Perancangan Ulang Layout dalam Upaya Meningkatkan Utilisasi Kapasitas Pengolahan di PT. Nubika Jaya

(1)

PERENCANAAN ULANG LAYOUT DALAM UPAYA

PENINGKATAN UTILISASI KAPASITAS

PENGOLAHAN DI PT. NUBIKA JAYA

TESIS

Oleh

YUDI DAENG POLEWANGI 117025003/TI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERENCANAAN ULANG LAYOUT DALAM UPAYA

PENINGKATAN UTILISASI KAPASITAS

PENGOLAHAN DI PT. NUBIKA JAYA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Teknik Industri Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

YUDI DAENG POLEWANGI

117025003

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

Judul Tesis : PERENCANAAN ULANG LAYOUT DALAM UPAYA

PENINGKATAN UTILISASI KAPASITAS

PENGOLAHAN DI PT. NUBIKA JAYA

Nama : Yudi Daeng Polewangi

NIM : 117025003

Program Studi : Teknik Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinuligga, M. Eng Dr. Ir. Nazaruddin, MT

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinuligga, M. Eng Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME


(4)

Telah Diuji Pada

Tanggal : 14 Juli 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M. Eng Anggota : Dr. Ir. Nazaruddin, MT

Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE Dr. Eng. Listiani Nurul Huda, MT


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

PERENCANAAN ULANG LAYOUT DALAM UPAYA PENINGKATAN UTILISASI KAPASITAS PENGOLAHAN DI PT. NUBIKA JAYA

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Juli 2014 Yang membuat pernyataan,

Yudi Daeng Polewangi NIM. 117025003/TI


(6)

ABSTRAK

Tata letak pabrik (plant layout) dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang produksi, kelancaran gerakan bahan (material), pekerja dan sebagainya. Terganggunya kelancaran produksi dapat dilihat dari imbalance capacity (ketidakseimbangan lintasan) yang mengalami kendala.

Jumlah produksi yang dihasilkan oleh PT. Nubika Jaya tidak sesuai dengan target produksi yang ditetapkan, dimana target produksi yang ditetapkan adalah sebesar 98% dari kapasitas produksi yang tersedia. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penyusunan rangkaian tata letak di lantai produksi untuk meningkatkan utilisasi kapasitas pengolahan di pabrik yang diukur dengan berdasarkan aspek keteraturan aliran, ketersediaan kapasitas dan ketersediaan area/ruang.

Pada layout lantai produksi yang saat ini digunakan oleh perusahaan, aliran material berbentuk tidak beraturan, ketersediaan kapasitas berkisar pada 93,1% dengan penggunaan ruangan sebesar 21,9%. Setelah dilakukan perancangan ulang layout dengan metode Apple didapat aliran material

mengalami perubahan menjadi bentuk U shape dimana terjadi juga pengurangan jarak dan waktu sehingga diharapkan dapat meningkatkan penggunaan kapasitas mencapai 98% dan penggunaan ruang meningkat sebesar 32,3%.


(7)

ABSTRACT

Plant layout can be defined as the procedure of regulating plant facilities to support production, the continuity material movement, employees, and so on. The disruption of the production can be seen from imbalance capacity as the constraints.

The amount of production yielded by PT. Nubika Jaya is not in line with the production target of 90% of the production capacity available. Based on this condition, a series of layout on the production is done to increase the utility of the processing capacity in the plant which is measured, based on the aspect of flow regulation, the availability of capacity, and the availability of area/space.

In the layout of production today which is used by companies, material flow is in irregular shape, the availability of capacity is around 93.1% with the use of space of 21.9%. After redesign of the layout with Apple method is done, material flow changes to U shape in which the distance is reduced so that it is expected that it can increase the use of capacity to 98% and the use of space to 32.3%.


(8)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Yudi Daeng Polewangi

Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 12 November 1985

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Nama Orang Tua

Ayah : Zulkifli Effendi

Ibu : Tengku Dina Murad

Alamat Rumah : Jl. Brig. Jend. Katamso No. 66 Istana Maimoon Medan

Jl. Rakyat Gg. Bersama No. 4B Medan

Pendidikan

Tahun 1992-1998 : SD Negeri 060855 Medan Tahun 1998-2001 : SMP Negeri 12 Medan Tahun 2001-2004 : SMU Negeri 18 Medan

Tahun 2004-2009 : Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Medan

Tahun 2011-2014 : Sekolah Pascasarjana Program Studi Teknik Industri Universitas Sumatera Utara


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala ridho dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Penulis melaksanakan penelitian di PT. Nubika Jaya (Permata Hijau Group). Pada tesis ini penulis membahas, menganalisis dan memberikan usulan-usulan perbaikan yang menyangkut tata letak lantai produksi di pabrik kelapa

sawit. Adapun judul tesis ini adalah ”Perancangan Ulang Layout dalam Upaya

Meningkatkan Utilisasi Kapasitas Pengolahan di PT. Nubika Jaya”.

Penulis juga berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun tesis ini dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan dan fasilitas yang tersedia serta dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Tesis ini tidak akan pernah terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT atas ridho dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Kepada kedua orang tua penulis, Zulkifli Effendi dan T. Dina Murad, serta kakak dan adik, Yuana Delvika, ST. MT dan Murad Daeng Patiroang, SH, tak lupa juga seluruh keluarga besar yang telah mendoakan dan memberikan dukungan baik dukungan moril maupun dukungan materil.

Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng, selaku Ketua Program Studi Teknik Industri, Sekolah Pasca Sarjana, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, sekaligus pembimbing utama penulis dalam menyusun laporan ini beserta Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT selaku anggota komisi pembimbing


(10)

yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pembekalan, bimbingan, evaluasi serta revisi dalam penyusunan laporan ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Sekretaris Program Studi Teknik Industri, Sekolah Pasca Sarjana, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara beserta Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu dosen Program Studi Teknik Industri, Sekolah Pasca Sarjana, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga kepada penulis. Semoga ilmu ini dapat menjadikan penulis sebagai orang yang berguna dan semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak dan Ibu.

Bapak Tansri Lugito (PT. Permata Hijau Group) dan Bapak Arlan Syam (PT. Nubika Jaya) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di perusahaan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Rafika Ramadhani, SE yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Teman-teman mahasiswa Magister Teknik Industri angkatan XIV (Meri andriani, ST. MT, Cut Ita Erliana, ST. MT, Abdul Azis Syarif, ST. MT, Tiarma Simanihuruk, ST. MT, Ferdyanta Sitepu, ST dan M. Afif, ST), semoga pertemanan ini menjadi kenangan terindah bagi kita semua dihari nanti.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis dan untuk itu penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut. Semoga tesis ini memberi manfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2014 Yudi Daeng Polewangi


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Batasan Masalah ... 5

1.6 Asumsi yang Digunakan ... 6

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Definisi Tata Letak Pabrik ... 7

2.2 Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Pabrik . 8 2.3 Prinsip Dasar dalam Perencanaan Tata Letak Pabrik ... 11

2.4 Jenis Persoalan Tata Letak ... 13

2.5 Jenis Tata Letak dan Dasar Pemilihannya ... 15

2.6 Operasi dan Produksi ... 25

2.7 Penelitian Terdahulu ... 26

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 29

3.1 Sejarah Perusahaan ... 29

3.1.1 Kredibilitas dan Integritas ... 30

3.1.2 Sistem Manajemen Mutu ... 30

3.1.3 Sistem Fully Integrated ... 30

3.1.4 Produk ... 30

3.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha ... 32

3.3 Lokasi Perusahaan ... 32

3.4 Visi dan Misi PT. Nubika Jaya ... 32

3.5 Struktur Organisasi dan Manajemen ... 33

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 36

4.1 Metode Penelitian ... 36

4.2 Lokasi Penelitian ... 38

4.3 Data ... 38

4.3.1 Sumber Data ... 38

4.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 39

4.4 Kerangka Konseptual ... 39

BAB 5 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 41

5.1 Pengumpulan Data ... 41

5.1.1 Tata Letak Fasilitas Produksi ... 41

5.1.2 Aliran Material di Lantai Pabrik ... 43

5.1.3 Data Proses Produksi di Lantai Pabrik ... 44

5.1.4 Urutan Proses Produksi ... 45


(12)

5.2 Pengolahan Data ... 47

5.2.1 Tahapan Perancangan Tata Letak Pabrik ... 47

5.2.2 Pembentukan Aliran Material di Lantai Pabrik Setelah Perancangan Tata Letak ... 60

5.2.3 Perbandingan Jarak Angkut Layout Awal dengan Jarak Angkut Final Layout ... 60

5.2.4 Perbandingan Lama Waktu Produksi Layout Awal Dengan Lama Waktu Produksi Final Layout ... 61

5.2.5 Analisa Capacity Avaibility ... 62

5.2.6 Perbandingan Space Avaibility... 62

BAB 6 ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 63

6.1 Analisa Kondisi Awal Lantai Produksi ... 63

6.1.1 Analisis Tata Letak ... 64

6.1.2 Analisis Data Proses dan Urutan Proses ... 64

6.1.3 Analisis Volume Produksi ... 66

6.2 Pembahasan Tata Letak ... 66

6.2.1 Perancangan Tata Letak dengan Metode Apple .... 67

6.2.2 Analisis Aliran Material di Ruang Produksi ... 70

6.2.3 Analisis Perbandingan Jarak di PT. Nubika Jaya .. 70

6.2.4 Analisis Perbandingan Lama Waktu Produksi di PT. Nubika Jaya ... 71

6.3 Analisis Utilisasi Kapasitas Pengolahan ... 71

6.3.1 Analisa Keteraturan Aliran ... 72

6.3.2 Analisa Ketersediaan Kapasitas ... 72

6.3.3 Analisa Ketersediaan Area/Ruang ... 73

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

7.1 Kesimpulan ... 74

7.2 Saran ... 75


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Jumlah Produksi CPO (Tahun 2013) ... 3

1.2 Lama Waktu Proses Pada Produksi Kelapa Sawit ... 3

1.3 Luas Lantai Pabrik PT. Nubika Jaya Saat Ini ... 4

5.1 Kondisi Lantai Pabrik PT. Nubika Jaya ... 43

5.2 Proses Dan Pengkodean Pada Lantai Produksi ... 45

5.3 Jarak Perpindahan Antar Stasiun Pada Layout Awal ... 45

5.4 Target Produksi Dan Volume Produksi CPO (Tahun 2013)... 47

5.5 Operation Process Chart Pembuatan CPO ... 48

5.6 Sistem Penilaian Activity Relationship Chart (ARC) ... 53

5.7 Alasan Tingkat Hubungan ... 53

5.8 Work Sheet ... 54

5.9 Perbandingan Jarak Angkut Layout Awal Dengan Jarak Angkut Final Layout ... 61

5.10 Perbandingan Lama Waktu Produksi Layout Awal Dengan Lama Waktu Produksi Final Layout ... 61

5.11 Kapasitas Terpakai 2013 ... 62

6.1 Lama Waktu Proses Pada Produksi Kelapa Sawit ... 63

6.2 Flow Chart Pengolahan Kelapa Sawit ... 65


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Tata Letak Berdasarkan Aliran Produksi (Product Layout) ... 18

2.2 Tata Letak Berdasarkan Fungsi Proses (Process Layout) ... 20

2.3 Tata Letak Berdasarkan Kelompok Produk ... 22

2.4 Tata Letak Berposisi Tetap (Fixed Position Layout) ... 24

4.1 Diagram Alir/Tahapan Penelitian ... 37

4.2 Pola Hubungan Antara Variabel Dependen Dan Variabel Independen .. 40

5.1 Layout Pabrik Saat Ini ... 42

5.2 Aliran Material di Lantai Produksi Pengolahan Kelapa Sawit ... 44

5.3 Block Diagram Pembuatan CPO ... 46

5.4 Activity Relationship Chart (ARC) ... 52

5.5 Block Template ... 55

5.6 Activity Relationship Diagram (ARD) ... 56

5.7 Area Allocating Diagram (AAD) ... 58

5.8 Final Layout ... 59

5.9 Aliran Material Baru Di Lantai Produksi ... 60

6.1 Aliran Material PT. Nubika Jaya ... 70

6.2 Perbandingan Total Dan Rata-Rata Jarak ... 71


(15)

ABSTRAK

Tata letak pabrik (plant layout) dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang produksi, kelancaran gerakan bahan (material), pekerja dan sebagainya. Terganggunya kelancaran produksi dapat dilihat dari imbalance capacity (ketidakseimbangan lintasan) yang mengalami kendala.

Jumlah produksi yang dihasilkan oleh PT. Nubika Jaya tidak sesuai dengan target produksi yang ditetapkan, dimana target produksi yang ditetapkan adalah sebesar 98% dari kapasitas produksi yang tersedia. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penyusunan rangkaian tata letak di lantai produksi untuk meningkatkan utilisasi kapasitas pengolahan di pabrik yang diukur dengan berdasarkan aspek keteraturan aliran, ketersediaan kapasitas dan ketersediaan area/ruang.

Pada layout lantai produksi yang saat ini digunakan oleh perusahaan, aliran material berbentuk tidak beraturan, ketersediaan kapasitas berkisar pada 93,1% dengan penggunaan ruangan sebesar 21,9%. Setelah dilakukan perancangan ulang layout dengan metode Apple didapat aliran material

mengalami perubahan menjadi bentuk U shape dimana terjadi juga pengurangan jarak dan waktu sehingga diharapkan dapat meningkatkan penggunaan kapasitas mencapai 98% dan penggunaan ruang meningkat sebesar 32,3%.


(16)

ABSTRACT

Plant layout can be defined as the procedure of regulating plant facilities to support production, the continuity material movement, employees, and so on. The disruption of the production can be seen from imbalance capacity as the constraints.

The amount of production yielded by PT. Nubika Jaya is not in line with the production target of 90% of the production capacity available. Based on this condition, a series of layout on the production is done to increase the utility of the processing capacity in the plant which is measured, based on the aspect of flow regulation, the availability of capacity, and the availability of area/space.

In the layout of production today which is used by companies, material flow is in irregular shape, the availability of capacity is around 93.1% with the use of space of 21.9%. After redesign of the layout with Apple method is done, material flow changes to U shape in which the distance is reduced so that it is expected that it can increase the use of capacity to 98% and the use of space to 32.3%.


(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Tata letak pabrik merupakan landasan utama dalam pengaturan tata letak produksi dan area kerja yang memanfaatkan luas kerja untuk menempatkan mesin-mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, serta memperlancar gerakan perpindahan material sehingga diperoleh suatu aliran bahan dan kondisi kerja yang teratur, aman dan nyaman, sehingga mampu menunjang upaya pencapaian tujuan pokok perusahaan.

Tata letak adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Tata letak pabrik (plant layout) dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan bahan (material) baik yang bersifat temporer atau permanen, pekerja dan sebagainya. Dalam tata letak pabrik ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu pengaturan mesin dan pengaturan departemen yang ada di pabrik. Bila menggunakan istilah tata letak pabrik hal ini sering diartikan sebagai pengaturan peralatan atau fasilitas produksi yang sudah ada ataupun juga bisa diartikan sebagai perancangan tata letak pabrik yang baru (newplant layout).

Menurut I Made Aryantha, tata letak fasilitas yang baik dan sesuai dengan keadaan perusahaan merupakan salah satu faktor utama untuk mengoptimalkan waktu dan biaya produksi. Perencanaan fasilitas mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses operasi perusahaan. Masalah utama dalam produksi ditinjau dari segi kegiatan/proses produksi adalah bergeraknya material dari satu


(18)

departemen ke departemen lain, sampai material tersebut menjadi barang jadi. Hal ini terlihat sejak material diambil dari gudang bahan baku dan dibawa ke beberapa departemen di bagian produksi untuk diproses sampai akhirnya dibawa ke gudang barang jadi.

Keteraturan aliran produksi (regularity of flow) harus diperhatikan dalam perencanaan tata letak karena perancangan lantai produksi merupakan salah satu bagian dari perencanaan tata letak pabrik. Terganggunya kelancaran produksi dapat dilihat dari imbalance capacity (ketidakseimbangan lintasan) yang mengalami kendala. Oleh karena itu sangat penting sekali memaksimalkan kelancaran aliran produksi dengan memperhatikan perancangan tata letak pabrik. Perancangan tata letak lantai produksi dan area kerja adalah suatu permasalahan yang sering dijumpai dalam industri manufaktur. Masalah ini tidak dapat dihindari, sekalipun hanya sekedar mengatur peralatan/mesin didalam ruangan atau lantai produksi, serta dalam ruang lingkup yang kecil dan sederhana.

PT. Nubika Jaya merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi penyulingan minyak nabati, inti sawit, biodiesel dan oleokimia manufaktur. Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa jumlah produksi yang dihasilkan oleh perusahaan tidak sesuai dengan target produksi yang ditetapkan oleh perusahaan, dimana target produksi yang ditetapkan adalah sebesar 98% dari kapasitas produksi yang tersedia.


(19)

Tabel 1.1. Jumlah Produksi CPO (Tahun 2013)

Bulan Target

(Kg)

Pencapaian (Kg)

Januari 21.814.800 21.423.000

Februari 19.447.500 17.810.000

Maret 25.606.420 22.865.000

April 22.957.480 21.324.000

Mei 28.546.420 19.798.000

Juni 26.177.760 25.663.000

Juli 32.202.800 31.375.000

Agustus 25.970.000 26.125.000

September 28.618.940 28.111.000

Oktober 25.606.420 24.329.000

November 25.606.420 25.599.000

Desember 24.723.440 24.983.000

Total 307.278.400 289.405.000

Sumber : PT. Nubika Jaya

Jumlah produksi di perusahaan dapat ditingkatkan dengan mempersingkat waktu produksi, sehingga produksi yang dihasilkan oleh perusahaan dapat memenuhi target sebesar 98% yang ditetapkan oleh pihak manajemen perusahaan. Adapun data waktu produksi pengolahan kelapa sawit dapat terlihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Lama Waktu Proses Pada Produksi Kelapa Sawit

No Proses Waktu (Menit)

1 Penerimaan & Penimbangan 8

2 Transportasi 40

3 Perebusan 120

4 Transportasi 25

5 Steam Boiler 27

6 Transportasi 3

7 Pemisahan Berondolan 150

8 Transportasi 3

9 Kempa 15

10 Transportasi 5

11 Pemurnian 45

12 Transportasi 5

13 Recovery Kernel 10

14 Transportasi 12

15 Penimbunan 0

Total 468


(20)

Susunan mesin-mesin di ruang produksi kelapa sawit juga tidak mendukung tata urutan proses produksi yang baik sehingga aliran barang menjadi tidak beraturan. Menurut Apple (1990), aliran barang yang direncanakan dengan baik dan cermat mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:

1. Menaikkan efisiensi dan produktivitas.

2. Pemanfaatan ruangan pabrik yang lebih efisien. 3. Mengurangi waktu dalam proses.

4. Meminimumkan gerakan balik (back tracking).

Pemanfaatan ruang yang terpakai di area produksi pengolahan kelapa sawit PT. Nubika Jaya juga belum maksimal. Ruang yang terpakai untuk lantai produksi pengolahan kelapa sawit saat ini hanya sebesar 21,9% yaitu 2.522 m2 dari total area yang tersedia sebesar 11.500 m2 (100 m x 115 m). Hal ini terlihat pada tabel 1.3.

Tabel 1.3 Luas Lantai Pabrik PT. Nubika Jaya Saat Ini

No Stasiun Ukuran (M) Luas (M2)

1 Penerimaan & Timbangan 29 x 18 522

2 Perebusan 88 x 14 1232

3 Steam Boiler 10 x 5 50

4 Pemisahan Berondolan 10 x 15 150

5 Kempa 3 x 5 15

6 Pemurnian 5 x 18 90

7 Recovery Kernel 5 x 17 85

8 Tangki Timbun 21 x 18 378

Total 2522

1.2. Rumusan Masalah.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada PT. Nubika Jaya, permasalahan yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian ini adalah stagnansi yang terjadi di dalam lintasan yang berakibat kepada target produksi yang ditetapkan perusahaan sebesar 98% dari kapasitas produksi tidak tercapai.


(21)

1.3. Tujuan Penelitian.

Sesuai dengan pokok pembahasan penelitian, maka tujuan yang akan dicapai adalah untuk mendapatkan rancangan ulang layout yang lebih efektif sehingga proses produksi berjalan lancar dan dapat meningkatkan utilisasi kapasitas agar dapat tercapai target yang telah ditetapkan.

1.4. Manfaat Penelitan.

Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Perusahaan.

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh perusahaan bilamana akan diadakan perubahan layout untuk pengembangan perusahaan.

2. Bagi Peneliti.

Hasil penelitian dapat dijadikan referensi nyata dalam persoalan pengembangan fasilitas pabrik dan mencari solusi dari sudut pandang akademis.

3. Bagi Institusi.

Hasil penelitian dapat dijadikan literatur tambahan sehingga memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

1.5. Batasan Masalah.

Untuk dapat melihat keakuratan layout yang akan dirancang, maka penulis membuat batasan-batasan berikut:

1. Prinsip dasar yang digunakan adalah prinsip jarak perpindahan bahan yang paling minimal.


(22)

2. Rancangan hanya membahas tahap perencanaan (planning), analisis (analysis) dan perancangan (design), tidak membahas tahapan penerapan (implementation) dan pengujian (testing).

3. Rancangan yang diusulkan adalah rancangan konseptual. 1.6. Asumsi yang Digunakan.

Agar penyelesaian masalah dapat dilakukan sesuai dengan teori yang dipakai, maka perlu dibuat asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Tidak ada perubahan urutan operasi yang mempengaruhi proses produksi.

2. Pola data produksi mengikuti periode Januari-Desember 2013.

3. Kondisi lantai produksi menggunakan pola yang ada di perusahaan sekarang, tidak membuat perubahan selama penelitian berlangsung.


(23)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Tata Letak Pabrik.

Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik dengan memanfaatkan luas area secara optimal guna menunjang kelancaran proses produksi (Wignjosoebroto, 2003 : 67) atau tata letak pabrik (plant layout) dapat juga didefinisikan sebagai suatu rencana atau aktivitas perencanaan, penyusunan yang optimal dari fasilitas-fasilitas suatu industri yang meliputi tenaga kerja, peralatan operasi, ruang penyimpanan, peralatan penanganan material dan semua pelayanan pendukung sesuai dengan rancangan terbaik dari struktur yang terdiri dari fasilitas-fasilitas ini. Tata letak yang baik selalu melibatkan tata cara pemindahan bahan di pabrik, sehingga kemudian disebut tata letak pabrik dan pemindahan bahan.

Rekayasawan yang merancang fasilitas harus mengevaluasi, menganalisis, membentuk konsep dan mewujudkan sistem bagi pembuatan barang dan jasa. Dengan kata lain, merupakan pengaturan tempat sumber daya fisik yang digunakan untuk membuat produk. Rancangan ini umumnya digambarkan sebagai rencana lantai yaitu susunan fasilitas fisik (perlengkapan, tanah, bangunan dan sarana lain) untuk mengoptimumkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran bahan, aliran informasi dan tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan usaha secara efisien, ekonomis dan aman (Apple, 1990 : 2).

Pada dasarnya, dalam pengaturan fasilitas produksi dalam pabrik. Dibedakan atas dua hal yang akan diatur tata letaknya, yaitu:


(24)

1. Pengaturan tata letak mesin dan fasilitas produksi lainnya (machines layout), yaitu pengaturan dari semua mesin-mesin dan fasilitas yang diperlukan untuk proses produksi di dalam tiap-tiap departemen yang ada di pabrik.

2. Pengaturan tata letak departemen, yaitu pengaturan bagian atau departemen, serta hubungannya antara satu departemen dengan yang lainnya di dalam pabrik.

2.2. Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Pabrik.

Secara garis besar tujuan utama dari tata letak pabrik adalah mengatur area kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi produksi yang aman dan nyaman sehingga dapat menaikkan moral kerja dan kinerja (performance) dari operator (Apple, 1990 : 5-8). Lebih spesifik lagi, suatu tata letak pabrik yang baik akan dapat memberikan keuntungan-keuntungan dalam sistem produksi, sebagai berikut:

a. Memperlancar proses manufaktur.

Tata letak pabrik yang direncanakan haruslah menjamin proses pengolahan yang efisien. Oleh karena itu diusahakan agar:

1.Penyusunan peralatan dan mesin yang efektif sehingga aliran bahan lancar dan mendekati garis lurus dengan mengurangi gerakan bolak-balik.

2.Mengurangi waktu menunggu pada proses produksi.

3.Aliran bahan yang terencana sehingga setiap daerah kerja dapat dibedakan dengan jelas untuk menghindari tercampurnya alat-alat kerja.


(25)

b. Mengurangi proses pemindahan bahan (minimasi material handling). Biaya pemindahan bahan merupakan salah satu elemen biaya dari total biaya produksi yang harus dikeluarkan perusahaan. Perhitungan biaya pemindahan ini biasanya sebanding dengan jarak pemindahan bahan yang harus ditempuh, sedangkan jarak pemindahan bahan dapat dianalisis dengan memperhatikan tata letak fasilitas produksi yang ada di pabrik. Karena itu, dalam perancangan tata letak pabrik diusahakan agar jarak pemindahan bahan menjadi seminimal mungkin.

c. Menjaga fleksibilitas susunan peralatan.

Kemungkinan perubahan jumlah dan bentuk produksi sangat penting diperhatikan dalam tata letak pabrik. Tata letak pabrik yang baik dapat dengan mudah diubah menurut kebutuhan produksi.

d. Mengurangi inventory in process.

Sistem produksi pada dasarnya menghendaki sedapat mungkin agar bahan baku berpindah dari satu operasi ke operasi berikutnya dengan secepat-cepatnya dan berusaha mengurangi bertumpuknya barang setengah jadi (material in process). Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengurangi waktu tunggu (delay) dan mengurangi antrian bahan yang menunggu untuk segera diproses.

e. Menurunkan investasi pada peralatan.

Susunan mesin, peralatan dan susunan departemen yang tepat dan dapat membantu menurunkan jumlah peralatan yang diperlukan.


(26)

f. Penghematan penggunaan luas lantai.

Suatu perencanaan tata letak pabrik yang optimal akan mampu mengatasi segala pemborosan pemakaian ruangan yang disebabkan oleh lalu lintas bahan dalam pabrik, penumpukan material, jarak antar mesin yang berlebihan dan lain-lain, serta akan berusaha untuk mengoreksi semua pemborosan tersebut.

g. Memelihara pemakaian tenaga kerja seefektif mungkin.

Tata letak pabrik yang tidak baik akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih besar sehingga merupakan suatu pemborosan. Pemakaian tenaga kerja dengan efektif dan efisiesn dapat dilakukan dengan cara: 1. Mengurangi pemindahan bahan yang dilakukan secara manual. 2. Mengurangi faktor yang mengakibatkan pekerja banyak berjalan

dalam pabrik.

3. Melakukan keselarasan antara mesin dan operator sehingga antara mesin dan operator tidak mengalami idle.

4. Mengadakan pengawasan yang efektif terhadap karyawan. h. Memberikan suasana kerja yang menyenangkan.

Memberikan suasana kerja yang menyenangkan kepada para pekerja seperti pengaturan letak penerangan, ventilasi serta keselamatan kerja yang terjamin.

2.3 Prinsip-Prinsip Dasar dalam Perencanaan Tata Letak Pabrik.

Dalam perencanaan dan pengaturan tata letak pabrik. Terdapat enam prinsip dasar yang perlu diperhatikan (Muther, 1955 : 7-8), antara lain:


(27)

a. Prinsip integral secara total.

That layout is best which intergrates the man, material, machinery supporting activities, and any other considerations in way that result in the best compromise”.

Prinsip ini menyatakan bahwa tata letak pabrik adalah merupakan integrasi secara total dari seluruh elemen produksi yang ada menjadi satu unit operasi yang besar.

b. Prinsip jarak perpindahan bahan yang paling minimal.

Other things being equal, than layout is the best permits the materials to move the minimum distance between operations”.

Hampir semua proses yang terjadi dalam suatu industri mencakup beberapa gerakan perpindahan dari material, yang tidak bisa dihindari secara keseluruhan. Dalam proses pemindahan bahan dari satu operasi ke operasi lain, waktu dapat dihemat dengan cara mengurangi perpindahan jarak tersebut. Hal ini dapat dilaksanakan dengan menerapkan operasi yang berikutnya sedekat mungkin dengan operasi sebelumnya.

c. Prinsip aliran suatu proses kerja.

Other things being equal, than layout is the best that arranges the work area for each operations or process in the same order or sequence that forms, treats or assembles the materials”.

Dengan prinsip ini, diusahakan untuk menghindari adanya gerak balik (back tracking), gerak memotong (cross movement), kemacetan (congestion) dan sedapat mungkin material bergerak terus tanpa ada


(28)

interupsi. Ide dasar dari prinsip aliran konstan dengan minimum interupsi, kesimpangsiuran dan kemacetan.

d. Prinsip pemanfaatan ruangan.

Economy is obtained by using effectively all available space-both vertical and horizontal”.

Makna dasar tata letak adalah suatu pengaturan ruangan yang akan dipakai oleh manusia, bahan baku dan peralatan penunjang proses produksi lainnya, yang memiliki tiga dimensi yaitu aspek volume (cubic space) dan bukan hanya sekedar aspek luas (floor space). Dengan demikian, dalam perencanaan tata letak, faktor dimensi ruangan ini juga perlu diperhatikan.

e. Prinsip kepuasan dan keselamatan kerja.

Other things being equal, than layout is the best which makes works satisfying and safe for workers”.

Kepuasan kerja sangat besar artinya bagi seseorang dan dapat dianggap sebagai dasar utama untuk mencapai tujuan. Dengan membuat suasana kerja menyenangkan dan memuaskan, maka secara otomatis akan banyak keuntungan yang bisa kita peroleh. Selanjutnya, keselamatan kerja juga merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam perencanaan tata letak pabrik. Suatu layout tidak dapat dikatakan baik apabila tidak menjamin atau bahkan justru membahayakan keselamatan orang yang bekerja di dalamnya.


(29)

f. Prinsip fleksibilitas.

Other things being equal, than layout is the best that can be adjusted and rearrange at minimum cost and inconvenience”.

Prinsip ini sangat berarti dalam masa dimana riset ilmiah, komunikasi dan transportasi bergerak dengan cepat, yang mana hal ini akan mengakibatkan dunia industri harus ikut berpacu mengimbanginya. Untuk ini kondisi ekonomi akan bisa tercapai apabila tata letak yang ada telah direncanakan cukup fleksibel untuk diadakan penyesuaian/pengaturan kembali (relayout) dengan cepat dan biaya yang relatif murah.

2.4. Jenis Persoalan Tata Letak.

Masalah dan jenis persoalan dalam tata letak pabrik beragam jenisnya (Apple, 1990 : 16-18). Jenis dari persoalan tata letak pabrik antara lain:

1. Perubahan rancangan.

Seringkali perubahan rancangan produk menuntut perubahan proses atau operasi yang diperlukan. Perubahan ini mungkin hanya memerlukan penggantian sebagian kecil tata letak yang telah ada atau berbentuk perancangan ulang tata letak. Hal ini bergantung kepada perubahan yang terjadi.

2. Perluasan departemen.

Perluasan departemen dapat terjadi bila ada penambahan produk di suatu komponen produk tertentu. Hal ini mungkin hanya berupa penambahan sejumlah mesin yang dapat diatasi dengan membuat ruangan atau mungkin diperlukan perubahan seluruh tata letak jika pertambahan produksi menuntut perubahan proses.


(30)

3. Pengurangan departemen.

Jika jumlah produksi berkurang secara drastis dan menetap, perlu dipertimbangkan pemakaian proses yang berbeda dari proses sebelumnya. Perubahan seperti mungkin menuntut disingkirkannya peralatan yang telah ada dan merencanakan pemasangan jenis peralatan lain.

4. Penambahan produk baru.

Jika terjadi penambahan produk baru yang berbeda prosesnya dengan produk yang telah ada, maka dengan sendirinya akan muncul masalah baru. Peralatan yang ada dapat digunakan dengan menambah beberapa mesin baru pada tata letak yang ada dengan penyusunan ulang minimum atau mungkin memerlukan persiapan departemen baru dan mungkin juga dengan pabrik baru.

5. Memindahkan satu departemen.

Memindahkan satu departemen dapat menimbulkan masalah yang besar. Jika tata letak yang ada masih memenuhi, hanya diperlukan pemindahan ke lokasi lain. Jika tata letak yang ada sekarang tidak memenuhi lagi, hal ini menghadirkan kemungkinan untuk perbaikan kekeliruan yang lalu. Hal ini dapat berubah kearah tata letak ulang wilayah yang baru.

6. Penambahan departemen baru.

Masalah ini dapat timbul karena adanya penyatuan, seperti pekerjaan mesin bor dari seluruh departemen disatukan ke dalam satu departemen terpusat. Masalah ini dapat juga terjadi karena kebutuhan pengadaan suatu departemen untuk pekerjaan yang belum pernah ada


(31)

sebelumnya. Hal ini dapat terjadi untuk membuat suatu komponen yang selama ini dibeli dari perusahaan lain.

7. Peremajaan peralatan yang rusak.

Peremajaan ini menuntut pemindahan peralatan yang berdekatan untuk mendapatkan tambahan ruang.

8. Perubahan metode produksi.

Setiap perubahan kecil dalam suatu tempat kerja sering kali mempunyai pengaruh terhadap tempat kerja yang berdekatan. Hal ini menuntut peninjauan kembali atas wilayah yang terlibat.

9. Penurunan biaya.

Hal ini merupakan akibat dari setiap keadaan pada masalah-masalah sebelumnya.

10.Perencanaan fasilitas baru.

Persoalan ini merupakan persoalan tata letak terbesar. Perancangan umumnya tidak dibatasi oleh kendala fasilitas yang ada. Perancangan bebas merencanakan tata letak yang paling baik yang dapat dipakai. Bangunan dapat dirancang untuk menampung tata letak setelah diselesaikan. Fasilitas dapat ditata untuk kegiatan manufaktur terbaik.

2.5. Jenis Tata Letak dan Dasar Pemilihannya.

Susunan mesin dan peralatan pada suatu perusahaan akan sangat mempengaruhi kegiatan produksi, terutama pada efektivitas suatu proses produksi dan kelelahan yang dialami oleh operator di lantai produksi. Kegiatan yang berhubungan dengan perancangan susunan unsur fisik suatu kegiatan dan selalu berhubungan erat dengan industri manufaktur dimana pengembangan hasil


(32)

rancangannya dikenal dengan Tata Letak Pabrik (Wignjosoebroto, 1996 : 148-150).

Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai perencanaan dan penggabungan (integration) dari aliran komponen-komponen suatu produk untuk mendapatkan interelasi yang paling efektif dan paling ekonomis antara pekerja, peralatan, pemindahan bahan mulai dari bagian penerimaan bahan baku sampai pengolahan bahan dan akhirnya mengirimkan produk jadi ke konsumen.

Tata letak pabrik yang baik dapat diartikan sebagai penyusunan yang teratur dan efisien dari semua fasilitas-faslitas pabrik dan tenaga kerja yang ada di pabrik. Fasilitas pabrik disini tidak hanya mesin-mesin tetapi juga service area

termasuk tempat penerimaan dan pengiriman barang, maintenance, gudang dan sebagainya. Disamping itu juga, sangat penting diperhatikan keamanan dan kenyamanan pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Oleh karena itu tata letak pabrik yang baik adalah tata letak yang memiliki daerah kerja yang memiliki

interrelation, sehingga bahan-bahan dapat diproduksi secara ekonomis.

Tata letak pabrik sangat berkaitan erat dengan efisiensi dana efektivitas pekerjaan. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kegiatan produksi akan lebih ekonomis bila aliran suatu bahan dirancang dengan baik.

2. Pola aliran bahan menjadi dasar terhadap suatu susunan peralatan yang diukur.

3. Alat pemindahan bahan (material handling) akan mengubah pola aliran bahan yang statis menjadi dinamis dengan melengkapinya dengan alat angkut yang sesuai.


(33)

4. Susunan fasilitas-fasilitas yang efektif disekitar pola aliran bahan akan memberikan operasi yang efektif dari berbagai proses produksi yang saling berhubungan.

5. Operasi yang efisien akan meminimumkan biaya produksi.

6. Biaya produksi yang minimum akan memberikan profit yang lebih tinggi.

Dalam tata letak pabrik, sangat ditentukan oleh susunan mesin-mesin yang ada di pabrik yang membentuk suatu aliran produksi. Berdasarkan hal ini ada 4 (empat) tipe tata letak pabrik yang utama, yaitu:

1. Tata letak pabrik berdasarkan aliran produksi (Product Layout atau

Production Line Product).

Product layout dapat didefinisikan sebagai metode atau cara pengaturan dan penempatan semua fasilitas produksi yang diperlukan ke dalam suatu departemen tertentu atau khusus. Suatu produk dapat dibuat/diproduksi sampai selesai di dalam departemen tersebut. Bahan baku dipindahkan dari stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya di dalam departemen tersebut dan tidak perlu dipindah-pindahkan ke departemen yang lain.

Dalam product layout, mesin-mesin atau alat bantu disusun menurut urutan proses dari suatu produk. Produk-produk bergerak secara terus menerus dalam suatu garis perakitan. Product layout akan digunakan bila volume produksi cukup tinggi dan variasi produk tidak banyak dan sangat sesuai untuk produksi yang kontinu. Gambar tata letak berdasarkan aliran produksi dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(34)

G uda ng Ba ha n Ba ku ( Mat er ial

) Mesin Pelengkung Mesin Drill

Mesin Drill Mesin Drill Mesin Perata Mesin Bubut Mesin Perata Mesin Press Mesin Bubut Mesin Gerinda Mesin Drill Mesin Bubut P ros es P era ki ta n ( A ss em bl y ) G uda ng P roduk J adi

Gambar 2.1. Tata Letak Berdasarkan Aliran Produksi (Product layout) (Wignjosoebroto, 2003)

Tujuan dari tata letak ini adalah untuk mengurangi proses pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan di dalam aktivitas produksi sehingga pada akhirnya terjadi penghematan biaya.

Keuntungan tipe Produt Layout adalah:

a. Layout sesuai dengan urutan operasi, sehingga proses berbentuk garis.

b.Pekerjaan dari satu proses secara langusng dikerjakan pada proses berikutnya, sebagai akibatnya penyimpanan barang setengah jadi menjadi kecil.

c. Total waktu produksi per unit menjadi kecil.

d.Mesin dapat ditempatkan dengan jarak yang minimal. Konsekuensi dari operasi ini adalah material handling dapat dikurangi.

e. Memerlukan operator dengan keterampilan rendah, training


(35)

f. Lokasi yang tidak begitu luas dapat digunakan untuk transit dan penyimpanan barang sementara.

g.Memerlukan aktivitas yang sedikit selama proses produksi berlangsung.

Sedangkan kerugian dari Product Layout adalah:

a. Kerusakan dari satu mesin akan mengakibatkan terhentinya proses produksi.

b.Layout ditentukan oleh produk yang diproses, perubahan desain produk memerlukan penyusunan layout ulang.

c. Kecepatan produksi ditentukan oleh mesin yang beroperasi paling lambat.

d.Membutuhkan supervisi secara umum tidak terspesifikasi.

e. Membutuhkan investasi yang besar karena mesin yang sejenis akan dipasang lagi kalau proses yang sejenis diperlukan.

2. Tata letak pabrik berdasarkan fungsi (Process Layout).

Dalam process/functional layout semua operasi dengan sifat yang sama dikelompokkan dalam departemen yang sama pada suatu pabrik/industri. Mesin atau peralatan yang mempunyai fungsi yang sama dikelompokkan jadi satu, misalnya semua mesin bubut dijadikan satu departemen, mesin bor dijadikan satu departemen dan mesin mill dijadikan satu departemen. Dengan kata lain material dipindah menuju departemen-departemen sesuai dengan urutan proses yang dilakukan. Gambar tata letak pabrik berdasarkan fungsi proses dapat dilihat pada Gambar 2.2.


(36)

Gambar 2.2. Tata Letak Berdasarkan Fungsi Proses (Process Layout) (Wignjosoebroto, 2003)

Process layout dilakukan bila volume produksi kecil dan terutama untuk jenis produk yang tidak standar, biasanya berdasarkan order. Kondisi ini disebut sebagai job shop. Tata letak process layout banyak dijumpai pada sektor industri manufaktur maupun jasa.

Kelebihan atau keuntungan menggunakan layout tipe ini adalah: a. Penggunaan mesin dapat dilakukan dengan efektif, konsekuensinya

memerlukan sedikit mesin.

b.Fleksibilitas tenaga kerja dan fasilitas produksi besar dan sanggup berbagai macam jenis dan model produk.

c. Investasi mesin relatif kecil karena digunakan mesin yang umum (general purpose).

d.Keragaman tugas membuat tenaga kerja lebih tertarik dan tidak bosan.


(37)

e. Adanya aktivitas supervisi yang lebih baik dan efisien melalui spesialisasi pekerjaan, khususnya untuk pekerjaan yang sulit dan memerlukan ketelitian yang tinggi.

f. Mudah untuk mengatasi breakdown pada mesin, yaitu dengan cara memindahkannya ke mesin yang lain dan tidak menimbulkan hambatan-hambatan dalam proses produksi.

Sedangkan sisi kelemahan atau kekurangannya adalah:

a. Aliran proses yang panjang mengakibatkan material handling lebih mahal karena aktivitas pemindahan material. Hal ini disebabkan karena tata letak mesin tergantung pada macam proses atau fungsi kerjanya dan tidak tergantung pada urutan proses produksi.

b.Total waktu produksi lebih panjang.

c. Inventori barang setengah jadi cukup besar, jadi menyebabkan penambahan tempat.

d.Diperlukan keterampilan tenaga kerja yang tinggi guna menangani berbagai macam aktivitas produksi yang memiliki variasi besar. e. Kesulitan dalam menyeimbangkan tenaga kerja dari setiap fasilitas

produksi karena penempatan mesin yang terkelompok.

3. Tata letak pabrik berdasarkan kelompok produk (Group Tecnology Layout).

Tipe tata letak ini biasanya komponen yang tidak sama dikelompokkan kedalam satu kelompok berdasarkan kesamaan bentuk komponen, mesin atau peralatan yang dipakai. Pengelompokkan bukan didasarkan pada kesamaan penggunaan akhir. Mesin-mesin


(38)

dikelompokkan dalam satu kelompok dan ditempatkan dalam sebuah

manufacturing cell. Gambar tata letak pabrik berdasarkan kelompok produk dapat dilihat pada Gambar 2.3.

G uda ng Ba ha n Ba ku ( Mat er ial

) Mesin Bubut Mesin Drill

Perakitan Mesin Perata Mesin Gerinda Mesin Perata Mesin Perata Mesin Bubut Pengelasan Mesin Drill Mesin Bubut Mesin Bubut G uda ng P roduk J adi Pengecatan Pengecatan Perakitan Mesin Gerinda Pengelasan

Gambar 2.3. Tata Letak Berdasarkan Kelompok Produk (Wignjosoebroto, 2003)

Kelebihan tata letak berdasarkan kelompok teknologi ini adalah: a. Karena group technology memanfaatkan kesamaan komponen

produk, maka dapat mengurangi pemborosan waktu dalam perpindahan antar kegiatan yang berbeda.

b.Penyusunan mesin didasarkan atas family product sehingga dapat mengurangi waktu set up, mengurangi ongkos material handling

dan mengurangi area lantai produksi.

c. Apabila ada urutan proses tang terhenti maka dapat dicari alternatif lain.

d.Mudah mengidentifikasi bottlenecks dan cepat merespon perubahan jadwal.


(39)

e. Operator makin terlatih, cacat produk dapat dikurangi dan dapat mengurangi bahan yang terbuang.

Seperti halnya tipe tata letak fasilitas yang lain, tipe tata letak berdasarkan kelompok produk juga mempunyai kekurangan-kekurangan, yaitu:

a. Utilisasi mesin yang rendah.

b.Memungkinkan terjadinya duplikasi mesin. c. Biaya yang cukup tinggi untuk realokasi mesin.

d.Membutuhkan tingkat kedisiplinan yang tinggi karena ada kemungkinan komponen yang diproses berada pada sel yang salah.

4. Layout berposisi tetap (Fixed Position Layout).

Sistem berdasarkan product layout maupun process layout, produk bergerak menuju mesin sesuai dengan urutan proses yang dijalankan.

Layout yang berposisi tetap ditunjukkan bahwa mesin, manusia serta komponen-komponen bergerak menuju lokasi material untuk menghasilkan produk. Layout ini biasa digunakan untuk memproses barang yang relatif besar dan berat sedangkan peralatan yang digunakan mudah untuk dilakukan pemindahan. Contoh dari industri ini adalah industri pesawat terbang, penggalangan kapal, pekerjaan konstruksi bangunan. Gambar tata letak berdasarkan posisi tetap dapat dilihat pada Gambar 2.4.


(40)

G uda ng Ba ha n Ba ku (M at eri al , K om pone n , S pa re P art s, D ll ) Fasilitas Pengecatan Mesin Gerinda Mesin Gergaji/ Potong Mesin Keling Mesin Gerinda Mesin Las G uda ng P roduk J adi

Gambar 2.4. Tata Letak Berposisi Tetap (Fixed Position Layout) (Wignjosoebroto, 2003)

Keuntungan tata letak tipe ini adalah:

a. Karena yang berpindah adalah fasilitas-fasilitas produksi, maka perpindahan material dapat dikurangi.

b.Bila pendekatan kelompok kerja digunakan dalam kegiatan produksi, maka kontinuitas produksi dan tanggung jawab kerja bisa tercapai dengan sebaik-baiknya.

Sedangkan kerugian dari tipe tata letak ini adalah:

a. Adanya peningkatan frekuensi pemindahan fasilitas produksi atau operator pada saat operasi berlangsung.

b.Adanya duplikasi peralatan kerja yang akhirnya menyebabkan perubahan space area dan tempat untuk barang setengah jadi. c. Memerlukan pengawasan dan koordinasi kerja yang ketat


(41)

2.6. Operasi dan Produksi.

Operasi dan produksi adalah bidang yang bertanggung jawab langsung atas pembuatan barang dan jasa yang menjadi output perusahaan. Bidang ini merupakan wadah bagi perusahaan untuk menggabungkan kemampuan perusaahn dengan kebutuhan atau keinginan pemakai di pasar. Berbagai hal yang harus dipertimbangkan dalam perumusan kebijakan di bidang operasi dan produksi ini, antara lain: (Pardede, 2011:129)

1. Jenis barang atau jasa yang dibuat serta ciri-ciri dan sifat-sifat barang tersebut.

2. Jenis kebutuhan yang akan dipenuhi: barang-barang akan dibuat untuk persediaan (made to stock) ataukah berdasarkan pesanan (made to order).

3. Jadwal dan tingkat pengembangan barang dan pembuatan barang baru.

4. Tempat kedudukan perusahaan yang meliputi kedudukan kantor dan kilang.

5. Tata letak pusat-pusat kerja: tata letak menurut barang (product layout) atau tata letak menurut pekerjaan (process layout).

6. Bauran jumlah dan jenis manusia dan mesin pada kegiatan pengolahan.

7. Daya kerja (capacity) perusahaan: disesuaikan dengan permintaan atau dengan rencana pengembangan perusahaan.


(42)

9. Siasat pembuatan barang: tingkat produksi tetap, menurut permintaan atau luwes.

10.Standard dan rancangan pekerjaan.

11.Mutu barang atau jasa yang dibuat: mutu yang sebenarnya (quality in real) atau mutu menurut pemakai (quality in perception).

12.Tingkat penguasaan teknologi dan tingkat kesegeraan penyesuaian terhadap teknologi baru.

2.7. Penelitian Terdahulu

1. Rachmad Hidayat (Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 2 No.1 2014: 37-44).

Melakukan penelitian dengan judul “Perancangan Ulang Shop Floor Layout

Untuk Meminimasi Waste”.

Dalam peneltiannya melakukan beberapa langkah diantaranya menentukan mesin yang akan diatur layout-nya, membuat matriks hubungan antar mesin, menghitung space yang dibutuhkan tiap mesin dan menghitung nilai Total Closeness Rating (TCR). Penelitian ini membandingkan layout awal dengan

layout usulan. Jarak perpindahan menurun 31,3%. Ongkos matrial handling

menurun 28,54%. Waste menunggu, potential failure mode yang dapat diminimasi. Lama produk berada dalam lintasan produksi lebih cepat menjadi 8,73 jam per produksi. Flow time per produksi mengalami penurunan 8,29%. Efisiensi lintasan produksi meningkat 5,64%.

2. Vincentia Kitriastika and friends (JITI, Vol. 12 No.1 Juni 2013:83-95 ISSN 1412-6869). Melakukan penelitian dengan judul “A Redesign Layout To Increase Productivity Of A Company”.


(43)

Penelitian ini dilakukan disebuah pabrik pembuatan ban mobil penumpang yang berlokasi di daerah Sunter, Jakarta Utara. Dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, fokus dari penelitian ini diarahkan kepada melalukan perancangan ulang layout pabrik tersebut. Masalah utama yang dihadapi perusahaan adalah material yang dihasilkan oleh perusahaan tidak berada di satu lokasi, menyebabkan timbulnya masalah jarak dan waktu yang berujung kepada ketidakefisian layout. Perancangan ulang layout

menggunakan metode SLP dan analisis aliran yang akan mendukung keseimbangan lintasan agar tercipta layout yang baik. Dengan menggunakan software ARENA untuk mensimulasi dan menganalisa masalah dalam proses produksi dan dengan membandingkan alternatif layout untuk memutuskan

layout terbaik. Adapun layout terbaik berdasarkan simulasi dan metode SLP yang didukung analisis aliran dan keseimbangan lintasan akan digunakan sebagai masukan untuk perusahaan.

3. Uttapol Smutkupt dan Sakapoj Wimonkasame (Proceedings of the International Multiconference of Engineers and Computer Scientists, Vol II March 2009: 1820). Melakukan penelitian dengan judul “Plant Layout

Design with Simulation”.

Pada masa sebelumnya, banyak cara-cara yang dilakukan untuk merancang

layout lantai produksi. Yang paling terkenal dan banyak digunakan adalah metode CRAFT (Computerize Relative Allocation Facilities Technique). Namun hasil yang dikeluarkan oleh metode CRAFT terbatas. Hasil tersebut hanya menunjukkan rancangan dengan biaya perpindahan yang minimum antar departemen. Sebagai tambahan dilakukan teknik simulasi untuk mendapatkan informasi yang lebih terkait rancangan seperti waktu total,


(44)

waktu menunggu dan utilisasi. Untuk menambahkan simulasi tersebut, digunakan Microsoft Visual Basic yang bertujuan meningkatkan sistem dasar dari metode CRAFT. Kemudian hasil tersebut akan dikoneksikan dengan sistem ARENA. Akhirnya, sistem simulasi akan mengirim kembali laporan dalam bentuk formulir visual basic.


(45)

BAB 3

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1. Sejarah Perusahaan.

PT. Nubika Jaya merupakan perusahaan pengolahan kepala sawit di bawah naungan Permata Hijau Group (PHG), sebuah perusahaan kelapa sawit terintegrasi yang didirikan tahun 1984, dengan bisnis inti di perkebunan kelapa sawit, penyulingan minyak nabati, inti sawit, biodiesel dan oleokimia manufaktur. Perusahaan mendistribusikan sawit dan produk minyak lauratnya ke seluruh dunia. Dimulainya pabrik Biodiesel di PT. Nubika Jaya akan memberikan sumber terbarukan dan berkelanjutan dari produk-produk energi dan dapat menyediakan berbagai macam Distilasi dan Fractionated Asam Lemak dan derivatnya.

Semua produk-produk di PT. Nubika Jaya terdaftar pada Kosher dan tersertifikasi halal. Sukses perusahaan adalah atribut untuk pendirian jangka panjang di industri, pemanfaatan state-of-the-art teknologi untuk pabrik, ekonomi tinggi skala dan sifat terpadu operasi untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi yang efisien dan biaya yang kita sampaikan kepada konsumen, pemasok dan komunitas melalui kegiatan memiliki nilai tambah.

Permata Hijau Group adalah anggota RSPO, menekankan pada kelestarian lingkungan dalam pengelolaan perkebunan dan operasi manufaktur dan berkomitmen penuh dalam efisiensi energi dan mengukur pengurangan secara keseluruhan dalam penggunaan bahan bakar fosil, seperti memulai di Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) diprogram sesuai Protokol Kyoto Threaty. Keberhasilan pelaksanaan proyek ini mengarah pada produksi produk berbasis


(46)

kelapa sawit sadar lingkungan turunan sebagian besar bebas dari bahan bakar fosil.

Bisnis inti perusahaan adalah budidaya kelapa sawit, pengolahan dan mendistribusikan minyak kelapa sawit, minyak laurat dan asam lemak ke seluruh dunia. Sekarang perusahaan telah menjadi salah satu pemain utama di industri dengan total penjualan untuk tahun 2004 melebihi 800.000 metrik ton produk sawit.

3.1.1. Kredibilitas & Integritas.

Perusahaan terus melayani pelanggan secara lebih baik dengan menetapkan standar terbaik untuk produk dan tim kerja yang ada di perusahaan. Perusahaan percaya bahwa hubungan akan saling menguntungkan jika melayani kemitraan jangka panjang dengan baik.

3.1.2. Sistem Manajemen Mutu.

Perusahaan terus menerapkan keseluruhan sistem manajemen mutu untuk memaksimalkan sumber daya manusia dan organisasi untuk kebutuhan produktivitas sehari-hari.

3.1.3. Sistem Fully Integrated.

Berfungsi untuk memberikan keuntungan efisiensi dalam memenuhi komitmen kepada pemasok dan pelanggan kami.

3.1.4. Produk Expeller

Spesifikasi Produk:

1. Palm Kernel Expeller (PKE).


(47)

Laurat oil

Spesifikasi Produk:

1. Crude Palm Kernel Oil (CPKO).

a. Asam Lemak Bebas (FFA) sebagai palmitat 5% Max. b. Moisture & Kotoran (M & I) 0,5% Max.

c. Yodium Nilai (Wijs) 19 Max.

2. Refined Bleached & Deodorised Palm Kernel Oil (RBDPKO). a. Asam Lemak Bebas (FFA) sebagai laurat 0,1% Max. b. Moisture & Kotoran (M & I) 0,1% Max.

c. Yodium Nilai (Wijs) 19 Max.

d. Colour (5 1/4" Lovibond Cell) 1.5 Red Max. 3. Palm Kernel Fatty Acid Distillate (PKFAD).

a. Asam Lemak Bebas (FFA) sebagai laurat 50% Min. b. Moisture & Kotoran (M & I) 1% Max.

c. TFM 95% Min. Palm Oil

Spesifikasi Produk:

1. Crude Palm Oil (CPO).

a. Asam Lemak Bebas (FFA) sebagai palmitat 5 % Max. b. Moisture & Kotoran (M & I) 0,5 % Max.

c. Yodium Nilai (Wijs) 51-55. d. DOBI 2,0-2,2.

2. Refined Bleached & Deodorised Palm Oil ( RBDPO ). a. Asam Lemak Bebas (FFA) sebagai palmitat 0,1 % Max. b. Moisture & Kotoran (M & I) 0,1 % Max.


(48)

d. Point lebur (AOCS Cc3 - 25) 33 - 39o C. e. Colour (5 1/4 " Lovibond Cell) 3 Red Max. 3. Refined Bleached & Deodorised Palm Olein (Olein).

a. Asam Lemak Bebas (FFA) sebagai palmitat 0,1 % Max. b. Moisture & Kotoran (M & I) 0,1 % Max.

c. Yodium Nilai (Wijs) 56 Min. 3.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha.

PT. Nubika Jaya merupakan industri yang bergerak pada pembuatan minyak sawit. PT. Nubika Jaya melakukan penyulingan minyak nabati, inti sawit, biodiesel dan oleokimia manufaktur.

3.3. Lokasi Perusahaan.

PT. Nubika Jaya berlokasi di Jalan Kota Pinang, Desa Blok Songo, Kecamatan Kota Pinang, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara. Seluruh kegiatan administrasi maupun pabrikasi terpusat pada lokasi ini.

3.4. Visi dan Misi PT. Nubika Jaya.

Visi PT. Nubika Jaya adalah “Menjadi perusahaan agribisnis yang

terkemuka dan mampu bersaing di tingkat Nasional dan Internasional”, sedangkan misi PT. Nubika Jaya adalah:

1. Menghasilkan produksi minyak sawit dan turunannya yang berkualitas untuk memberikan kepuasan pelanggan.

2. Meningkatkan daya saing produk secara terus menerus yang didukung oleh sistem kerja, lingkungan kerja dan nilai-nilai perusahaan yang mendorong munculnya kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.


(49)

3. Menghasilkan laba yang berkesinambungan untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan perusahaan serta memberikan manfaat dan nilai tambah bagi pemilik perusahaan, karyawan dan stakeholder lainnya.

4. Memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam membangun kemitraan serta menjaga kelestarian lingkungan.

3.5. Struktur Organisasi dan Manajemen.

Struktur organisasi yang diterapkan di PKS PT. Nubika Jaya adalah organisasi yang fungsional, dimana pabrik dipimpin oleh Mill Manager. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa staf sesuai dengan bidangnya.

Uraian tugas dan tanggung jawab personil dari organsasi adalah sebagai berikut: 1. Mill Manager.

a. Mengkoordinir penyusunan rencana anggaran belanja tahunan pabrik. b. Menyusun dan melaksanakan policy umum kebun, sesuai dengan

pedoman dan instruksi kerja dan direksi.

c. Mengajukan saran kepada pimpinan perusahaan. d. Bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan. 2. Asisten Kepala.

a. Membuat dan menyusun rencana kerja tahunan atau bulanan.

b. Mengkoordinir pekerjaan asisten-asisten proses, maintenance, elektrik dan labour.

c. Bertanggung jawab kepada manajer. d. Mengawasi jalannya proses pengolahan.

e. Memberikan saran dan masukan kepada manager baik diminta maupun tidak dalam rangka peningkatan prestasi kerja dan efisiensi perusahaan. 3. Kepala Tata Usaha.


(50)

b. Menyusun rencana anggaran tahunan yang meliputi:

1. Meneliti dan menilai dalam mata uang, semua rencana yang telah disusun oleh tiap bagian.

2. Membuat perhitungan harga pokok produksi dan tarif unit kerja. c. Mengawasi pelaksanaan administrasi dan keuangan kebun.

d. Menyusun daftar gaji karyawan.

e. Mengawasi pemasukan, pengeluaran dan penyediaan barang dari dan ke gudang.

f. Memberikan saran kepada asisten mengenai waktu yang tepat untuk pengadaan barang

4. Asisten Proses.

a. Bertanggung jawab kepada asisten kepala. b. Mempertanggung jawabkan pengolahan pabrik.

c. Menyampaikan saran serta usaha perbaikan kepada kepala pabrik.

d. Membuat laporan dan pertanggung jawaban terhadap mutu minyak sawit dan inti sawit.

5. Asisten Bengkel.

a. Membantu asisten kepala menyusun rencana perawatan instalasi pabrik dan menyusun anggaran belanja bidang teknik.

b. Bertanggung jawab kepada asisten kepala.

c. Memperbaiki segala kerusakan yang terjadi di pabrik.

d. Mempelajari data pengolahan agar dapat mengetahui keadaan instalasi pabrik.

6. Asisten Laboratorium.

a. Bertanggung jawab kepada asisten kepala. b. Menganalisis kadar minyak.


(51)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi ini merupakan sesuatu yang sangat penting karena berhasil atau tidaknya penelitian, juga tinggi atau rendahnya kualitas penelitian sangat ditentukan oleh ketepatan penulis dalam memilih metodologi penelitiannya.

Dalam bagian metodologi ini penulis akan menyebutkan sekali lagi dengan jelas apa yang menjadi fokus didalam penelitian. Penyebutan fokus ini dimaksudkan agar peneliti sendiri mantap dengan variabel yang akan diteliti sehingga pandangan hati dan pikiran tertuju ke arah yang telah difokuskan.

4.1. Metode Penelitian.

Adapun metode penelitian yang digunakan bersifat tindakan (Action Research) (Sinulingga, 2011:29), sebab bertujuan untuk mendapatkan tata letak yang lebih baik. Bila ditinjau dari tingkat eksplanasi, penelitian bersifat deskriptif karena penelitian ini memaparkan setiap variabel yang mempengaruhi masalah yang ada sekarang secara sistematis dan aktual berdasarkan data yang ada. Penelitian meliputi proses pengumpulan, penyajian, evaluasi dan pengolahan data serta analisis dan interpretasi.

Diagram alir atau tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian ditunjukkan pada Gambar 4.1.


(52)

STUDI PENDAHULUAN 1. Observasi langsung 2. Wawancara

STUDI LITERATUR 1. Buku pendukung 2. Jurnal

3. Internet

PERUMUSAN MASALAH

PENGUMPULAN DATA PENETAPAN TUJUAN

Stagnansi yang terjadi di dalam lintasan yang berakibat kepada tidak tercapainya target produksi yang ditetapkan sebesar 98%

dari kapasitas produksi

Mendapatkan rancangan ulang layout yang lebih efektif sehingga proses produksi berjalan lancar dan dapat meningkatkan utilisasi kapasitas agar

dapat tercapai target yang telah ditetapkan

1. Sejarah perusahaan 2. Struktur organisasi 1. Layout awal pabrik

2. Aliran material awal 3. Proses produksi 4. Total produksi

DATA PRIMER DATA SEKUNDER

PENGOLAHAN DATA

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Perancangan Tata Letak Pabrik

2. Aliran Material Setelah Perancangan 3. Perbandingan Jarak

4. Perbandingan Waktu Produksi 5. Capacity Avaibility

6. Perbandingan Space Avaibility

ANALISA DAN PERANCANGAN 1. Analisa Layout Perusahaan

2. Perancangan Layout Baru Perusahaan 3. Analisa Aliran Material

4. Analisa Perbandingan Jarak

5. Analisa Perbandingan Waktu Produksi 6. Analisa Capacity Avaibility

7. Analisa Space Avaibility


(53)

4.2. Lokasi Penelitian.

Adapun objek dari pelaksanaan penelitian ini adalah di ruangan produksi pengolahan kelapa sawit PT. Nubika Jaya, yang beralamat di Jalan Kota Pinang, Desa Blok Songo, Kecamatan Kota Pinang, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara.

4.3. Data.

4.3.1 Sumber Data.

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta ataupun angka yang diperoleh dan akan mempengaruhi kualias dari sebuah penelitian. Berdasarkan sumbernya data terbagi atas 2 (dua) yaitu data primer dan data sekunder (Sinulingga S, 2011:148).

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara mencari/menggali secara langsung dari sumbernya oleh peneliti bersangkutan. Adapun data-data primer yang dikumpulkan adalah sebagai berikut:

a. Layout awal ruang produksi. b. Aliran material awal. c. Urutan proses produksi. d. Jumlah produksi CPO. 2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua, dengan kata lain data tersebut tidak diperoleh melalui pengamatan atau pengukuran langsung terhadap objek yang diteliti atau sama dengan informasi. Data sekunder seperti hasil produksi perusahaan, sejarah perkembangan perusahaan, dan lainnya.


(54)

4.3.2 Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data pada penelitian yang dilakukan adalah: (Sinulingga, S 2011 : 168).

1. Teknik wawancara, yaitu salah satu teknik pengumpulan data dan informasi melalui cara komunikasi secara langsung dengan responden, yaitu orang-orang tertentu yang ditetapkan sebagai sumber data.

2. Teknik observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan dipelajari baik dalam lingkungan kerja alamiah maupun dalam laboratorium.

4.4. Kerangka Konseptual.

Kerangka konseptual merupakan kerangka berfikir mengenai hubungan antar variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada studi kepustakaan.

Agar penelitian ini dapat diukur, maka perlu diketahui variabel yang ada dalam perancangan lintasan keseimbangan variabel bebas dan variabel terikat (Sinulingga S, 2011:72) adalah sebagai berikut:

1. Variabel dependen/terikat (dependent variable) sering juga disebut variabel kriteria (criterion variable) adalah variabel yang nilainya dipengaruhi atau ditentukan oleh nilai variabel lain. Dalam penelitian ini adalah Keefektifan Layout pabrik kelapa sawit di PT. Nubika Jaya.

2. Variabel independen/bebas (independent variable) sering juga disebut sebagai variabel prediktor (predictor variable) adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun negatif. Dalam penelitian ini adalah:


(55)

a. Regularity of flow adalah keteraturan aliran dalam melaksanakan kegiatan mengolah kelapa sawit melalui serangkaian tahapan sehingga menghasilkan Crude Palm Oil (CPO).

b. Capacity availability adalah perbandingan antara kapasitas mesin yang tersedia dengan kapasitas mesin yang terpakai di lantai produksi pengolahan kelapa sawit PT. Nubika Jaya.

c. Space availability adalah perbandingan antara luas area yang terpakai dengan luas area yang tersedia di lantai produksi pengolahan kelapa sawit PT. Nubika Jaya.

Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Regularity of Flow

Capacity Availability Efectiveness Layout

Space Availability


(56)

BAB 5

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data.

Untuk menyelesaikan masalah perencanaan ulang layout ini, maka data yang dibutuhkan adalah yang berhubungan dengan persoalan yang akan dibahas. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung atau pengukuran langsung pada lantai produksi dengan bantuan alat dan panduan dari pembimbing lapangan. Selain pengukuran langsung, data juga dapat diperoleh dari dokumen perusahaan seperti layout perusahaan.

Data-data yang diambil berupa data primer dan sekunder yang berkaitan dengan judul penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Data-data primer berkaitan dengan proses produksi, jumlah produksi, waktu standar produksi dan lain sebagainya. Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan berupa data-data lain diluar data primer penelitian seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi dan lainnya.

5.1.1. Tata Letak Fasilitas Produksi.

Lantai produksi pada PT. Nubika Jaya, mempunyai beberapa stasiun kerja seperti terlihat pada layout perusahaan di Gambar 5.1. Dari gambar tersebut terlihat bahwa terjadi stagnansi di dalam lintasan yang berakibat kepada target produksi yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 98% tidak tercapai. Untuk itu perlu dilakukan perancangan ulang layout yang lebih efektif sehingga proses produksi dapat berjalan lancar dan dapat meningkatkan utilisasi kapasitas agar target yang telah ditetapkan tersebut dapat segera tercapai.


(57)

10 m 18 m 18 m 30 m 15 m 29 m 14 m 58 m 30 m 14 m 21 m 8 9 11 12 10 1 2 3 4 5 6 7

Skala : 1 : 1000

Diperiksa :

-Tanggal : 11-12-2013

NIM : 117025003

Digambar : Yudi Daeng

Satuan : m

Peringatan :

Universitas Sumatera Utara

Medan Layout Awal PT. Nubika Jaya 01 A4

T

S

B U

Keterangan :

1. Penerimaan dan Penimbangan 2. Perebusan

3. Steam Boiler

4. Pemisahan Berondolan 5. Kempa

6. Pemurnian

7. Recovery Kernel

8. Tangki Timbun 9. Penampungan Limbah 10. Kantor

11. Pos Satpam 12. Parkir

Gambar 5.1 Layout Pabrik Saat Ini

Data-data penting berkaitan dengan kondisi lantai produksi perusahaan seperti stasiun-stasiun kerja yang ada di lantai produksi, luas area dari masing-masing stasiun kerja tersebut dan mesin-mesin ataupun peralatan-peralatan yang digunakan di masing-masing stasiun kerja tersebut dapat secara rinci dilihat pada tabel 5.1.


(58)

Tabel 5.1. Kondisi Lantai Pabrik PT. Nubika Jaya

No Stasiun Luas (M2) Mesin/Peralatan

1 Penerimaan & Timbangan (29x18) Timbangan Buah

Loading Ramp

2 Perebusan (88x14) Boiler

Tippler

3 Steam Boiler (10x5) Steam Boiler

4 Pemisahan Berondolan (10x15)

Bunch Conveyor Threshner Fruit Elevator

5 Kempa (3x5) Digester

Screw Press

6 Pemurnian (5x18)

Sand Trap Tank Vibrosieve Separator Crude Oil Tank Collecting Tank CST

Clean Oil Tank Vacuum Drier Tank Farm

7 Recovery Kernel (5x17)

Cake Brake Conveyor Depericarper

Nut Hopper Ripper Mill LTDS I LTDS II Clay Bath Inti Basah Silo Inti

8 Tangki Timbun CPO (21x18) Tangki Timbun

Sumber : PT. Nubika Jaya (2013)

5.1.2. Aliran Material di Lantai Pabrik.

Aliran material di ruang produksi pengolahan kelapa sawit PT. Nubika Jaya saat ini menunjukkan ketidakteraturan aliran, karena aliran material yang ada saat ini berbentuk acak atau tidak beraturan. Pada Gambar 5.2 terlihat bahwa aliran produk di lantai pabrik tidak menunjukkan suatu aliran yang baik, karena produk tersebut berjalan secara tidak beraturan, hal ini menyebabkan waktu produksi pengolahan kelapa sawit menjadi lebih lama.


(59)

Pemisahan Berondolan

Kempa

Pemurnian

Recovery Kernel

Penimbunan

Penerimaan

T S B U Perebusan

Steam Boiler

Skala : 1 : 1000

Diperiksa : -Tanggal : 11-12-2013

NIM : 117025003 Digambar : Yudi Daeng Satuan : m

Peringatan :

Universitas Sumatera Utara

Medan Aliran Material PT. Nubika Jaya 01 A4

Gambar 5.2. Aliran Material di Lantai Produksi Pengolahan Kelapa Sawit

5.1.3. Data Proses Produksi di Lantai Pabrik.

Untuk memudahkan memasukan data proses yang terjadi pada lantai produksi, maka perlu dilakukan pengkodean terhadap masing–masing


(60)

departemen. Data proses serta kode yang digunakan untuk mewakili setiap proses yang terjadi dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Proses Dan Pengkodean Pada Lantai Produksi

No Stasiun Kode Waktu (Menit)

1 Penerimaan & Penimbangan A 8

2 Perebusan B 120

3 Steam Boiler C 27

4 Pemisahan Berondolan D 150

5 Kempa E 15

6 Pemurnian F 45

7 Recovery Kernel G 10

8 Tangki Timbun CPO H -

Sumber : PT. Nubika Jaya (2013)

Langkah selanjutnya adalah mengukur jarak perpindahan material handling untuk setiap perpindahan yang terjadi pada lantai produksi, Adapun jarak perpindahan antar departemen tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Jarak Perpindahan Antar Stasiun Pada Layout Awal No Departemen Asal Departemen Tujuan Jarak

(m)

Waktu (Menit)

1 A B 101 40

2 B C 65 25

3 C D 15 3

4 D E 18 3

5 E F 10 5

6 F G 18 5

7 G H 30 12

Sumber : PT. Nubika Jaya (2013) 5.1.4. Urutan Proses Produksi.

Urutan proses produksi pembuatan Crude Palm Oil (CPO) pada lantai produksi dapat dilihat dalam blok diagram pada Gambar 5.3.


(61)

7. Recovery Kernel 6. Pemurnian

5. Kempa 4. Pemisahan 2. Perebusan

3. Steam Boiler 1. Penimbangan &

Pengiriman

Penimbangan TBS

Pemisahan Minyak dari Ampas Pelumatan Buah Pengiriman Berondolan Pemisahan Berondolan Transportasi Buah Penuangan Buah Perebusan Buah Penyediaan Steam Penerimaan Buah Penyimpanan Sementara Pemisahan Minyak dari

Sludge

Penampungan Sementara Penyaringan Pengendapan Pasir

Penampungan Biji Nut Pemisahan Nut dari Fiber Pencacahan/Press Cake

Penimbunan Minyak Pengeringan Minyak

Pemisahan cangkang dari Inti Pemisahan Inti dari Kotoran

dan cangkang Halus Pemecahan Biji

Pemisahan Inti dari Kotoran dan cangkang Halus 2

8. Penimbunan

Penyimpanan dan Pengeringan

Gambar 5.3. Block Diagram Pembuatan CPO 5.1.5. Data Volume Produksi Crude Palm Oil (CPO).

Data terkait volume produksi yang diproduksi oleh PT. Nubika Jaya selama waktu produksi berjalan di bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.4.


(62)

Tabel 5.4. Target Produksi Dan Volume Produksi CPO (Tahun 2013)

Bulan Kapasitas

(Kg)

Target (Kg)

Pencapaian (Kg)

Januari 22.260.000 21.814.800 21.423.000

Februari 19.875.000 19.447.500 17.810.000

Maret 26.129.000 25.606.420 22.865.000

April 23.426.000 22.957.480 21.324.000

Mei 26.129.000 28.546.420 19.798.000

Juni 26.712.000 26.177.760 25.663.000

Juli 32.860.000 32.202.800 31.375.000

Agustus 26.500.000 25.970.000 26.125.000

September 29.203.000 28.618.940 28.111.000

Oktober 26.129.000 25.606.420 24.329.000

November 26.129.000 25.606.420 25.599.000

Desember 25.228.000 24.723.440 24.983.000

Total 310.580.000 307.278.400 289.405.000

Catatan: Kapasitas = Hari Kerja x Jam Kerja x Kapasitas Olah (53 ton/jam) Target produksi adalah 20,2% dari kapasitas produksi

Sumber : PT. Nubika Jaya (2013) 5.2. Pengolahan Data.

Setelah data–data terkumpul, lalu dilanjutkan dengan pengolahan data yaitu dengan perancangan tata letak pabrik, melakukan perbandingan jarak sebelum layout dirubah dan setelah layout dirubah (relayout), simulasi terkait produksi setelah dilakukan relayout dan perhitungan jumlah produksi setelah dilakukan relayout.

5.2.1. Tahapan Perancangan Tata Letak Pabrik.

Pada tahapan perancangan tata letak pabrik ini, dilakukan tahap relayout

pabrik dengan mengunakan metode Apple (1990) yang merupakan metode dengan tujuh tahapan dalam perancangan tata letak pabrik.

5.2.1.1. Operation Process Chart (OPC).

Operation Process Chart (OPC) merupakan diagram tentang proses dan telah digunakan dalam berbagai cara sebagai alat perencanaan dan pengendalian.


(63)

Adapun operation process chart pada pembuatan Crude Palm Oil (CPO) terlihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Operation Process Chart Pembuatan CPO

Penimbangan buah

Penerimaan buah

Perebusan buah

Penuangan buah

Pemisahan berondolan

Pelumatan buah

Penyaringan Pengendapan pasir

Pemisahan minyak dari ampas

Pemisahan minyak dari sludge Penampungan sementara

Pengeringan minyak Keterangan Proses

Sumber : Pengolahan Data

1. Stasiun Penerimaan dan Timbangan.

Melaksanakan kegiatan penerimaan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) dari supplier luar atau dari kebun sendiri dengan waktu tunggu penerimaan truk seminimal mungkin. Penimbangan TBS masuk secara akurat, membongkar TBS ke penerimaan dan kemudian ke lori dengan


(1)

Gambar 6.3. Perbandingan Lama Waktu Produksi 6.3.1. Analisa Keteraturan Aliran.

Setelah dilakukan perancangan ulang layout, maka didapat aliran material mengalami perubahan. Sebelum dilakukan perancangan ulang, aliran material yang digunakan berbentuk tidak beraturan, hal ini terlihat dari ketidakteraturan perpindahan material di lantai produksi. Namun setelah dilakukan perancangan ulang maka diperoleh aliran material dengan bentuk U shape dimana bahan baku dan produk jadi berada pada posisi bersebelahan di lantai produksi pengolahan kelapa sawit.

6.3.2. Analisa Ketersediaan Kapasitas.

Sehubungan dengan meningkatnya waktu produksi dan jarak yang semakin kecil diharapkan dapat meningkatkan kapasitas yang terpakai sesuai dengan target yang ditetapkan perusahaan sebesar 98%. Saat ini kapasitas yang terpakai oleh perusahaan hanya berkisar 93,1%. Dengan berubahnya tata letak lantai produksi


(2)

diperusahaan diharapkan target sebesar 98% dapat tercapai atau bahkan melebihi kapasitas yang diharapkan tersebut.

6.3.3. Analisa Ketersediaan Area/Ruang.

Setelah hasil perancangan ulang layout diperoleh, terlihat bahwa area yang terpakai menjadi semakin kecil dengan tingkat allowance semakin kecil. Sebelum dilakukan perancangan ulang, layout membutuhkan seluruh area sebesar 11.500 m2 (100 m x 115 m) dengan allowance 100% - 21,9% = 78,1%. Setelah dilakukan perancangan ulang, layout hanya membutuhkan area sebesar 7.832 m2 (89 m x 88 m) dengan allowance 100% - 32.2% = 67,8%.


(3)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan saran yang didasarkan kepada hasil analisis serta pembahasan pada bab-bab sebelumnya.

7.1. Kesimpulan.

Hasil penelitian perencanaan ulang layout dalam upaya peningkatan utilitas kapasitas di PT. Nubika Jaya terlihat bahwa yang menjadi masalah utama di perusahaan adalah bagaimana menyusun rangkaian tata letak terbaik di lantai produksi pengolahan kelapa sawit agar dapat memenuhi target produksi yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 98% dari kapasitas produksi.

Berdasarkan hasil perancangan ulang terhadap tata letak lantai produksi pengolahan kelapa sawit ini, diperoleh :

1. Aliran material mengalami perubahan dari aliran awal yang tidak beraturan, setelah dilakukan perancangan maka terbentuk aliran material yang berbentuk U

Shape.

2. Pada layout lantai produksi yang saat ini digunakan oleh perusahaan, jarak perpindahan adalah 257 meter. Dari hasil rancangan ulang layout yang dilakukan, maka perpindahan (movement) material berkurang menjadi 202 meter dengan pengurangan sebanyak 55 meter.

3. Kapasitas yang terpakai oleh perusahaan saat ini berkisar diangka 93,1% Dengan berubahnya tata letak lantai produksi diperusahaan diharapkan target sebesar 98% dapat tercapai.


(4)

4. Layout saat ini membutuhkan seluruh area sebesar 11.500 m2 (100 m x 115 m) dengan allowance 100% - 21,9% = 78,1%. Setelah dilakukan perancangan ulang, layout hanya membutuhkan area sebesar 7.832 m2 (89 m x 88 m) dengan

allowance 100% - 32.2% = 67,8%.

7.2. Saran

Setelah dilakukan analisis dan perancangan fasilitas produksi pada PT. Nubika Jaya, maka beberapa saran yang diberikan kepada perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Penentuan lokasi setiap stasiun kerja hendaknya mempertimbangkan tingkat keterkaitan dan aliran produksi agar dapat mengurangi pemakaian waktu dan biaya.

2. Pemakaian luas lantai produksi hendaknya dilakukan dengan seefisien mungkin yaitu dengan memanfaatkan seluruh luas lantai yang ada pada lantai produksi, kecuali apabila memang direncanakan untuk memperbesar kapasitas produksi di masa yang akan datang.

3. Sebaiknya perusahaan menerapkan metode Apple dalam merancang tata letak untuk mencapai tujuan usaha secara efektif, ekonomis dan aman.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Antara, I. Made Aryantha., “Usulan Perbaikan Tata Letak Lantai Produksi dengan

Metode Craft untuk Meminimasi Ongkos Material Handling”, Universitas Komputer Indonesia.

Apple, James M., “Plant Layout and Material Handling”, Third Edition, New York :

John Willey and Sons, Inc., 1977.

Apple, James M., “Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan”, Edisi Ketiga, Penerbit

II3 Panaung, 1977.

Gelderman, Jutta., “Integrated Process Design for the Inter-Company Plant Layout

Planning of Dynamic Mass Flow Network”, Universitatsverlag Karisruhe, De,

2007.

Hadiguna, R. A., “Tata Letak Pabrik”, Yogyakarta, CV. Andi Offset, 2008

Hidayat, Rahmad., “Perancangan Ulang Shop Floor Layout untuk Meminimasi

Waste”, Universitas Trunojoyo, Madura, 2014.

Kitriastika, Vincentia., “A Redesign Layout to Increase Productivity of a Company”,

Swiss German University, Campus Edu Town BSD City, Tangerang, 2013.

Muther, Richard., “Practical Plant Layout”, New York, McGraw-Hill Book

Company, Inc, 1955.

Pardede, M. Pontas., “Manajemen Operasi dan Produksi Teori, Model dan Kenijakan”, Yogyakarta, Penerbit Andi, 2011.

Purnomo, Hari., “Perencanaan & Perancangan Fasilitas”, Yogyakarta, Graha Ilmu,

2004.

S, Heragu., “Facilities Design”, 3rd

Edition, CRC Press, 2008.

Scheng, Michael., “Factory Planning Manual”, New York, Springer, 2010.

Sembiring, Anita Christine., “Perancangan Ulang Tata Letak Pabrik untuk

Meminimaslisasi Material Handling di PT. Atmindo”, Universitas Sumatera Utara, 2012.

Sinulingga, Sukaria., “Pengantar Teknik Industri”, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2008. Sinulingga, Sukaria., “Metode Penelitian”, Edisi Pertama, Medan, USU Press, 2011.


(6)

Smutkipt, Uttapol and Sakapoj Wimonkasane., “Plant Layout Design with

Simulation”, International Multiconference of Engineers and Computer

Scientists, Hongkong, 2009.

Tompkins, J. A., “Facilities Planning”, Second Edition, New York : John Willey and

Sons, Inc., 1996

Wignjosoebroto, Sritomo., “Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan”, Edisi Ketiga, Surabaya, Penerbit Guna Widya, 2000.

Winata, Phillipus Fani., “Perancangan TLP dengan Algoritma Simulated Annealing

pada PT. Morawa Electric Transbuana”, Departemen Teknik Industri,

Fakultas Teknik, USU, 2007.

Yenny., “Penataan Kembali Tata Letak Fasilitas dengan Menggunakan Algoritma Craft di PT. Voltama Vista Megah Electric Industry”, Departemen Teknik