Gambaran Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(1)

GAMBARAN STRES PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

OLEH:

NOVRITA SILALAHI

070100079

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

GAMBARAN STRES PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH:

NOVRITA SILALAHI 070100079

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Nama : Novrita Silalahi

NIM : 070100079

Pembimbing Penguji I

(dr. Mustafa M. Amin, Sp.KJ ) ( dr. Muara P. Lubis, Sp.OG )

NIP: 19780330 200501 1003 NIP: 19751023 200812 1001

Penguji II

( dr. T. Azhar Johan, Sp.PK) NIP: 19490717 198011 1001

Medan, 15 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP : 19540220 198011 1 0001


(4)

ABSTRAK

Memasuki dunia kuliah merupakan suatu perubahan besar pada hidup seseorang. Perubahan gaya hidup, prestasi akademik, jadwal perkuliahan yang padat, masalah pertemanan, menyesuaikan diri jauh dari rumah untuk pertama kali, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru dapat menjadi penyebab stres bagi mahasiswa tahun pertama. Mahasiswa tahun pertama memiliki tingkat stres yang berbeda dalam menghadapi perubahan tersebut. Dengan menggunakan metode deskriptif cross sectional, data diperoleh dengan membagikan kuesioner Hassles

Assessment Scale for Student in College (HASS/Col) kepada 100 mahasiswa tahun

pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui gambaran stres pada mahasiswa tahun pertama FK USU. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 100 mahasiswa tahun pertama, 46 orang (46%) mengalami stres lebih rendah, 46 orang (46%) mengalami stres menengah, 8 orang (8%) mengalami stres lebih tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada pria yaitu 8,1% sedangkan pada wanita 7,9%. Berdasarkan suku, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada mahasiswa yang berasal dari suku Melayu yaitu 25%. Berdasarkan tempat tinggal, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada responden yang tinggal bersama orang tuanya yaitu 9,2% sedangkan mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tuanya 6,5%. Berdasarkan alasan masuk FK, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada mahasiswa yang masuk FK karena keinginan orang tuanya yaitu 18,7%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan mahasiswa tahun pertama memiliki tingkat stres yang tinggi. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan adaptasi dengan baik terhadap lingkungan yang baru untuk mengurangi tingkat stres.


(5)

ABSTRACT

It represents a big changes for someones life when entering the college. Life style change, academic achievement, rapid lecturing schedule, peer problems, adapting to live alone in new environment can be stressors for the first year college student. They have different stress levels in facing the changes. A descriptive cross sectional study using self administered questionnaire Hassles Assessment Scale for Student in College (HASS/Col) was given to 100 first year students in medical faculty of USU.

The objective of this study is describing stress in first year students in medical faculty of USU. Result of this research show from 100 first year students filled in questionnaire, 46% students have much less stress, 46% have average stress, and 8% have much more stress. Based on gender,males have much more stress (8.1%) than females (7.9%). According to ethnics, Melayu student have much more stress (25%). Students who live with their parents (9.2%) show much more stress than students who live far from their parents (6.5%). Based on their reason to study in Medical faculty, students who study in medical faculty by their parent desire have much more stress (18.7%). This research shows that the level of perceived stress seems to be high among first year college students. Well adapting to new environment could do a lot to reduce the stress.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Gambaran Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara”. Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan. Oleh Karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan khususnya kepada penulis dan pembaca.

Dengan selesainya penyusunan karya tulis ilmiah ini, perkenankanlah saya untuk meyampaikan rassa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Yang terhormat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD (KGEH).

2. Yang terhormat dr. Mustafa M. Amin, Sp.KJ selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing saya selama penyusunan proposal hingga penyusunan hasil karya tulis ilmiah ini.

3. Yang terhormat dr. Muara P. Lubis, Sp. OG selaku dosen penguji I dan dr. T. Azhar Johan, Sp. PK selaku dosen penguji II dalam seminar proposal dan seminar hasil karya tulis ilmiah yang telah memberikan kritik dan saran untuk revisi karya tulis ilmiah ini.


(7)

4. Yang tercinta kedua orang tua saya Judin Silalahi dan Rosehanna Manurung yang selalu mendukung saya secara moril dan materil selama hidup saya, juga kepada inang saya M. Simarmata, abang, kakak, dan adik terkasih, Herinaldy Silalahi, Ita Silalahi, Imelda Silalahi, Sabet Silalahi atas dukungan doa dan semangat selama ini.

5. Kepada teman-teman satu bimbingan saya, Arni, Eva, Sukri atas kerja sama dan motivasinya.

6. Kepada teman satu stambuknya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan dan canda tawanya selama kuliah.

7. Kepada kak Manda, bang Alland, Lusi, Puput, Elfira dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan berkatNya kepada kita semua. Terima Kasih.

20 November 2010


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Lembar Pengesahan... ...ii

Abstrak ... iii

Abstract ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Singkatan... ix

Daftar Tabel ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Stres ... 4

2.1.1 Pengertian Stres ... 4

2.1.2 Penggolongan Stres ... 5

2.1.3 Sumber-sumber Stres ... 5

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi terhadap Stres ... 9

2.2 Remaja ... 12

2.2.1 Pengertian Remaja ... 12

2.2.2 Stres pada Remaja ... 13

2.3 Hassles Assessment Scale for Student in Collage (HASS/Col) ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 19

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 19

3.2 Definisi Operasional ... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21

4.1 Jenis Penelitian ... 21

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 23


(9)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 25

5.2 Karakteristik Responden ... 26

5.2.1 Jenis Kelamin Responden ... 26

5.2.2 Usia Responden ... 26

5.2.3 Suku Responden ... 27

5.2.4 Tempat Tinggal Responden ... 28

5.2.5 Alasan Masuk FK ... 28

5.3 Distribusi Gambaran Stres ... 29

5.3.1 Distribusi Skor Stres ... 29

5.3.2 Tingkat Stres ... 29

5.3.3 Gambaran Stres Berdasarkan Jenis Kelamin ... 30

5.3.4 Gambaran Stres Berdasarkan Suku ... 30

5.3.5 Gambaran Stres Berdasarkan Tempat Tinggal ... 31

5.3.6 Gambaran Stres Berdasarkan Alasan Masuk FK ... 31

5.4 Pembahasan... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

6.1 Kesimpulan ... 35

6.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR SINGKATAN

FK USU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara HASS/Col : Hassles Assessment Scale for Student in College PT : Perguruan Tinggi

SLTA : Sekolah Lanjut Tingkat Atas SMA : Sekolah Menengah Atas

SPSS : Statistical Package for The Social Science TA : Tahun Ajaran


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden 26

Tabel 5.2 Distribusi Usia Responden 26

Tabel 5.3 Distribusi Suku Responden 27

Tabel 5.4 Distribusi Tempat Tinggal Responden 28

Tabel 5.5 Distribusi Alasan Responden Masuk FK 28

Tabel 5.6 Distribusi Skor Stres 29

Tabel 5.7 Distribusi Tingkat Stres Responden 29

Tabel 5.8 Distribusi Gambaran stres Berdasarkan Jenis Kelamin 30 Responden

Tabel 5.9 Distribusi Gambaran stres Berdasarkan Suku Responden 30 Tabel 5.10 Distribusi Gambaran stres Berdasarkan Tempat Tinggal 31

Responden

Tabel 5.11 Distribusi Gambaran stres Berdasarkan Alasan Responden 31 Masuk FK


(12)

ABSTRAK

Memasuki dunia kuliah merupakan suatu perubahan besar pada hidup seseorang. Perubahan gaya hidup, prestasi akademik, jadwal perkuliahan yang padat, masalah pertemanan, menyesuaikan diri jauh dari rumah untuk pertama kali, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru dapat menjadi penyebab stres bagi mahasiswa tahun pertama. Mahasiswa tahun pertama memiliki tingkat stres yang berbeda dalam menghadapi perubahan tersebut. Dengan menggunakan metode deskriptif cross sectional, data diperoleh dengan membagikan kuesioner Hassles

Assessment Scale for Student in College (HASS/Col) kepada 100 mahasiswa tahun

pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui gambaran stres pada mahasiswa tahun pertama FK USU. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 100 mahasiswa tahun pertama, 46 orang (46%) mengalami stres lebih rendah, 46 orang (46%) mengalami stres menengah, 8 orang (8%) mengalami stres lebih tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada pria yaitu 8,1% sedangkan pada wanita 7,9%. Berdasarkan suku, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada mahasiswa yang berasal dari suku Melayu yaitu 25%. Berdasarkan tempat tinggal, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada responden yang tinggal bersama orang tuanya yaitu 9,2% sedangkan mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tuanya 6,5%. Berdasarkan alasan masuk FK, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada mahasiswa yang masuk FK karena keinginan orang tuanya yaitu 18,7%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan mahasiswa tahun pertama memiliki tingkat stres yang tinggi. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan adaptasi dengan baik terhadap lingkungan yang baru untuk mengurangi tingkat stres.


(13)

ABSTRACT

It represents a big changes for someones life when entering the college. Life style change, academic achievement, rapid lecturing schedule, peer problems, adapting to live alone in new environment can be stressors for the first year college student. They have different stress levels in facing the changes. A descriptive cross sectional study using self administered questionnaire Hassles Assessment Scale for Student in College (HASS/Col) was given to 100 first year students in medical faculty of USU.

The objective of this study is describing stress in first year students in medical faculty of USU. Result of this research show from 100 first year students filled in questionnaire, 46% students have much less stress, 46% have average stress, and 8% have much more stress. Based on gender,males have much more stress (8.1%) than females (7.9%). According to ethnics, Melayu student have much more stress (25%). Students who live with their parents (9.2%) show much more stress than students who live far from their parents (6.5%). Based on their reason to study in Medical faculty, students who study in medical faculty by their parent desire have much more stress (18.7%). This research shows that the level of perceived stress seems to be high among first year college students. Well adapting to new environment could do a lot to reduce the stress.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagaimanapun bijaksananya, cerdasnya seseorang, suatu waktu pasti pernah dan akan berhadapan dengan keadaan-keadaan yang disebut frustrasi, kehilangan, perubahan, dan konflik (Sarafino, 2006). Keadaan ini disebut sebagai stresor, yaitu sesuatu yang berpotensi menyebabkan reaksi stres (Greenberg, 2002). Stres telah diteliti sejak tahun 1974 oleh Hans Selye, yang menyatakan stres sebenarnya adalah kerusakan yang dialami tubuh akibat berbagai tuntutan yang ditempatkan padanya (Santrock, 2003).

Menurut Omizo (1988) dalam Santrock (2003), banyak stresor yang dialami remaja terjadi secara terus-menerus, setiap harinya. Tekanan akademis dan kompetisi, tujuan karir dan pendidikan yang lebih tinggi, tekanan dari teman sebaya, harapan dari orang tua seringkali memerlukan dilakukannya penanganan stres dan adaptasi oleh remaja. Pada banyak kasus, ditemukan bahwa ada lebih dari satu stres yang muncul dalam suatu masa dikehidupan remaja. Para peneliti menemukan bahwa ketika beberapa stres digabung, efeknya pun akan semakin berlipat ganda. Sejalan dengan suatu penelitian oleh psikiater Michael Rutter (1979) dalam Santrock (2003) anak laki-laki dan perempuan yang mengalami dua stres kronis dalam kehidupannya memiliki kecendrungan empat kali lebih besar untuk memerlukan pelayanan psikologis dibandingkan mereka yang menghadapi satu stres kronis.

Penelitian pada remaja di Amerika Serikat menunjukkan bahwa terdapat tiga kategori utama sumber stres yang mereka alami, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan akademik, diri sendiri, dan hubungan interpersonal (Burnett & Fanshawe, 1997).

Mahasiswa baru merupakan status yang disandang oleh mahasiswa di tahun pertama kuliahnya. Memasuki dunia kuliah merupakan suatu perubahan besar pada hidup seseorang termasuk transisi dari seorang senior di Sekolah Menengah Atas


(15)

(SMA) menjadi mahasiswa baru di Perguruan Tinggi (PT) (Santrock, 2003). Greenberg (2002) secara khusus merangkum penyebab stres pada mahasiswa yang memasuki perkuliahan setelah lulus dari SMA, yaitu perubahan gaya hidup, nilai, jumlah mata kuliah yang diambil, masalah pertemanan, cinta, rasa malu, dan kecemburuan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yoyo Suhoyo, Ova Emilia, dan Tridjoko Hadianto (2006) pada mahasiswa tingkat profesi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, dari 204 mahasiswa ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna tingkat stres akademik pada mahasiswa tingkat profesi tahun pertama dan mahasiswa tingkat profesi tahun kedua, tetapi ada perbedaan yang bermakna tingkat stres sosial dan stres personal. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Towbes & Cohen (1996) dalam Ross (1999) menyatakan bahwa mahasiswa tahun pertama memiliki tingkat stres lebih tinggi dibandingkan mahasiswa lainnya, hal ini karena mahasiswa tahun pertama harus menyesuaikan diri jauh dari rumah untuk pertama kalinya, ingin memperoleh prestasi akademis yang tinggi, dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru.

Dari latar belakang yang telah dijabarkan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian sehubungan dengan gambaran stres yang dialami oleh mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU).


(16)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka diperlukan suatu penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah gambaran stres pada mahasiswa tahun pertama FK USU?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran stres pada mahasiswa tahun pertama FK USU.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama FK USU berdasarkan jenis kelamin

2. Untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama FK USU berdasarkan suku

3. Untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama FK USU berdasarkan tempat tinggal

4. Untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama FK USU berdasarkan alasan masuk FK

1.4 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Mengetahui tingkat stres bagi mahasiswa tahun pertama FK USU

2. Sebagai wahana untuk menambah wawasan dan menerapkan ilmu yang telah penulis peroleh selama perkuliahan di FK USU


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres

2.1.1 Pengertian Stres

Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stres dapat diartikan sebagai :

1. Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stresor.

2. Respon, yaitu stres merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara fisiologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, dan pusing serta psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.

3. Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.

Rice (1987) mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang menyebabkan individu terasa tegang. Stres merupakan keadaan psikologis yang timbul jika ada ketidakseimbangan antara persepsi individu mengenai tuntutan yang harus dihadapi dibandingkan dengan kemampuan mereka untuk mengatasi tuntutan tersebut (Sarafino, 2006). Menurut Feldman (2007), stres adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif, dan perilaku.


(18)

2.1.2 Penggolongan Stres

Selye (1974, 1979) dalam Rice (1992) menggolongkan stres menjadi dua golongan. Penggolongan ini didasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialaminya :

a) Distress (Stres Negatif)

Selye menyebutkan distress merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan, dan timbul keinginan untuk menghindarinya.

b) Eustress (Stres Positif)

Selye menyebutkan bahwa eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi, dan performansi individu. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu.

2.1.3 Sumber-sumber Stres

Menurut Tumer & Helms (1995) dalam Melly (2008) sumber stres adalah semua kejadian atau kondisi eksternal yang dapat mengganggu keseimbangan seseorang. Ketidakseimbangan yang terjadi baik disebabkan oleh perubahan fisik, lingkungan, maupun sosial, dapat memicu terjadinya stres.

Sumber stres merupakan suatu keadaan yang dianggap mengancam dan menimbulkan ketegangan, antara lain :

1. Peristiwa dalam Hidup (Life Event)

Menurut Rice (1992) kejadian penting secara psikologis yang terjadi pada kehidupan seseorang seperti perceraian, kelahiran, atau perubahan pada posisi/jabatan. Kejadian utama dalam hidup kita dapat menyebabkan stres,


(19)

meskipun itu positif maupun negatif. Pada umumnya, penyebab dari stres dalam hidup kita adalah karena hal-hal berikut ini:

a. Kriminal, kekerasan seksual, dan saksi kejahatan b. Kehilangan anggota keluarga (loss of a family member) c. Pisah dengan orang tua

Soewadi (1999) dalam Dhona (2007) menyatakan bahwa stres merupakan ketimpangan dalam menyesuiakan antara tuntutan lingkungan dengan kapasitas respon individu. Sehingga anak yang secara tiba-tiba hidup terpisah dengan orang tuanya jika tidak dapat beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan tempat tinggalnya yang baru dapat mengalami stres. Penelitian Sliegman (1994) dalam Nuriana (2010) menyatakan bahwa sebanyak 36,4% remaja mengalami gangguan psikiatri akibat pisah dengan orang tua.

d. Bencana alam (natural disasters) e. Terrorism

f. Daily hassles

2. Frustrasi

Frustrasi adalah situasi apa pun di mana individu tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Frustrasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustrasi dapat juga diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti misalnya timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi (Santrock, 2003).

3. Konflik

Konflik merupakan munculnya dua kecenderungan yang bertentangan secara simultan. Konflik dapat muncul karena adanya kebutuhan internal atau motif yang bertentangan, karena tuntutan eksternal yang bertentangan, atau karena motif internal yang berlawanan dengan tuntutan eksternal. Keadaan


(20)

dimana terdapat dua atau lebih motif yang tidak terpuaskan karena motif-motif itu saling berkaitan satu sama lain (Rice, 1992).

Konflik berkaitan erat dengan konsep frustrasi. Psikologi menggunakan ‘pendekatan’ dan ‘penghindaran’ dalam usaha menghadapi konflik. Dalam hal ini, kita akan ‘mendekati’ sesuatu yang kita harapkan dan ‘menghindari’ sesuatu yang tidak kita harapkan. Menurut Miller (1959) dalam Sarafino (2006) ada empat jenis utama dari konflik yang meliputi ‘pendekatan’ dan ‘penghindaran’:

a) Approach-approach conflict (konflik mendekat-mendekat)

Konflik ini terjadi pada saat seseorang diharuskan memilih dua alternatif yang sama-sama menarik tapi saling bertentangan serta ingin dipenuhi pada saat yang bersamaan.

Misalnya, seseorang harus memilih diantara dua tawaran pekerjaan yang diberikan kepadanya, dimana kedua pekerjaan ini sama-sama baik, bergengsi dan dengan gaji yang cukup layak.

b) Avoidance-avoidance conflict (konflik menghindar-menghindar)

Konflik ini muncul pada saat seseorang terjebak dalam dua pilihan yang tidak diinginkan, namun pilihan harus tetap ditentukan. Misalnya, seorang remaja yang harus memilih presentasi di depan kelas atau tidak datang dan mendapat nilai nol.

c) Approach-avoidance conflict (konflik mendekat-menghindar)

Konflik ini terjadi apabila seseorang menerima suatu tujuan yang positif yang juga akan menghasilkan satu akibat yang negatif.

Misalnya, seorang siswa SMA yang akan melanjut ke perguruan tinggi yang terletak di luar kota, tapi harus meninggalkan keluarganya.

d) Multiple approach-avoidance conflict

Konflik yang menginginkan individu untuk memilih diantara dua pilihan,

dimana masing-masing memiliki dampak yang positif dan


(21)

Misalnya, pilihan antara masuk ke tim basket yang terkenal, menjadi langganan juara, tetapi pelatih dan beberapa pemain dalam tim itu tidak kamu sukai. Atau masuk ke tim basket yang tidak terkenal, sering melakukan permainan yang memalukan, tetapi pelatih dan pemain timnya kamu sukai. 4. Tekanan (Pressure)

Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu. Secara umum, tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada tiap individu. Tekanan dalam kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive serta menimbulkan stres (Sarafino, 2006).

Tekanan dapat berasal dari dua sumber, yaitu: a. Sumber internal

Sumber tekanan yang berasal dari dalam diri seseorang, antara lain adalah konsep diri dan komitmen personal.

b. Sumber eksternal

Sumber tekanan eksternal banyak berkaitan dengan tekanan waktu, peran yang dijalani, juga berkaitan dengan tuntutan-tuntutan orang lain, misalnya, seorang siswa yang mengejar target agar lulus dalam ujian masuk perguruan tinggi favorit atau dapat berupa tuntutan orang tua.

5. Kondisi lingkungan

Faktor lingkungan tempat tinggal, misalnya temperatur, polusi udara, kebisingan, kelembaban juga bisa menjadi sumber dari stres (Sarafino, 2006).


(22)

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi terhadap Stres

Seringkali dalam kehidupan sehari-hari ditemui orang-orang yang memiliki reaksi yang berbeda terhadap stres yang sama. Menurut Lazarus (1976) dalam Melly (2008) hal ini terjadi karena stres yang dialami tidak hanya bergantung pada kondisi eksternal tetapi juga karekteristik individu.

Reaksi seseorang terhadap stres yang dihadapinya dipengaruhi beberapa faktor (Sarafino, 2006). Faktor-faktor tersebut antara lain:

1) Pengalaman awal dengan stres

Reaksi stres pada umumnya tidak akan terlalu kuat ketika seseorang pernah mempunyai pengalaman terhadap stres. Ada studi yang mengatakan bahwa pengalaman awal terhadap stres dapat memberikan efek ke masa yang akan datang.

2) Kehadiran stres lain

Diasumsikan bahwa kehadiran suatu sumber stres ternyata tidak hanya menimbulkan reaksi terhadap sumber stres itu sendiri tetapi juga membuat Individu menjadi lebih mudah terganggu oleh sumber stres yang lain.

3) Intensitas dan lamanya stres

Semakin kuat dan semakin lama stres itu berlangsung maka reaksi yang muncul juga akan semakin serius. Kematian atau kehilangan seseorang merupakan contoh stres yang kuat dan berlangsung lama, yang dapat memunculkan reaksi yang serius misalnya dapat mengalami depresi.

4) Faktor perkembangan

Manusia memiliki perbedaan secara psikologis pada umur dan tingkatan perkembangan yang berbeda. Sama halnya dengan dampak stres yang akan berbeda pada umur dan tingkat perkembangan yang berbeda pula.

5) Prediksi dan kontrol

Kemampuan tiap individu untuk memprediksi atau mengontrol situasi stres merupakan faktor yang mempengaruhi perbedaan individu dalam bereaksi


(23)

terhadap stres. Kejadian yang sudah dapat diprediksi dan dapat dikontrol, biasanya memberikan dampak stres yang lebih rendah terhadap individu daripada kejadian yang tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dikontrol.

6) Dukungan sosial (social support)

Adanya dukungan sosial dan hubungan yang baik dengan teman atau keluarga merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi perbedaan reaksi individu terhadap stres. Individu yang hidup sendirian ataupun yang mempunyai masalah dengan anggota keluarganya cenderung memperlihatkan reaksi berupa tingkah laku menyimpang dibandingkan dengan individu yang hidup bersama keluarga dan mendapat dukungan sosial.

7) Person variable in reactions to stress

Semua karakteristik pribadi individu penting dalam menentukan respon seseorang terhadap stres (person variable). Karakteristik-karakteristik itu terdiri dari:

a) Faktor kognitif

Lazarus (1993) dalam Santrock (2003) menggunakan istilah penilaian kognitif untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai sesuatu yang berbahaya, mengancam, atau menantang dan keyakinan mereka apakah mereka memiliki kemampuan untuk menghadapi suatu kejadian dengan efektif.

b) Karakteristik kepribadian

Karakteristik kepribadian yang muncul sangat berperan penting dalam mempengaruhi konsekuensi kesehatan dari stres yang disebut dengan pola tingkah laku Tipe A. Pola tingkah laku Tipe A adalah pola tingkah laku yang ditandai dengan sikap yang sangat kompetitif, mudah marah, tidak sabar, sikap bermusuhan, terlalu bekerja keras dan selalu terburu-buru seperti dikejar waktu.


(24)

c) Perbedaan gender dalam respon terhadap stres

Menurut Davis (1999) dalam Sarafino (2006), wanita umumnya memiliki stresor lebih banyak dibanding pria. Wanita lebih mudah mengalami kecemasan, depresi dan gangguan tidur, namun akan kembali membaik setelah peristiwa itu sudah berlalu. Sedangkan pria membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kembali membaik meskipun peristiwa itu telah berlalu (Earle, 1999 dalam Sarafino, 2006).

d) Perbedaan gender dalam keuntungan dari pernikahan (benefits of

marriage)

Menikah menguntungkan bagi pria dan wanita, tetapi lebih menguntungkan bagi kaum pria. Alasannya yaitu: (1) pria cenderung untuk lebih percaya kepada pasangan mereka dalam hal dukungan sosial untuk menahan mereka dari pengaruh stres, (2) wanita lebih ingin mendesak pasangan mereka untuk lebih menjaga kesehatan.

e) Fight-or-flight dan Tend-and-befriend

Fight-or-flight merupakan respon yang diberikan dalam bentuk tindakan

‘lari’ atau ‘hadapi’. Biasanya ini ditunjukkan oleh kaum pria. Sedangkan pada wanita adalah ‘tend-and-befriend’, yaitu sikap ‘melindungi’ atau ‘menjadi teman bagi orang lain’.

f) Perbedaan etnis

Anggota kelompok ras/suku minoritas yang berada pada suatu masyarakat akan mengalami stres lebih tinggi daripada kelompok mayoritas. Menurut Clark (1999) dalam Sarafino (2006) kelompok minoritas mempunyai banyak tekanan atau peristiwa yang menyebabkan mereka stres.


(25)

2.2 Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Menurut Piaget dalam Hurlock (1999), masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.

Sadock & Sadock (2007) membagi remaja menjadi tiga tahap, yaitu: 1) Remaja awal

Dari usia 12-14 tahun. Pada tahap ini, remaja mulai mengkritik kebiasaan-kebiasaan di keluarga, mempunyai kesadaran yang lebih tinggi terhadap penampilan, dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya.

2) Remaja pertengahan

Dari usia 14-16 tahun. Pada tahap ini, remaja berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan mereka secara mandiri, prilaku seksual meningkat, bergaul dengan teman yang memiliki ketertarikan yang sama, sering terjadi konflik dengan orang tua menyangkut otonomi remaja.

3) Remaja lanjut

Dari usia 17-19 tahun. Pada tahap ini, minat remaja meningkat pada fungsi intelektual, prestasi akademik, berpartisipasi dalam aktivitas olahraga, mengambil tanggung jawab dalam suatu kelompok sosial.


(26)

2.2.2 Stres pada remaja

Menurut Windle dan Mason (2004) dalam Indri (2007) ada empat faktor yang dapat membuat remaja menjadi stres, yaitu penggunaan obat-obat terlarang, kenakalan remaja, pengaruh negatif, dan masalah akademis.

Menurut Walker (2002), ada tiga faktor yang dapat menyebabkan remaja menjadi stres, yaitu:

1. Faktor biologis, yaitu :

a. Sejarah depresi dan bunuh diri di dalam keluarga

b. Penggunaaan alkohol dan obat-obatan di dalam keluarga c. Siksaan secara seksual dan fisik di dalam keluarga

d. Penyakit yang serius yang diderita remaja atau anggota keluarga e. Sejarah keluarga atau individu dari kelainan psikiatri seperti

skizofrenia, manik depresif, gangguan perilaku dan kejahatan f. Kematian salah satu anggota keluarga

g. Ketidakmampuan belajar atau ketidakmampuan mental atau fisik h. Perceraian orang tua

i. Konflik dalam keluarga 2. Faktor kepribadian, yaitu :

a. Tingkah laku impulsif, obsesif, dan ketakutan yang tidak nyata b. Tingkah laku agresif dan antisosial

c. Penggunaan dan ketergantungan obat terlarang, tertutup

d. Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain, menyalahkan diri sendiri dan merasa bersalah


(27)

3. Faktor psikologis dan sosial, yaitu :

a. Kehilangan orang yang dicintai, seperti kematian teman atau anggota keluarga, putus cinta, kepindahan teman dekat atau keluarga

b. Tidak dapat memenuhi harapan orang tua, seperti kegagalan dalam mencapai tujuan, tinggal kelas, dan penolakan sosial.

c. Tidak dapat menyelesaikan konflik dengan anggota keluarga, teman sebaya, guru, pelatih, yang dapat mengakibatkan kemarahan, frustrasi, dan penolakan

d. Pengalaman yang dapat membuatnya merasa rendah diri dapat mengakibatkan remaja kehilangan harga diri atau penolakan

e. Pengalaman buruk seperti hamil atau masalah keuangan

Sedangkan menurut Needlmen (2004) ada beberapa sumber stres yang dialami remaja :

1. Biological Stress

Tubuh remaja berubah secara cepat, remaja merasa bahwa semua orang melihat dirinya. Jerawat juga dapat membuat remaja stres, terutama bagi mereka yang mempunyai pikiran sempit tentang kecantikan yang ideal. Saat yang sama, remaja menjadi sibuk di sekolah sehingga dapat membuat remaja kekurangan tidur.

2. Family Stress

Salah satu sumber stres utama pada remaja adalah hubungannya dengan orang tua, karena remaja merasa bahwa mereka ingin mandiri dan bebas, tetapi dilain pihak mereka juga ingin diperhatikan.


(28)

3. School Stress

Tekanan dalam masalah akademis cenderung tinggi pada dua tahun terakhir di sekolah, keinginan untuk mendapat nilai tinggi, atau keberhasilan dalam bidang olahraga, dimana remaja selalu berusaha untuk tidak gagal, ini semua dapat menyebabkan stres.

4. Peer Stress

Stres pada teman sebaya cenderung tinggi pada pertengahan tahun sekolah. Remaja yang tidak diterima oleh teman-temannya biasanya akan tertutup dan mempunyai harga diri yang rendah. Pada beberapa remaja, agar dapat diterima oleh teman-temannya, mereka melakukan hal-hal negatif, seperti merokok, minum alkohol, dan menggunakan obat terlarang.

5. Social Stress

Remaja tidak mendapat tempat pada pergaulan orang dewasa, karena mereka tidak diberikan kebebasan mengungkapkan pendapat mereka, tidak boleh membeli alkohol secara legal.

Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1995), mahasiswa yang berada di masa remaja lanjut menghadapi berbagai kesulitan penyesuaian dan tidak semua mampu mengatasinya sendiri sehingga cenderung untuk mengalami stres. Kesulitan penyesuaian tersebut berkisar pada:

1. Perbedaan sifat pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dengan Perguruan Tinggi (PT)

a. Kurikulum

Isi kurikulum PT biasanya lebih sedikit tetapi lebih mendalam. Jika kebetulan senang dengan bidang yang dipilih, kelanjutan dan kegairahan belajar akan lebih lancar. Sebaliknya jika tidak sesuai, kegairahan akan menurun, bahkan bisa menimbulkan gangguan pada kepribadian.


(29)

b. Disiplin

Di PT biasanya tidak sedisiplin di SLTA karena dianggap sudah lebih dewasa dan tanggung jawab diserahkan kepada mahasiswa yang bersangkutan. Hal ini mengubah cara belajar dan bisa menyebabkan kesulitan tersendiri.

c. Hubungan dosen mahasiswa

Pola hubungan sangat berbeda dibandingkan ketika di SLTA. Dialog langsung pada tingkat awal yang jumlah mahasiswanya besar, cenderung jarang dilakukan di ruangan. Karena itu mahasiswa harus menyesuaikan cara dosen memberi kuliah yang masih banyak mempergunakan cara tradisional yakni dosen menerangkan tanpa memperdulikan apakah mahasiswa mengerti atau tidak.

2. Hubungan sosial

Pada remaja lanjut, pola pergaulan sudah bergeser dari pola pergaulan yang homoseksual ke arah heteroseksual sehingga masalah pergaulan bisa menjadi masalah yang penting, baik mengenai percintaan, kesulitan penyesuaian diri, dan keterlibatan terhadap pengaruh kelompok pergaulan yang bisa bersifat negatif.

3. Masalah ekonomi

Sekalipun mahasiswa sudah bisa melepaskan diri dari ketergantungan psikis, ketergantungan ekonomi masih ada karena pada umumnya belum berpenghasilan. Kelonggaran untuk mempergunakan uang tidak sebebas menetukan tingkah laku dan sikap.

4. Pemilihan jurusan

Antara bakat dan minat dengan kesempatan sering tidak sejalan sehingga merasa salah pilih jurusan. Tahap mencoba-coba dan memilih jurusan sesuai dengan keinginan orang tua sering dialami mahasiswa tahun pertama.


(30)

Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa (Gunarsa dan Gunarsa, 1995): 1. Bersumber pada kepribadian

Aspek motivasi penting agar gairah untuk belajar dan menekuni ilmu bisa berlangsung lancar. Kegairahan yang ditandai oleh disiplin diri yang kuat dan ditampilkan dalam ketekunan belajar dan menyelesaikan tugas-tugas.

2. Prestasi akademik

Kegagalan dalam prestasi akademik bisa disebabkan karena kemampuan dasarnya tidak menyokong atau bakatnya kurang menunjang. Kegagalan juga bisa disebabkan mahasiswa yang kurang bisa mempergunakan cara belajar yang tepat atau kurangnya fasilitas.

3. Kondisi yang kurang menunjang

Keadaan lingkungan perumahan yang tidak mendukung mahasiswa belajar dengan baik, misalnya penerangan, ventilasi, meja belajar, bising. Demikian pula keadaan psikologis di rumah, baik dalam hubungan dengan orang tua maupun dengan saudara-saudara. Bahkan juga lingkungan sosial dengan tuntutan yang memaksa untuk menyesuaikan diri. Kampus dengan ketersediaan fasilitas bisa menjadi sumber yang menghambat kelancaran belajar mahasiswa.

2.3 Hassles Assessment Scale for Student in College (HASS/Col)

Stres merupakan suatu konsep yang sulit diartikan bahkan lebih sulit untuk menilainya. Meskipun demikian, berdasarkan bukti yang ada, stres memiliki hubungan yang moderat dengan kesehatan dan merupakan salah satu dari banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit (Sarafino, 2006).

HASS/Col adalah suatu skala yang terdiri dari kejadian umum yang tidak menyenangkan bagi para mahasiswa (Sarafino dan Ewing, 1999).


(31)

Setiap kejadian tersebut diukur berdasarkan frekuensi terjadinya dalam satu bulan, dalam bentuk skala sebagai berikut:

1. Tidak pernah diberi skor 0 2. Sangat jarang diberi skor 1 3. Beberapa kali diberi skor 2 4. Sering diberi skor 3

5. Sangat sering diberi skor 4 6. Hampir setiap saat diberi skor 5

Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan tingkatan stres. Skor kurang dari 75 menunjukkan seseorang mengalami stres lebih rendah, skor 75-135 menunjukkan seseorang mengalami stres menengah, skor lebih dari 75-135 menunjukkan seseorang mengalamin stres lebih tinggi.


(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

HASS/Col

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Stres adalah keadaan psikologis yang timbul jika ada ketidakseimbangan antara persepsi individu mengenai tuntutan yang harus dihadapi dibandingkan dengan kemampuan mereka untuk mengatasi tuntutan tersebut (Sarafino, 2006).

3.2.2 Mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah mahasiswa angkatan tahun 2010.

3.2.3 Jenis kelamin terdiri dari pria dan wanita.

3.2.4 Suku adalah suku mahasiswa, terdiri dari Jawa, Batak, Melayu, Tionghoa, dan suku yang tidak disebutkan dimasukkan ke kategori lainnya.

3.2.5 HASS/Col adalah alat ukur tingkatan stres berdasarkan penyebabnya yang berupa kuesioner yang akan diisi oleh responden, terdiri dari 54 item.

Mahasiswa tahun pertama Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Stres lebih rendah Stres menengah Stres lebih tinggi


(33)

Setiap kejadian tersebut diukur berdasarkan frekuensi terjadinya dalam satu bulan, dalam bentuk skala sebagai berikut:

1) Tidak pernah diberi skor 0 2) Sangat jarang diberi skor 1 3) Beberapa kali diberi skor 2 4) Sering diberi skor 3

5) Sangat sering diberi skor 4 6) Hampir setiap saat diberi skor 5

Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan tingkatan stres sebagai berikut:

a) Stres lebih rendah, jika total skor <75 b) Stres menengah, jika total skor 75-135 c) Stres lebih tinggi, jika total skor > 135


(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif yang diharapkan dapat mengidentifikasi gambaran stres pada mahasiswa. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah potong lintang (cross sectional study).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di FK USU dengan pertimbangan jadwal perkuliahan yang padat sejak semester pertama, tiap kelas kuliah terdiri dari 100 mahasiswa sehingga komunikasi dosen mahasiswa cenderung jarang, mahasiswa FK USU terdiri dari berbagai jenis etnis, dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai gambaran stres pada mahasiswa tahun pertama di FK USU.

Penelitian ini telah dilakukan selama bulan September 2010.

4.3 Populasi dan Sampel

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FK USU angkatan 2010.

Pengambilan sampel dengan populasi terbatas dilakukan dengan menggunakan rumus (Wahyuni, 2008):


(35)

n = besar sampel

Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku pada α tertentu. Sesuai derajat kemaknaan 95%, yaitu 1,96 p = harga proporsi di populasi

Bila proporsi sebelumnya tidak diketahui, maka dipergunakan p=0,5 (Sastroasmoro, 2008)

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir, yaitu 0,1 N = jumlah populasi

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus di atas dengan perkiraan jumlah populasi 465 didapatkan hasilnya 79,7 , maka jumlah sampel sebesar minimal adalah 80 mahasiswa. Pada penelitian ini besar sampel sebanyak 100 orang untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara

consecutive sampling.

Kriteria inklusi:

• Mahasiswa FK USU angkatan 2010

• Mahasiswa yang telah mengikuti proses perkuliahan di FK USU • Mahasiswa yang berusia 17-19 tahun

• Mahir berbahasa Indonesia Kriteria ekslusi:

• Mahasiswa yang sebelumnya telah pernah mengikuti perkuliahan di fakultas lain

• Mahasiswa yang menolak untuk diteliti • Sudah pernah ke ahli jiwa


(36)

4.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengambilan data primer telah dilakukan dengan memberikan self administered questionnaires (kuesioner) kepada responden. Kemudian responden mengisi kuesioner ketika peneliti melakukan kunjungan tersebut sehingga didapat respons rate yang tinggi. Kuesioner telah dijelaskan secara menyeluruh sampai benar-benar dimengerti dan dapat diisi secara benar oleh responden. Data sekunder diperoleh dari bagian pendidikan FK USU berupa jumlah mahasiswa untuk perkiraan besar sampel.

Setiap kejadian yang terdapat dalam kuesioner diukur berdasarkan frekuensi terjadinya dalam satu bulan, dalam bentuk skala sebagai berikut:

a) Tidak pernah diberi skor 0 b) Sangat jarang diberi skor 1 c) Beberapa kali diberi skor 2 d) Sering diberi skor 3

e) Sangat sering diberi skor 4 f) Hampir setiap saat diberi skor 5

Kemudian semua penilaian diakumulasikan dan disesuaikan dengan tingkatan stres sebagai berikut:

a) Stres lebih sedikit, jika total skor <75 b) Stres rata-rata , jika total skor 75-135 c) Stres lebih banyak, jika total skor > 135

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: • Kuesioner


(37)

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi secara validity

of content oleh ahli yaitu dr. Elmeida Effendi, Sp.KJ yang menyatakan bahwa

butir-butir kuesioner Hassles Assessment Scale for Student in College (HASS/Col) telah valid dan dapat digunakan dalam penelitian ini.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Data dari setiap responden telah dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisis data yang diperoleh diolah secara deskriptif dengan menggunakan program komputer yaitu Statistical Package for The Social Science (SPSS).


(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan Dr.Mansyur No.5, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan, Indonesia. Bagian depan FK USU adalah Jl. Dr. Mansur, bagian belakang berbatasan dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, bagian kanan berbatasan dengan Jl. Universitas, dan bagian kiri berbatasan dengan Fakultas Psikologi USU. FK USU dibuka pertama kali pada tanggal 20 Agustus 1952 dan hingga saat ini telah melakukan banyak pembenahan dari seluruh komponen yang ada, baik peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pelaksana seluruh kegiatan yang ada di FK USU, maupun pembangunan sarana dan prasarana dalam upaya mendukung proses belajar mengajar yang dilakukan secara berkesinambungan.

FK USU menyediakan lokasi free wi-fi dan fasilitas internet bagi pada mahasiswa secara gratis yang juga dilengkapi dengan perpustakaan tempat para mahasiswa menambah ilmunya. Disamping berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan perkuliahan tersebut, FK USU dilengkapi juga dengan sarana dan prasarana dalam mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan seperti ruang seminar, berbagai ruang laboratorium, berbagai ruang skills lab, dan tentunya kelas-kelas untuk perkuliahan biasa. Sedangkan untuk memenuhi kepentingan mahasiswa dalam mencari buku-buku kedokteran yang berhubungan dengan perkuliahannya, terdapat area penjualan buku yang menyediakan berbagai buku-buku yang berhubungan dengan dunia kedokteran.

Berdasarkan Badan Pusat Statistika Sumatera Utara pada tahun 2000, sebaran suku di kota Medan adalah Jawa (33,03%), Batak (25,03%), Tionghoa (10,65%), Mandailing (9,36%), Melayu (6,59%), lain-lain (6,73).


(39)

5.2 Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan karakteristik berdasarkan usia, jenis kelamin, suku, tempat tinggal, dan alasan masuk FK. Berdasarkan perhitungan distribusi frekuensi diperoleh gambaran karakterisitik individu penelitian sebagai berikut:

5.2.1 Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan jenis kelamin, peneliti memperoleh sebaran responden sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Pria 37 37

Wanita 63 63

Total 100 100

Dari tabel yang disajikan di atas terlihat jumlah jenis kelamin wanita lebih banyak daripada jumlah jenis kelamin pria yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Jenis kelamin wanita mencapai 63 orang (63%).


(40)

5.2.2 Usia Responden

Berdasarkan usia, peneliti memperoleh penyebaran responden sebagai berikut: Tabel 5.2 Distribusi Usia Responden

Usia (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)

17 39 39

18 52 52

19 9 9

Total 100 100

Sesuai dengan karakterisitik usia pada penelitian ini, maka usia responden penelitian ini berkisar antara 17 hingga 19 tahun. Seperti yang terlihat pada tabel di atas, persentase terbesar dimiliki oleh responden yang berada pada usia 18 tahun sebesar 52%.


(41)

5.2.3 Suku Responden

Gambaran penyebaran responden penelitian berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.3 Distribusi Suku Responden

Suku Frekuensi (n) Persentase (%)

Jawa 14 14

Batak 36 36

Melayu 4 4

Tionghoa 30 30

Lain-lain 16 16

Total 100 100

Tabel di atas menunjukkan suku Batak lebih banyak berpartisipasi dalam penilitian ini, yaitu sebesar 36%.

5.2.4 Tempat Tinggal Responden

Berdasarkan tempat tinggal, peneliti memperoleh penyebaran responden sebagai berikut:

Tabel 5.4 Distribusi Tempat Tinggal Responden

Tempat Tinggal Frekuensi (n) Persentase (%)

Orang tua 46 46

Kos 54 54


(42)

Dari tabel yang disajikan di atas terlihat jumlah responden yang tinggal di kos lebih banyak daripada yang tinggal bersama orang tua. Responden yang tinggal di kos sebesar 54%.

5.2.5 Alasan Masuk FK

Gambaran penyebaran responden penelitian berdasarkan alasan responden masuk FK dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.5 Distribusi Alasan Responden Masuk FK

Alasan Masuk FK Frekuensi (n) Persentase (%)

Minat 75 75

Coba-coba 9 9

Keinginan orang tua 16 16

Total 100 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa alasan responden masuk FK lebih banyak karena minat, yaitu mencapai 75%.

5.3 Distribusi Gambaran Stres 5.3.1 Distribusi Skor Stres

Sebaran skor stres dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.6 Distribusi Skor Stres Responden

Rata-rata Skor Minimum Skor Maksimum

Skor Stres 79,61 29 225

Pada penyebaran skor stres, didapati rata - rata skor stres yang dimiliki oleh responden adalah 79,61, skor maksimum 225, dan skor minimum 29. Skor ideal adalah 270 (maksimum) dan 0 (minimum).


(43)

5.3.2 Tingkat Stres

Tingkat stres responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.7 Distribusi Tingkat Stres Responden

Tingkat Stres Frekuensi (n) Persentase (%)

Stres lebih rendah 46 46

Stres menengah 46 46

Stres lebih tinggi 8 8

Total 100 100

Dari tabel di atas terlihat persentase terkecil ialah responden yang mengalami stres lebih tinggi yaitu sebesar 8%.

5.3.3 Gambaran Stres Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.8 Distribusi Gambaran Stres Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin

Stres lebih rendah Stres menengah Stres lebih tinggi Total

N (%) n (%) n (%)

Pria 19 51,3 15 40,5 3 8,1 37

Wanita 27 42,8 31 49,2 5 7,9 63

Total 46 46 8 100

Dari tabel yang disajikan di atas dapat dilihat 51,3% responden yang berjenis kelamin pria mengalami stres lebih rendah dan 49,2% responden berjenis kelamin wanita mengalami stres menengah.


(44)

5.3.4 Gambaran Stres Berdasarkan Suku

Tabel 5.9 Distribusi Gambaran Stres Berdasarkan Suku Responden

Suku Stres lebih rendah Stres menengah Stres lebih tinggi Total

N (%) n (%) n (%)

Jawa 10 71,4 3 21,4 1 7,1 14

Batak 16 44,4 18 50 2 5,5 36

Melayu 0 0 3 75 1 25 4

Tionghoa 14 46,6 14 46,6 2 6,6 30

Lain-lain 6 37,5 8 50 2 12,5 16

Total 46 46 8 100

Tabel di atas menunjukkan gambaran stres lebih rendah terbanyak pada suku Jawa (71,4%), stres menengah dan stres lebih tinggi terbanyak pada suku Melayu (75% dan 25%).

5.3.5 Gambaran Stres Berdasarkan Tempat Tinggal

Tabel 5.10 Distribusi Gambaran Stres Berdasarkan Tempat Tinggal Responden

Tempat Tinggal

Stres lebih rendah Stres menengah Stres lebih tinggi Total

n (%) n (%) n (%)

Orang tua 20 37 29 53,7 5 9,2 54

Kos 26 56,5 17 36,9 3 6,5 46


(45)

Tabel di atas menunjukkan bahwa 53,7% responden yang tinggal bersama orang tuanya mengalami stres menengah dan 56,5% responden yang tinggal jauh dari orang tuanya (kos) mengalami stres lebih rendah.

5.3.6 Gambaran stres berdasarkan alasan masuk FK

Tabel 5.11 Distribusi Gambaran Stres Berdasarkan Alasan Responden Masuk FK

Alasan masuk FK

Stres lebih rendah Stres menengah Stres lebih tinggi Total

n (%) n (%) N (%)

Minat 41 54,6 29 38,6 5 6,6 75

Coba-coba 3 33,3 6 66,6 0 0 9

Keinginan orang tua

2 12,5 11 68,7 3 18,7 16

Total 46 46 8 100

Dari tabel yang disajikan di atas dapat dilihat 54,6% responden yang masuk FK karena minat mengalami stres lebih rendah, 66,6% responden yang masuk FK karena coba-coba mengalami stres menengah, dan 68,7% responden yang masuk FK karena keinginan orang tua mengalami stres menengah.

5.4 Pembahasan

Responden penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun ajaran (TA) 2010/2011 sebanyak 100 orang.

Dari seluruh responden diperoleh jumlah responden dengan tingkat stres lebih rendah sebanyak 46 orang (46%), tingkat stres menengah sebanyak 46 orang (46%), dan tingkat stres lebih tinggi sebanyak 8 orang (8%). Sesuai dengan pendapat Towbes & Cohen (1996) dalam Ross (1999) menyatakan bahwa mahasiswa tahun


(46)

pertama memiliki tingkat stres lebih tinggi, hal ini karena mahasiswa tahun pertama harus menyesuaikan diri jauh dari rumah untuk pertama kalinya, ingin memperoleh prestasi akademis yang tinggi, dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru.

Distribusi gambaran stres berdasarkan jenis kelamin pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari total responden pria sejumlah 37 orang diperoleh tingkat stres lebih rendah sebanyak 19 orang (51,3%), tingkat stres menengah sebanyak 15 orang (40,5%), dan tingkat stres lebih tinggi sebanyak 3 orang (8,1%). Sedangkan dari total responden wanita sejumlah 63 orang diperoleh tingkat stres lebih rendah sebanyak 27 orang (42,8%), tingkat stres menengah sebanyak 31 orang (49,2%), dan tingkat stres lebih tinggi sebanyak 5 orang (7,9%). Dari data tersebut tingkat stres lebih tinggi terdapat pada pria, sementara menurut Davis (1999) wanita memiliki lebih banyak stresor dibanding pria sehingga lebih rentan untuk mengalami stres. Dalam penelitian ini didapati tingkat stres pria lebih tinggi dari wanita, hal ini mungkin sejalan dengan pendapat Earle (1999) yang menyatakan pria membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kembali membaik setelah suatu peristiwa berlalu dibanding dengan wanita sehingga tingkat stres pria menjadi lebih tinggi.

Distribusi gambaran stres berdasarkan suku pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa responden terbanyak berasal dari suku Batak 36 orang (36%) dengan tingkat stres lebih rendah sebanyak 16 orang (44,4%), tingkat stres menengah sebanyak 18 orang (50%), dan tingkat stres lebih tinggi sebanyak 2 orang (5,5%). Sedangkan responden terkecil berasal dari suku Melayu sebanyak 4 orang (4%) tingkat stres lebih rendah tidak dijumpai, tingkat stres menengah sebanyak 3 orang (75%), dan tingkat stres lebih tinggi sebanyak 1 orang (25%). Dari data tersebut persentase tingkat stres lebih tinggi dimiliki oleh suku Melayu, sesuai dengan pendapat Sarafino (2006), populasi minoritas memiliki tingkat stres lebih tinggi daripada populasi mayoritas. Tingginya tingkat stres pada Melayu dapat juga disebabkan kepribadian Melayu yang introvert, seperti menurut pendapat Koentjarangningrat (2007) yang


(47)

menyatakan bahwa Melayu mempunyai kepribadian introvert (tertutup ), lebih suka menghindari konflik dan ketidaknyamanan dalam interaksi sosial dengan menghindari kontak dengan individu-individu yang dianggap menyebabkan ketidaknyamanan tersebut.

Distribusi gambaran stres berdasarkan tempat tinggal pada tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari total responden serumah dengan orang tua sejumlah 54 orang diperoleh tingkat stres lebih rendah sebanyak 20 orang (37%), tingkat stres menengah sebanyak 29 orang (53,7%), dan tingkat stres lebih tinggi sebanyak 5 orang (9,2%). Sedangkan dari total responden yang tidak serumah dengan orang tua (kos) sejumlah 46 orang diperoleh tingkat stres lebih rendah sebanyak 26 orang (56,5%), tingkat stres menengah sebanyak 17 orang (36,9%), dan tingkat stres lebih tinggi sebanyak 3 orang (6,5%). Dari data tersebut tingkat stres lebih tinggi terdapat pada responden yang tinggal serumah dengan orang tua, sementara menurut Rice (1992) perpisahan dengan orang tua dapat menyebabkan stres, sejalan dengan penelitian Sliegman (1994) dalam Nuriana (2010) bahwa sebanyak 36,4% remaja mengalami gangguan psikiatri akibat pisah dengan orang tua. Dalam penelitian ini stres lebih tinggi terdapat pada responden yang tinggal dengan orang tua. Hal ini mungkin karena pengaruh hubungan mahasiswa dengan orang tua dan keluarga sesuai dengan pendapat Needlmen (2004) yang menyatakan salah satu sumber stres yang dialami remaja adalah hubungannya dengan orang tua, karena mereka ingin mandiri dan bebas. Pendapat Walker (2002) bahwa salah satu penyebab stres pada remaja berdasarkan faktor psikologis dan sosial adalah tidak dapat memenuhi harapan orang tua, seperti kegagalan dalam mencapai sesuatu serta tidak dapat menyelesaikan konflik dengan anggota keluarga.

Distribusi gambaran stres berdasarkan alasan masuk FK pada tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari total responden masuk FK karena minat sejumlah 75 orang diperoleh tingkat stres lebih rendah sebanyak 41 orang (54,6%), tingkat stres menengah sebanyak 29 orang (38,6%), dan tingkat stres lebih tinggi sebanyak 5


(48)

orang (6,6%). Dari total responden masuk FK karena coba-coba sejumlah 9 orang diperoleh tingkat stres lebih rendah sebanyak 9 orang (33,3%), tingkat stres menengah sebanyak 6 orang (66,6%), dan tingkat stres lebih tinggi tidak dijumpai (0%). Sedangkan dari total responden masuk FK karena keinginan orang tua sejumlah 16 orang diperoleh tingkat stres lebih rendah sebanyak 2 orang (12,5%), tingkat stres menengah sebanyak 11 orang (68,7%), dan tingkat stres lebih tinggi sebanyak 3 orang (18,7%). Dari data tersebut tingkat stres lebih tinggi terdapat pada responden yang masuk FK karena keinginan orang tua. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunarsa dan Gunarsa (1995) bahwa pemilihan jurusan yang tidak berdasarkan minat akan menyebabkan kesulitan penyesuaian oleh mahasiswa tahun pertama dan mahasiswa cenderung mengalami stres lebih tinggi.


(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 100 mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada bulan September 2010, dapat disimpulkan bahwa:

1. Gambaran stres pada mahasiswa tahun pertama yakni tingkat stres lebih rendah sebanyak 46 orang (46%), tingkat stres menengah sebanyak 46 orang (46%), dan tingkat stres lebih tinggi sebanyak 8 orang (8%).

2. Bila ditinjau berdasarkan jenis kelamin, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada responden yang berjenis kelamin pria.

3. Bila ditinjau berdasarkan suku, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada responden yang berasal dari suku Melayu.

4. Bila ditinjau berdasarkan tempat tinggal, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada responden yang tinggal bersama orang tuanya.

5. Bila ditinjau berdasarkan alasan masuk FK, tingkat stres lebih tinggi terdapat pada responden yang masuk FK karena keinginan orang tuanya.

6.2 Saran

Setelah dilakukan penelitian ini, maka disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab stres pada mahasiswa tahun pertama dengan perbandingan yang sama pada setiap karakteristik responden, seperti jumlah responden pria sama dengan responden wanita. Peneliti juga menyarankan sebaiknya dilakukan penelitian yang membandingkan insidensi stres pada mahasiswa tahun pertama dengan mahasiswa yang bukan tahun pertama.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Burnett, P.C. and Fanshame, J.P., 1997. Measuring School-related Stressors in

Adolescents. Journal of Youth and Adolescence, 26(4), 415-429. Available

from:

Greenberg, J.S., 2004. Comprehensive Stress Management. 8th ed. New York: McGraw-Hill.

Gunarsa, S.D. dan Gunarsa Y.S., 1995. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan

Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.

Hurlock, E.B., 1999. In: Sijibat, R.M., ed. Psikologi Perkembangan Suatu

Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Koentjaraningrat, dkk. 2007. Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam

Perubahan. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Lazarus, R.S. and Folkman, S., 1984. Stress, Apraisal and Coping. New York: Springer Publishing Company.

Melly, 2008. Hubungan antara Kreativitas dan Stres pada Mahasiswa Tahun

Pertama Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia. Universitas Indonesia.

Skripsi. Diunduh dari:

pada 15 Maret 2010].

Nasution, I.K., 2007. Stres pada Remaja. Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari:

Needlman, J., 2004. Adolescent stress. Available from:

[Accesed 4 Maret


(51)

Papalia, D.E., Olds, S.W., Feldman, R.D., 2007. Human Development. 10th ed. New York: McGraw-Hill.

Rice, Phillip L., 1987. Stress and Health. 1st ed. California: Brooks/Cole Publishing Company.

Rice, Phillip L., 1992. Stress and Health. 2nd ed. California: Brooks/Cole Publishing Company.

Ross, S.E., Niebling, B.C., Heckert, T.M., 1999. Sources of Stress among College

Students. College Student Journal, 33. Available from:

Sadock, B.J. and Sadock, V.A., 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:

Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins.

Santrock, J.W., 2003. Dalam: Kristiaji, W.C. dan Saragih, S. (eds). Adolescence

Perkembangan Remaja. 6th ed. Jakarta: Erlangga.

Sarafino, E.P., 2006. Health Psychology. 5th ed. New York: John Wiley and Sons. Sastroasmoro, S. dan Sofyan, I., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.

3rd ed. Jakarta: Sagung Seto.

Sheikh, B.T., et al., 2004. Students, Stress and Coping Strategies: A Case of

Pakistani Medical School. Education for Health, 17(3), 346-353. Available

from:

Suhoyo, Y., Emilia, O., Hadianto, T., 2006. Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia, 1(1). Diunduh dari:


(52)

8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a

Wahyuni, A.S., 2008. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication, 108-122.

[Diakses pada 10 Maret 2010].

Walker, J., 2002. Teens in Distress Series Adolescent Stress and Depression, Minnesota University. Available from:


(53)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Novrita Silalahi

Tempat/Tanggal Lahir: Sarimatondang/9 November 1989

Agama : Katolik

Alamat : Jl. M. Yusuf No. 21 Medan

Riwayat Pendidikan : 1.TK Tunas Bangsa Sidamanik

2. SD Negeri 5 Sidamanik

3. SMP Negeri 1 Sidamanik

4. SMA RK Budi Mulia Pematangsiantar

Riwayat Pelatihan:

1. Latihan Dasar Kepemimpinan PEMA FK USU Tahun 2007

Riwayat Organisasi dan Kepanitiaan :

1. Anggota Panitia Pra-Kepaniteraan Klinik FK USU Tahun 2007

2. Anggota Panitia Pra-Kepaniteraan Klinik FK USU Tahun 2008


(54)

4. Anggota panitia Bakti Sosial Keluarga Mahasiswa Katolik Santo Lukas USU

Tahun 2008

5. Sekretaris Keluarga Mahasiswa Katolik Santo Lukas USU Tahun 2008-2009

6. Anggota Panitia Perayaan Paskah USU Tahun 2009

7. Anggota Panitia Bakti Sosial Keluarga Mahasiswa Katolik Santo Lukas USU

Tahun 2009

8. Koordinator Seksi Dana dan Usaha Fakultas Keluarga Mahasiswa Katolik

Santo Lukas USU Tahun 2009-2010

9. Anggota Panitia Natal Keluarga Besar Mahasiswa Kristen FK USU Tahun

2009

10.Anggota Panitia Natal Keluarga Mahasiswa Katolik Santo Albertus Magnus

USU Tahun 2009

11.Bendahara Bakti Sosial Keluarga Mahasiswa Katolik Santo Lukas USU

Tahun 2010


(55)

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Saya yang bernama Novrita yang merupakan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dengan ini meminta kesediaan Saudara/i untuk menjadi subyek penelitian saya yang berjudul “Gambaran Stres pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara”.

Penelitian ini dilakukan pada pertengahan bulan September 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran. Dengan melakukan penelitian ini, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah dapat memberikan gambaran informasi mengenai tingkat stres yang dialami mahasiswa tahun pertama. Informasi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan edukasi.

Dalam penelitian ini saya mengharapkan bantuan dari saudara/i untuk menjawab kuesioner yang akan saya berikan.

Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela. Data dan identitas diri dari saudara/i akan disamarkan dan dijaga kerahasiaannya.

Apabila setelah membaca penjelasan di atas saudara/i bersedia menjadi subyek penelitian ini, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti persetujuan. Atas perhatian dan partisipasi dari saudara/i, saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2010

Mengetahui,

Peneliti Responden


(56)

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN STRES PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DATA UMUM

1. Nama :

2. Umur : ……….tahun

3. Jenis kelamin :

4. Suku :

1) Jawa 2) Batak 3) Melayu 4) Tionghoa 5) Lain-lain 5. Alasan masuk FK :

1) Minat 2) Coba-coba

3) Keinginan orang tua

6. Tempat tinggal selama menjalani perkuliahan : 1) Serumah dengan orang tua

2) Tinggal sendiri (kos)

7. Apakah Anda sudah pernah mengikuti perkuliahan di tempat lain sebelum masuk Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara?

1) Ya 2) Tidak


(57)

Hassles Assessment Scale for Student in College

Menurut kamu seberapa sering hal-hal di bawah ini menyebabkan masalah dalam hidupmu dalam satu bulan ini.

0 = Tidak pernah 1 = Sangat jarang 2 = Beberapa kali 3 = Sering

4 = Sangat sering 5 = Hampir setiap saat

Kelakuan orang lain yang menjengkelkan (misalnya: kebiasaan, sifat) Kecelakaan/ kecanggungan/ prilaku diri sendiri yang mengganggu

(misalnya: menumpahkan minuman, terjatuh)

Perlakuan sosial yang menjengkelkan dari orang lain (misalnya: kasar, tidak diperhatikan, diskriminasi jenis kelamin/ suku)

Penampilan diri (misalnya: menemukan ciri-ciri yang tidak menarik, masalah kerapian)

Kegiatan olahraga (misalnya: masalah penampilan, tuntutan waktu) Tagihan/ pengeluaran yang berlebihan

Kebosanan (seperti: tidak ada kegiatan, kegiatan yang tidak menarik) Masalah kendaraan (seperti: mogok, perbaikan)

Berada di keramaian/ kumpulan orang banyak, misalnya: di pesta, di tempat belanja, dsb.

Kencan (misalnya: menemukan kekurangan, pasangan yang tidak menarik) Lingkungan (misalnya: keadaan tempat tinggal atau bekerja)

Ujian (misalnya: masa-masa persiapan, saat menempuh ujian) Olahraga pagi (misalnya: rutinitas yang tidak menyenangkan, waktu


(58)

Kelompok ekstrakurikuler (misalnya: aktivitasnya, tanggung jawabnya) Ketidaktersediaan fasilitas/ sumber (misalnya: bahan pustaka, komputer) Keluarga: kewajiban atau aktivitas

Keluarga: masalah hubungan dengan anggota keluarga, hal-hal menjengkelkan

Khawatir terhadap keselamatan fisik (misalnya: ketika berjalan sendiri, saat berada di pesawat atau mobil)

Kesehatan: menemukan kondisi fisik yang kurang sehat Makanan (misalnya: makanan yang tidak menarik)

Kelupaan mengerjakan sesuatu (misalnya merekam acara televisi, mengirim kartu ucapan, mengerjakan tugas kuliah)

Teman/ sebaya: masalah hubungan, kejengkelan

Rencana masa depan (misalnya keputusan karir atau pernikahan) Bangun awal (misalnya untuk menghadiri kelas atau bekerja) Pacar: masalah hubungan, kejengkelan

Target/ tugas: belum selesai Nilai (misalnya dapat nilai rendah)

Gejala kesehatan (misalnya flu, tifus, alergi, sakit kepala) Tempat tinggal (mencari atau pindah)

Ketidakadilan (melihat kejadiannya atau langsung menjadi korban) Pekerjaan: (mencari atau dalam tahap wawancara)

Masalah pekerjaan: tuntutan dan hal-hal yang menjengkelkan Keterlambatan (misalnya: untuk janji temu atau kelas)

Kehilangan atau salah meletakkan barang (misalnya: kunci, buku)

Perawatan medis/ gigi (misalnya: merasa kurang nyaman, masalah waktu) Uang: kekurangan

Pengalaman atau tantangan baru: keterlibatan Keributan orang lain/ hewan


(59)

Cara berbicara/ berbicara di depan umum

Masalah parkir (misalnya: di kampus, di tempat kerja, di rumah) Urusan pribadi: merasa kurang

Profesor/ pelatih (misalnya tidak adil, tuntutan, ketidakhadiran) Mendaftar untuk atau memilih mata kuliah yang mau diambil Teman sekamar atau serumah: masalah hubungan, hal-hal yang

menjengkelkan

Tugas sekolah (misalnya: pengerjaan tugas akhir, bacaan yang membosankan/ materi yang sulit, rendahnya motivasi)

Tertular penyakit seksual (misalnya: khawatir, usaha untuk mengurangi resiko penyakit menular seksual/ HIV)

Penampilan Tim Olahraga/ Selebritis (misalnya: atlit favorit atau kekalahan tim)

Tugas sehari-hari yang membosankan (misalnya: belanja, membersihkan rumah)

Tuntutan waktu/ batas waktu

Masalah lalu lintas (misalnya: pengemudi yang tidak hati-hati, macet) Tiket lalu lintas: mendapatkan (misalnya: pelanggaran mengemudi atau

parkir)

Menunggu (misalnya: untuk janji temu, antrian) Masalah cuaca (misalnya: salju, panas, lembab, badai)


(60)

DATA INDUK

No Usia Jenis Kelamin

Suku Tempat Tinggal

Alasan Masuk

FK

Skor Tingkat Stres

1 2 1 4 2 1 113 2

2 2 2 4 2 1 52 1

3 1 1 5 2 1 50 1

4 2 2 1 1 1 78 2

5 1 2 2 1 3 59 1

6 2 2 2 1 1 83 2

7 1 2 1 1 1 44 1

8 1 2 2 1 1 71 1

9 1 1 2 1 1 58 1

10 2 1 5 1 1 88 2

11 1 1 1 1 1 156 3

12 2 2 2 1 3 104 2

13 2 2 2 1 3 109 2

14 3 2 2 2 2 75 1

15 1 2 1 1 1 65 1

16 12 2 2 1 1 56 1

17 2 2 4 1 1 40 1

18 3 2 5 1 1 78 2

19 1 1 1 1 3 38 1

20 2 2 2 2 1 118 2

21 2 1 2 2 3 90 2

22 2 1 2 2 1 56 1

23 1 1 1 2 1 43 1

24 1 1 1 2 3 75 2

25 1 1 2 1 2 65 1

26 3 2 5 1 1 114 2

27 2 1 2 1 2 81 2

28 2 2 2 1 1 96 2

29 2 2 2 1 2 82 2

30 2 2 2 1 1 33 1

31 2 2 1 1 1 76 2

32 2 2 2 1 1 109 2

33 1 2 2 1 1 61 1


(61)

35 2 2 2 2 1 50 1

36 2 1 4 2 1 47 1

37 1 1 4 1 1 49 1

38 2 1 4 2 1 47 1

39 1 2 4 2 1 56 1

40 1 1 4 2 1 53 1

41 2 2 2 2 1 46 1

42 2 2 5 2 1 53 1

43 3 2 3 2 1 103 2

44 2 2 5 1 1 40 1

45 1 2 2 1 1 75 2

46 2 2 1 2 1 47 1

47 2 2 4 2 1 59 1

48 1 2 3 1 3 78 2

49 1 2 2 2 1 77 2

50 1 2 5 2 3 152 3

51 1 2 2 1 3 136 3

52 2 1 4 2 1 105 2

53 1 1 5 2 1 67 1

54 1 1 1 2 1 34 1

55 1 2 2 1 1 48 1

56 2 2 5 1 1 79 2

57 1 2 2 2 1 108 2

58 3 2 5 1 1 81 2

59 2 2 2 1 3 98 2

60 2 2 2 1 3 135 3

61 2 2 2 1 2 45 2

62 2 1 4 2 1 81 1

63 2 1 4 2 1 136 3

64 1 1 4 2 1 64 1

65 2 1 4 2 1 118 2

66 1 2 2 2 1 63 1

67 2 2 2 1 1 35 1

68 2 2 2 2 1 45 1

69 2 2 4 2 1 39 1

70 1 2 2 2 1 111 2


(62)

73 1 2 4 1 3 99 2

74 1 2 4 2 1 186 3

75 2 2 3 1 1 225 3

76 1 2 4 1 1 80 2

77 1 2 2 1 3 86 2

78 2 2 2 2 3 98 2

79 1 1 5 2 1 80 2

80 3 1 5 1 3 75 2

81 3 2 5 1 1 54 1

82 2 1 4 2 1 75 2

83 2 2 3 1 2 120 2

84 1 1 5 2 1 66 1

85 2 1 2 2 1 85 2

86 3 1 4 1 1 72 1

87 1 2 4 1 3 106 2

88 1 1 4 1 1 79 2

89 2 1 4 1 1 104 2

90 2 1 4 2 1 40 1

91 2 2 5 1 2 88 2

92 1 1 4 2 1 75 2

93 3 1 5 1 1 219 3

94 2 2 4 1 1 91 2

95 2 1 4 1 1 63 1

96 1 2 4 1 1 80 2

97 2 1 1 2 2 64 1

98 2 1 4 2 2 100 2

99 2 2 1 1 1 67 1


(63)

Keterangan:

Usia : 1 = 17 tahun Jenis Kelamin : 1 = pria

2 = 18 tahun 2 = wanita

3 = 19 tahun Suku : 1 = Jawa

Alasan masuk FK : 1 = minat 2 = Batak

2 = coba-coba 3 = Tionghoa

3 = keinginan orang tua 4 = Melayu

Tingkat stres : 1 = stres lebih rendah 5 = Lain-lain

2 = stres menengah Tempat tinggal : 1 = orang tua 3 = stres lebih tinggi 2 = kos


(64)

HASIL PERHITUNGAN MENGGUNAKAN SPSS

umur responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 17 39 39.0 39.0 39.0

18 52 52.0 52.0 91.0

19 9 9.0 9.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid pria 37 37.0 37.0 37.0

wanita 63 63.0 63.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

suku responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid jawa 14 14.0 14.0 14.0

batak 36 36.0 36.0 50.0

melayu 4 4.0 4.0 54.0

tionghoa 30 30.0 30.0 84.0

lain-lain 16 16.0 16.0 100.0


(65)

tempat tinggal responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sendiri 54 54.0 54.0 54.0

orangtua 46 46.0 46.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

alasan responden masuk fk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid minat 75 75.0 75.0 75.0

coba-coba 9 9.0 9.0 84.0

keinginan orang tua 16 16.0 16.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Skor stres pada responden

N Valid 100

Missing 0

Mean 79.61

Minimum 29

Maximum 225

gambaran stres responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid stres lebih rendah 46 46.0 46.0 46.0

stres menengah 46 46.0 46.0 92.0

stres lebih tinggi 8 8.0 8.0 100.0


(66)

jenis kelamin responden * gambaran stres responden Crosstabulation

gambaran stres responden

Total stres lebih rendah stres menengah stres lebih tinggi jenis kelamin responden

pria Count 19 15 3 37

% within jenis kelamin responden

51.4% 40.5% 8.1% 100.0%

wanita Count 27 31 5 63

% within jenis kelamin responden

42.9% 49.2% 7.9% 100.0%

Total Count 46 46 8 100

% within jenis kelamin 46.0% 46.0% 8.0% 100.0% suku responden * gambaran stres responden Crosstabulation

gambaran stres responden

Total stres lebih rendah stres menengah stres lebih tinggi suku responden

jawa Count 10 3 1 14

% within suku responden 71.4% 21.4% 7.1% 100.0%

batak Count 16 18 2 36

% within suku responden 44.4% 50.0% 5.6% 100.0%

melayu Count 0 3 1 4

% within suku responden .0% 75.0% 25.0% 100.0%

tionghoa Count 14 14 2 30

% within suku responden 46.7% 46.7% 6.7% 100.0%

lain-lain Count 6 8 2 16

% within suku responden 37.5% 50.0% 12.5% 100.0%

Total Count 46 46 8 100

% within suku responden 46.0% 46.0% 8.0% 100.0% tempat tinggal responden * gambaran stres responden Crosstabulation


(67)

gambaran stres responden Total stres lebih rendah stres menengah stres lebih tinggi tempat tinggal responden

sendiri Count 20 29 5 54

% within tempat tinggal responden

37.0% 53.7% 9.3% 100.0%

orangtua Count 26 17 3 46

% within tempat tinggal responden

56.5% 37.0% 6.5% 100.0%

Total Count 46 46 8 100

% within tempat tinggal responden

46.0% 46.0% 8.0% 100.0%

alasan responden masuk fk * gambaran stres responden Crosstabulation gambaran stres responden

Total stres lebih rendah stres menengah stres lebih tinggi alasan responden masuk fk

minat Count 41 29 5 75

% within alasan responden masuk fk

54.7% 38.7% 6.7% 100.0%

coba-coba Count 3 6 0 9

% within alasan responden masuk fk

33.3% 66.7% .0% 100.0%

keinginan orang tua

Count 2 11 3 16

% within alasan responden masuk fk

12.5% 68.8% 18.8% 100.0%

Total Count 46 46 8 100

% within alasan responden masuk fk


(1)

73

1

2

4

1

3

99

2

74

1

2

4

2

1

186

3

75

2

2

3

1

1

225

3

76

1

2

4

1

1

80

2

77

1

2

2

1

3

86

2

78

2

2

2

2

3

98

2

79

1

1

5

2

1

80

2

80

3

1

5

1

3

75

2

81

3

2

5

1

1

54

1

82

2

1

4

2

1

75

2

83

2

2

3

1

2

120

2

84

1

1

5

2

1

66

1

85

2

1

2

2

1

85

2

86

3

1

4

1

1

72

1

87

1

2

4

1

3

106

2

88

1

1

4

1

1

79

2

89

2

1

4

1

1

104

2

90

2

1

4

2

1

40

1

91

2

2

5

1

2

88

2

92

1

1

4

2

1

75

2

93

3

1

5

1

1

219

3

94

2

2

4

1

1

91

2

95

2

1

4

1

1

63

1

96

1

2

4

1

1

80

2

97

2

1

1

2

2

64

1

98

2

1

4

2

2

100

2

99

2

2

1

1

1

67

1


(2)

Keterangan:

Usia : 1 = 17 tahun

Jenis Kelamin

: 1 = pria

2 = 18 tahun

2 = wanita

3 = 19 tahun

Suku

: 1 = Jawa

Alasan masuk FK

: 1 = minat

2 = Batak

2 = coba-coba

3 = Tionghoa

3 = keinginan orang tua

4 = Melayu

Tingkat stres

: 1 = stres lebih rendah

5 = Lain-lain

2 = stres menengah Tempat tinggal

: 1 = orang tua

3 = stres lebih tinggi

2 = kos


(3)

HASIL PERHITUNGAN MENGGUNAKAN SPSS

umur responden

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

17

39

39.0

39.0

39.0

18

52

52.0

52.0

91.0

19

9

9.0

9.0

100.0

Total

100

100.0

100.0

jenis kelamin responden

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

pria

37

37.0

37.0

37.0

wanita

63

63.0

63.0

100.0

Total

100

100.0

100.0

suku responden

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

jawa

14

14.0

14.0

14.0

batak

36

36.0

36.0

50.0

melayu

4

4.0

4.0

54.0

tionghoa

30

30.0

30.0

84.0

lain-lain

16

16.0

16.0

100.0


(4)

tempat tinggal responden

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

sendiri

54

54.0

54.0

54.0

orangtua

46

46.0

46.0

100.0

Total

100

100.0

100.0

alasan responden masuk fk

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

minat

75

75.0

75.0

75.0

coba-coba

9

9.0

9.0

84.0

keinginan orang tua

16

16.0

16.0

100.0

Total

100

100.0

100.0

Skor stres pada responden

N Valid 100

Missing 0

Mean 79.61

Minimum 29

Maximum 225

gambaran stres responden

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid

stres lebih rendah

46

46.0

46.0

46.0

stres menengah

46

46.0

46.0

92.0

stres lebih tinggi

8

8.0

8.0

100.0


(5)

jenis kelamin responden * gambaran stres responden Crosstabulation

gambaran stres responden

Total stres lebih

rendah

stres menengah

stres lebih tinggi jenis kelamin

responden

pria Count 19 15 3 37

% within jenis kelamin responden

51.4% 40.5% 8.1% 100.0%

wanita Count 27 31 5 63

% within jenis kelamin responden

42.9% 49.2% 7.9% 100.0%

Total Count 46 46 8 100

% within jenis kelamin 46.0% 46.0% 8.0% 100.0%

suku responden * gambaran stres responden Crosstabulation

gambaran stres responden

Total stres lebih

rendah

stres menengah

stres lebih tinggi suku

responden

jawa Count 10 3 1 14

% within suku responden 71.4% 21.4% 7.1% 100.0%

batak Count 16 18 2 36

% within suku responden 44.4% 50.0% 5.6% 100.0%

melayu Count 0 3 1 4

% within suku responden .0% 75.0% 25.0% 100.0%

tionghoa Count 14 14 2 30

% within suku responden 46.7% 46.7% 6.7% 100.0%

lain-lain Count 6 8 2 16

% within suku responden 37.5% 50.0% 12.5% 100.0%

Total Count 46 46 8 100

% within suku responden 46.0% 46.0% 8.0% 100.0%


(6)

gambaran stres responden Total stres lebih rendah stres menengah stres lebih tinggi tempat tinggal responden

sendiri Count 20 29 5 54

% within tempat tinggal responden

37.0% 53.7% 9.3% 100.0%

orangtua Count 26 17 3 46

% within tempat tinggal responden

56.5% 37.0% 6.5% 100.0%

Total Count 46 46 8 100

% within tempat tinggal responden

46.0% 46.0% 8.0% 100.0%

alasan responden masuk fk * gambaran stres responden Crosstabulation

gambaran stres responden

Total stres lebih rendah stres menengah stres lebih tinggi alasan responden masuk fk

minat Count 41 29 5 75

% within alasan responden masuk fk

54.7% 38.7% 6.7% 100.0%

coba-coba Count 3 6 0 9

% within alasan responden masuk fk

33.3% 66.7% .0% 100.0%

keinginan orang tua

Count 2 11 3 16

% within alasan responden masuk fk

12.5% 68.8% 18.8% 100.0%

Total Count 46 46 8 100

% within alasan responden masuk fk