah  mengetahuinya secara rinci dan jelas. Seperti  kita  ketahui,  maka  kredit  biasa  hanya  diberikan  oleh  satu  bank  saja.
Dalam  kredit  sindikasi  diberikan  oleh  lebih  dari  satu  bank.  Karena  dalam  kredit sindikasi melibatkan beberapa bank tentulah dalam prosesnya ada beberapa langkah
yang  memerlukan  perhatian  khusus  dalam  penandatanganannya,  terutama  hal-hal yang  menyangkut  hubungan  dengan  bank-bank  calon  perserta  sindikasi.lebih  dari
satu  bank  dan  inilah  yang  menjadi  perbedaan  paling  mendasar  dari  kredit-kredit biasa.
Namun  seperti  halnya  kredit  biasa,  bahwa  dalam  kredit  sindikasi,  bank-bank peserta kredit sindikasi tetap meminta suatu jaminan guna menjamin pelunasan krdeit
Universitas Sumatera Utara
sindikasi  tersebut.  Undang-undang  telah  mengatur  mengenai  hal-hal  yang berhubungan  dengan  pelaksanaan  jaminan  atau  penanggungan  piutang  kreditor
terhadap debitor, yang dibuat dalam suatu perikatan. Jaminan dalam hukum berfungsi untuk  menjamin  utang.  Hukum  jaminan  mengatur  tentang  jaminan  piutang
seseorang.
39
Fungsi  jaminan  untuk  menjamin  utang,  terutama  akan  tertera  jelas  dalam jaminan  kebendaan.  Jaminan  kebendaan  merupakan  hak  mutlak  atas  suatu  benda
tertentu,  yang  untuk  suatu  waktu  ketika  debitor  cidera  janji,  dapat  diuangkan  untuk pelunasan utang debitor. Jaminan kebendaan memberikan kedudukan  yang istimewa
kepada kreditor yaitu hak preferen atau hak untuk didahulukan daripada kreditor lain dalam pengambilan pelunasan piutang dari benda yang menjadi objek jaminan.
Pada  prinsipnya  tidak  semua  benda  jaminan  dapat  dijaminkan  pada  lembaga perbankan  atau  lembaga  keuangan  nonbank,  namun  benda  yang  dapat  dijaminkan
adalah  benda-benda  yang  memenuhi  syarat-syarat  tertentu.  Adapun  syarat-syarat benda jaminan yang baik adalah :
1. dapat  secara  mudah  membantu  perolehan  kredit  itu  oleh  pihak  yang
memerlukannya; 2.
tidak  melemahkan  potensi  kekuatan  si  pencari  kredit  untuk  melakukan  atau meneruskan usahanya;
39
J. Satrio, Op.Cit., hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
3. memberikan kepastian kepada si kreditor, dalam arti bahwa barang jaminan setiap
waktu  tersedia  untuk  di  eksekusi,  bila  perlu  dapat  mudah  diuangkan  untuk melunasi hutangnya si penerima pengambil kredit.
40
Sebagai  lembaga  jaminan,  Hak  Tanggungan  adalah  hak  jaminan  yang dibebankan  pada  hak  atas  tanah  sebagaimana  dimaksud  dalam  Undang-Undang
Nomor  5  Tahun  1960,  tentang  Peraturan  Dasar  Pokok-Pokok  Agraria,  berikut  atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk
pelunasan  utang  tertentu,  yang  memberikan  kedudukan  yang  diutamakan  kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.
41
Perjanjian jaminan yang melahirkan Hak  Tanggungan  ini,  dibuat  oleh  para  pihak  dengan  tujuan  untuk  melengkapi
perjanjian pokok yang umumnya merupakan perjanjian utang piutang atau perjanjian kredit.  Mengamati  sketsa  seperti  itu  dapat  ditarik  suatu  pemahaman,  bahwasannya
hubungan  hukum  antara  para  pihak  itu  dijalin  oleh  2  dua  jenis  perjanjian,  yakni perjanjian  kredit  selaku  perjanjian  pokok,  dan  perjanjian  jaminan  sebagai  jaminan
tambahan accesoir.
42
Lembaga  Hak  Tanggungan  akan  timbul  sebagai  suatu  pranata  hukum  yang memberikan perlindungan dan jaminan kepastian hukum, pada saat para pihak dalam
melakukan interaksi dan hubungan hukum dalam suatu kegiatan usaha, membutuhkan
40
R. Subekti, Jaminan-jaminan untuk Pemberian Kredit Termasuk Hak Tanggungan menurut Hukum  Indonesia.
Diolah  kembali  oleh  Johannes  Gunawan.  Citra  Aditya  Bakti,  Bandung,  1996,  hal. 73.
41
Kansil, Pokok-Pokok Hukum Hak Tanggungan Atas Tanah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997, hal. 19-20.
42
M. Isnaeni, Kerancuan Hak Tanggungan Dalam Kaitannya Sebagai Pengaman Penyaluran Kredit Bank
, Amrta, Vol. 1, No. 1,  Mei 1999, hal. 80.
Universitas Sumatera Utara
penyediaan  dana.  Lembaga  Hak  Tanggungan  akan  timbul  sebagai  suatu  Lembaga Hak Jaminan, di saat pihak yang memerlukan dana dan pihak yang memberikan dana,
mengikatkan diri pada suatu perjanjian utang piutang. Lembaga Hak Tanggungan ini akan  berfungsi  sebagai  lembaga  hak  jaminan  yang  akan  menjamin  pelunasan  utang
tersebut. Lembaga Hak Tanggungan ini merupakan lembaga hak jaminan atas tanah, dimana ditentukan dalam ketentuan Undang-Undang Hak TanggunganUUHT bahwa
tanah  yang  berstatus  Hak  Milik,  Hak  Guna  Usaha  dan  Hak  Guna  Bangunan  dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak Tanggungan.
43
Meskipun  Hak  Tanggungan  sebagai  perjanjian  jaminan  tambahan,  namun fungsinya memberikan rasa aman bagi kreditor, karena manakala debitor cidera janji,
kreditor  mendapatkan  perlindungan  hukum,  sebab  benda  yang  dijaminkan  tersebut dapat  diuangkan  sebagai  pelunasan  utang  debitor.  Fungsi  jaminan  secara  hukum
dipertegas  pula  oleh  Juhaendah  Hasan,  yakni  untuk  meng-cover  hutang,  karena jaminan  merupakan  sarana  perlindungan  bagi  para  kreditor  yaitu  kepastian  akan
pelunasan hutang debitor atau pelaksanaan suatu prestasi oleh debitor atau penjamin debitor.
44
Dengan  demikian  jaminan  yang  memberikan  kepastian  bagi  si  pemberi kredit, dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, yaitu
bila  perlu  dapat  dengan  mudah  diuangkan  untuk  melunasi  utang  si  penerima
43
Lihat  Undang-Undang  Tentang  Peraturan  Dasar  Pokok-Pokok  Agraria,  UU  No.5,  LN No.104 tahun 1960, TLN NO.2043, Pasal 25,33,39.
44
Djuhaenda  Hasan,  Aspek  Hukum  Jaminan  Kebendaan  dan  Perorangan,  Jurnal  Hukum Bisnis, Vol. 11, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 2000, hal. 16.
Universitas Sumatera Utara
pengambil kredit.
45
Bertitik tolak dari pendapat Djuhaenda Hasan dan Hermayulius, maka  dapat  dipahami  bahwa  pembentukan  UUHT  mencantumkan  ciri  tersebut,
dengan  maksud  memberikan  perlindungan  kepada  kreditor,  manakala  debitor  cidera janji, yakni kepastian bahwa barang jaminan setiap saat tersedia untuk dieksekusi dan
bila perlu dapat dengan mudah diuangkan untuk pelunasan utang debitor. Sebagai suatu lembaga jaminan  yang kuat, dalam Penjelasan Umum Nomor 3
UUHT, Hak Tanggungan mempunyai empat ciri pokok yaitu : a.
memberikan  kedudukan  yang  diutamakan  atau  mendahulu  kepada pemegangnya;
b. selalu mengikuti objek yang dijaminkan dalam tangan siapapun objek itu berada;
c. memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga
dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan; dan d.
mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Sebagian  besar  prinsip-prinsip  ataupun  ciri-ciri  Hak  Tanggungan  terkandung
unsur  hukum  barat.  Hal  tersebut  diakui  oleh  A.P.  Parlindungan
46
bahwa  Hak Tanggungan  itu  badan  atau  tubuhnya  adalah  hipotik  yang  disesuaikan,  sedang
bajunya  adalah  hukum  Adat.  Hal  itu  nampak  dari  diadopsinya  sifat-sifat  hak kebendaan  zakerlijkrechtelijk  yang  dimiliki  hipotik  ke  dalam  UUHT.  Menghadapi
45
Hermayulius,  Aspek  Hukum  Jaminan  Dalam  Dunia  Usaha  Perbankan,  Majalah  Hukum Nasional, No. 1, 2002, hal. 69-70.
46
A.  P.  Parlindungan,  Komentar  Undang-Undang  Hak  Tanggungan  dan  Sejarah Terbentuknya
, Mandar Maju, Bandung, 1996, hal. 33.
Universitas Sumatera Utara
banyaknya  adopsi  asas  dan  prinsip  hukum  Barat  dalam  UUHT,  M.  Isnaeni
47
, berpendapat  bahwa  melekatkan  begitu  saja  sifat-sifat  unggul  hipotik  ke  dalam  Hak
Tanggungan,  untuk  kemudian  dipakai  sebagai  dalil  guna  menyingkirkan  lembaga jaminan  hipotik  yang  telah  ratusan  tahun  mengabdi,  sungguh  masih  memerlukan
suatu  penjelasan  objektif  yang  dapat  dipertanggung  jawabkan.  Meskipun  demikian dengan  diundangkannya  Undang-Undang  Nomor  4  Tahun  1996,  tentang  Hak
Tanggungan  diposisikan  lebih  baik  daripada  saat  berlakunya  hipotik  dan credietverband
.  Adapun  hak  atas  tanah  yang  dapat  dibebani  Hak  Tanggungan menurut Pasal 4 ayat 1 UUHT adalah a Hak Milik; b Hak Guna Usaha; c Hak
Guna  Bangunan.  Selain  hak-hak  atas  tanah  sebagaimana  disebut  di  atas,  Hak  Pakai atas Tanah Negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan menurut
sifatnya dapat dipindah tangankan dapat juga dibebani Hak Tanggungan. Roscoe  Pond  dalam  bukunya  Scope  and  Purpose  of  Sociological
Jurisprudence,
48
menyebutkan  ada  beberapa  kepentingan  yang  harus  mendapat perlindungan  atau  dilindungi  oleh  hukum,  yaitu  :  Pertama,  kepentingan  terhadap
negara  sebagai  suatu  badan  yuridis,  Kedua,  kepentingan  negara  sebagai  penjaga kepentingan  sosial,  Ketiga,  kepentingan  terhadap  perseorangan  terdiri  dari  pribadi,
hubungan-hubungan  domestik,  kepentingan  substansi.  Dari  pendapat  Roscoe  Pond tersebut,  dapat  dilihat  bahwa  sangat  diperlukannya  suatu  perlindungan  hukum
47
M. Isnaeni, Op.Cit, hal. 41.
48
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal.298.
Universitas Sumatera Utara
terhadap kepentingan perseorangan, karena dengan adanya perlindungan hukum akan tercipta suatu keadilan.
2.   Konsepsi