Untuk mengetahui bagaimana pembagian hasil lelang pelaksanaan eksekusi

3. Untuk mengetahui bagaimana pembagian hasil lelang pelaksanaan eksekusi

Hak Tanggungan Atas Tanah diantara para kreditur. D. Manfaat Penelitian Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan merupakan satu rangkaian yang hendak dicapai bersama, maka dengan demikian, dari penulisan ini diharapkan akan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini, akan menguatkan teori bahwa suatu norma hukum wajib ditaati karena norma hukum itu sendiri dibentuk untuk kepentingan manusia. Namun norma hukum itu akan menjadi bermanfaat apabila benar-benar diterapkan atau dilaksanakan. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan masukan kepada masyarakat dan bagi para praktisi hukum, khususnya bagi para kreditorBank Pemegang Hak Tanggungan agar lebih mengetahui mengenai langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan perjanjian kredit sindikasi dengan jaminan hak tanggungan dan bagaimanakah perlindungan hukum kepada para kreditor perserta sindikasi.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran sementara dan pemeriksaan yang telah penulis lakukan baik di kepustakaan penulisan karya ilmiah Magister Hukum, maupun di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara USU Medan, dan sejauh yang Universitas Sumatera Utara diketahui, ditemukan judul penelitian yang menyangkut dengan kredit sindikasi dan Hak Tanggungan diantaranya : 1. Penelitian dengan judul “Pengurusan Dan Penyelesaian Kredit Sindikasi Yang Macet Penelitian di Kota Medan”, Oleh Zani Afoh Saragih, 982105036Ilmu HukumHukum Bisnis. 2. Penelitian dengan judul “Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Debitur yang Wanprestasi pada Bank Sumut” , Oleh Syari Ramadhani, 077011067Mkn 3. Penelitian dengan judul “Pemberian Kredit oleh Bank Swasta dengan Jaminan Hak Tanggungan dan Penyelesaiannya dalam hal Debitur Wanprestasi Studi di Jakarta”, Oleh Ferina Nismi Pulungan, 027011019Mkn Dilihat dari topik yang dikaji yang disebut diatas jelas sangat berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Oleh karena itu, penelitian tentang “ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN KREDIT SINDIKASI DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN” STUDI DI BANK UOB INDONESIA, belum pernah dilakukan. Oleh karena itu , penelitian in adalah asli adanya. Artinya secara akademik penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kemurniannya, karena belum ada yang melakukan penelitian yang sama dengan judul penelitian ini.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori.

Kelangsungan perkembangan ilmu hukum senantiasa bergantung pada unsur- unsur berikut antara lain metodologi, aktivitas penelitian, imajinasi sosial dan juga Universitas Sumatera Utara sangat ditentukan oleh teori. 26 Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, 27 dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkan pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. 28 Kerangka Teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis si penulis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoristis. 29 Fungsi teori dalam penelitian tesis ini adalah untuk memberikan pedomanpetunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati. 30 Dalam menjawab rumusan permasalahan yang ada, adapun teori yang akan digunakan sebagai pisau analisis dalam penulisan ini adalah teori kepastian hukum. Teori kepastian hukum mengandung 2 dua pengertian, yaitu pertama adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan hukum yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa pasal-pasal dalam 26 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-Press, Jakarta, 1986, hal. 6. 27 J.J.J M.Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, Penyunting: M.Hisyam, Jakarta:FE UI,1996, hal 203 28 Ibid. hal 16 29 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80. 30 Bandingkan Snelbecker dalam Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal. 35. Universitas Sumatera Utara undang-undang melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan hakim yang satu dengan yang lainnya untuk kasus yang serupa yang telah diputuskan 31 Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia atau yang dalam bahasa hukum disebut sebagai orang, melakukan berbagai kegiatan dalam berbagai bidang usaha yang akhirnya menggerakkan roda perekonomian. Antara orang-orang tersebut, yaitu baik antara kelompok masyarakat, para pelaku uasaha dan berbagai instansi atau lembaga swasta ataupun pemerintah, dalam menjalankan suatu kegiatan perekonomian sehari-harinya akan melakukan interaksi antara satu sama lain. Untuk itu maka diperlukan hukum, tugas yang sangat fundamental hukum adalah menciptakan ketertiban, sebab ketertiban merupakan suatu syarat dari adanya masyarakat yang teratur. Hal ini berlaku bagi masyarakat manusia dalam segala bentuknya. Oleh karena itu pengertian manusia, masyarakat dan hukum tak akan mungkin dipisah-pisahkan. 32 Agar tercapai ketertiban dalam masyarakat, maka diusahakanlah untuk mengadakan kepastian. Kepastian disini diartikan sebagai kepastian hukum dan kepastian oleh karena hukum. Hal ini disebabkan karena pengertian hukum mempunyai dua segi. Segi pertama adalah bahwa ada hukum yang pasti bagi peristiwa yang kongkret, segi kedua adalah adanya suatu perlindungan hukum terhadap kesewenang-wenangan. 33 31 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Pranada Media Group, Jakarta, 2008, hal. 158. 32 Soerjono Soekamto, Penegakan Hukum, Binacipta, Jakarta, 1983, hal.42 33 Ibid. Universitas Sumatera Utara Menurut teori konvensional, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan rechtgerechtigheid, kemanfaatan rechtsutiliteit dan kepastian hukum rechtszekerheid 34 . Lembaga Hak Tanggungan merupakan salah satu dari hak kebendaan yang bersifat memberikan jaminan. 35 Lembaga Hak Tanggungan akan timbul sebagai suatu pranata hukum yang memberikan perlindungan dan jaminan kepastian hukum, pada saat para pihak dalam melakukan interaksi dan hubungan hukum dalam suatu kegiatan usaha, membutuhkan penyediaan dana. Lembaga Hak Tanggungan akan timbul sebagai suatu Lembaga Hak Jaminan, di saat pihak yang memerlukan dana dan pihak yang memberikan dana, mengikatkan diri pada suatu perjanjian utang piutang. Lembaga Hak Tanggungan ini akan berfungsi sebagai lembaga hak jaminan yang akan menjamin pelunasan utang tersebut. Lembaga Hak Tanggungan ini merupakan lembaga hak jaminan atas tanah, dimana ditentukan dalam ketentuan Undang-Undang Hak TanggunganUUHT bahwa tanah yang berstatus Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak Tanggungan. 36 Dalam hal mewujudkan keadilan, menurut W. Friedman suatu Undang- Undang haruslah memberikan keadilan yang sama kepada semua walaupun terdapat 34 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, PT. Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002, hal. 85 35 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Cetakan 4, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2002, hal. 16. 36 Lihat Undang-Undang Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No.5, LN No.104 tahun 1960, TLN NO.2043, Pasal 25,33,39. Universitas Sumatera Utara perbedaan-perbedaan diantara pribadi-pribadi tersebut, 37 oleh karena itu, maka dalam kredit sindikasi diperlukan suatu lembaga jaminan dalam hal ini yaitu lembaga jaminan hak tanggungan untuk menjamin dan memberikan rasa keadilan kepada para kreditur yang memberikan kredit kepada debitur. Stanley Hurn dalam bukunya Syndicated Loan : A Handbook for Banker and Borrower memberikan definisi mengenai kredit sindikasi sebagai berikut : 38 “A syndicated loan is a loan made by two or more lending institution, on similar terms and condition, using common documentation and administered by common agent.” Definisi tersebut diatas mencakup semua unsur – unsur yang penting dari suatu kredit sindikasi. Pertama, kredit sindikasi melibatkan lebih dari satu lembaga pembiayaan dalam suatu fasilitas sindikasi. Kedua, definisi tersebut menyatakan bahwa kredit sindikasi adalah kredit yang diberikan berdasarkan syarat – syarat dan ketentuan – ketentuan yang sama bagi masing – masing peserta sindikasi. Hal ini diwujudkan dalam bentuk hanya ada satu perjanjian kredit antara nasabah dan sebuah bank peserta sindikasi. Ketiga, definisi tersebut menegaskan bahwa hanya ada satu dokumentasi kredit, karena dokumentasi inilah yang menjadi pegangan bagi semua bank peserta sindikasi secara bersama – sama. Keempat, sindikasi tersebut diadministrasikan oleh satu agen agent yang sama bagi semua bank peserta 37 W.Friedman,Teori dan Filsafat Hukum Dalam Buku Telaah Kritis Atas Teori-Teori Hukum, diterjemahkan dari buku aslinya Legal Theory oleh Muhammad Arifin, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal. 7 38 Sutan Remy Sjahdeni,Op. Cit, hal. 2 Universitas Sumatera Utara sindikasi. Bila tidak demikian halnya, maka terpaksa harus ada serangkaian fasilitas bilateral dua pihak, yang sama tetapi mandiri, antara masing – masing bank peserta dengan nasabah. Kredit yang berbentuk sindikasi atau kredit patungan yang dilakukan oleh bank ini, berbeda dari kredit – kredit yang biasa diberikan oleh bank kepada nasabahnya. Dengan demikian dalam perjanjian kredit sindikasi ada beberapa bank sebagai kreditor yang bersama-sama memberikan pinjaman sindikasi atau fasilitas serupa, antara lain fasilitas Letter of Credit atau sebuah penjaminan untuk pengeluaran surat- surat berharga kepada debitur. Pada dasarnya proses kredit sindikasi sama saja seperti proses kredit biasa yang dilakukan oleh bank-bank. Tentu saja semua marketingaccount officerbagian hukum telah mengetahuinya secara rinci dan jelas. Seperti kita ketahui, maka kredit biasa hanya diberikan oleh satu bank saja. Dalam kredit sindikasi diberikan oleh lebih dari satu bank. Karena dalam kredit sindikasi melibatkan beberapa bank tentulah dalam prosesnya ada beberapa langkah yang memerlukan perhatian khusus dalam penandatanganannya, terutama hal-hal yang menyangkut hubungan dengan bank-bank calon perserta sindikasi.lebih dari satu bank dan inilah yang menjadi perbedaan paling mendasar dari kredit-kredit biasa. Namun seperti halnya kredit biasa, bahwa dalam kredit sindikasi, bank-bank peserta kredit sindikasi tetap meminta suatu jaminan guna menjamin pelunasan krdeit Universitas Sumatera Utara sindikasi tersebut. Undang-undang telah mengatur mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan jaminan atau penanggungan piutang kreditor terhadap debitor, yang dibuat dalam suatu perikatan. Jaminan dalam hukum berfungsi untuk menjamin utang. Hukum jaminan mengatur tentang jaminan piutang seseorang. 39 Fungsi jaminan untuk menjamin utang, terutama akan tertera jelas dalam jaminan kebendaan. Jaminan kebendaan merupakan hak mutlak atas suatu benda tertentu, yang untuk suatu waktu ketika debitor cidera janji, dapat diuangkan untuk pelunasan utang debitor. Jaminan kebendaan memberikan kedudukan yang istimewa kepada kreditor yaitu hak preferen atau hak untuk didahulukan daripada kreditor lain dalam pengambilan pelunasan piutang dari benda yang menjadi objek jaminan. Pada prinsipnya tidak semua benda jaminan dapat dijaminkan pada lembaga perbankan atau lembaga keuangan nonbank, namun benda yang dapat dijaminkan adalah benda-benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun syarat-syarat benda jaminan yang baik adalah : 1. dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang memerlukannya; 2. tidak melemahkan potensi kekuatan si pencari kredit untuk melakukan atau meneruskan usahanya; 39 J. Satrio, Op.Cit., hal. 3. Universitas Sumatera Utara 3. memberikan kepastian kepada si kreditor, dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk di eksekusi, bila perlu dapat mudah diuangkan untuk melunasi hutangnya si penerima pengambil kredit. 40 Sebagai lembaga jaminan, Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960, tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain. 41 Perjanjian jaminan yang melahirkan Hak Tanggungan ini, dibuat oleh para pihak dengan tujuan untuk melengkapi perjanjian pokok yang umumnya merupakan perjanjian utang piutang atau perjanjian kredit. Mengamati sketsa seperti itu dapat ditarik suatu pemahaman, bahwasannya hubungan hukum antara para pihak itu dijalin oleh 2 dua jenis perjanjian, yakni perjanjian kredit selaku perjanjian pokok, dan perjanjian jaminan sebagai jaminan tambahan accesoir. 42 Lembaga Hak Tanggungan akan timbul sebagai suatu pranata hukum yang memberikan perlindungan dan jaminan kepastian hukum, pada saat para pihak dalam melakukan interaksi dan hubungan hukum dalam suatu kegiatan usaha, membutuhkan 40 R. Subekti, Jaminan-jaminan untuk Pemberian Kredit Termasuk Hak Tanggungan menurut Hukum Indonesia. Diolah kembali oleh Johannes Gunawan. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal. 73. 41 Kansil, Pokok-Pokok Hukum Hak Tanggungan Atas Tanah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1997, hal. 19-20. 42 M. Isnaeni, Kerancuan Hak Tanggungan Dalam Kaitannya Sebagai Pengaman Penyaluran Kredit Bank , Amrta, Vol. 1, No. 1, Mei 1999, hal. 80. Universitas Sumatera Utara penyediaan dana. Lembaga Hak Tanggungan akan timbul sebagai suatu Lembaga Hak Jaminan, di saat pihak yang memerlukan dana dan pihak yang memberikan dana, mengikatkan diri pada suatu perjanjian utang piutang. Lembaga Hak Tanggungan ini akan berfungsi sebagai lembaga hak jaminan yang akan menjamin pelunasan utang tersebut. Lembaga Hak Tanggungan ini merupakan lembaga hak jaminan atas tanah, dimana ditentukan dalam ketentuan Undang-Undang Hak TanggunganUUHT bahwa tanah yang berstatus Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak Tanggungan. 43 Meskipun Hak Tanggungan sebagai perjanjian jaminan tambahan, namun fungsinya memberikan rasa aman bagi kreditor, karena manakala debitor cidera janji, kreditor mendapatkan perlindungan hukum, sebab benda yang dijaminkan tersebut dapat diuangkan sebagai pelunasan utang debitor. Fungsi jaminan secara hukum dipertegas pula oleh Juhaendah Hasan, yakni untuk meng-cover hutang, karena jaminan merupakan sarana perlindungan bagi para kreditor yaitu kepastian akan pelunasan hutang debitor atau pelaksanaan suatu prestasi oleh debitor atau penjamin debitor. 44 Dengan demikian jaminan yang memberikan kepastian bagi si pemberi kredit, dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, yaitu bila perlu dapat dengan mudah diuangkan untuk melunasi utang si penerima 43 Lihat Undang-Undang Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, UU No.5, LN No.104 tahun 1960, TLN NO.2043, Pasal 25,33,39. 44 Djuhaenda Hasan, Aspek Hukum Jaminan Kebendaan dan Perorangan, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 11, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 2000, hal. 16. Universitas Sumatera Utara pengambil kredit. 45 Bertitik tolak dari pendapat Djuhaenda Hasan dan Hermayulius, maka dapat dipahami bahwa pembentukan UUHT mencantumkan ciri tersebut, dengan maksud memberikan perlindungan kepada kreditor, manakala debitor cidera janji, yakni kepastian bahwa barang jaminan setiap saat tersedia untuk dieksekusi dan bila perlu dapat dengan mudah diuangkan untuk pelunasan utang debitor. Sebagai suatu lembaga jaminan yang kuat, dalam Penjelasan Umum Nomor 3 UUHT, Hak Tanggungan mempunyai empat ciri pokok yaitu : a. memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada pemegangnya; b. selalu mengikuti objek yang dijaminkan dalam tangan siapapun objek itu berada; c. memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan; dan d. mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Sebagian besar prinsip-prinsip ataupun ciri-ciri Hak Tanggungan terkandung unsur hukum barat. Hal tersebut diakui oleh A.P. Parlindungan 46 bahwa Hak Tanggungan itu badan atau tubuhnya adalah hipotik yang disesuaikan, sedang bajunya adalah hukum Adat. Hal itu nampak dari diadopsinya sifat-sifat hak kebendaan zakerlijkrechtelijk yang dimiliki hipotik ke dalam UUHT. Menghadapi 45 Hermayulius, Aspek Hukum Jaminan Dalam Dunia Usaha Perbankan, Majalah Hukum Nasional, No. 1, 2002, hal. 69-70. 46 A. P. Parlindungan, Komentar Undang-Undang Hak Tanggungan dan Sejarah Terbentuknya , Mandar Maju, Bandung, 1996, hal. 33. Universitas Sumatera Utara banyaknya adopsi asas dan prinsip hukum Barat dalam UUHT, M. Isnaeni 47 , berpendapat bahwa melekatkan begitu saja sifat-sifat unggul hipotik ke dalam Hak Tanggungan, untuk kemudian dipakai sebagai dalil guna menyingkirkan lembaga jaminan hipotik yang telah ratusan tahun mengabdi, sungguh masih memerlukan suatu penjelasan objektif yang dapat dipertanggung jawabkan. Meskipun demikian dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996, tentang Hak Tanggungan diposisikan lebih baik daripada saat berlakunya hipotik dan credietverband . Adapun hak atas tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan menurut Pasal 4 ayat 1 UUHT adalah a Hak Milik; b Hak Guna Usaha; c Hak Guna Bangunan. Selain hak-hak atas tanah sebagaimana disebut di atas, Hak Pakai atas Tanah Negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindah tangankan dapat juga dibebani Hak Tanggungan. Roscoe Pond dalam bukunya Scope and Purpose of Sociological Jurisprudence, 48 menyebutkan ada beberapa kepentingan yang harus mendapat perlindungan atau dilindungi oleh hukum, yaitu : Pertama, kepentingan terhadap negara sebagai suatu badan yuridis, Kedua, kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan sosial, Ketiga, kepentingan terhadap perseorangan terdiri dari pribadi, hubungan-hubungan domestik, kepentingan substansi. Dari pendapat Roscoe Pond tersebut, dapat dilihat bahwa sangat diperlukannya suatu perlindungan hukum 47 M. Isnaeni, Op.Cit, hal. 41. 48 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal.298. Universitas Sumatera Utara terhadap kepentingan perseorangan, karena dengan adanya perlindungan hukum akan tercipta suatu keadilan.

2. Konsepsi

Dokumen yang terkait

Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Konsekuensi Jaminan Kredit Untuk Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Kreditur Di Medan

1 51 83

Analisis Yuridis Terhadap Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Secara Cross Collateral (Studi Di PT. Bank Mandiri (Persero), TBK Cabang Medan Imam Bonjol

27 370 166

Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Dan Upaya Penyelesaian Kredit Macet Atas Jaminan Hak Tanggungan (Studi Pada PT.Bank Negara Indonesia Tbk Cabang Kabanjahe)

1 63 129

Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Debitur Yang Wanpretasi Pada Bank Sumut

1 40 148

ANALISIS YURIDIS MENGENAI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. CABANG LUMAJANG

0 2 112

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Kasus di PT. Bank Capital Indonesia TBK. Cabang Surakarta.

0 4 16

TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Tinjauan Yuridis Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Kasus Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang Kota

0 2 19

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Kasus Di Pt. Bank Danamon Tbk. Dsp Cabang Tanjungpandan).

0 2 17

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Pelaksanaan Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Study Kasus Di Bpr Bank Boyolali).

0 1 14

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DI BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) CABANG SURAKARTA.

0 0 11