Hasil dari penelitian yuridis empiris dalam ilmu hukum adalah memberikan sumbangsih yang besar sekali, namun setidaknya bisa
disampaikan beberapa hal berikut ini : a. Memberikan gambaran dan masukan secara utuh bagi para pembuat
kebijakan atau legislator mengenai bagaimana seharusnya sebuah ketentuan peraturan perundangan dibuat agar sesuai dan melindungi
kepentingan masyarakat. b. Mengetahui hambatan-hambatan mengenai prosedur dan tata cara
sebuah ketentuan ketika masyarakat harus melaksanakan supaya bisa dilakukan perbaikan yang lebih efektif dalam pengembangan sistem
hukum. c. Mengetahui pengaruh diterapkannya sebuah ketentuan terhadap perilaku
masyarakat, agar tercipta masyarakat yang tertib dan berdaya sesuai yang dikehendaki dalam proses pembangunan.
196
B. Bentuk Penelitian
Pada kegiatan penelitian diketahui bentuk penelitian diagnostik, penelitian preskriptif dan penelitian evaluatif. Yang mana bentuk
penelitian tersebut oleh Soerjono Soekanto diberikan pengertian masing- masing sebagai berikut :
Penelitian diagnostik
merupakan suatu
penyelidikan yang
dimaksudkan, untuk mendapatkan keterangan mengenai sebab-sebab terjadinya suatu gejala atau beberapa gejala. Apabila suatu penelitian
ditujukan untuk mendapatkan saran-saran mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tertentu, maka penelitian
tersebut dinamakan penelitian preskriptif. Suatu penelitian evaluatif pada umumnya dilakukan, apabila seseorang ingin menilai program-program
yang dijalankan.
197
196
Ibid., hlm. 54-55
197
Soerjono Soekanto, op.cit., hlm. 10
Penelitian yang bersifat sosio-legal memandang hukum dari luar sebagai gejala sosial semata dan mengaitkannya dengan masalah-masalah
sosial, di dalam penelitian hukum, yang diteliti adalah kondisi hukum secara intrinsik, yaitu hukum sebagai system nilai dan hukum sebagai
norma sosial.
198
Menurut Soetandyo Wignyosoebroto bahwa perbedaan antara studi hukum yang doktrinal dengan yang non-doktrinal membawa konsekwensi
pada langkah-langkah teknis penelitian yang harus ditempuh. Meskipun dasar-dasar metodologik antara keduanya tidak berbeda, namun langkah-
langkah teknis dan desain-desain penelitian yang dibuat dalam dua tipe penelitian hukum tersebut, kenyataannya berbeda. Yang satu menekankan
pada langkah-langkah spekulatif-kontemplatif dan analisis normatif- pada langkah-langkah teknis penelitian yang harus ditempuh. Meskipun dasar-
dasar metodologik antara keduanya tidak berbeda, namun langkah-langkah teknis dan desain-desain penelitian yang dibuat dalam dua tipe penelitian
hukum tersebut, kenyataannya berbeda. Yang satu menekankan pada langkah-langkah spekulatif-kontemplatif dan analisis normatif-kualitatif,
sedangkan yang lain lebih menekankan pada langkah-langkah observasi dan analisis yang bersifat empirik-kuantitatif.
199
Ronny Hanitijo Soemitro juga menyampaikan sebagai berikut dapatlah ditegaskan bahwa langkah-langkah dan desain-desain teknis penelitian
hukum non-doktrinal itu mengikuti pola penelitian ilmu sosial, khususnya ilmu sosiologi. Oleh karena itu, penelitian hukum ini disebut sebagai
penelitian hukum sosiologis atau socio-legal research.
200
Penelitian tentang Efektivitas Pasal 20 UUJN-P dan Persekutuan Perdata Notaris di dalam UUJN-P ini, bentuk penelitiannya adalah
penelitian nondoktrinal.
201
Penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan
198
Suratman dan Philips Dillah, op.cit, hlm. 89
199
Ibid., hlm. 92
200
Ibid.
201
Setiono, Pedoman Pembimbingan Tesis Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Tesis, Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana UNS, Surakarta, 2008, hlm. 6
keterangan mengenai Efektivitas Pasal 20 UUJN-P dan Persekutuan Perdata Notaris di dalam UUJN-P.
Dalam penelitian
yang menggunakan
pendekatan yuridis
empirissosiologis ini diuraikan tentang instrumen-instrumen yang dipergunakan untuk pengumpulan data di lapangan.
C. Lokasi Penelitian