ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI PADA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh :

Dwi Is Afandi 0712010241 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

DAN SESUDAH AKUISISI PADA PERUSAHAAN

GO PUBLIK DI INDONESIA

Disusun Oleh :

Dwi Is Afandi

0712010241 / FE /EM

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Manajmen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 30 September 2011

Pembimbing Utama Tim Penguji:

Ketua

Dra. Ec. Hj. Luky Susilowati, MP Dra. Ec. Hj. Luky Susilowati, MP Sekretaris

Dr. Muhadjir Anwar, MM Anggota

Dra. Ec. Dwi Widayati Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM NIP. 19630924 198903 1001


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmatnya sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang perguruan tinggi dan menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI PADA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA”.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM, Dekan Falkutas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, Ketua Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Drs. Ec. Luky Susilowati, MP, Dosen Pembimbing yang telah mengarakan dan meluangkan waktunya guna menbantu penulis dalam menyelesakan skripsi ini.


(4)

5. Seluruh Staf Dosen Falkutas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Bapak dan ibu, tercinta yang selalu memberikan doa, semangat dukungannya dan bantuan materiil serta pengorbanan tiada henti sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini dan dapat memberikan yang terbaik.

7. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih buat dukunganya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa yang akan mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Agustus 2011


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………i

DAFTAR ISI……….iii

DAFTAR TABEL………...……viii

DAFTAR GAMBAR………...x

DAFTAR LAMPIRAN……….xi

ABSTRAKSI………xii

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1. Latar Belakang masalah………...1

1.2. Rumusan Masalah………8

1.3. Tujuan Penelitian………..9

1.4. Manfaat Penelitian………...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….10

2.1. Penelitihan Terdahulu………...……….10

2.2. Tinjauan Teori………....11

2.2.1. Akuisisi…………...………...10

2.2.1.1. Pengertian Akuisisi..……….………....10

2.2.1.2. Motivasi Akuisisi……….……….13


(6)

2.2.1.4. Konsep Nilai Akuisisi………...20

2.2.1.5 Bentuk-Bentuk Akuisisi……….21

2.2.1.6 Proses Akuisisi………...22

2.2.2. Kinerja Keuangan Perusahaan………...26

2.2.2.1. Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan…...26

2.2.2.2. Pengertian Laporan Keuangan..………26

2.2.2.3. Analisis Rasio Keuangan……….……….28

2.2.2.4. Rasio Likuiditas ……….……….……….30

2.2.2.5. Rasio Solvabilitas………..31

2.2.2.6. Rasio Aktivitas………..32

2.2.2.7. Rasio Profitabilitas………32

2.2.3. Hubungan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan………..………33

2.3. Kerangka Konseptual………..36

2.4. Hipotesis………..36

BAB III METODE PENELITIAN………37

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………..…37

3.1.1. Variabel Terikat atau Dependen Variabel (Kinerja Keuangan atau Y)………37


(7)

3.2. Teknik Penentuan Sampel………...40

3.2.1. Populasi………40

3.2.2. Sampel Penelitian..………...………40

3.3. Teknik Pengumpulan Data………..41

3.3.1. Jenis Data………...………..41

3.3.2. Sumber Data………...……..41

3.3.3. Pengumpulan Data………...……42

3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis………....42

3.4.1. Teknik Analisis………42

3.4.2. Pengujian Hipotesis………...43

3.5. Uji Asumsi Klasik………...44

3.5.1. Multikolinieritas………...…………44

3.5.2. Autokorelasi………...………..45

3.5.3. Heteroskedastisitas………...………46

3.6. Uji Normalitas……….47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..………48

4.1. Deskripsi Objek Penelitian………48

4.1.1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia………..…...…48

4.1.2. Perkembangan Bursa Efek Indonesia………..…….51


(8)

4.1.4. Proses Go Publik di Indonesia………...54

4.1.5. Visi dan Misi PT Bursa Efek Indonesia………...56

4.1.6. Struktur Organisasi PT Bursa Efek Indonesia………..58

4.2. Gambaran Umum Perusahaan……….59

4.2.1. PT. Bakrieland Development, Tbk...………59

4.2.2. PT. Multipolar Corporation, Tbk……….60

4.2.3. PT. Lippo Karawaci, Tbk……..…….………..60

4.2.4. PT. Unilever, Tbk………..………...61

4.2.5. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk.….………...62

4.2.6. PT. Astra Otopart, Tbk………..………...63

4.2.7. PT. Bumi Resources, Tbk………64

4.2.8. PT. Anta Express Tour dan Trevel Servis, Tbk……….…..64

4.2.9. PT. Leo Investment, Tbk………..65

4.2.10. PT. Alfa Rentalindo, Tbk………..66

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian………...67

4.3.1. Pelaksanaan Akuisisi (Di)………67

4.3.2. Kinerja Keuangan (Y)………..69

4.3.2.1Current Ratio.……….69

4.3.2.2Debt to Equity Ratio………...71

4.3.2.3Total Assets Turn Over………..72

4.3.2.4Return On Assets /ROA……….73


(9)

4.4.1. Asumsi-Asumsi Klasik Regresi………...75

4.4.1.1. Uji Autokorelasi………76

4.4.1.2. Uji Multikolinieritas………..78

4.4.1.3. Uji Heterokedasitas………...79

4.4.1.4. Analisis Regresi Linier Dengan Variabel Dummy………82

4.4.2. Pengujian Hipotesis………..87

4.5. Pembahasan……….90

4.5.1. Perbedaan Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Pengumuman Merger……….90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………..………..95

5.1. Kesimpulan………..95

5.2. Saran………95

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

Tabel

1. Data Perusahaan Akuisisi………...………..5

2. Current Ratio (Sebelum dan Sesudah Akuisisi)……….6

3. Debt To Equity Ratio (Sebelum dan Sesudah Akuisisi)……….6

4. Total Asset Turn Over (Sebelum dan Sesudah Akuisisi)………7

5. Return on assets / ROA ( Sebelum dan Sesudah Akuisisi )………7

6. Data Sampel Perusahaan Yang Melakukan Akuisisi……..………...68

7. Data Sampel Rata-Rata Current Ratio………...70

8. Data Sampel Rata-Rata Debt To Equity Ratio………...71

9. Data Sampel Rata-Rata Total Asset Turn Over……….72

10.Data Sampel Rata-Rata Return On Assets (ROA………..…73

11.Hasil Uji Autokorelasi “Current Ratio”……….76

12.Hasil Uji Autokorelasi “Total Asset Turn Over”………...77

13.Hasil Uji Autokorelasi “Return On Assets (ROA)”………...77

14.Hasil Uji Autokorelasi “Debt To Equity Ratio”……….78

15.Uji Heterokedasitas “Current Ratio”………..80

16.Uji Heterokedasitas “Total Asset Turn Over”………80

17.Uji Heterokedasitas “Return On Assets (ROA)”………...81

18.Uji Heterokedasitas “Debt To Equity Ratio”……….82

19.Hasil Analisis Regresi “Current Ratio”………..83

20.Hasil Analisis Regresi “Total Asset Turn Over”………...84

21.Hasil Analisis Regresi “Return On Assets (ROA)”………...85


(11)

23.Uji F Current Ratio……….90

24.Uji F Total Asset Turn Over………..91

25.Uji F Return On Assets (ROA)………..91


(12)

Gambar


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Analisis Regresi Linier 2. Tabel T


(14)

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI PADA PERUSAHAAN

GO PUBLIK DI INDONESIA

Oleh : Dwi Is Afandi 0712010241 / FE / EM

Kondisi pasar modal beberapa tahun ini mengalami perubahan yang signifikan dalam lingkungan bisnis seperti globalisasi, deregulasi, kemajuan teknologi serta fragmentasi pasar telah menciptakan persaingan yang ketat, mendorong perusahaan-perusahaan di tuntut selalu mengembangkan strateginya guna mempertahankan eksistensinya atau bahkan berkembang dan memperbaiki kinerjanya. Strategi perusahaan dapat dicapai melalui berbagai cara salah satunya dengan cara melakukan ekspansi ekstern yang memfokuskan pada keputusan keuangan jangka panjang dengan mengacu pada strategi pertumbuhan melalui aliansi strategik dengan perusahaan-perusahaan lain. Salah satu langkah yang dapat pula menjadi cara untuk menyelamatkan usaha dari kebangkrutan adalah restrukturasi usaha dalam akuisisi. motivasi utama yang melatar belakangi sebuah perusahaan mengakuisisi perusahaan lain adalah untuk menciptakan sinergi. Sinergi tersebut dapat berupa sinergi operasi, financial, manajerial, teknologi dan pemasaran. Melalui sinergi ini diharapkan perusahaan mampu mengoptimalkan kinerjanya. Dilihat dari sisi keuangan perusahaan, akuisisi adalah salah satu bentuk keputusan investasi jangka panjang (penganggaran modal /capital budgeting) yang harus di investigasi dan di analisis dari aspek kelayakan bisnisnya. tujuan akuisisi tidak lain adalah untuk membangun keunggulan kompetitif perusahaan jangka panjang yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari perusahaan yang go publik di BEI yang melakukan akuisisi periode tahun 2004-2007 meliputi 9 perusahaan akuisisi, data terdiri dari kinerja keuanga (Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turn Over, Return on assets / ROA), 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah akuisisi. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana dengan variabel dummy.

Berdasarkan hasil analisis menyimpulkan bahwa hasil pengujian hipotesis tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi pada perusahaan go publik di Indonesia. Periode pengamatan 2 tahun ebelum dan 2 tahun sesudah akuisisi.

Keyword : Kinerja Keuangan Perusahaan (Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turn Over, Return on assets / ROA), Akuisisi.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era pasar bebas yang sedang berlangsung, memaksa perusahaan untuk saling bersaing satu sama lain. Kondisi tersebut menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan perusahaan melalui strategi-strategi tertentu. Hal ini untuk mendukung peningkatan kinerja dan mempertahankan eksistensi perusahaan di masyarakat. Salah satu usaha untuk menjadikan perusahaan yang besar dan kuat adalah melalui ekspansi. Ekspansi perusahaan dapat di lakukan baik dalam bentuk internal maupun ekspansi eksternal. Ekspansi intern terjadi saat divisi-divisi yang

ada dalam perusahaan tumbuh secara normal melalui kegiatan capital budgeting

sedangkan ekspansi ekstern pada keputusan keuangan jangka panjang dengan mengacu pada strategi pertumbuhan dengan perusahaan-perusahaan lain. Salah satu langkah dengan pengabungan usaha yang pada umumnya di lakukan dalam bentuk: akuisisi, merger dan konsolidasi. sesuai dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia No.27 menyebutkan akuisisi sebagai pengambil alihan, merger sebagai penggabungan dan konsolidasi sebagai peleburan (Moin, 2004:5). Salah satu cara untuk menyelamatkan usaha, mempertahankan keberadaan atau

menjadikan perusahaan berkembang lebih pesat adalah melakukan (take over/

pengambil alihan) diri menjadi satu perusahaan besar yang kuat, dengan akuisisi. Akuisisi didefinisikan sebagai perbuatan hukum yang di lakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil ahli baik seluruh atau


(16)

sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut. Merger adalah perbuatan hukum yang di lakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar. Konsolidasi adalah perbuatan hukum yang di lakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru, dan masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar (Moin, 2004:5).

Di Indonesia akuisisi mulai berlangsung pada tahun 1970, di lakukan oleh bank-bank dengan harapan agar dapat memperkuat struktur modal dan memperoleh keringanan pajak. Hal ini didukung pemerintah dengan aturan-aturan hukumnya. Akuisisi lebih sering terjadi di Indonesia dibandingkan merger, karena pemilik perusahaan lebih nyaman dengan kepemilikian asset dan saham secara pribadi dalam jumlah besar (Yudyatmoko dan Na’im, 2000:795). Keputusan akuisisi selain membawa manfaat tidak lepas dari permasalahan di antaranya biaya untuk melaksanakan akuisisi sangat mahal dan hasilnya pun belum pasti sesuai dengan diharapkan. Di samping itu, pelaksanaan akuisisi juga dapat memberikan memberikan pengaruh negatif terhadap posisi keuangan dari acquiring company apabila strukturisasi dari akuisisi melibatkan cara pembayaran dengan kas dan melalui pinjaman (Payamta, 2004).

Motivasi utama yang melatar belakangi sebuah perusahaan mengakuisisi perusahaan lain adalah untuk menciptakan sinergi. Di mana manfaat ekstra atau sinergi ini tidak bisa di peroleh seandainya perusahaan-perusahaan tersebut


(17)

bekerja secara terpisah, konsep inilah yang di sebut dengan sinergi, sebuah terminologi yang biasa di pakai untuk menerangkan manfaat unik yang di hasilkan dari akuisisi. Sinergi tersebut dapat berupa sinergi operasi, financial, manajerial, teknologi dan pemasaran. Melalui sinergi ini di harapkan perusahaan mampu mengoptimalkan kinerjanya (Moin, 2004:55). Dilihat dari sisi keuangan perusahaan, akuisisi adalah salah satu bentuk keputusan investasi jangka panjang (penganggaran modal /capital budgeting) yang harus di investigasi dan di analisis dari aspek kelayakan bisnisnya. Maka tujuan akuisisi tidak lain adalah untuk membangun keunggulan kompetitif perusahaan jangka panjang yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan (Moin, 2004:2). Keputusan akuisisi mempunyai pengaruh besar dalam memperbaiki kondisi perusahaan, peningkatan kinerja perusahaan, terutama dalam penampilan financial perusahaan yang pasti membesar serta peningkatan kondisi dan posisi keuangan.

Melakukan akuisisi terhadap calon target yang memiliki aspek financial yang sehat, akan sangat membantu menciptakan sinergi financial. Sebaliknya jika calon target memiliki indikator keuangan yang tidak sehat seperti likuid dan insolvabel, maka hal ini dapat membawa resiko dan efek yang negatif bagi pengakuisisi, dengan demikian informasi yang akurat terhadap aspek financial ini adalah hal yang sangat penting bagi pengakuisisi sebagai dasar pertimbangan apakah akuisisi layak di laksanakan atau tidak (Moin, 2004:130).

Analisis finansial dilakukan dengan melihat data-data historis laporan keuangan dalam beberapa tahun terakhir. Analisis ini ditunjukan untuk


(18)

memastikan apakah perusahaan target benar-benar sehat dari sisi keuangan. Secara ekonomis, tidaklah menguntungkan apabila sebuah perusahaan mengakuisisi perusahaan yang sakit dan bermasalah. Analisis keuangan ini melihat secara detail bagaimana kemampuan perusahaan target untuk melunasi hutang-hutangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, mengetahui efektivitas pengelolaaan asset, dan melihat kemampuan memperoleh keuntungan. Alat analisis yang biasa di pakai untuk melihat kesehatan financial perusahaan adalah dengan menggunakan rasio-rasio keuangan (Moin, 2004:130).

Informasi keuangan dapat menjadi alat bantu untuk mengukur kinerja perusahaan. Pelaporan keuangan harus mampu menyediakan informasi mengenai kinerja finansial perusahaan, selama satu periode tertentu. Kinerja finansial perusahaan selama satu periode tertentu dan selama periode-periode sebelumnya, biasanya di jadikan dasar bagi investor dan kreditor untuk membantu memperkirakan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Pengambilan keputusan investasi dan kredit memang di pengaruhi oleh ekspektasi perusahaan di masa yang akan datang, tetapi ekspektasi tersebut pada umumnya didasarkan pada evaluasi informasi kinerja perusahaan di masa yang lalu.

Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan akuisisi dan kinerja keuangan perusahaan seperti yang telah di lakukan Payamta (2004) hasil penelitiannya menyatakan bahwa tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan untuk periode sebelum dan sesudah akuisisi. Meskipun beberapa rasio keuangan


(19)

indikasi perbedaan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah akuisisi. Namun perbedaan tersebut sifatnya hanya temporer dan tidak konsisten.

Adapun penelitian Dedy (2009), hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah akuisisi terutama total asset turn over, fixed asset turn over dan return on equity (ROE), namun rata-rata ROE sesudah akuisisi mengalami penurunan yang signifikan, hal ini di sebabkan akuisisi tidak direncanakan dengan baik.

Terdapat 10 perusahaan go publik yang melakukan akuisisi. Berikut ini di sajikan data perusahaan akuisisi 2004-2007 dan data hasil perhitungan rasio-rasio keuangan perusahaan akuisisi pada tahun 2002-2009:

Tabel 1.1

Data Perusahaan Akuisisi Tahun 2004-2007

Sumber : Bursa Efek Indonesia, (IDX)

No Perusahaan Akuisisi Perusahaan Target Tahun Code

Emiten

1 PT. Bakrieland Development, Tbk PT. Elang Perkasa Pratama 2004 ELTY

2 PT. Multipolar Corporation, Tbk PT. Matahari Putra Prima, Tbk 2004 MLPL

PT. Siloam Health Care, Tbk PT. Kartika Abadi Sejahtera PT. Sumber Waluyo

PT. Ananggadipa Berkat Mulia PT. Aryaduta Hotels, Tbk

PT. Lippo Land Development, Tbk

3 PT. Lippo Karawaci, Tbk

PT. Metropolitan Tata Nugraha

2004 LPKR

4 PT. Unilever, Tbk PT. Knorr Indonesia 2004 UNVR

5 PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk PT. Inti Abadi Kemasindo 2004 INDF

6 PT. Astra Otopart, Tbk PT. Gemala Kempadaya 2005 AUTO

7 PT. Bumi Resources, Tbk PT. Energi Migas, Tbk 2006 BUMI

8 PT. Anta Express Tour dan Trevel Servis, Tbk PT. Trans Lifestyle 2007 ANTA

9 PT. Leo Investment, Tbk PT. Goodwill Investment Services, Tbk 2007 ITTG


(20)

Tabel 1.2

Current Ratio (Sebelum dan Sesudah Akuisisi)

Sebelum Akuisisi Sesudah Akuisisi

Nama Emiten thn

ke 1 thn ke 2 Rata-rata Tahun akuisisi thn

ke 1

thn ke 2

Rata-rata

1 .PT. Bakrieland Development, Tbk 0.34 1.78 1.06 2004 2.1 1.15 1.625

2. PT. Multipolar Corporation, Tbk 0.79 0.99 0.89 2004 1.24 1.36 1.3

3. PT. Lippo Karawaci, Tbk 0.74 0.55 0.645 2004 1.22 1.35 1.285

4. PT. Unilever, Tbk 2.27 1.78 2.025 2004 1.35 1.27 1.31

5. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 1.65 1.91 1.78 2004 1.47 1.16 1.315

6. PT. Astra Otopart, Tbk 1.65 1.43 1.54 2005 1.75 2.16 1.955

7. PT. Bumi Resources, Tbk 0.69 0.88 0.785 2006 1.35 1.77 1.56

8. PT. Anta Express Tour dan Trevel

Servis, Tbk 1.38 1.37 1.375 2007 1.5 1.53 1.515

9. PT. Leo Investment, Tbk 0.88 1.45 1.165 2007 0.87 0.91 0.89

10. PT. Alfa Rentalindo, Tbk 1.38 1.84 1.61 2007 0.96 0.73 0.845

Jumlah 12.875 13.6

Sumber :Bursa Efek Indonesia(IDX),diolah

Tabel 1.3

Debt To Equity Ratio (Sebelum dan Sesudah Akuisisi)

Sebelum Akuisisi Sesudah Akuisisi

Nama Emiten thn

ke 1 thn ke 2 Rata-rata Tahun akuisisi thn

ke 1

thn ke 2

Rata-rata

1. PT. Bakrieland Development, Tbk 2.61 0.43 1.52 2004 1.01 0.79 0.9

2. PT. Multipolar Corporation, Tbk 0.69 0.74 0.715 2004 2.39 3.53 2.96

3. PT. Lippo Karawaci, Tbk 7.1 4.8 5.95 2004 1.21 1.76 1.485

4. PT. Unilever, Tbk 0.52 0.63 0.575 2004 0.76 0.96 0.86

5. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 2.92 2.58 2.75 2004 2.33 2.1 2.215

6. PT. Astra Otopart, Tbk 0.52 0.62 0.57 2005 0.57 0.48 0.525

7. PT. Bumi Resources, Tbk 8.39 6.27 7.33 2006 1.26 2.02 1.64

8. PT. Anta Express Tour dan Trevel

Servis, Tbk 2.01 2.11 2.06 2007 2.02 1.92 1.97

9. PT. Leo Investment, Tbk 2.73 3.45 3.09 2007 -8.9 -3.03 -5.965

10. PT. Alfa Rentalindo, Tbk 1.18 1.02 1.1 2007 0.55 1.15 0.85

Jumlah 25.66 7.44


(21)

Tabel 1.4

Total Asset Turn Over (Sebelum dan Sesudah Akuisisi)

Sebelum Akuisisi Sesudah Akuisisi

Nama Emiten thn

ke 1 thn ke 2 Rata-rata Tahun akuisisi thn

ke 1

thn ke 2

Rata-rata

1. PT. Bakrieland Development, Tbk 0.05 0.06 0.055 2004 0.13 0.16 0.145

2. PT. Multipolar Corporation, Tbk 0.28 0.38 0.33 2004 1.37 1.22 1.295

3. PT. Lippo Karawaci, Tbk 0.15 0.36 0.255 2004 0.32 0.22 0.27

4. PT. Unilever, Tbk 2.27 2.38 2.325 2004 2.5 2.45 2.475

5. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 1.08 1.17 1.125 2004 1.27 1.35 1.31

6. PT. Astra Otopart, Tbk 1.1 1.25 1.175 2005 1.11 1.22 1.165

7. PT. Bumi Resources, Tbk 0.7 0.98 0.84 2006 0.8 0.64 0.72

8. PT. Anta Express Tour dan Trevel

Servis, Tbk 6.62 5.44 6.03 2007 6.85 5.64 6.245

9. PT. Leo Investment, Tbk 1.93 1.79 1.86 2007 1.89 1.58 1.735

10. PT. Alfa Rentalindo, Tbk 4.87 4.87 4.87 2007 2.76 2.33 2.545

Jumlah 18.865 17.905

Sumber: Bursa Efek Indonesia(IDX),diolah

Tabel 1.5

Return on assets / ROA ( Sebelum dan Sesudah Akuisisi )

Sebelum Akuisisi Sesudah Akuisisi

Nama Emiten thn

ke 1 thn ke 2 Rata-rata Tahun

akuisisi thn ke 1

thn ke 2

Rata-rata

1. PT. Bakrieland Development, Tbk 1.37 29.48 15.425 2004 3.64 2.82 3.23

2. PT. Multipolar Corporation, Tbk 1.79 0.72 1.255 2004 1.11 0.6 0.855

3. PT. Lippo Karawaci, Tbk 4.56 6.72 5.64 2004 5.76 3.83 4.795

4. PT. Unilever, Tbk 31.64 37.96 34.8 2004 37.49 37.22 37.355

5. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 5.26 3.94 4.6 2004 0.34 4.06 2.2

6. PT. Astra Otopart, Tbk 10.55 9.15 9.85 2005 9.31 13.17 11.24

7. PT. Bumi Resources, Tbk 8.87 7.16 8.015 2006 27.98 12.13 20.055

8. PT. Anta Express Tour dan Trevel

Servis, Tbk 3.13 3.32 3.225 2007 3.57 17.79 10.68

9. PT. Leo Investment, Tbk

-16.64 0.38 -8.13 2007 -23.94 -43.86 -33.9

10. PT. Alfa Rentalindo, Tbk 1.38 5.25 3.315 2007 2.71 -10.97 -4.13

Jumlah 77.995 52.38

Sumber: Bursa Efek Indonesia(IDX),diolah

Dari data di atas dapat di lihat bahwa kinerja keuangan perusahaan sebelum akuisisi berbeda dengan sesudah akuisisi. Perbedaan tersebut telihat dari kinerja


(22)

keuangan yang dimiliki masing-masing perusahaan, ada yang mengalami peningkat bahkan ada yang mengalami penurun.

Segera setelah akuisisi, ukuran perusahaan dengan sendiri bertambah besar karena asset, kewajiban dan ekuitas perusahaan di gabung bersama. Informasi keuangan dapat menjadi alat bantu untuk mengukur kinerja perusahaan. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi mengenai kinerja finansial perusahaan, selama satu periode tertentu. Sebaiknya perusahaan melakukan akuisisi terhadap calon target yang memiliki aspek financial yang sehat, akan sangat membantu menciptakan sinergi financial. Untuk membantu keunggulan kompetitif perusahaan jangka panjang yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan pemilik perusahaan, sebaliknya jika calon target memiliki indikator keuangan yang tidak sehat seperti likuid dan insolvabel, maka hal ini dapat membawa resiko dan efek yang negatif bagi pengakuisisi, dengan demikian informasi yang akurat terhadap aspek financial ini adalah hal yang sangat penting bagi pengakuisisi sebagai dasar pertimbangan apakah akuisisi layak di laksanakan atau tidak.

Dengan teori diatas, maka peneliti berniat untuk meneliti pengaruh akuisisi terhadap kondisi keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan akuisisi. Ada pun judul untuk penelitian ini adalah, “ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI PADA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA”.

1.2 Perumusan Masalah


(23)

Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi pada perusahaan go publik di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi pada perusahaan go publik di Indonesia.

1.4 Manfaat penelitian Bagi peneliti:

Untuk mendapatkan pengalaman yang berharga dalam menulis karya ilmiah, peningkatan wawasan dan memperdalam pengetahuan dalam bidang pasar modal yang di peroleh selama kuliah.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang di lakukan oleh Dedy (2009) yang berjudul “Pengaruh akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan (Studi pada perusahaan go publik di bursa efek Indonesia)”. Hipotesis yang di kemukakan yaitu di duga ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi pada perusahaan yang go publik di bursa efek Indonesia. Pengujian terhadap kinerja keuangan perusahaan akuisisi menggunakan 5 perusahaan dengan periode 3 tahun sebelum dan 3 tahun sesudah akuisisi. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis uji beda dua rata-rata tidak berpasangan. Dari pengujian penelitian ini di simpulan terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah akuisisi terutama total asset turn over, fixed asset turn over dan return on equity (ROE), namun rata-rata ROE sesudah akuisisi mengalami penurunan yang signifikan, hal ini di sebabkan akuisisi tidak direncanakan dengan baik.

Afriandana (2007) yang berjudul “Analisis pengaruh sebelum dan sesudah merger terhadap kinerja keuangan perusahaan pada sektor perbankan di bursa efek Indonesia” Hipotesis yang di kemukakan yaitu di duga terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger yang diukur menggunakan rasio keuangan. Pengujian yang di lakukan menggunakan uji statistic non parametik yaitu analisis Wilcoxon Sign Rank Test untuk menguji perbedaan parsial variabel kinerja sebelum dan sesudah merger dengan periode selama 2


(25)

tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger. Dari hasil analisis tersebut di simpulkan bahwa merger tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, baik dilihat dari tingkat likuiditas, aktivitas, dan profitabilitas sehingga dapat dinyatakan tujuan ekonomi atas keputusan merger tidak terwujud sampai tahun kedua.

Payamta (2004) yang berjudul “Analisis pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan publik di Indonesia”. Hipotesis yang di kemukakan yaitu di duga tingkat kinerja perusahaan manufaktur pada masa sesudah merger dan akuisisi berbeda dengan tingkat kinerja perusahaan tersebut sebelum merger dan akuisisi, dilakukan dengan membandingkan rasio-rasio keuangan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah akuisisi berlangsung. Pengujian terhadap perbedaan sebelum dan setelah pengumuman merger dan akuisisi menggunakan

wilcoxon test dengan periode pengukuran 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi. Berdasarkan pengujian hipotesis tentang perbedaan rasio keuangan sebelum dan sesudah akuisisi. Maka di simpulkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan untuk periode sebelum dan sesudah akuisisi. Meskipun beberapa rasio keuangan yaitu total assets turn over, fixed assets over, ROI, ROE yang memberikan indikasi perbedaan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah akuisisi. Namun perbedaan tersebut sifatnya hanya temporer dan tidak konsisten.

Terdapat perbedaan penelitian yang di lakukan oleh Dedy (2009), Afriandana (2007) dan Payamta (2004). Demikian juga penelitian ini. Adapun perbedaan tersebut dalam hal sebagai berikut :


(26)

1. Periode penelitian yang di lakukan Payamta, Dedy, dan Afriandana periode tahun 1990-2008. Sedangkan penelitian ini periode tahun 2002-2009.

2. Penelitian ini menggunakan 9 perusahaan go publik di Indonesia yang telah melakukan akuisisi.

3. Variabel dependen (Y) yang di gunakan penelitian ini adalah kinerja keuangan dan variabel independen (Di) adalah pelaksanaan akuisisi.

2.2 Tinjauan Teori 2.2.1 Akuisisi

2.2.1.1 Pengertian Akuisisi

Menurut Moin (2004:8) sesuai dengan PSAK No. 22 akuisisi adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi perusahaan yang diakuisisi dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, dan mengeluarkan saham. Disimpulkan akuisisi adalah pengambil ahlihan kepemilikan atas pengendalihan saham atau asset suatu perusahaan oleh perusahaan lain dan dalam peristiwa ini baik perusahaan mengambil ahli atau yang di ambil ahli tetap eksis sebagai badan hukum terpisah.

Menurut Payamta (2004) Perbedaan akuisisi dan merger sebagai berikut: Perusahaan-perusahaan yang melakukan akuisisi tetap menjalankan operasinya seperti biasa dan secara hukum masih berdiri sedangkan perusahaan-perusahaan yang melakukan merger mengakibatkan hanya satu perusahaan yang akan mengambil ahli seluruh harta dan meneruskan operasi, sedangkan yang lain akan


(27)

ditutup. Misalnya perusahaan a, b, c akan melakukan penggabungan usaha. Jika penggabungan usaha tersebut berbentuk merger, maka hanya satu perusahaan saja yang berdiri misalnya perusahaan a sedangkan perusahaan b dan c tutup. Sedangkan pada penggabungan usaha berbentuk akuisisi semua perusahaan akan tetap eksis.

Di lihat dari sisi manajemen keuangannya akuisisi memiliki manfaat lebih (Moin, 2004:13) sebagai berikut :

1. Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas. 2. Memperoleh kemudahan dana atau pembiayaan karena kreditor lebih percaya

dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan. 3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.

4. Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal. 5. Mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen

baru.

6. Memperoleh system operasional dan administratif yang mapan. 7. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru.

8. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang labih cepat.

2.2.1.2 Motivasi Akuisisi

Ada beberapa motif yang melatar belakangi perusahaan melakukan akuisisi serta kelebihan dan kelemahan melakukan akuisisi (Moin, 2004:53) didefinisikan sebagai berikut:


(28)

1. Motif Ekonomi

Esensi tujuan perusahaan, dalam perspektif manajemen keuangan, adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Akuisisi memiliki motif ekonomi yang bertujuan jangka panjangnya adalah untuk mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktiva dan pengambilan keputusan harus di arahkan untuk mencapai tujuan ini.

2. Motif Strategis

Motif strategis tercapai ketika aktivitas akuisisi di arahkan untuk mencapai posisi strategis perusahaan agar memberikan keunggulan kompetitif dalam industri.

3. Motif Politis

Motif politis seringkali dilakukan oleh pemerintah untuk memaksa perusahaan baik BUMN maupun swasta untuk melakukan akuisisi. Muatan politis di ambil untuk kepentingan masyarakat umum atau ekonomi secara makro. Melalui akuisisi di harapkan perusahaan-perusahaan tersebut mampu beroperasi secara maksimal, karena akan memiliki struktur permodalan yang kuat dan selanjutnya bisa meningkatkan kinerja perusahaan.

4. Motif Perpajakan

Termasuk motif yang mendasari akuisisi meskipun perlu pembuktian empiris. Apabila perusahaan memiliki kelebihan kas dan tidak ada kesempatan investasi internal yang layak secara ekonomis, maka perusahaan bisa melakukan akuisisi sebagai cara menghindari pajak.


(29)

5. Motif Sinergi Bentuk-bentuk sinergi: a. Sinergi Operasi

Sinergi operasi terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mampu mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini di capai dengan cara pemanfaatan secara optimal sumber daya-sumber daya perusahaan. Operating synergy dapat dibedakan dalam economics of scale dan economies of scope.

b. Sinergi Financial

Sinergi financial di hasilkan ketika perusahaan hasil akuisisi memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari luar secara mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun.

c. Sinergi Manajerial

Sinergi manajerial di hasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skills dari perusahaan satu ke perusahaan lain atau ketika secara bersama-sama mampu memanfaatkan kapasitas knowhow yang mereka miliki.

d. Sinergi Teknologi

Sinergi teknologi bisa di capai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga mereka saling memetik manfaat.

e. Sinergi Pemasaran

Perusahaan yang melakukan akuisisi akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan terbukanya pemasaran produk, bertambahnya lini produk yang di pasarkan, dan semakin banyaknya konsumen yang bisa di jangkau.


(30)

f. Motif Diversifikasi

Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa di lakukan melalui akuisisi. Diversifikasi di maksudkan untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Perusahaan mendiversifikasikan usahanya melalui pembelian perusahaan lain di luar industrinya dengan tujuan untuk mengurangi ketidakstabilan arus penerimaan kas dan keuntungan. Sehingga perusahaan memiliki arus dan keuntungan yang saling menutupi.

g. Motif Non-Ekonomi

Adakalanya akuisisi di lakukan bukan berdasarkan pada pertimbangan ekonomis semata, tetapi di dasarkan pada pertimbangan-pertimbangan lain seperti prestis dan ambisi pemilik perusahaan.

Selain beberapa motif yang mendasari perusahaan melakukan akuisisi. Perusahaan juga melihat beberapa faktor dari kelebihan dan kelemahan akuisisi (Moin, 2004:13) didefinisikan sebagai berikut :

a. Kelebihan dan Manfaat Akuisisi:

1. Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas. 2. Memperoleh kemudahan dana atau pembiayaan karena kreditor lebih

percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan. 3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.

4. Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal. 5. Mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen


(31)

6. Memperoleh system operasional dan administratif yang mapan. 7. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru.

8. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang labih cepat. b. Kelemahan Akuisisi:

1. Proses integrasi yang tidak mudah.

2. Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat. 3. Biaya konsultan yang mahal.

4. Meningkatnya kompleksitas birokrasi. 5. Biaya koordinasi yang mahal.

6. Seringkali menurunkan moral organisasi. 7. Tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan.

8. Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.

2.2.1.3 Klasifikasi Akuisisi

Klasifikasi akuisisi berdasarkan obyek yang di akuisisi (Moin, 2004:42) didefinisikan sebagai berikut :

a. Akuisisi saham

Akuisisi ini terjadi jika adanya pembelihan atau penjualan saham, karena perusahaan di dirikan atas saham-saham maka akuisisi ini terjadi ketika pemilik saham menjual saham–saham mereka kepada pembeli atau pengakuisisi.


(32)

b. Akuisisi asset

Terjadi apabila perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka ia dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau asset perusahaan lain tersebut, akuisisi asset dilakukan apabila pihak pengakuisisi tidak ingin terbebani hutang yang ditanggung perusahaan target.

Klasifikasi akuisisi berdasarkan metode pembiayaan (Moin, 2004:27) didefinisikan sebagai berikut:

a. Kas

Penggunaan kas sebagai alat pembayaran adalah yang paling sering dilakukan dan paling di sukai oleh pihak pengakuisisi ataupun yang di akuisisi. Pembayaran cara tunai ini di lakukan ketika perusahaan memiliki uang tunai yang cukup besar dan uang tersebut telah direncanakan untuk mendanai transaksi.

b. Hutang

Jika penggakuisisi menggunakan kas untuk membiayai transaksi tersebut, tetapi uang kas tersebut sebagaian besar berasal dari pinjaman pihak ke tiga (hutang), maka hal ini dinamakan laverage buyout dengan kata lain, pembiyaan akuisisi dilakukan melalui hutang dan hanya sebagian kecil di biayai uang tunai pengakuisisi

c. Saham

Jika pengakuisisi tidak memiliki cukup kas atau pemegang saham perusahaan target masih tetap mempertahankan kepemilikan pada perusahaan hasil akuisisi, maka pengakuisisi bisa menggunakan saham sebagai alat


(33)

pembayaran. Pembayaran melalui saham terjadi ketika saham perusahaan target diganti atau di tukar dengan saham perusahanan hasil akuisisi

d. Kombinasi Kas, Hutang, dan Saham

Jika pengakuisisi tidak memiliki cukup kas, tidak ingin mengunakan saham seluruhnya untuk membiayai transaksi atau tidak ingin mengunakan hutang seluruhnya untuk membiayai transaksi. Maka pengakuisisan bisa mengkombinasi dua atau tiga cara pembayaran tersebut. Dengan demikian pengakuisisian bisa menggunakan kas dan hutang, kas dan saham, hutang dan saham atau kas hutang dan saham sebagai alat pembayaran. Manfaat pengakuisisi adalah ia tidak harus membayar secara tunai seluruh nilai transaksi.

Penggabungan usaha ditinjau berdasarkan perlakuan Akuntansi (Moin, 2004:44) didefinisikan sebagai berikut:

1. Metode Pembelian

Sebuah penggabungan bisnis melibatkan transaksi pembelian mayoritas saham secara tunai oleh perusahaan lain yang berakibat beralihnya pengendalian, maka transaksi ini diperlukan sebagai pembelian dan metode akuntansi yang digunakan adalah metode pembelian.

2. Metode Penyatuan

Penggabungan usaha diperlakukan sebagai penyatuan kepentingan, jika pemegang saham perusahaan yang bergabung tetap melanjutkan kepemilikan terhadap perusahaan hasil penggabungan.


(34)

2.2.1.4 Konsep Nilai Akuisisi

Pengakuisisi harus bisa menentukan secara akurat seberapa besar nilai intrinsik, harga beli dan nilai sinergi. (Moin, 2004:48) nilai-nilai tersebut tediri dari:

a. Nilai Intrinsik

Merupakan nilai dasar atau nilai kenyataanya dari perusahaan ketika perusahaan belum diakuisisi atau ketika masih berdiri secara terpisah (stand-alone) dibawah manajemen lain.

b. Nilai Pasar

Bagi perusahaan yang mencatatkan sahamnya di pasar modal, nilai ini di cerminkan oleh harga pasar saham. Sedangkan bagi perusahaan yang belum go publik nilai pasar bisa di taksir hingga harga pasar aset-aset yang di miliki c. Nilai atau Harga Beli

Merupakan harga yang di antisipasi oleh pengakuisisi yaitu sebesar harga yang di minta oleh pemegang saham target. Harga beli bisa terbentuk oleh harga hasil negosiasi antara pengakuisisi dan pemegang target saham

d. Nilai Sinergi

Merupakan nilai lebih yang di hasilkan sebagai efek dari penggabungan perusahaan di atas penjumlahan dari nilai masing-masing perusahaan seandainya tidak digabung. adanya nilai sinergi yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga beli menujukan adanya manfaat atau nilai tambah setelah perusahaan tersebut di bergabung.


(35)

e. Nilai GAP

Merupakan perbedaan nilai intrinsik dengan harga beli. Semakin tinggi nilai Gap berarti semakin besar nilai premium yang di bayarkan kepada pemegang saham target.

f. Nilai Premium Akuisisi

Semakin besar premium berarti semakin berat bagi pengakuisisi untuk menutup premium tersebut, implikasinya adalah sinergi yang tercipta harus lebih beras dari premium agar bisa menghasilkan NPV (Net Present Value) yang positif.

2.2.1.5 Bentuk-Bentuk Akuisisi

Penggabungan usaha berdasarkan aktivitas ekonomik di bedakan dalam lima macam bentuk (Moin, 2004:22) :

1. Akusisi Horisontal

Akuisisi antara dua perusahaan atau lebih yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar atau industry yang sama.

Akuisisi horizontal bertujuan untuk mengurangi persaimgan atau meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran, distribusi, riset, penggembangan dan fasilitas administrasi.

2. Akuisisi Vertikal

Integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi.


(36)

Akuisisi vertikal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan pengguna produk dalam stabilisasi pasokan dan pengguna.

3. Akuisisi Konglomerat

Akuisisi dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait. Akuisisi ini terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bidang bisnis semula.

4. Akuisisi Ekstansi Pasar

Akuisisi yang di lakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar.

Akuisisi ini di lakukan bertujuan untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan.

5. Akuisisi ekstansi produk

Akuisisi yang dilakukan dua perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan. Setelah akuisisi perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas.

2.2.1.6 Proses Akuisisi

Proses akuisisi di lihat dari tahap-tahap proses akuisisi (Moin, 2004 : 112) terbagi sebagai berikut :


(37)

1. Identifikasi Awal:

Perusahaan mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin, perusahaan-perusahaan yang potensial untuk di akuisisi. Indentifikasi ini tidak terlepas dari motivasi perusahaan dan akan menentukan perusahaan yang seperti apa yang akan dijadikan target akuisisi.

2. Screening :

Adalah proses menyaring sekaligus memilih mana di antara calon target tersebut yang paling layak untuk di akuisisi. Proses screening ini tidak di lakukan apabila perusahaan hanya mengidentifikasi satu calon perusahaan target.

3. Penawaran formal :

Pada tahap ini di lakukan penjajakan pelaksanaan akuisisi antara dua pihak dan pembicara tentang harga yang akan di sepakati. Proses ini tidaklah singkat karena calon memiliki bargaining power yang mungkin lebih kuat dari pengakuisisi dalam menentukan harga. Sebelum pihak menejemen target memutuskan untuk menyetujui atau menolak penawaran ini, mereka harus konsultasi dengan pemegang saham.

4. Due diligence :

Atau uji tuntas adalah infestigasi yang menyeluruh dan mendalam terhadap berbagai aspek perusahaan target. Uji tuntas ini di maksudkan untuk memberikan informasi sedetail mungkin tentang kondisi perusahaan target di lihat dari semua aspek.


(38)

5. Negosiasi deal :

Terdapat dua pihak pada perusahaan target yang harus memberikan persetujuan agar proses akuisisi berjalan normal (tidak terjadi hostile take over) yaitu menejemen dan pemegang saham, ketika kedua belah pihak ini setuju dengan syarat-syarat menandatangani nota kesepakatan (memorandum of understanding) sebagai kelanjutan dari deal mereka.

6. Closing :

Jika negosiasi mencapai deal berarti persetujuan formal akuisisi telah terlaksana dan selanjutnya di lakukan closing. Closing adalah penutupan transaksi akuisisi, pada kasus akuisisi closing berarti di serahkannya pembayaran oleh pengakuisisi kepada pemegang saham perusahaan yang di akuisisi.

7. Intergrasi :

Berarti tahap dimulainya kehidupan baru setelah perusahaan melakukan penggabungan bisnis sebagai satu kesatuan entitas ekonomi. Perusahaan hasil pengakuisisi mulai melaksanakan perencanaan strategik yang telah di susun sebelumnya.

Tata cara pelaksanaan akuisisi setelah tahap-tahap proses akuisisi :

Menurut Moin (2004: 124) sesuai dengan peraturan pemerintah RI No 27 mengatur tata cara akuisisi sebagai berikut :

1. Direksi kedua belah pihak menyusun usulan rencana akuisisi dan wajib mendapatkan persetujuan dari komisaris masing-masing pihak.


(39)

2. Direksi kedua belah pihak menyusun rancangan akuisisi berdasarkan usulan rencana akuisisi tersebut dan rancangan ini harus mendapat persetujuan RUPS.

3. Masing-masing perseroan wajib mengumumkan rancangan akuisisi tersebut dalam dua surat kabar harian dan memberitahukannya kepada karyawan paling lambat 14 hari sebelum pemanggilan RUPS.

4. Rancangan akuisisi yang telah disetujui oleh RUPS di tuangkan dalam akta akuisisi yang di buat di hadapan notaris. Tanggal efektif adalah sebagai berikut:

A. Jika akuisisi tersebut di lakukan tanpa di sertai perubahan anggaran dasar perusahaan penerimaan akuisisi, maka akuisisi mulai berlaku sejak tanggal penandatanganan akta akuisisi. Sejak tanggal ini perusahaan yang menggabungkan diri bubar demi hukum dan semua hak dan kewajiban perusahaan yang bubar ini beralih pada perusahaan hasil akuisisi.

B. Jika akuisisi melakukan perubahan anggaran dasar yang harus di mintakan persetujuan menteri kehakiman, maka akuisisi berlaku efektif sejak tanggal persetujuan perubahan anggaran dasar oleh menteri.

C. Jika akuisisi di lakukan dengan merubah anggaran dasar tetapi perubahan tersebut tidak memerlukan persetujuan menteri, maka akuisisi mulai berlaku efektif sejak tanggal pendaftaran akta akuisisi dan akta perubahan anggaran dasar dalam daftar perusahaan pada lembaran Negara.


(40)

2.2.2 Kinerja Keuangan Perusahaan

2.2.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan

Diketahuinya kondisi keuangan perusahaan, keputusan yang rasional dapat di buat dengan bantuan alat-alat analisis tertentu. Analisis keuangan dapat di lakukan baik oleh pihak eksternal perusahaan seperti kreditor, para investor maupun pihak ekternal perusahaan sendiri. Seseorang pemilik saham perusahaan pada prinsipnya lebih berkepentingan dengan keuntungan saat ini dan di masa-masa yang akan datang, dengan stabilitas keuntungan tersebut dan perbandingannya dengan keuntungan perusahaan lain. Ia akan menaruh minat pada kondisi keuangan perusahaan sejauh hal itu dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk berkembang, membayar dividen, dan menghindari kebangkrutan. Bagi perusahaan sendiri, analisis terhadap keadaan keuangannya akan membantu dalam hal perencanaan perusahaan (Sawir, 2005:1).

2.2.2.2 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah di capai oleh perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2007:31).

Tujuan laporan keuangan menurut Sawir (2005:2) adalah:

1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi


(41)

2. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama ole sebagaian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.

3. Laporan keuangan dapat juga menunjukan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Keterbatasan laporan keuangan menurut Munawir (2007:9) di definisikan sebagai berikut:

1. Laporan keuangan yang di buat secara periodik pada dasarnya merupakan

interim report (laporan yang di buat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final. Semua jumlah-jumlah atau hal-hal yang di laporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukan nilai likwidasi atau realisasi di mana interim report ini terdapat atau terkandung pendapat-pendapat pribadi (personal judgment) yang telah di lakukan oleh akuntan atau manajement yang bersangkutan.

2. Angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku

(book value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.

3. Laporan keuangan di susun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu dan tanggal yang lalu. Jadi suatu analisa memperbandingkan data beberapa tahun tanpa membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan di peroleh kesimpulan yang keliru.


(42)

4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan bebagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat di nyatakan dengan satuan uang.

2.2.2.3 Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan adalah angka yang di peroleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya, dengan penyederhanakan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos dan dapat membandingkannya dengan rasio lain, sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian. Perbedaan jenis perusahaan dapat menimbulkan rasio-rasio yang sangat penting (Harahap, 2009:297)

Keunggulan dan keterbatasan analisis rasio menurut Harahap (2009:298) adalah:

A. Keunggulan Analisis Rasio

1. Rasio ini merupakan angka-angka atau ikhtisar statistic yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit


(43)

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi

5. Menstandarisasi size perusahaan

6. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau time series

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.

B. Keterbatasan Analisis Rasio

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansiatau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti:

a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subyektif

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (Cost) bukan harga pasar

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada rasio d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa

diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio


(44)

5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja terakhir dan standar akuntansi yang dipaksa tidak sama.

Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan analisis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering di pakai adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interprestasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik, tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Rasio-rasio ini di bedakan menjadi empat antara lain rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas (Sawir, 2005:6).

2.2.2.4 Rasio Likuiditas

Likuiditas adalah sebuah ukuran untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendek yang segera jatuh tempo dan sumber dana untuk membiayai pelunasan hutang tersebut adalah aktiva lancar. Rasio-rasio likuiditas memberikan informasi yang sangat berguna bagi pengakuisisi ketika menilai perusahaan target yaitu seberapa besar tingkat likuiditas pasca akuisisi. Jika segera sesudah akuisisi perusahaan memerlukan dana yang likuid, maka perusahaan akan relatif lebih aman jika memiliki rasio likuiditas yang tinggi (Moin, 2004:145).

Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Current ratio menunjukan seberapa besar kemampuan perusahaan, dengan menggunakan aktiva lancarnya, melunasi atau menutup hutang lancar. Semakin besar Current ratio semakin likuid perusahaan tersebut (Moin, 2004:145).


(45)

Current ratio dapat di hitung dengan cara sebagai berikut :

Current Ratio =

s Liabilitie Current

Assets Current

... (2.1)

(Moin, 2004:145)

2.2.2.5 Rasio Solvabilitas

Pembiayaan dengan hutang (debt financial) di maksudkan untuk mendongkrak kekuatan perusahaan dalam membiayai usahanya. Kemampuan perusahaan dengan hanya mengandalkan modal sendiri (equity financial)

seringkali terbatas, sehingga pembiayaan dengan hutang ditempuh untuk mendukung pembiayaan equity. Di sisi lain penggunaan hutang lebih menguntungkan di bandingkan dengan pembiayaan equity, karena pembayaran bunga bisa sebagai pengurangan pajak. Namun demikian penggunaan hutang terlalu besar yang melebihi ambang batas tertentu akan makin mempertinggi kemungkinan tidak bisa mengembalikan hutang, karena harus membayar angsuran dan bunga tetap. Dengan demikian semakin tinggi hutang semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan financial (Moin, 2004:141).

Debt to equity ratio merupakan perbandingan antara besarnya total hutang dengan total equity. Debt to equity ratio ingin melihat kemampuan pemilik perusahaan dengan equity yang di miliki, untuk membayar hutang kepada kreditor. Semakin besar Debt to equity ratio ini semakin kecil kemampuan equity

dalam menjamin hutang sehingga semakin beresiko perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk membayar hutang sangat tergantung dari arus kas perusahaan (Moin, 2004:142).


(46)

Debt to equity ratio dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

Debt to Equity Ratio =

Equity Total

Debt Total

... (2.2)

(Moin, 2004:142)

2.2.2.6Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan mengelola aktivanya. Dengan kata lain rasio aktivitas mengukur seberapa besar kecepatan asset-aset perusahaan di kelola atau di putar dalam rangka melakukan aktiva bisnisnya. Intensitas perputaran ini sangat terkait dengan karakteristik perusahaan. Disamping itu perputaran aktiva juga berbeda dari waktu kewaktu. (Moin, 2004:142)

Total assets turn over mengukur seberapa efektif aktiva perusahaan mampu menghasilkan pendapatan operasional yaitu pendapatan yang di peroleh dari kegiatan utama perusahaan. Semakin tinggi asset turn over berarti semakin efektif aktiva tersebut dalam menghasilkan pendapatan (Moin, 2004:143).

Total assets turn over dapat di hitung dengan cara sebagai berikut :

Total assets turn over =

Assets Total

Sales Net

... (2.3)

(Moin, 2004:143)

2.2.2.7Rasio Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan sebuah perusahaaan untuk menghasilkan keuntungan. Ukuran profitabilitas mestinya dikaitkan dengan tingkat resiko usaha.


(47)

Artinya belum tentu sebuah perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang rendah, jika tidak melihat risiko masing-masing perusahaan. Kelemahan ukuran profitabilitas adalah bahwa data yang di pakai adalah data akuntansi yang sering berbeda dengan data berdasarkan aliran kas (Moin, 2004:137).

Return on assets (ROA) sering di sebut juga Return on investment (ROI). Return on assets (ROA) mengukur seberapa efektif asset yang ada, yang mampu menghasilkan keuntungan. Semakin besar Return on assets (ROA) semakin efektif penggunaan asset perusahaan. Dalam akuisisi, tinggi rendahnya Return on assets (ROA) harus disikapi dengan terlebih dahulu melihat apakah nilai asset betul-betul memberikan informasi yang sebenarnya. Di sinilah akuntan dan appraisal berperan penting dalam menaksir nilai sesungguhnya dari aktiva tetap (Moin, 2004:138).

Return on assets (ROA) dapat di hitung dengan cara sebagai berikut :

Return on assets (ROA) =

Assets Total

Income Net

... (2.5)

(Moin, 2004:138)

2.2.3 Hubungan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Melakukan akuisisi terhadap calon target yang memiliki aspek financial yang sehat, akan sangat membantu menciptakan sinergi financial. Sebaliknya jika calon target memiliki indikator keuangan yang tidak sehat seperti likuid dan insolvabel, maka hal ini dapat membawa resiko dan efek yang negatif bagi


(48)

pengakuisisi, dengan demikian informasi yang akurat terhadap aspek financial ini adalah hal yang sangat penting bagi pengakuisisi sebagai dasar pertimbangan apakah akuisisi layak di laksanakan atau tidak (Moin, 2004:130).

Keputusan akuisisi mempunyai pengaruh besar dalam memperbaiki kondisi perusahaan, peningkatan kinerja perusahaan terutama dalam penampilan financial perusahaan yang pasti membesar serta peningkatan kondisi dan posisi keuangan mengalami perubahaan. Analisis financial dilakukan dengan melihat data-data historis laporan keuangan dalam beberapa tahun terakhir. Analisis ini ditunjukan untuk memastikan apakah perusahaan target benar-benar sehat dari sisi keuangan. Secara ekonomis, tidaklah menguntungkan apabila sebuah perusahaan mengakuisisi perusahaan yang sakit dan bermasalah. Analisis keuangan ini melihat secara detail bagaimana kemampuan perusahaan target untuk melunasi hutang-hutangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, mengetahui efektivitas pengelolaaan asset, dan melihat kemampuan memperoleh keuntungan. Alat analisis yang biasa di pakai untuk melihat kesehatan financial perusahaan adalah dengan menggunakan rasio-rasio keuangan (Moin, 2004:130).

Informasi keuangan dapat menjadi alat bantu untuk mengukur kinerja perusahaan. Pelaporan keuangan harus mampu menyediakan informasi mengenai kinerja finansial perusahaan, selama satu periode tertentu. Kinerja finansial perusahaan selama satu periode tertentu dan selama periode-periode sebelumnya, biasanya di jadikan dasar bagi investor dan kreditor untuk membantu memperkirakan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Pengambilan keputusan investasi dan kredit memang di pengaruhi oleh ekspektasi perusahaan


(49)

di masa yang akan datang, tetapi ekspektasi tersebut pada umumnya didasarkan pada evaluasi informasi kinerja perusahaan di masa yang lalu, segera setelah akuisisi, ukuran perusahaan dengan sendiri bertambah besar karena asset, kewajiban dan ekuitas perusahaan di gabung bersama (Afriandana:2007).

Dalam jurnal Payamta (2004) hasil penelitiannya menyatakan bahwa tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan untuk periode sebelum dan sesudah akuisisi. Meskipun beberapa rasio keuangan yaitu total assets turn over, fixed assets over, ROI, ROE yang memberikan indikasi perbedaan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah akuisisi. Namun perbedaan tersebut sifatnya hanya temporer dan tidak konsisten.

Sedangkan penelitian Dedy (2009), hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah akuisisi terutama total asset turn over, fixed asset turn over dan return on equity (ROE), namun rata-rata

ROE sesudah akuisisi mengalami penurunan yang signifikan, hal ini di sebabkan akuisisi tidak direncanakan dengan baik.

Dari kedua Teori diatas dapat diartikan adanya perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi, kemungkinan di karenakan beberapa faktor likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas masing-masing perusahaan yang berbeda-beda.


(50)

2.3 Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan tujuan penelitian maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

1. Current Ratio lebih rendah dibandingkan sebelum dan sesudah akuisisi pada perusahaan go publik di Indonesia .

2. Dept To Equity Ratio lebih tinggi dibandingkan sebelum dan sesudah akuisisi pada perusahaan go publik di Indonesia .

3. Total Asset Turn Over lebih tinggi dibandingkan sebelum dan sesudah akuisisi pada perusahaan go publik di Indonesia .

4. Return On Asset lebih tinggi dibandingkan sebelum dan sesudah akuisisi pada perusahaan go publik di Indonesia .

Proses Akuisisi

Perbedaan Kinerja Keuangan

(Sebelum) - Current Ratio

- Dept To Equity Ratio - Total Assets Turn Over - Return On Assets

Kinerja Keuangan (Sebelum) - Current Ratio

- Dept To Equity Ratio - Total Assets Turn Over - Return On Assets


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah sesuatu yang menjadi obyek pengamatan dalam suatu penelitian yang berdasarkan sifat atau hal-hal yang di definisikan atau di amati. Maka variabel yang di gunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

3.1.1 Variabel Terikat atau Dependen Variabel (Kinerja Keuangan / Y) Variabel terikat di sebut juga variabel dependen, yaitu variabel yang di pengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini, variabel terikatnya adalah kinerja keuangan perusahaan. Variabel kinerja keuangan perusahaan ini diukur dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Perhitungan kinerja keuangan perusahaan dapat di ukur dengan rumus sebagai berikut :

1. Current Ratio :

Merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio menunjukan seberapa besar kemampuan perusahaan, dengan menggunakan aktiva lancarnya, melunasi atau menutup hutang lancar. Semakin besar Current Ratio semakin likuid perusahaan tersebut (Moin, 2004:145).

Current Ratio di ukur dengan menggunakan skala rasio. Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Current Ratio =

s Liabilitie Current

Assets Current

... (3.1)


(52)

2. Debt to Equity Ratio :

Merupakan perbandingan antara besarnya total hutang dengan total equity.

Debt to Equity Ratio ingin melihat kemampuan pemilik perusahaan dengan equity yang di miliki, untuk membayar hutang kepada kreditor. Semakin besar Debt to equity ratio semakin kecil kemampuan equity dalam menjamin hutang sehingga semakin beresiko perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk membayar hutang sangat tergantung dari arus kas perusahaan (Moin, 2004:142).

Debt to Equity Ratio di ukur dengan menggunakan skala rasio. Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Debt to Equity Ratio =

Equity Total

Debt Total

...(3.2)

(Moin, 2004:142)

3. Total Assets Turn Over :

Mengukur seberapa efektif aktiva perusahaan mampu menghasilkan pendapatan operasional yaitu pendapatan yang di peroleh dari kegiatan utama perusahaan. Semakin tinggi asset turn over berarti semakin efektif aktiva tersebut dalam menghasilkan pendapatan (Moin, 2004:143).

Total Assets Turn Over di ukur dengan menggunakan skala rasio. Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Total assets turn over =

Assets Total

Sales Net

... (3.3)


(53)

4. Return On Assets /ROA :

Sering di sebut juga Return on investment (ROI). Return on assets (ROA)

mengukur seberapa efektif asset yang ada, yang mampu menghasilkan keuntungan. Semakin besar Return on assets (ROA) semakin efektif penggunaan asset perusahaan. Dalam akuisisi, tinggi rendahnya Return on assets (ROA) harus disikapi dengan terlebih dahulu melihat apakah nilai asset betul-betul memberikan informasi yang sebenarnya. Disinilah akuntan dan appraisal berperan penting dalam menaksir nilai sesungguhnya dari aktiva tetap (Moin, 2004:138).

Return on assets (ROA) di ukur dengan menggunakan skala rasio. Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Return on assets (ROA) =

Assets Total

Income Net

...(3.5)

(Moin, 2004:138)

3.1.2 Variabel Independen (Akuisisi / Di)

Dalam penelitian ini variabel Independennya adalah pelaksanaan akuisisi. Dengan menggunakan variabel dummy, adapun kriteria pengukuran variabel dummy (Di) sebagai berikut :

Di =1 : Sesudah akuisisi

0

: Sebelum akuisisi


(54)

3.2 Teknik Penentuan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk di pilih menjadi anggota sampel (Husein, 2009:77)

Populasi penelitian ini terdapat 10 perusahaan go publik di Indonesia yang melakukan akuisisi dari tahun 2004 – 2007 dan memiliki laporan keuangan tahunan yang di publikasikan dari tahun 2002-2009.

3.2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian kecil dari suatu populasi (Husein, 2009:77). Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go publik

di Indonesia yang melakukan akuisisi. Teknik pengambilan sampel penelitian ini secara purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan karakteristik tertentu yang di anggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah di ketahui sebelumnya (Husein, 2009:92)

Dalam penelitian ini sampel di tetap kan 9 perusahaan yang melakukan akuisisi pada tahun 2004-2007 berdasarkan dari Bursa Efek Indonesia dengan memenuhi kriteria-kriteria di atas :

5. PT. Bakrieland Development, Tbk 6. PT. Multipolar Corporation, Tbk 7. PT. Unilever, Tbk


(55)

9. PT. Astra Otopart, Tbk 10.PT. Bumi Resources, Tbk

11.PT. Anta Express Tour dan Trevel Servis, Tbk 12.PT. Leo Investment, Tbk

13.PT. Alfa Rentalindo, Tbk

Pada perusahan PT. Lippo Karawaci, Tbk mengakuisisi lebih dari 1 perusahaan yaitu terdapat 7 perusahaan. Sedangkan dalam, kriteria pengambilan sample hanya menggunakan perusahaan yang mengakuisisi 1 perusahaan saja dengan alasan penyesuaian kriteria dan hasil yang diperoleh agar seimbang.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan bersumber dari data sekunder, yaitu berupa tahun pelaksanaan akuisisi yang di peroleh dari laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (IDX) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang di butuhkan dalam penelitian ini berasal dari Bursa Efek Indonesia (IDX) pada tahun 2004-2009.


(56)

3.3.3 Pengumpulan Data

Penelitian ini mengunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data dengan mengadakan studi kepustakaan yang mempelajari literatur dan karya ilmiah yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Dokumentasi

Data-data yang di perlukan untuk penelitian ini di peroleh dari Bursa Efek Indonesia (IDX) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). data-data tersebut di kumpulkan melalui teknik dokumentasi.

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis

Pengujian menggunakan variabel kinerja keuangan sebelum melakukan akuisisi yaitu 2 tahun dan 2 tahun sesudah melakukan akuisisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah melakukan akuisisi pada masing-masing perusahaan.

Untuk menguji perbedaan rata-rata digunakan analisis regresi linier dengan variabel dummy sebagai berikut:

Yi = α + Di + i Dimana :

Yi : Variabel kinerja keuangan (Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, Profitabilitas)

α : konstanta


(57)

Di = 1 : Sesudah akuisisi 0 : Sebelum akuisisi

i : variabel pengganggu

3.4.2 Pengujian Hipotesis

Hipotesis statistik yang disusun dalam pengujian adalah :

1. Ho : 1 = 0 (Tidak terdapat perbedaan yang signifikan Y untuk Di=1 dan Di=0)

2. H1 : 1 0 (Terdapat perbedaan yang signifikan Y untuk Di= 1 dan Di= 0) 3. Mencari nilai t hitung dengan rumus sebagai berikut :

t hit =

) ( i Se

i   Keterangan :

Βi = Koefisien Regresi Se (βi) = Standar Eror

Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikasi 0,05 dengan derajat bebas (n-k) Dimana:

n = Jumlah pengamatan k = Jumlah variabel

4. Kriteria yang dipakai dalam uji t yaitu:

Dengan menggunakan derajat kebebasan (n-1) dan α = 5% serta uji dua sisi (kemungkinan terdapat atau tidak terdapat perbedaan), maka hasil perhitungan t hitung dibandingkan t tabel, dimana :


(58)

a. Hipotesis diterima apabila nilai t hit < -t tab atau t hit > t tab, artinya H0 ditolak dan H1 diterima.

b. Hipotesis ditolak apabila nilai -t tab ≤ t tab ≤ t tab, artinya H0 diterima dan H1 ditolak.

3.5 Uji Asumsi Klasik

Menurut Gujarati (1995) bahwa dalam analisis linier berganda perlu menghindari penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul masalah dalam penggunaan analisis regresi linier berganda.

Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estmator), artinya pengembalian keputusan uji F tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE harus memenuhi tiga asumsi yang tidak boleh dilanggar, yaitu :

1. Tidak boleh ada Multikolinieritas 2. Tidak boleh ada Autokolerasi 3. Tidak boleh ada Heterokedastisitas.

3.5.1 Multikolinieritas

Menurut Gujarati (1995) Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana antar variabel independen yang terdapat dalam model regresi memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien kolerasinya tinggi atau bahkan satu). Adanya multikolinieritas menyebabkan standart eror cenderung makin besar dengan meningkatnya tingkat kolerasi antar variabel dan standart eror


(59)

menjadi sangat sensitive terhadap perubahan data. Diperlukan pembuktian atau identifikasi secara statistic ada tidaknya gejala multikolinieritas. Beberapa metode untuk menguji gejala multikolinieritas sebagai berikut :

a. Melihat kolerasi antar variabel bebas, jika kolerasi antar variabel melebihi 0,50 diduga terdapat gejala multikolinieritas.

b. Melihat pada nilai variance inflation factor (VIF) , jika nilai VIF kurang dari 10 maka tidak terdapat multikolinieritas.

c. Koefisien determinasi (r2) tinggi, uji parsial tidak satu pun yang signifikan.

3.5.2 Autokolerasi

Menurut Gujarati (1995:201) Autokolerasi dapat di definisikan sebagai kolerasi antar data observasi yang diurutkan berdasarkan urutan waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross section), uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada kolerasi antar kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)

Identifikasi ada tidaknya gejala autokolerasi dapat dilihat dengan nilai durbin Watson dengan rumus sebagai berikut:

d =

2

2 1

et t e t e



 

dimana :

d = Nilai Durbin watson et = Residual periode t et -1 = Residual periode t-1


(60)

3.5.3 Heterokedastisitas

Menurut Gujarati (1995) Heterokedasitas dapat di definisikan sebagai uji untuk melihat apakah terdapat ketidak samaan varians dari residual satu kepengamatan-kepengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain, tetap atau disebut homoskedastisitas. Persoalan heterokedasitas sering terjadi pada data cross section

(elemen/anggota/populasi) pada suatu saat tertentu dan mempunyai karakteristik yang berbeda. Cara mengidentifikasi heterokedastisitas dengan menggunakan uji

rank spearman antara residual dan seluruh variabel bebas (Gujarati, 1995:188) Rumus uji rank spearman :

) 1 ( 6

1 2

2

 

N N

di Rs

Dimana :

Di = Selisih ranking standar deviasi (S) dan ranking nilai mutlak eror N = Banyaknya sampel

Bila tingkat signifikansi Rank Spearman lebih besar daripada 0,05 maka diasumsikan tidak ada kasus heterokedastisitas untuk variabel bebas.


(61)

3.6 Uji Normalitas

Pengujian normalitas data penelitian adalah untuk menguji apakah dalam model statistik variabel-variabel peneliti berdistribusi normalatau tidak normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik. Test statistik yang digunakan adalah Kolmogorov-smirnov test yaitu perbandingan antara distribusi frekuensi kumulatif yang diharapkan.


(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau Bursa Efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu di dirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang di harapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut di sebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi Bursa Efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang di keluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat di lihat sebagai berikut:


(63)

 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda.

 1914 – 1918 : Bursa Efek Di Batavia di tutup Selama Perang Dunia I.

 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta di buka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

 Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya di tutup.

 1942 - 1952 : Bursa Efek di Jakarta di tutup kembali selama perang Dunia II.

 1952 : Bursa Efek di Jakarta di aktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang di keluarkan oleh Menteri kehakiman ( Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof. DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang di perdagangkan: obligasi pemerintah RI (1950).

 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

 1956 -1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

 10 Agustus 1977 : Bursa Efek di resmikan kembali oleh presiden Soeharto. BEJ di jalankan di bawah BAPEPAM ( Badan Pelaksana Pasar Modal ). Tanggal 10 Agustus di peringati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga di tandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.


(64)

 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan di bandingkan instrumen Pasar Modal.

 1987 : Ditandai dengan hadirnya paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

 1988 – 1990 : Paket diregulasi di bidang perbankan dan pasar modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh persatuan perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

 Desember 1988 : Pemerintahan mengeluarkan paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif perusahaan bagi pertumbuhan pasar modal.

 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan di kelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi badan pengawas pasar Modal. Tanggal ini di peringati sebagai HUT BEJ.

 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ di laksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).


(65)

 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai di berlakukan mulai Januari 1996.

 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

 2000 : Sistem Perdagangan tanpa Wartkat (scrip trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

 02 Maret 2009 : Peluncuran perdana system perdagangan baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG

4.1.2 Sejarah Bursa Efek Indonesia

Perkembangan Bursa di Indonesia di mulai dari pendirian Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) sebagai pengelola Bursa pada tahun 1977. Pada saat itu merupakan masa paling sulit bagi BAPEPAM untuk memperkenalkan dan mengembangkan Bursa di Indonesia. Dengan usaha yang begitu besar, baik dari tenaga SDM maupun dari dana yang di keluarkan oleh pemerintah, melalui BAPEPAM, untuk pengembangan Bursa di Indonesia, nilainya cukup besar yang tidak mungkin di lakukan oleh pihak swasta/ SRO seperti dewasa ini.


(1)

menyatakan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi pada perusahaan yang go publik di bursa efek Indonesia.

Sehingga dapat dinyatakan tujuan ekonomi atas keputusan akuisisi tidak terwujud sampai tahun kedua. Yang memberi indikasi perbedaan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah akuisisi. Namun perbedaan tersebut sifatnya temporer dan tidak konsisten (Payamta, 2004).

4.5.4 Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi

(Debt To Equity Ratio)

Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan kinerja keuangan yang di peroleh perusahaan Sebelum dan sesudah akuisisi (Di) Tidak Terdapat Perbedaan Pengaruh atau tidak nyata terhadap kinerja keuangan (Y), atau tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. 0,125 > 0,05: tidak signifikan (negatif)].

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Afriandana (2007), yang menyimpulkan tidak terdapat perbedaan atau pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan, dilihat dari tingkat Solvabilitas. Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dedy (2009). yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi pada perusahaan yang go publik di bursa efek Indonesia.

Sehingga dapat dinyatakan tujuan ekonomi atas keputusan akuisisi tidak terwujud sampai tahun kedua. Yang memberi indikasi perbedaan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah akuisisi. Namun perbedaan tersebut sifatnya temporer dan tidak konsisten (Payamta, 2004).


(2)

Melakukan akuisisi terhadap calon target yang memiliki aspek financial yang sehat, akan sangat membantu menciptakan sinergi financial. Sebaliknya jika calon target memiliki indikator keuangan yang tidak sehat seperti likuid dan insolvabel, maka hal ini dapat membawa resiko dan efek yang negatif bagi pengakuisisi, dengan demikian informasi yang akurat terhadap aspek financial ini adalah hal yang sangat penting bagi pengakuisisi sebagai dasar pertimbangan apakah akuisisi layak di laksanakan atau tidak (Moin, 2004:130).

Secara teoritis, keputusan akuisisi mempunyai pengaruh besar dalam memperbaiki kondisi perusahaan, peningkatan kinerja perusahaan terutama dalam penampilan financial perusahaan yang pasti membesar serta peningkatan kondisi dan posisi keuangan mengalami perubahaan. (Moin, 2004:130). Akan tetapi dalam pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi dapat terlihat pada respon yang ditunjukan investor atau pasar yang tidak memberikan reaksi yang berlebihan terhadap saham perusahaan yang melakukan akuisisi. Sebab lain yang menyebabkan tidak adanya perbedaan yang signifikan tersebut dikarenakan perusahaan akuisisi yang kurang memperhatikan kinerja keuangan perusahaan target yang cenderung mengalami penurunan, hal ini membawa dampak yang kurang baik bagi prospek perusahaan di masa yang akan datang. Dari pernyataan tersebut, maka diperoleh hasil yang tidak signifikan pada kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa :

tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi pada perusahaan go publik di Indonesia.

Berdasarkan analisis hasil penelitian untuk hipotesis dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Current Ratio

Perbedaan kinerja keuangan yang di peroleh perusahaan Sebelum dan sesudah akuisisi (Di) Tidak Terdapat Perbedaan Pengaruh atau tidak nyata terhadap kinerja keuangan (Y), atau tidak dapat diterima.

Karena setelah akuisisi Current Rasio mengalami kenaikan, Sehingga dapat dinyatakan tujuan ekonomi atas keputusan akuisisi tidak terwujud sampai tahun kedua. Yang memberi indikasi perbedaan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah akuisisi. Namun perbedaan tersebut sifatnya temporer dan tidak konsisten.

2. Total Asset Turn Over

Perbedaan kinerja keuangan yang di peroleh perusahaan Sebelum dan sesudah akuisisi (Di) Tidak Terdapat Perbedaan Pengaruh atau tidak nyata terhadap kinerja keuangan (Y), atau tidak dapat diterima.


(4)

Karena setelah akuisisi Total Asset Turn Over mengalami penurunan, Sehingga dapat dinyatakan tujuan ekonomi atas keputusan akuisisi tidak terwujud sampai tahun kedua. Yang memberi indikasi perbedaan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah akuisisi. Namun perbedaan tersebut sifatnya temporer dan tidak konsisten.

3. Return On Assets / ROA

Perbedaan kinerja keuangan yang di peroleh perusahaan Sebelum dan sesudah akuisisi (Di) Tidak Terdapat Perbedaan Pengaruh atau tidak nyata terhadap kinerja keuangan (Y), atau tidak dapat diterima

Karena setelah akuisisi Return On Asset mengalami Penurunan, Sehingga dapat dinyatakan tujuan ekonomi atas keputusan akuisisi tidak terwujud sampai tahun kedua. Yang memberi indikasi perbedaan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah akuisisi. Namun perbedaan tersebut sifatnya temporer dan tidak konsisten.

4. Debt To Equity Ratio

Perbedaan kinerja keuangan yang di peroleh perusahaan Sebelum dan sesudah akuisisi (Di) Tidak Terdapat Perbedaan Pengaruh atau tidak nyata terhadap kinerja keuangan (Y), atau tidak dapat diterima.

Karena setelah akuisisi Dept To Equity Ratio mengalami Penurunan, Sehingga dapat dinyatakan tujuan ekonomi atas keputusan akuisisi tidak terwujud sampai tahun kedua. Yang memberi indikasi perbedaan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah akuisisi. Namun perbedaan tersebut sifatnya temporer dan tidak konsisten.


(5)

5.2Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:

1. Pada peneliti selanjutnya dapat memperhatikan motif-motif lain yang melatar belakangi dilakukannya akuisisi selain terhadap kinerja keuangan. Misalnya motif non ekonomis yang ingin diraih perusahaan dan menambah waktu pengujian sebelum dan sesudah akuisisi, sehingga dapat dianalisis tujuan akuisisi jangka panjang.

2. Dalam penelitian ini hanya menggunakan periode 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah akuisisi. Hal ini akan berpengaruh pada pengujian hipotesis, karena waktu pengamatan kurang lama.

3. Jumlah sampel penelitian kecil yang menyebabkan besarnya faktor kesalahan estimasi yang diperoleh.

4. Penelitian ini terdiri dari bermacam-macam jenis perusahaan dari industri yang berbeda-beda, tanpa adanya pengelompokan sesama jenis perusahaan, sehingga hasil yang diperoleh masing-masing industri tidak sama.

5. Serta adanya kebocoran informasi mengenai akuisisi, sehingga hal tersebut tidak menjadikan kabar yang mengejutkan sehingga dampaknya yang dirasakan tidak terlalu besar.


(6)

Afriandana, 2007, “Analisis Pengaruh Sebelum dan Sesudah Merger Terhadap Perusahaan Pada Sektor Perbankan Di Bursa Efek Indonesia”, Skripsi Akademik FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Agnes Sawir, 2005, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Edisi ke lima. PT Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Anonim, 2003, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi. FE-UPN

“Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Damodar Gujarati, 1995, Ekonometrika Dasar. Edisi ke empat, Penerbit Erlangga, Jakarta

Damodar Gujarati, 2009, Dasar-Dasar Ekonometrika. Edisi ke Tiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Dedy, 2009, “Pengaruh Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada perusahaan go publik di bursa efek Indonesia)”, Skripsi Akademik FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Harahap, 2009, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi ke delapan. Penerbit PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Husein Umar, 2009, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi ke dua, Penerbit PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Munawir, 2007, Analisis Laporan Keuangan. Edisi ke empat. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

Payamta, Doddy, 2004, “Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, September, Vol. 7, No. 3, hal. 265-282.

Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Cetakan Kedua, PT Elex media Computindo, Jakarta

Yudyatmoko, Ainun na’im, “Pengaruh Akuisisi Terhadap Perubahan Return Saham dan Kinerja Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi.