8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Prinsip-prinsip Pekerjaan Sosial
Prinsip-prinsip pekerjaan sosial merupakan pedoman praktek bimbingan sosial perseorangan, prinsip-prinsip tersebut bersumber pada rumusan dari Walter A.
Friedlender. Prinsip-prinsip ini kiranya demikian penting untuk dipahami dan di internalisasikan oleh mereka yang ingin mempunyai dasar-dasar pemahaman dan
keterampilan praktek baik dalam bimbingan sosial perseorangan pada khususnya maupun praktek pekerjaan sosial umumnya.
Pemahaman yang mendalam atas prinsip-prinsip ini akan memberikan bekal bagi pematangan pribadi maupun professional pada para pekerja sosial yang tugas
utamanya adalah membantu orang untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya, yang secara khususnya mengacu kepada posisi dan peran orang tersebut, karena seperti telah
dikemukakan bahwa proses pemberian bantuan ditentukan oleh pemberian bantuan dan bukan oleh teknik-teknik pemberi bantuan.
Adapun prinsip-prinsip dasar Pekerjaan Sosial menurut Henry S Maas : 1.
Prinsip Penerimaan acceptance 2.
Prinsip Komunikasi communication 3.
Prinsip Individualisasi individualitation 4.
Prinsip Partisipasi participation 5.
Prinsip Kerahasiaan confidentiality 6.
Kesadaran diri dari pekerja sosial work self awarness
Universitas Sumatera Utara
9
Universitas Sumatera Utara
10
Universitas Sumatera Utara
11
Universitas Sumatera Utara
12
Universitas Sumatera Utara
13
Universitas Sumatera Utara
14
Universitas Sumatera Utara
15
Universitas Sumatera Utara
16
dengan menjunjung tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila”
Menurut Arthur Durnham, kesejahteraan sosial dapat didefinisikan sebagai : “Kegiatan-kegiatan yang terorganisir dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari
segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebuthan- kebutuhan di dalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, dan
lembaga-lembaga sosial” Sumarnonugroho, 1987:2
Dari defenisi di atas, dapat diambil pengertian bahwa kesejahteraan sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik di
bidang fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi, ataupun kehidupan spritual. Selanjutnya
menurut Abraham
Maslow Suryabrata, 2002:124, manusiamerupakan satu kesatuan dalam suatu bio-psiko-sosial-religi yang mempunyai
sejumlah kebutuhan lebih penting dari kebutuhan lainnya. Urutan hirarki dari ebutuhan- kebutuhan pokokdasar manusia adalah :
1. Kebutuhan fisiologis, yaitu : udara, makanan, tiduristirahat, dsb.
2. Kebutuhan akan rasa aman, yaitu : perlindungan dari udara dinginpanas, keadilan,
hukum, dsb. 3.
Kebutuhan akan rasa cinta dan dicintai, yaitu : memilki hubungan yang penuh arti dan saling memiliki dengan orang lain.
4. Kebutuhan akan harga diri, yaitu : kebutuhan memiliki pekerjaan, profesijabatan
yang baik agar dapat diterima oleh masyarakat. 5.
Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu : kebutuhan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki untuk tujuan-tujan yang produktif.
Universitas Sumatera Utara
17
Selanjutnya menurut Maslow, suatu sifat dapat dipandang sebagai kebutuhan dasar jika memenuhi syarat-syarat berikut ini :
1. Ketidakhadirannya menimbulkan penyakit.
2. Ketidakhadirannya mencegah timbulnya penyakit.
3. Pemulihannya menyembuhkan penyakit.
4. Dalam situasi-situasi tertentu yang sangat kompleks dan dimana orang bebas
memilih, orang yang sedang berkekurangan ternyata mengutamakan kebutuhan itu dibandingkan jenis-jenis kepuasaan lainnya.
5. Kebutuhan ini tidak aktif, lemah atau secara fungsional tidak terdapat pada
orang yang sehat. Goble, 1991:70 Apabila kebutuhan-ebutuhan diatas dapat terwujud maka manusia tersebut
dapat dikatakan sejahtera dalam hidupnya. Untuk mencapai kebutuhan –kebutuhan tersebut manusia bukan hanya yang tidak normal yang normal pun akan melakukan
segala usaha untuk mewujudkannya.
C.1 Usaha Kesejahteraan Sosial Bagi Penderita Cacat
Sebagaimana sudah diuraikan diatas bahwa untuk menangani penderita cacat dibutuhkan usaha–usaha yang spesifik sesuai dengan kecacatan yang dimiliki.Untuk itu
dibutuhkan kerja sama dari seluruh lapisan masyarakat dalam menangani penderita cacat tersebut untuk melakukan usaha–usaha yang dapat membantu mereka dalam
meningkatkan kesejahteraannya.Menurut Undang–Undang No. 6 Tahun 1974 Tentang Ketentuan–Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, pengertian usaha–usaha
kesejahteraan sosial adalah“semua upaya,program dan kegiatan yang ditujukan untuk
Universitas Sumatera Utara
18
Universitas Sumatera Utara
19
Universitas Sumatera Utara
20
D. Pengertian Cacat Netra Dan Faktor-Faktor Penyebab Cacat Netra D.1 Pengertian Penderita Cacat Netra
Dalam Kamus Populer Pekerja Sosial yang dimaksud dengan cacat adalah “suatu keadaan tidak lengkap, tidak normal” Ridwan, 1988:105. Sedangkan
pengertian penderita cacat menuru PP No. 36 Tahun 1980 Tentang Usaha Kesejahteraan Sosial Bagi Penderita cacat adalah “seseorang yang menurut ilmu
kedokteran dinyatakan mempunyai kelainan fisik, dan atatu mental yang oleh karenanya dapat merupakan rintangan atatu hambatan baginya untuk melakukan
kegiatan secara selayaknya. Penderita cacat dapat dibagi atas 5 lima bagian yaitu :
1. Penderita cacat tubuh.
2. Penderita cacat netra.
3. Penderita cacat mental.
4. Penderita cacat runguwicara.
5. Penderita cacat karena penyakit kronis.
Pengertian penderita cacat netra menurut Dra. Ts. Soekini Pradopo 1996:10 dalam buku Pendidikan Anak-anak Tunanetra adlah “seseorang yang mengalami
kelainan indera penglihatan, baik kelainan itu bersifat berat maupun ringan”. Akibat dari kecacatan itu menyebabkan penderita tidak mampu melakukan pekerjaan yang
dapat dilakukan oleh orang lain sebayanya. Di dalam dunia medis dikenal dua bentuk cacat netrapenglihatan yaitu :
reversibel dan ireversibel. Revisibel adalah kekeruhan media penglihatan sedangkan ireversibel adalah kelainan retina dan syaraf optik yang mengambil bentuk parsial dan
total. Gangguan penglihatan reversible adalah kekuarangan penglihatan yang diakibatkan oleh
Universitas Sumatera Utara
21
Universitas Sumatera Utara
22
Universitas Sumatera Utara
23
Universitas Sumatera Utara
24
Universitas Sumatera Utara
25
E. Penerapan Prinsip-Prinsip Pekerjaan Sosial Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Penderita Cacat Netra Di Panti Asuhan Karya Murni
Menurut Thema Le Mendoza, secara umum ada bebrapa faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya, yaitu :
1. Ketidakmampuan individu atatu kadang kala patologi yang membuat seseorang
sulit untuk memenuhi tuntutan lingkungannya. 2.
Ketidakmampuan situasional lingkungan dan kondisi lainnya yang berada di bawah kemampuan individu untuk menyesuaikan diri.
3. Ketidakmampuan ketidaklengkapan dari kedua faktor personal dan situasional.
Untuk mengatasi masalah-masalah dalam fungsi sosial tersebut, Thelma Le Mendoza mengemukakan tiga intervensi yang dapat dilakukan yaitu :
1. Intervensi yang dilakukan melalui individu, dimana melibatkan kegiatan-kegiatan
yang ditujukan kepada peningkatan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi realitanya seperti mengajarkan keterampilan terhadap orang
tertentu. 2.
Intervensi yang dilakukan melalui lingkungan, imana meliputi kegiatan-kegiatan untuk ditujukan pada pemodifikasian sifat-sifat dasar dari realita itu sendiri agar
dapat masuk ke dalam rentangan kemampuan berfungsi orang tersebut seperti melalui penyediaan pelayanan dan fasilitas yang diperlukan.
3. Intervensi yang dilakukan melalui individu dan juga melalui lingkungan Adi,
1994:11-12 Panti Asuhan Karya Murni adalah salah satu dari sekian banyak lembaga sosial
yang melakukan usaha-usaha kesejahteraan sosial seperti penerapan prinsip-prinsip pekerja sosial dalam meningkatkan kesejahteraan sosial dalam meningkatkan
kesejahteraan sosial penderita cacat netra. Panti Asuhan Karya Murni adalah sebuah
Universitas Sumatera Utara
26
lembaga sosial swasta yang mengemban misi yaitu salah satunya untuk memberdayakan para penderita cacat netra agar mampu merealisasikan potensi yang
ada dalam dirinya. Selain itu menyediakan fasalitas dan sarana untuk menunjang pembelajaran yang baik. Hal ini dimaksudkan agar apabila penderita cacat netra
tersebut sudah tidak lagi menjadi tanggung jawab panti, diharapkan mereka menjadi orang yang mandiri dan mampu merealisasikan potensi yang ada pada mereka.
Adapun komponen-komponen atau kegiatan-kegiatan dari pelayanan sosial yang diusahakan oleh Panti Asuhan Karya Murni adalah :
1. Sarana dan prasarana yang memadai untuk memperlancar kegiatan-kegiatan sosial
yang ada di panti, seperti adanya tempat tinggalasrama, fasilitas-fasilitas yang memadai untuk mendukung kegiatan pendidikan dan ketrampilan.
2. Pekerja Sosial yang profesional dan tenaga administratif yang diperlukan untuk
meningkatkan manajemen Panti Asuhan Karya Murni. 3.
Tata laksana kesejahteraan sosial yaitu segala peraturan yang terdapat pada Panti Asuhan Karya Murni yang mengatur jalannya pelayanan sosial antara lain melalui
anggaran dasaranggaran rumah tangga, anggaran belanja. Pembuatan data statistik, laporan keuangan dan laporan kegiatan.
4. Danafinansial yang memadai untuk pelaksanaan dan peningkatan usaha pelayanan
sosial, yang berasal dari dalam maupun dari luar panti. 5.
Pembuatan perencanaan program dan pelaksanaan program yang dikerjakan dengan matang sehingga bejalan dengan efektif dan efesien.
Universitas Sumatera Utara
27
Universitas Sumatera Utara
28
Universitas Sumatera Utara
29
Universitas Sumatera Utara
30
Universitas Sumatera Utara
32
BAB III METODE PENELITIAN