BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan  hasil  pemikiran  pada  bab-bab  sebelumnya  maka  dapat disimpulkan bahwa:
1.  Bentuk Perserikatan Perdata Notaris di  dalam UUJN dan Persekutuan Perdata Notaris di dalam UUJN-P
Perubahan  terhadap  Pasal  20  UUJN  dari  bentuk  perserikatan  perdata UUJN menjadi bentuk  persekutuan perdata UUJN-P berarti bahwa
bergabungnya  seorang  Notaris  dengan  Notaris  lain  untuk  membentuk persekutuan perdata adalah sebagaimana persekutuan perdata menurut
pada  Pasal  1618  Kitab  Undang-Undang  Hukum  Perdata  yaitu berbentuk  maatschap  dan  bukan  suatu  badan  hukum  yang  dikelola
secara  bersama-sama  dan  bertujuan  untuk  memperoleh  pendapatan masing-masing  dalam  menjalankan  jabatannya.  Unsur  tujuan  untuk
memperoleh  keuntungan  atau  laba  bersama  ini,  dalam  persekutuan dilakukan  dengan  menjalankan  usaha  bukan  dalam  arti  komersil.
Menjalankan  usaha  menurut  pembentuk  undang-undang  diartikan sebagai  perbuatan  yang  dilakukan  secara  terus-menerus,  terang-
terangan, dalam kedudukan tertentu dan bertujuan untuk mencari laba. Akan  tetapi  dalam  persekutuan  ini  tidak  semata-mata  bertujuan
mencari laba untuk persekutuan. Terhadap pihak ketiga masing-masing anggota persekutuan menanggung sendiri-sendiri perbuatannya.
2.    Bahwasanya  Pasal  20  ayat  2  UUJN-P  meskipun  tidak  menyebutkan bentuk  persekutuan  perdata  dalam  bentuk  Kantor  Bersama  dan
memuat  pernyataan  bentuk  persekutuan  perdata  diatur  oleh  para Notaris  berdasarkan  ketentuan  peraturan  perundang-undangan  dan
walaupun  ayat  3  pada  Pasal  20  UUJN-P  dinyatakan  bahwa ketentuannya  dihapus  akan  tetapi  Peraturan  Menteri  Hukum  dan  Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH.01.AH.02.12 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Menjalankan Jabatan Notaris Dalam Bentuk
Perserikatan  Perdata  masih  tetap  digunakan  sebagai  acuan  dalam pembentukan Persekutuan Perdata.
3.    Notaris  dapat  membentuk  perserikatan  perdata  atau  persekutuan perdata  namun  jika  persekutuan  perdata  ada  kaitannya  dengan  usaha
bersama  dapat  menjadi  masalah  terutama  sehubungan  dengan kemandirian  Notaris  sesuai  yang  termaktub  dalam  Pasal  16  ayat  1
huruf  a  UUJN-P,  Kode  Etik  Notaris  dan  Pasal  4  UUJN  tentang sumpahjabatan Notaris bahwa Notaris dalam menjalankan jabatannya
berkewajiban  untuk  mandiri  maka  Pasal  20  tersebut  yang  semula UUJN  memberikan  bentuk  perserikatan  perdata  dirubah  menjadi
persekutuan perdata pada UUJN-P dapat dikatakan tidak dilaksanakan dengan baik.
2.  Pasal  20  UUJN-P  dalam  pelaksanaan  jabatan  Notaris  tidak dilaksanakan dengan baik.
Faktor-faktor  yang  menjadi  penyebab  tidak  dilaksanakannya  Pasal  20 UUJN-P  dengan  baik  terdapat  beberapa  hal.  Implementasi  Pasal  20
ayat 1 UUJN mengatur bahwa Notaris dapat menjalankan jabatannya dalam  bentuk  perserikatan  perdata  sedangkan  pada  UUJN-P    diubah
menjadi  Notaris  dapat  menjalankan  jabatannya  dalam  bentuk persekutuan  perdata,  pada  pelaksanaanya  tidak  dilaksanakan  dengan
baik  dan  tidak  ada  Persekutuan  Peradata  Notaris  yang  terbentuk  di wilayah  Solo  Raya,  hal  ini  disebabkan  karena  faktor  substansi,  faktor
struktur  dan  faktor  budaya  dari  Pasal  20  UUJN-P  tersebut  sehingga tidak dapat terlaksana dengan baik.
B. Implikasi