1.1. Latar Belakang
Sterilisasi adalah penghancuran atau pemusnahan terhadap semua mikroorganisme Schwartz, 2000. Asepsis adalah prinsip bedah untuk
mempertahankan keadaan bebas kuman. Keadaan asepsis merupakan syarat mutlak dalam tindakan bedah. Antisepsis adalah cara dan tindakan yang
diperlukan untuk mencapai keadaan bebas kuman patogen Sjamsuhidajat dan Jong, 2004.
Tujuan tindakan asepsis dalam pembedahan adalah untuk mencegah masuknya bakteri pada luka pembedahan. Pencapaian tingkat asepsis dimulai
dengan mensterilkan alat-alat, jubah operasi, sarung tangan, benang bedah, dan kasa pembalut yang kontak dengan luka operasi. Kemudian, lakukan desinfeksi
pada kulit tempat pembedahan dengan menggunakan sediaan antiseptik Schwartz, 2000.
Pasien-pasien bedah, pada masa : pra-bedah, intra-bedah dan pasca bedah, harus dilindungi sepenuhnya dari bahaya infeksi. Perawatan yang memperhatikan
prinsip-prinsip asepsis, antisepsis serta lingkungan perawatan yang baik, mempengaruhi kejadian dan beratnya infeksi Schrock, 1995. Sterilisasi
merupakan jaminan tingkat tertinggi mengenai peralatan bedah bebas dari mikroba Young, 2001.
Tindakan aseptik dalam pembedahan merupakan hal yang mutlak perlu dilaksanakan melalui serangkaian prinsip dan praktek yang bertujuan untuk
menurunkan, atau menghambat proses infeksi Zoltie, 1991. Maksud dari teknik aseptik adalah melindungi pasien dari lingkungan sekitarnya dan mengusahakan
lingkungan yang bebas dari semua organisme Nealon, 1996. Infeksi merupakan komplikasi pasca bedah yang sering terjadi.
Manifestasi pertama yang sering timbul adalah kenaikan suhu tubuh. Bila suhu tubuh pasien naik, sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan luka. Adanya infeksi,
tidak selalu terdapat ketegangan pada daerah luka, tetapi yang pasti ada indurasi. Daerah yang paling sering terkena infeksi adalah jaringan lemak superfisial dekat
fascia, tetapi sepsis dapat terjadi pada setiap jaringan Nealon, 1996.
Universitas Sumatera Utara
Sumber infeksi dapat berasal dari udara, alat dan pembedah, kulit penderita, visera, dan darah. Mikroba atau bakteri dapat berpindah dari suatu
tempat ke tempat lain melalui perantara. Pembawa kuman ini dapat berupa hewan, misalnya serangga, manusia, atau benda yang terkontaminasi, seperti peralatan
bedah. Jadi, dalam hal ini alat bedah, personel, dan dokter pembedah merupakan pembawa potensial untuk memindahkan bakteri Sjamsuhidajat dan Jong, 2004.
Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai penggunaan sarung tangan yang steril. Di Belanda, hasilnya menunjukkan bahwa dari 126 pasien yang
mendapat prosedur pembedahan dengan tidak memakai sarung tangan steril hanya menggunakan sarung tangan bersih, hanya 4 pasien yang mengalami
komplikasi dengan tiga 2,4 pasien yang merupakan infeksi karena bedah Bruens, 2008.
Suatu penelitian lain menunjukkan bahwa risiko untuk infeksi luka dalam bedah dermatologi setelah menggunakan sarung tangan bersih tidak signifikan
lebih besar daripada setelah menggunakan sarung tangan steril, yaitu 1,7 dibandingkan 1,6 Rogues, 2007.
Penggunaan peralatan yang tidak steril dapat berakibat buruk, yang paling berbahaya yang dapat mengenai pasien adalah Human Immunodeficiency Virus
HIV dan virus Hepatitis B. Penelitian menggunakan kuisioner, dari 138 responden yang mengembalikan kuisioner, didapatkan 127 responden
menggunakan alat yang disterilkan. 106 83,5 menggunakan metode sterilisasi uap, 35 diantaranya menggunakan mesin uap dan 71 lainnya sterilisasi uap
langsung. Dari 21 19,8 responden, 11 menggunakan ad hoc yang langsung dari pemerintah dan 10 responden sisanya menggunakan sterilisasi dengan metode
sederhana yang kurang memuaskan, seperti : air panas, rebusan air, bahan kimia untuk disinfeksi Whyte, 1992.
Pengetahuan yang tepat tentang proses yang berbeda atau agen untuk sterilisasi dan disinfeksi sangat penting Patwardhan, 2011. Sejauh pengamatan
peneliti, peneliti jarang sekali menemukan penelitian tentang sterilisasi peralatan bedah minor bahkan peneliti belum menemukan ini dilakukan di Indonesia,
Universitas Sumatera Utara
sehingga peneliti tertarik untuk melakukannya, terutama untuk melihat pengetahuan dari mahasiswa kedokteran USU mengenai masalah ini.
1.2. Rumusan Masalah