Landasan Teori 1. TINJAUAN PUSTAKA

2. Melalui tabel Incremental Information content disimpulkan bahwa EBEI dan CFO lebih dapat menjelaskan daripada EVA dan RI. 2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Kinerja Setiap organisasi termasuk perusahaan akan selalu dihadapkan pada permasalahan menyangkut kinerja. Kinerja sangat penting artinya bagi setiap organisasi, sehingga hampir semua organisasi menggunakan kinerja untuk mengukur kemampuan, keberhasilan dan kegagalan mereka didalam mengelola sunber daya agar tercapai tujuan secara efektif dan efesien. Pengertian kinerja perusahaan menurut Helfert 1997 : 67 mengemukakan sebagai berikut : Kinerja perusahaan adalah hasil dari semua keputusan manajemen yang dilakukan secara terus menerus. Oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan perlu mengaitkannya dengan kinerja keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan – keputusan itu. Analisis kinerja keuangan ini didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan, seperti dengan prinsip – prinsip akuntansi yang lazim digunakan. 14 Informasi mengenai kinerja perusahaan sangat dibutuhkan oleh banyak pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan karena informasi tersebut diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas, setara kas dan kepastian dari hasil tersebut. Menurut Prastowo 2005 : 54 - 55 pihak yang berkepentingan dengan informasi perusahaan adalah: 1. Para pemegang saham investor Untuk pengambil keputusan apakah tetap mempertahankan atau menjual saham, apakah manajemen yang sekarang harus diganti atau dipertahankan dan apakah perusahaan setuju untuk menerbitkan atau memperoleh pinjaman baru. 2. Para kreditor Untuk menilai apakah laba yang diperoleh akan mampu digunakan untuk membayar beban bunga dan apakah perusahaan mempunyai prospek dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo. 3. Para manajer Untuk menilai apakah perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar deviden, apakah cukup tersedia dana untuk pengembangan usaha serta apakah ada kemungkinan keberhasilan perusahaan di masa yang akan datang. 4. Analis kredit Untuk dapat mengevaluasi resiko kredit. 15 5. Analis Sekuritas Sebagai dasar penentuan nilai sekuritas.

2.2.1.1. Tujuan Pengukuran Kinerja

Menurut Munawir 1995 : 31, tujuan dari kinerja keuangan perusahaan adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas yaitu menunjukkan kemampuan suatu perusahaaan memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. 2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. 4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang – hutangnya dan akhirnya membayar kembali hutang – hutang tersebut tepat pada waktunya, serta kemampuan perusahaan untuk 16 membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.

2.2.1.2. Alat Pengukur Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja merupakan komponen utama dalam sistem pengendalian manajemen. Pengukuran kinerja biasanya dikembangkan pada badan usaha terderentralisasi. Hasil dari pengukuran kinerja akan mengontrol kinerja orang – orang dalam badan usaha karna dasar untuk menentukan penghargaan yang akan diperoleh. Menurut Hansen dan Mowen 1995 : 769 - 778 terdapat 3 tiga alternatif dari alat pengukur kinerja : 1. Return On Investment ROI. 2. Residual Income. 3. Economic Value Added. Menurut Hansen dan Mowen 1995 : 829 Economic Value Added dapat dihitung dengan rumus : EVA = laba operasi setelah pajak – rata – rata tertimbang biaya modal X total modal yang digunakan. Economic Value Added adalah laba operasi setelah pajak dikurangi total biaya modal tahunan. Hal ini tentu berbeda dengan Residual Income yang menginginkan minimum expected rate of return. ROI, Residual Income dan Economic Value Added adalah alat pengukur kinerja keuangan, namun 17 disadari bahwa fokus hanya pada hal – hal yang bersifat keuangan dan tidak akan memberi penjelasan secara keseluruhan akan suatu badan usaha untuk itu juga dikembangkan dan digunakan alat pengukur kinerja non-keuangan yang meliputi : pangsa pasar, kepuasan pelanggan dan rasio perputaran karyawan.

2.2.2. Pengertian Akuisisi

Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau asset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah. Akuisisi adalah suatu penggabungan usaha dimana satu perusahaan, yaitu pengakuisisi memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi Hudayati, 1997 : 185. Akuisisi ini dilakukan dengan memiliki sebagian besar lebih dari 50 saham perusahaan lain. Jika dalam merger dan konsulidasi perusahaan yang bergabung secara hukum sudah bubar tetapi dalam akuisisi kedua perusahaan yang bergabung secara hukum tetap berdiri. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas mendefenisikan akuisisi sebagai berikut: “Akuisisi adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi acquirer memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi 18 perusahaan yang diakuisisi acquiree, dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham’’. Pengertian akuisisi menurut PSAK no. 22 2004 : 22.3 paragraf 8 adalah “ Akuisisi adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi acquirer memperoleh kendali atas aktiva neto dan opersi perusahaan yang diakuisisi, dengan memberikan aktiva tertentu mengakui suatu kewajiban, dan mengeluarkan saham”. Dalam hal ini tentunya jika perusahaan yang akan diambil alih berbentuk PT dan kadangkala cara tersebut diikuti dengan adanya suatu perubahan atau penggantian pimpinan perusahaan.

2.2.2.1. Motivasi dan Tujuan Melakukan Akuisisi

Alasan yang sering dikemukakan mengapa perusahaan tergabung dengan perusahaan lain adalah lebih cepat daripada membangun usaha dari awal, selain itu masih terdapat sejumlah motif sebagai pendorong dilakukannya akuisisi. Menurut Weston 1992 : 374 – 378, mengemukakan adanya teori yang dianggap telah mendorong terjadinya akuisisi antara lain: 1. Efesiensi Theory Teori ini menyatakan bahwa masalah aktivitas akuisisi diartikan sebagai usaha meningkatkan prestasi kinerja dari manajemen atau upaya mencapai suatu bentuk sinergi. Istilah sinergi muncul untuk menggambarkan aktifitas 19 merger dan akuisisi pada akhir tahun 1960, yang sering digambarkan bahwa dua ditambah dua sama dengan empat. Adapun bentuk – bentuk dari Efesiensi Theory: a. Sinergi Operasi operating synergy Teori ini menyatakan bahwa dengan akuisisi perusahaan akan mendapatkan peningkatan operasi sehingga mencapai skala ekonomis yang lebih baik. b. Sinergi keuangan financial synergy Teori ini menyatakan bahwa dengan akuisisi aliran kas dari dua perusahaan tidak berkaitan secara ketat kemungkinan valid akan rendah, hal ini berarti bahwa nilai sekarang dari banyak kevailidan dapat menjadi rendah. 2. Permasalahan Organisasi a. Agency theori Teori ini menyatakan bahwa keadaan paar bagi manajer tidak dapat memecahkan masalah organisasi, maka pasar untuk perusahaan atau manajer akan memainkan peranan, jadi teori ini bisa dikaitkan bahwa aktivitas merger adalah suatu, metode untuk penyelesaian permasalahan organisasi. b. Managerial teori 20 Teori ini menyatakan bahwa menentukan suatu tarif penting investasi yang terlalu rendah dalam menganalisis kemungkinan diadakannya manajer. 3. Kekuatan Pasar Akuisisi timbul sebagai upaya meningkatkan pangsa pasar perusahaan yang bergabung, namun dengan meningkatkan pangsa pasar belum tentu menyebabkan perusahaan mencapai skala ekonomisnya yang pasti dengan semakin besarnya ukuran perusahaan akan menghasilkan yang lebih besar dipasar. 4. Perpajakan Taxes Salah satu motif akuisisi adalah untuk meminimumkan pajak yang harus dibayar. Banyak perusahaan yang “profitable” dan mempunyai kelebihan untuk mengakuisisi perusahaan yang kurang “profitable” guna mengurangi pajak. Menurut Lukas 2003 : 435 – 436 beberapa alasan perusahaan melakukan akuisisi adalah: 1. Sinergi Sinergi adalah kondisi dimana nilai dari suatu kesatuan lebih besar daripada hasil penjumlahan dari unsur – unsur pembentukan kesatuan tersebut atau dengan kata lain kondisi dimana nilai dari hasil suatu penggabungan lebih besar daripada nilai masing – masing perusahaan. 21 2. Pertimbangan Pajak Perusahaan yang memiliki laba besar atau sehingga harus membayar pajak yang besar pula dapat mengambil alih perusahaan lain yang memiliki penghasilan sebelum pajak yang negatif rugi. Tujuannya adalah untuk segera memanfaatkan kerugian untuk mengurangi pajak penghasilan. 3. Pembelian Aktiva Dibawah Biaya penggantian Adakalanya perusahaan diambil alih karena nilai penggantian Replacement Value atas aktivanya jauh lebih tinggi daripada nilai perusahaan itu sendiri, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa perusahaan dapat diambil alih untuk perusahaan lain karena nilai aktiva lebih murah daripada biaya penggantiannya. 4. Diversifikasi Manajer seringkali berpendapat bahwa diversifikasi akan membantu menstabilkan laba perusahaan sehingga mengurangi resiko perusahaan. Dan hal ini sering pula dipergunakan sebagai alasan untuk pengambilalihan. Jika investor mengkhawatirkan kondisi perekonomian maka investor dapat melakukan diversifikasi melalui pembelian saham perusahaan lain. Sedangkan bagi pemilik dari perusahaan keluarga, mungkin tidak bisa menjual saham perusahaan untuk melakukan diveersifikasi karena dapat memperkecil kepemilikan. 22 Tujuan dari akuisisi adalah perusahaan pengakuisisi berharap mendapat laba tinggi dan stabil, sehingga menarik bagi perusahaan target. Selain itu laba yang ditunjukkan diharapkan dapat mendorong naiknya harga saham, sehingga dapat mengurangi biaya pembelian perusahaan target Kusuma dan Ayu Udiana Sari, 2003 : 23. Surtojo 1992 dalam Payamta 2004 : 269 menggolongkan motivasi untuk melakukan Merger dan Akuisisi menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Motivasi Ekonomis. Perusahaan target mempunyai keunggulan kompetitif, yang diharapkan akan menghasilkan sinergi setelah digabung. Dalam jangka panjang sinergi tersebut akan mampu meningkatkan volume penjualan dan keuntungan perusahaan. 2. Motivasi Non Ekonmis. Misalnya karena perusahaan sudah lemah secara modal dan ketermapilan manajemen; keinginan menjadi kelompok yang terbesar di dunia, meskipun ada kemungkinan penggabungan usaha yang dilakukan tersebut tidak menguntungkan; karena diambil alih pihak lain.

2.2.2.2. Konsep Nilai Akusisi

Konsep nilai ini biasanya digunakan untuk melihat variabel – variabel yang berkaitan dengan nilai perusahaan. Menurut Moin 2004: 48 – 51 nilai – nilai tersebut terdiri dari : 23 a. Nilai Intrinsik. Nilai intrinsik merupakan nilai dasar atau nilai senyatanya dari perusahaan ketika perusahaan belum diakuisisi atau ketika masih berdiri secara terpisah dibawah manajemen laba. b. Nilai Pasar. Bagi perusahaan yang mencatatkan sahamnya di pasar modal, nilai ini dicerminkan oleh harga pasar saham, sedangkan bagi perusahaannya yang go public nilaai pasar bisa ditaksir dari harga pasar aset – aset yang dimiliki. c. Nilai atau Harga Beli Harga beli adalah harga yang diantisipasi oleh pengakuisisi yaitu sebesar harga yang diminta oleh pemegang saham target. Harga beli bisa terbentuk dari hasil negoisasi antara pengakuisisi dengan pemegang saham target. d. Nilai sinergi. Sinergi adalah nilai yang dihasilkan sebagai efek dari penggabungan perusahaan diatas penjumlahan nilai masing – masing perusahaan seandainya tidak bergabung. e. Nilai GAP. Nilai GAP atau nilai kesenjangan adalah perbedaan ntara nilai intrinsik dengan harga beli. Semakin tinggi nilai GAP berarti besar premium yang dibayarkan kepada pemegang saham target. 24 f. Nilai Premium Akuisisi. Semakin besar premium berarti semakin berat bagi pengakuisisi untuk menutup premium tersebut. Implikasinya adalah sinergi yang tercipta harus lebih bear dari premium agar bisa menghasilkan NPV Net Present Value.

2.2.2.3 Motif Akuisisi

Motif akuisisi adalah alasan yang melatarbelakangi mengapa sebuah perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Menurut Moin 2004 : 53 – 61 motif akuisisi adalah sebagai berikut: 1. Motif Ekonomi Tujuan dari motif ekonomi adalah untuk mencapai peningkatan nialai nilai creation bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Motif ekonomi terdiri dari: a. Motif Strategis Motif strategis juga termasuk motif ekonomi ketika aktivitas merger dan akuisisi diarahkan untuk mencapai strategis perusahaan agar memberikan keunggulan kompetitif dalam industri. 25 b. Motif Politis Motif politis sering dilakukan pemerintah untuk memaksa perusahaan baik BUMN atau swasta untuk melakukan merger dan akuisisi. c. Motif Perpajakan Apabila perusahaan memiliki kelebihan kas dan tidak ada kesempatan investasi internal yang layak secara ekonomis, maka perusahaan bisa melakukan akuisisi sebagai cara penghindaran pajak. 2. Motif Sinergi Sinergi dihasilkan melalui aktivitas secara simultan dari dua kekuatan atau lebih elemen – elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghaslkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas- aktivitas perusahaan jika mereka berkerja sendiri – sendiri. Berikut bentuk – bentuk sinergi: a. Sinergi Operasi Operating System Terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mampu mencapai efesiensi biaya. b. Sinergi Finansial Financial Synergy Dihasilkan ketika perusahaan hasil merger dan akuisisi memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses 26 sumber – sumber dana dari luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun. c. Sinergi Manajerial Dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang sama ke perusahaan lain atu ketika secara bersama – sama mampu memanfaatkan kapasitas know – how yang mereka miiliki. d. Sinergi Teknologi Sinergi ini bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga mereka saling memetik manfaat. e. Sinergi Pemasaran Perusahaan yang melakukan merger akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan terbukanya pemasaran produk, bertmabahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin bayaknya konsumen yang bias dijangkau. 3. Motif Diversifikasi Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang didilakukan mealuli merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksudkan untuk mendukung aktifitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. 27 4. Motif Non-Ekonomi Merger dan akuisisi tidak selalu dilakukan berdasarkan pada pertimbangan ekonomi, tetapi dapat didasarkan pada pertimbangan – pertinmbangan lain seperti prestasi atau ambisi. Motif non-ekonomi ini berasal dari kepentingan personal baik dari manajemen perusahaan maupun dari pemilik perusahaan.

2.2.2.4. Alasan Akuisisi

Terdapat beberapa alasan sehingga perusahaan mengambil keputusaan untuk melakukan penganbilalihan. Menurut Beams dan Jusuf 1998 : 2 - 3 alasan yang mendasari pemilihan untuk mengadakan pengambilalihan adalah: 1. Manfaat biaya cost advantage. Perusahaan akan medapatkan fasilitas yang lebih murah melalui pengambilalihan, daripada membangun fasilitas itu sendiri. 2. Resiko lebih rendah lower risk. Membeli lini produk dan pasar yang telah didirikan biasanya lebih kecil resikonya dibandingkan dengan mengembangkan produk baru dan pasarnya. 3. Penundaan operasi lebih sedikit fewer operating delays. Fasilitas – fasilitas pabrik yang diperoleh melalui penggabungan usaha dapat diharapkan untuk segera beroperasi. Sedangkan apabila membangun fasilitas perusahaan yang baru akan menimbulkan masalah yang baru juga. Misalnya, perlunya iizin pemerintah. 28 4. Mencegah pengambilalihan avidance of takeovers. Perusahaan yang bergabung seringkali berusaha menghindari adanya pengambilalihan oleh pihak lain 5. akuisisi harta tidak berwujud acquisition of takeovers. Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak berwujud. Akuisisi atas hak paten, hak atas mineral, database pelanggan, atau keahlian manajemen mungkin menjadi faktor utama yang memotivasi suatu penggabungan usaha. 6. Alasan – alasan lain. Selain untuk perluasan, perusahaan – perushaan mungkin memilih pengambilalihan untuk mendapatkan keuntungan dalam hal keuntungan pajak, ataupun karena alasan pribadi. Secara lebih khusus diklasifikasikan alasan – alasan yang mendasri terjadinya akuisisi, yaitu: Alasan pembeli untuk mengakuisisi perusahan lain: 1. Untuk tujuan diversifikasi produk. 2. Untuk meningkatkan kemampuan teknologi dalam penelitian dan penggabungan. 3. Untuk memanfaatkan kelebihan kapasitas. Alasan perusahaan yang diakuisisi : 1. Kegagalan perusahaan dalam mengembangkan regenerasi manajemen di masa yang akan datang. 2. Karena perusahaan membutuhkan sumber – sumber pembiayaan baru. 29 3. Karena manajemen ingin berhenti. 4. Karena manajemen membutuhkan pengakuisisi untuk mengantisipasi pajak yang tinggi. Sedangkan menurut Ravenscraft dan Schere 1989 dalam Payamta 2004 : 268, alasan perusahaan melakukan akuisisi: 1. Mengganti manajer yang tidak efesien. 2. Untuk mencapai skala ekonomis dalam produksi, distribusi dan pembiayaan. 3. Untuk menarik kekuatan monopoli. 4. Untuk memanfaatkan kesempatan pengurangan pajak. 5. Untuk membangun kerajaan bisnis.

2.2.2.5. Manfaat Akuisisi

Moin 2003 : 13 mencatat beberapa manfaat akuisisi berikut ini: 1. Memperoleh kemudahan dana atau pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan. 2. Memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan. 3. Mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen yang baru. 4. Memperoleh infrastuktur untuk mencapai partumbuhan yang lebih cepat. 30 Sedangkan menurut Payamta 2004 : 268 manfaat akuisisi adalah sebagai berikut : 1. Komplementaris. Pengabungan dua perusahaan sejenis atau lebih secara horizontal dapat menimbulkan sinergi dalam berbagia bentuk, misalnya: perluasan produk, transfer teknologi, sumber daya manusia yang tangguh, dan sebagainya. 2. Polling kekuatan Perusahaan – perusahaan yang terlampau kecil untuk mempunyai fungsi – fungsi penting perusahaannya, misalnya fungsi research and development, akan lebih efektif jika bergabung dengan perusahaan lain yang telah memiliki fungsi tersebut. 3. Mengurangi Persaingan Penggabunagn usaha diantar perusahaan sejenis akan mengakibatkan adanya pemusatan pengendalian, sehingga dapat mengurangi pesaing. 4. Menyelamatkan Perusahaan dari Kebangkrutan. Bagi perusahaan yang kesulitan likuiditas dan tersedak oleh kreditur, keputusan merger dan akuiasis dengan perusahaan yang kuat akan menyelamatan dari kebangjkjrutan. 31

2.2.2.6. Bentuk – Bentuk Akuisisi

Bentuk akuisisi berdasarkan objek yang diakuisisi yang diuraikan oleh Moin 2004 : 42 - 43 yaitu: 1. Akuisisi Saham Perusahaan didirikan atas saham – saham, maka akuisisi terjadi ketika pemilik saham menjual saham – saham mereka kepada pembeli atau pengakuisisi. Pada peristiwa ini, pengakuisisi tidak harus meminta persetujuan dari pihak manajemen target, tetapi ada kalanya pembelian saham tersebut dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan negoisasi dan penawaran dengan pihak mnajemen atau dewan direksi perusahaan target. Jika manajemen perusahaan target setuju, maka mereka akan menginformasikannya kepada pemegang saham. Jika pemegang sahma juga setuju atas tawaran yang diajukan oleh manajemen tersebut maka “deal” akan segera terwujud. Selanjutnya perusahaan diakuisisi akan menjadi perusahaan anak. 2. Akuisisi Aset Apabila perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka ia dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau asset perusahaan lain. Akuisisi asset dilakukakan apabila pihak pengakuisisi tidak ingin terbebani hutang yang ditanggung oleh perusahan target. Namun demikian kalau proporsi asset yang dibeli melebihi batas tertentu 32 sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah, maka pembeli harus ikut menanggung kewajiban hutang perusahaan target. Akuisisi sebagai salah satu bentuk kombinasi bisnis, dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu : Akuisisi Finansial dan Akuisisi Strategis Marcel Go, 1992 : 22 – 24. Pemilihan dari kedua jenis akuisisi ini adalah sangat penting karena dapat memberikan gambaran yang jelas tentang latar belakang dan tujuan akuisisi. 1. Akuisisi Finansial Financial Acquisition Merupakan suatu tindakan terhadap beberapa perusahaan tertentu yang dilaksanakan dnegan tujuan untuk mencapai keuntungan financial. Kecenderuangannya adalah usaha membeli perusahaan target dengan harga semurah mungkin untuk menjual kembali dengan harga jual yang lebih tinggi. Namun demikian apabila transaksi tersebut dilaksanakan antar perusahaan yang berada dalam satu grup bisnis atau kepemilikan yang sama, harga yang dibeli dapat menjadi lebih mahal maupun lebih murah, tergantung pada kepentingan dan keuntungan yang akan diperoleh pemilik mayoritas bersangkutan. Motif utama akuisisi ini adalah untuk mendapat keuntungan financial sebesar – besarnya. 2. Akuisisi Startegis Strategic Acquisition Merupakan suatu akuisisi yang dilaksanakan dengan tujuan untuk menciptakan sinergi dengan didasarkan pada pertimbangan – pertimbangan jangka panjang. Sinergi ini tidak hanya berupa sinergi financial, tetapi juga sinergi produksi, sinergi distribusi, sinergi 33 pengembangan teknologi dan gabungan dari sinergi – sinergi tersebut. Latar belakang pengambilan keputusan untuk akuisisi startegis ini adalah pertimbangan akan faktor efesiensi dan kemudahan daripada memulai dari awal untuk membangun perusahaan baru. Bosemen dan Phatak 1992 : 11 mengklasifikasikan akuisisi ke dalam beberapa tipe:: 1. Akuisisi Vertikal Akusisi vertikal adalah akuisisi terhadap berbagai macam kelompok aktivitas mulai dari bahan mentah sampai menjadi bahan produk akhir. 2. Akuisisi Horisotal Akuisisi ini terjadi melaui penggabungan usaha – usaha yang menghasilkan produk atau jasa yang sama dan berada dalam bisnis yang sama. 3. Akuisisi Konsentris Akuisisi konsentris melibatkan penggabungan badan usaha yang saling memiliki ancama umum seperti teknologi, pemasaran, dan saluran distribusi. Sebagai contoh dari akuisisi jenis ini adalah pengagabungan badan usaha yang bergerak dalam bisnis soft drink dan bisnis bir yang biasanya memiliki ancaman dalam bidang pemasaran dan saluran distribusi. Karena miripnya akuisisi jenis ini dan akuisisi horizontal, dalam buku – buku lain biasanya akuisisi ini tidak pernah diklasifikasikan secara terpisah. 34 4. Akuisisi Konglomerasi Akuisisi konglomersi merupakan penggabungan usaha dari badan usaha yang tidak berada dalam bisnis yang berhubungan. Salah satu contoh akuisisi ini adalah akuisisi PT. Indocement yang bergerak dalam bisnis semen terhadap beberapa badan usaha yang bergerak dalam bidang makanan dan properti, yang jelas tidak memiliki hubungan apa – apa terhadap bisnis semennya.

2.2.2.7. Faktor – faktor Keberhasilan Akuisisi

Membuat suatu akuisisi berhasil adalah bukan suatu usaha yang cukup mudah. Karena akuisisi keberhasilan, maka badan usaha berhasil menciptakan value value creation. Menurut Moin 2003 : 312 – 313, hasil penelitian konsultan Coopers and Lybrand dengan menginterview eksekutif senior di 100 perusahaan papan atas Inggris dihasilkan penyebab keberhasilan akuisisi yaitu: 1. Rencana integrasi pasca – akuisisi secra detail dan kecepatan implementasi. 2. Kejelasan tujuan akuisisi. 3. Kesesuaian budaya. 4. Kerjasama yang bagus dari perusahaan target. 5. Pengetahuan yang bagus dan mendalam terhadap target dan industrinya. 35

2.2.3. Pengertian EVA

Economic Value Added Metode EVA pertama kali dicetuskan oleh G. Bennet Steward dn Joel M. Stern seorang analisis keuangan dari perusahaan konsultan Stern Steward and Co. pada tahun 1993. EVA adalah indikator internal yang mengukur kekayaan pemegang saham yang diciptakan oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu. EVA juga mengukur modal untuk diciptakan nilai tambah dimana nilai ekonomis tercipta hanya jika perusahaan menghasilkan tingkat pengembalian return modal yang melebihi biya modal. EVA juga dikenal sebagainpengukuran total faktor kinerja karena EVA telah memasukkan semua unsur yang ada dalam laporan laba rugi dan neraca. EVA memadukan ukuran misalnya earning atau earning growth – dan ROIC return on invested capital menjadi satu nilai tunggal dimana biasanya perusahaan hanya memfokuskan diri di salah satunya. Secra ringkas EVA dapat dihitung dengan rumus sederhana menurut Mardhatillah 2007 : 63 : EVA = NOPAT – Capital Carge NOPAT adalah penjumlahan dari laba usaha, penghasilan bunga, beban atau penghasilan pajak, tax shield atas beban bunga, bagian atas laba atau ruugi bersih perusahaan asosiasi, laba atua rugi penjualan aktiva tetap dan investasi saham. 36 Capital charge merupakan bagian yang paling spesifik dari EVA. Capital charge merupakan hasil perkalian WACC dengan invested capital. Nilainya akan menunjukkan seberapa besar opportunity cost capital yang telah disuntikkan kreditor meupun pemgang saham. Tehnik pengukuran Economic value Added dilandasi pada konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu perusahaan harus adil, mempertimbangkan harapan setiap penyandang dana. Harapan para penyandang dana dinyatakan dalam ukuran tertimbang biaya modal dari struktur modal yang ada. EVA juga bisa dipakai sebagai tolak ukur apakah dalam suatu tahun anggaran tertentu karyawan dan manajer berhak mendapatkan bonus atau tidak. Dengan demikian konsep ini sesuai untuk menilai kinerja operasional perusahaan dan sekaligus menjawab keinginan para manajer dalam menyajikan suatu ukuran yang secara adil mempertimbangkan harapan – harapan kreditur dan pemegang saham, sehingga ukuran ini sangat membantu dalam pertimbangan keputusan manajemen strategis. Menurut Hansen dan Mowen 1995 : 775, gambaran kunci dari EVA adalah EVA menekankan pada laba operasi setelah pajak dan total biaya modal yang sebenarnya. Ukuran – ukuran pengembalian return yang lain menggunakan nilai buku akuntansi dimana tidak menunjukkan total biaya modal yang sebenarnya. 37

2.2.3.1. Kelebihan EVA Economic Value Added

Menurut Sidharta Utama 1997 : 12 – 13, analisis Economic Value Added EVA memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1. EVA sangat bermanfaat sebagai penilai kinerja dimana fokus penilaian pada value creation, sehingga perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Mereka akan berfikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memiliki investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan cost of capital, sehingga nilai badan usaha dapat dimaksimumkan. 2. EVA menyebabkan badan usaha lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya, karena EVA secara eksplisit memperhitungkan cost of equity dan mengakui bahwa karena resiko yang dihadapi pemilik ekuitas lebih tinggi maka cost of equity lebih tinggi dari cost of debt. Hal ini akan mengubah anggapan bahwa modal adalah murah, sehingga tidak perlu dikompensasi dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi, karena tidak diperhitungkan dalam laporan laba rugi. Dengan memasukkan cost of equity, akan memaksa badan – badan usaha selalu berhati – hati dalam menentukan kebijaksanaan struktur modalnya. 3. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada cost of capitalnya. Kegiatan atau proyek memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai 38 dan dengan demikian sebaiknya diambil. Demikian pula sebaiknya dengan EVA, para manajer harus selalu dibandingkan tingkat pengembalian proyek dengan cost of capitalnya yang mencerminkan tingkat resiko proyek tersebut. Menurut Mardhatillah 2007 : 64, analisis Economic Value Added EVA memiliki keunggulan dibanding ukuran kinerja konveksional karena alasan “EVA bukan saja metode pengukuran kinerja keuangan, namun juga merupakan kerangka kerja manajemen keuangan yang komprehensif dan mencakup berbagai fungsi”. EVA dinilai mampu memainkan peran sebagai suatu sistem insentif kompensasi yang dapat mengarahkan perusahaan dalam mencapai tujuan hakikinya, yaitu menciptakan nilai untuk pemegang saham. EVA juga bisa dipakai untuk mentransformasikan budaya perusahaan, sehingga semua elemen didalam organisasi menjadi lebih peka dan sadar untuk menciptakan nilai bagi perusahaan.

2.2.3.2. Kelemahan EVA Economic Value Added

Kelebihan maupun kekurangan adalah sesuatu yang wajar, apalagi mengingtkan tidak ada yang sempurna didunia ini. EVA sebagai alat ukur tentu saja tidak lepas dari keadaan tersebut. 39 Menurt Sidharta Utama 1997 : 13 beberapa kelemahan EVA antara lain: a. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. Padahal nilai suatu badan usaha adalah merupakan akumulasi EVA selama umur badan usaha. Dengan demikian, bisa saja suatu badan usaha mempunyai EVA positif pada tahun yang berlaku, tapi nilai badan usaha tersebut rendah karena EVA di masa datangnya negatif. b. Meskipun secara konseptual EVA lebih unggul daripada pengukur tradisional akuntansi, namun secara praktis belum tentu EVA dapat diterapkan dengan mudah. Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas cost of equity, dan estimasi ini, terutama untuk badan usaha yang belum go public sulit untuk dilakukan dengan tepat karena keterbatasan data.

2.2.3.3. Manfaat EVA Economic Value Added

Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan Economic Value Added EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain: 1. EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri tanpa perlu ukuran lain berupa perbandingan dengan menggunkaan perusahaan sejenis atau menganalisis kecenderungan trend. 40 2. Hasil perhitungan EVA juga mendorong pengalokasian dan perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah. Menurut Agnes Sawir 2005 : 48 – 49, EVA juga dapat ditingkatkan dengan cara : 1. Memperoleh lebih banyak laba tanpa menggunakan lebih banyak modal. 2. Memperoleh pengembalian return yang lebih tinggi daripada biaya modal atas investasi baru.

2.2.3.4. Langkah – langkah Menghitung EVA Economic Value Added

EVA atau NITAMI Nilai Tambah Ekonomis dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut Hansen dan Mowen 1995 : 829. EVA = Net Operating Profit After Tax NOPAT – WACC X Cost of Capital. Net Operating Profit After Tax NOPAT merupakan laba operasi setelah pajak. WACC adalah rata – rata tertimbang biaya modal. Cost Of Capital biaya modal merupakan tingkat pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan required rate of return [tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor kreditur dan pemegang saham]. Menurut Lukas 2003:115-121 terdapat beberapa komponen utama struktur modal yang diperlukan untuk mencari nilai cost of capital yaitu : a. Cost Of Debt 41 b. Cost of Prefered Stock c. Cost of Common Stock Perhitungan secara terinci disajikan sebagai berikut : 1. Menghitung Cost of Debt K dt Cost Of Debt = K dt = K d 1-T Keterangan : K dt = biaya hutang K d = tingkat bunga pinjaman T = pajak atas pendapat Karena beban bunga mengurangi besarnya pendapat kena pajak, maka biaya bunga Cost Of Debt dikoreksi dengan faktor koreksi 1-T dimana T adalah tingkat pajak yang dikenakan atas penghasilan. Jika perusahaan memiliki beberapa paket surat hutang dengan beban bunga beragam, maka cara yang tepat adalah dengan menghitung rata – rata tingkat bunga tertinggi dan terendah. Jika perusahaan memiliki hutang dalam mata uang asing, sebelumnya dihitung dahulu tingkat bunga efektif yang terkandung dalam pinjaman tersebut. Hal ini karena kemungkinan terjadi apresiasi atau depresiasi mata uang asing terhadap rupiah sehingga tingkat bunga efektif mungkin lebih kecil atau lebih besar dari tingkat bunga yang sudah ditetapkan. 42 Rumus untuk mencari tingkat bunga efektif dari hutang dalam mata uang asing Madura,1992:393 adalah : K i = 1 + K a 1 + e - 1 Keterangan : K i = tingkat bunga efektif K a = tingkat bunga tetap dalam pinjaman e = apresiasi atau depresiasi mata uang asing terhadap rupiah 2. Menghitung Cost Of Prefered Stock K ps Cost Of Prefered Stock = K ps = D ps P n Keterangan :K ps = biaya saham preferen D ps = deviden saham preferen P n = harga saham preferen bersih yang diterima perusahaan penerbit setelah dikurangi biaya peluncur saham 3. Menghitung Cost Of Common Stock k s Cost of Common Stock = D1 + g P 1-F Keterangan: k s = biaya saham biasa D 1 = deviden yang diharapan untuk tahun ini P o = harga jual saham F = Flotation cost g = tingkat pertumbuhan pasar 43 4. Struktur Modal Total Capital Employed =TCE Struktur modal merupakan jumlah modal yang diinvestasikan, struktur modal diperoleh dengan menjumlahakan rata – rata hutang dengan rata – rata moal sendiri, ukurannya dinyatakan dalam rupiah. 5. Biaya Modal Rata – rata Weighted Average Cost of capital = WACC WACC = W d K d 1-T +W p .K p + W s K s atau K e Keterangan : WACC = biaya modal rata – rata tertimbang W d = persentase hutang dari modal W p = persentase sahm perferen adri modal K d = biaya hutang K p = biaya saham preferen K s = biaya saham biasa T = pajak dalam persentase Setelah menghitung WACC, hasil perhitungan tersebut dikalikan dengan jumlah modal yang digunakan untuk mendapat nilai Cost of Capital dalam bentuk rupiah dan selanjutnya EVA dihitung dengan memasukkan nilai nilai yang sudah diketahui yaitu Net Operating profit After Tax NOPAT dan nilai Cost of Capital kedalam rumus EVA. 44 2.3. Kerangka Pikir 2.3.1. Hubungan Antara Akuisisi dengan Kinerja Keuangan