Analisa Profil Ganda Dimensi Plat Koppel

Y Y X X Gambar 3.10 Profil Ganda Sumber : Oentoeng, Andi , 1999 Pada gambar 3.10 sumbu x-x adalah sumbu bahan bagi profil ganda dan juga merupakan sumbu utama bagi profil tunggal yang menghasilkan inersia maksimum. Sumbu y-y adalah sumbu bahan bagi profil bagi profil ganda yang menghasilkan inersia idiil yang digunakan untuk mencari kelangsingan idiil. Sumbu y’-y’ adalah sumbu utama bagi profil tunggal dan juga merupakan sumbu lemah yang menghasilkan inersia minimum bagi profil tunggal.

3.6 Analisa Profil Ganda

Profil ganda atau profil tersusun mempunyai 2 sumbu yaitu : sumbu bahan dan sumbu bebas bahan. Pada profil tersusun yang mempunyai sumbu bebas bahan, supaya batang – batang yang disusun dapat bekerja sama, tempat – tempat tertentu harus dihubungkan satu sama lain dengan pelat Koppel, sehingga : • Untuk profil yang tersusun seperti gambar 3.10 berlaku : I y = 4[I yi + A 1 0,5 a²] ............................................................. 3.31 Sumber : Oentoeng, Andi , 1999 y adalah sumbu bebas bahan. A 1 adalah luas penampang satu. Untuk batang tersusun harus ditinjau kestabilannya terhadap kedua sumbu bebas bahan, sebagai berikut : Terhadap sumbu bahan x-x Kelangsingannya adalah : λ = x kx r L terhadap sumbu bebas bahan y-y Kelangsingannya adalah λ iy = 2 2 5 , i m y λ λ + .................................................................................. 3.32 λ i y = kelangsingan ideal λ = y ky r L dan λ = min 1 r L Sumber : Oentoeng, Andi , 1999 Dimana : m = jumlah batang tunggal yang membentuk batang tersusun L ky = panjang tekuk batang tersusun pada arah ┴ sumbu y-y r y = jari – jari girasi dari batang tersusun pada arah ┴ sumbu y-y L 1 = jarak antara tengah – tengah pelat kopel pada arah batang r min = jari jari girasi batang tunggal terhadap sumbu yang memberikan harga terkecil

3.7 Dimensi Plat Koppel

Walaupun tugas akhir ini tidak dibahas sambungan pelat koppel dengan profil tetapi dimensi daripada pelat kopel berpengaruh terhadap analisa beban kritis dari profil ganda, maka dimensi pelat koppel itu sendiri perlu kiranya dianalisis. Dimensi pelat koppel adalah panjang, lebar dan tebal. Panjang pelat koppel diberi notasi “a”. lebar pelat koppel diberi notasi “h”, sedangkan tebal pelat koppel diberi notasi “t” Panjang pelat kopel adalah merupakan variabel yang tidak bebas karena panjang pelat koppel tergantung kepada inersia sumbu bebas bahan dari profil ganda, dimana inersia sumbu bebas bahan dibuat sama dengan inersia sumbu bahan. Supaya pelat koppel cukup kaku untuk menghubungkan kedua profil dan juga ekonomis, maka tebal pelat koppel dibuat sama dengan tebal flens dari profil yang dihubungkan. Dengan kata lain tebal pelat koppel dibuat sama dengan tebal flens dari profil yang dihubungkan. Dengan kata lain tebal pelat koppel merupakan variabel yang tidak bebas. Lebar pelat koppel adalah merupakan suatu veriabel bebas karena tidak tergantung dari profil yang disambungnya. Tetapi supaya pelat koppel cukup kaku, untuk itu pelat koppel harus memenuhi syarat sebagai berikut : a I P ≥ 1 10 L I y ............................................................................................... 3.33 Karena inersia pelat koppel yaitu : → a I P = 12 1 th³ maka a xth x 3 12 1 2 ≥ 1 10 L I y h 3 ≥ 1 60 txL xaxI y 3 ln h ≥ ln       1 . . . 60 L t I a y Ln b ≥ 3 ln       1 . . . 60 L t I a y h ≥ e         1 . . . 60 ln 3 1 L t I a y ........................................................................... 3.34 Sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia, Bandung, 1984 P cr P cr P cr P cr P cr P cr P cr P cr A A 8.0 m

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN

Sebagai contoh perhitungan, sebuah kolom komposit dengan profil baja Wide Flange WF 250 x 250 dan profil baja Siku – siku Sama Kaki L. 100.100.14 tersusun dengan pelat koppel dengan panjang kolom 8 m, mutu beton f’c adalah 24 Mpa. Beban kritis untuk kolom tersebut ditinjau terhadap jenis – jenis perletakan yaitu : a. Perletakan sendi – sendi b. Perletakan jepit – jepit c. Perletakan jepit – bebas d. Perletakan jepit – sendi Kolom tersebut juga nantinya akan ditinjau mengenai besarnya beban kritis yang terjadi terhadap perubahan panjang kolom yang berbeda. Data yang terdapat yaitu : Gambar 4.1 Kolom komposit dengan jenis – jenis Perletakan