Corporate Apologia. Strategi ini menekankan pada upaya organisasi untuk menyampaikan

direct line, AirAsia juga memanfaatkan media sosial terutama Facebook dan Twitter untuk membangun komunikasi yang interaktif. Tony Fernandes juga tergolong aktif dalam memberikan informasi kepada publik. Ia seringkali tidak perlu menunggu sampai semua fakta terkumpul dan kemudian memolesnya menjadi pernyataan resmi sebelum mengunggah serangkaian kicauan tweets yang bisa diakses oleh publik. Justru karena apa adanya, Fernandes tampak jujur dan bersungguh-sungguh dengan segala yang ia ucapkan. Dalam situasi krisis, jujur atas ketidaktahuan kita akan situasi yang sebenarnya seringkali jauh lebih baik daripada menahan informasi – hingga semua fakta terkumpul, karena ketiadaan informasi dalam jangka waktu yang lama akan membuat publik menjadi frustasi. Selain strategi komunikasi krisis yang dikemukakan oleh Nova di atas, beberapa pendekatan komunikasi krisis lainnya yang juga dilakukan oleh AirAsia di antaranya:

1. Corporate Apologia. Strategi ini menekankan pada upaya organisasi untuk menyampaikan

permintaan maaf kepada para pemangku kepentingan, orang-orang yang terlibat, atau publik atas situasi krisis yang terjadi, atas ketidaktepatan atau keterlambatan respon, atau atas kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan. Dalam banyak kesempatan berbicara di hadapan media maupun di lini massa Twitter-nya, Fernandes berungkali mengungkapkan permintaan maaf atas musibah yang terjadi dan kesediaannya untuk memikul tanggungjawab. The Wall Street Journal 2015 mengutip salah satu pernyataan Fernandes sebagai berikut, “I apologize profusely for what they are going through. I am the leader of this company. I take responsibility.” 2. Image Repair. Strategi ini menekankan pada upaya organisasi untuk memulihkan citra atau reputasi yang rusak akibat krisis. Insiden jatuhnya QZ8501 adalah kecelakan fatal pertama yang dialami oleh AirAsia selama 13 tahun perjalanannya sebagai maskapai yang dikenal karena jajaran armadanya yang baru Airbus dan mematuhi standar keamanan. Karenanya, tak berapa lama setelah insiden jatuhnya pesawat QZ8501 yang mengancam reputasi AirAsia sebagai penerbangan bertarif rendah low fare flight, AirAsia melakukan re-branding untuk menegaskan bahwa faktor keselamatan dan kenyamanan adalah prioritas utama bagi mereka. Re-branding merupakan strategi pemasaran suatu perusahaan dengan menggunakan nama baru, slogan, simbol, desain, atau kombinasi dari semua itu dari sebuah merek dagang yang sebelumnya sudah mapan. Hal tersebut umumnya dilakukan untuk memberikan orientasi identitas yang berbeda di benak pelanggan, investor, sampai kompetitor. Re-branding juga bisa dilakukan untuk menjauhkan perusahaan dari konotasi negatif merek yang digunakan sebelumnya.

3. Organizational Renewal. Strategi ini menekankan pada upaya organisasi untuk