Diagnosa Gambaran Usia Rata-Rata Berhenti Mengompol (Nocturnal Enuresis) pada Anak SD Harapan I Medan

Nocturnal enuresis dianggap abnormal menurut beberapa penelitian: • Menurut Miller et al 1960, Oppel et al 1968, Kaffman dan Elizur 1977 di tempat berbeda dengan kriteria inkontinensia yang mirip 1-3 bulan dan dengan prospektif menyatakan bahwa anak-anak yang masih mengalami nocturnal enuresis sampai usia 4 tahun, berbeda dengan usia yang lebih muda, kemungkinan akan berhenti mengalami hal tersebut selama 12 bulan fall sharply. • Di Baltime pada sampel anak laki-laki Oppel et al, 1968 lebih dari 40 anak usia 2 tahun berhenti mengalami nocturnal enuresis, pada tahun berikutnya 20 pada anak usia 3 tahun, dan hanya 6 pada anak usia 4 tahun yang masih mengalami nocturnal enuresis. • Kaffman dan Elizur pada tahun 1977 menyatakan enuresis pada anak usia lebih dari 4 tahun memiliki lebih banyak masalah kebiasaan daripada yang tidak, tetapi tidak dengan anak yang berusia 3 tahun. Jadi, nocturnal enuresis masih dianggap normal sampai usia 3 tahun Shaffer, 1985.

2.6 Diagnosa

Pada nocturnal enuresis gejala yang dikeluhkan berupa pengeluaran urin dimalam hari, tanpa adanya rasa panas atau terbakar. Tetapi warna urin tetap jernih Tanagho, 2008. Untuk menegakkan diagnosa dari nocturnal enuresis harus dilakukan: 1. Anamnesa Dari anamnesa didapati onset untuk menentukan enuresis yang terjadi berupa enuresis primer atau enuresis sekunder, frekuensi, keparahan dan bagaimana keluarga menangani masalah ini, keadaan tidur atau saat terbangun, pancaran urin, diawali rasa sesak, dan terjadi sekali-sekali atau terus menerus Gray dan Moore, 2009; Sekarwana, 1993. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Selain itu ditanyakan juga riwayat keluarga, dan riwayat penyakit sebelumnya seperti diabetes insipidus, diabetes mellitus, penyakit ginjal kronis, infeksi saluran kemih, konstipasi, serta tanyakan juga keadaan psikososial anak dan keadaan keluarga Gonzales, 2000; Gray dan Moore, 2009; Sekarwana, 1993. 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik meliputi: inspeksi didaerah abdomen untuk melihat distensi abdomen karena retensi tetapi biasanya pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan. Sedangkan palpasi dilakukan pada abdomen dan rektum sesudah pengosongan urin dan serta awasi kekuatan dan kualitas arus urin Gray dan Moore, 2009; Sekarwana, 1993. Selain itu lakukan juga pemeriksaan refleks sfingter, sensasi perineal, tonus anal, cara berjalan dan tulang belakang apakah terdapat kelainan medula spinalis Sekarwana, 1993. 3. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dilakuakan berupa urinalisis yang diperoleh setelah puasa 1 malam dan evaluasi berat jenis spesifik atau osmolaritas urin atau keduanya untuk menyampingkan poliuria sebagai penyebab frekuensi inkontinensia Gonzales. 2000. Urinalisis yang dilakukan untuk melihat adanya infeksi positif nitrat dan leukosit, diabetes melitus glukosuria, tumor saluran kemih hematuria, dan penyakit ginjal proteinuria Gray dan Moore, 2003, Meadow dan Newell, 2003, Sekarwana,1993. Biakan urin dilakukan sebagai tes lanjutan bila urinalisis abnormal dan harus dilakukan secara rutin untuk melihat patologi saluran kemih Gray dan Moore, 2009. 4. Pemeriksaan Penunjang Lain Foto X-Ray pada nocturnal enuresis dengan excretory urogram yang diambil segera setelah miksi tidak ada kelainan dan terlihat tidak ada urin residu. Urethroscopy dan ultrasaound ginjal dapat dilakukan, tetapi biasanya terlihat normal Gray dan Moore, 2009; Tanagho, 2008. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Berdasarkan PPDGJ III pedoman diagnostik dari enuresis adalah: • Suatu gangguan yang ditandai oleh buang air kecil tanpa kehendak, pada siang danatau malam hari, yang tidak sesuai dengan usia mental anak, dan bukan akibat dari kurangnya pengendalian kandung kemih akibat gangguan neurologis, serangan epilepsi, atau kelainan struktural pada saluran kemih. • Tidak terdapat garis pemisah yang tegas antara gangguan enuresis dan variasi normal usia seorang anak berhasil mencapai kemampuan pengendalian kandung kemihnya. Namun demikian, enuresis tidak lazim didiagnosis terhadap anak dibawah usia 5 tahun atau dengan usia mental kurang dari 4 tahun. • Bila enuresis berhubungan dengan suatu gangguan emosional atau perilaku, yang lazim merupakan diagnosis utamanya, hanya bila terjadi sedikitnya beberapa kali dalam seminggu. • Enuresis ada kalanya timbul bersamaan dengan enkopresis, dalam hal ini enkopresis yang diutamakan Maslim, 2001.

2.7 Diagnosa Banding