1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya surat dakwaan sangat penting dalam hukum acara pidana, karena merupakan dasar pemeriksaan suatu perkara pidana di persidangan. Pada
Pasal 141 KUHAP yang menyangkut bentuk surat dakwaan kumulasi, undang- undang dan praktek hukum memberi kemungkinan menggabungkan beberapa
perkara atau beberapa orang dalam satu surat dakwaan. Dengan jalan penggabungan tindak pidana dan pelaku-pelaku tindak pidana dalam suatu surat
dakwaan perkara atau pelaku-pelakunya dapat diperiksa dalam suatu persidangan pengadilan yang sama.
Dalam dakwaan ini harus dengan tegas dan jelas dirumuskan penggabunganpengumpulan para terdakwa kedalam satu dakwaan sebagaimana
dimaksud Pasal 141 KUHAP perumusan secara cermat, jelas dan lengkap unsur- unsur tindak pidana yang didakwakan dikaitkan dengan fakta perbuatan para
terdakwa yang dilengkapi dengan uraian tentang waktu dan tempat dilakukannya tindak pidana dalam merumuskan tindak pidana yang didakwakan harus
dirumuskan secara terperinci peran para terdakwa masing-masing atau secara bersama-sama dalam mewujudkan tindak pidana tersebut.
Mencermati perkara dengan Nomor : 89Pid.B2014PN.Byl dengan para terdakwa Wachyu Nugroho Bin Aliman; Sukisno Alias Ciu; Sri Wahyuni Alias
Leni, yang telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana “Pemerasan”
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 368 ayat 1 KUHP jo Pasal 365 ayat 2 ke-2 KUHP. Terdakwa Wachyu Nugroho Bin Aliman bersama teman-
temannya pada hari Selasa tanggal 28 Januari 2014 sekira jam 15.00 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam tahun 2014 bertempat di pinggir jalan
raya Andong – Klego, Kec. Klego, Kab. Boyolali atau setidak-tidaknya di suatu
2
tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Boyolali, telah melakukan perbuatan dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang, perbuatan tersebut dilakukan oleh dua
orang atau lebih dengan bersekutu. Pada pelaksanaan terhadap perumusan dakwaan tetap harus didasarkan
pada hasil pemeriksaan pendahuluan dimana dapat diketemukan baik berupa keterangan terdakwa maupun keterangan saksi dan alat bukti yang lain termasuk
keterangan ahli misalnya Visum Et Repertum, disitulah dapat ditemukan perbuatan sungguh-sungguh dilakukan Perbuatan Materil dan bagaimana
dilakukannya Hamzah, 2008:170. Terkait penyatuan dari beberapa terdakwa yang telah melakukan tindak
pidana pemerasan sesuai dengan putusan Pengadilan Negeri Boyolali tersebut, hal ini dilakukan oleh Penuntut Umum dengan pertimbangan efektifitas dalam
penuntutan perkara. Demi alasan persidangan yang cepat, sederhana dan berbiaya murah,
penggabungan beberapa berkas dakwaan dengan beberapa terdakwa, sangat mungkin dilakukan. Apalagi Pasal 141 KUHAP mengatur masalah
penggabungan dakwaan itu. Selain itu penuntut umum diberi kewenangan untuk mengajukan dakwaan yang b
erbentuk gabungan atau kumulasi. Baik „kumulasi perkara tindak pidana‟ maupun sekaligus „kumulasi terdakwa‟ dengan kumulasi
dakwaannya. Berdasarkan paparan singkat di atas, penulis tertarik untuk menindaklanjuti
apa yang dilakukan oleh Penuntut Umum dengan menyatukan beberapa terdakwa dalam satu berkas penuntutan dari sudut implikasi yuridisnya terkait proses
hukum dalam penuntutan perkara pemerasan di Pengadilan Negeri Boyolali, dengan mengajukan judul skripsi : “TINJAUAN PENYATUAN BEBERAPA
3
TERDAKWA DALAM SATU BERKAS DAKWAAN OLEH PENUNTUT UMUM DAN IMPLIKASI YURIDISNYA PADA PENUNTUTAN PERKARA
PEMERASAN DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI Studi Putusan Nomor : 89Pid.B2014PN.Byl.”
B. Perumusan Masalah