BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Komitmen Organisasi
1. Pengertian Komitmen Organisasi
Meyer dan Allen Kharis, 2001 menyebutkan bahwa secara umum, komitmen organisasi adalah suatu kondisi psikologis yang ditandai dengan adanya hubungan antara
karyawan dengan organisasinya dan adanya implikasi untuk memutuskan apakah ia akan terus menjadi anggota organisasi tersebut ataukah akan berhenti.
Miner dalam bukunya 1992 menggunakan definisi yang dikemukakan oleh Mowday, dkk bahwa komitmen organisasi adalah suatu kekuatan relatif dari indentifikasi
terhadap dan keterlibatan dalam organisasi tertentu. Irving, dkk. 1997 mengungkapkan bahwa komitmen organisasi merupakan suatu
wujud kebutuhan bawahan untuk tetap bergabung dengan organisasi kerja karena didasarkan pada keinginan.
Mustika 2000 menggunakan rangkuman definisi yang diungkapkan Mowday, dkk dimana komitmen organisasi dibedakan menjadi dua macam, komitmen sebagai perilaku
dan komitmen sebagai suatu sikap. Komitmen sebagai suatu perilaku dimiliki oleh individu yang mempunyai keterikatan terhadap aktivitas-aktivitas yang telah dijalaninya dalam
organisasi dan perasaan telah berkorban banyak bagi organisasi sehingga sulit atau tidak mau meninggalkan organisasi tersebut. Komitmen sebagai suatu sikap didefinisikan
sebagai suatu kekuatan relatif yang dimiliki masing-masing individu dalam mengidentifikasi nilai-nilai yang dimilikinya dengan nilai-nilai dan tujuan yang ada pada
organisasi sehingga individu tersebut terus berkeinginan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi.
Sedangkan Steers dan Porter Purwanto, 2000 mendefinisikan komitmen sebagai suatu sikap merupakan usaha individu untuk mengidentifikasikan diri pada organisasi
beserta tujuannya, serta keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi agar dapat mencapai tujuan yang tidak dapat dicapainya sendirian.
Miner juga mengungkapakan bahwa konsep komitmen sebagai suatu sikap ini sifatnya lebih luas daripada kepuasan kerja karena berlaku secara utuh atau keseluruhan,
bukan hanya terhadap pekerjaan tertentu saja, dan lebih stabil bila dibandingkan dengan kepuasan kerja karena sifatnya lebih permanen dan kejadian-kejadian sehari-hari dalam
organisasi tidak akan mengubah komitmen karyawan terhadap organisasinya secara signifikan.
Berbagai pengertian tersebut menggiring peneliti untuk mengambil kesimpulan yang menjadi definisi konseptual bagi penelitian ini, yaitu komitmen organisasi dipandang
sebagai suatu sikap individu terhadap hubungan yang terjalin antara dirinya dengan organisasinya sebagai hasil dari proses identifikasi atas nilai dan tujuan dari organisasi,
disertai dengan kemauan untuk terlibat dengan kegiatan organisasi dan keinginan yang kuat untuk tetap dapat menjadi bagian dari organisasi tersebut.
Dari definisi di atas, tampak bahwa peneliti lebih memfokuskan pembahasan atas komitmen organisasi yang bersifat afektif, dibanding komitmen organisasi normatif
maupun kalkulatif. Pemilihan ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menyatakan bahwa di antara ketiga tipe komitmen tersebut, komitmen
afektifkah yang memiliki hubungan positif paling kuat dengan kinerja, organization citizenship behavior OCB, dan tingkat kehadiran karyawan Keller, 1997; Meyer, dkk.,
2004. Oleh karena itu, komitmen organisasi afektif dipandang sebagai prediktor terbaik dan sangat berguna dalam usaha peningkatan kinerja karyawan dan organisasi secara
umum, bila dibandingkan dengan komitmen normatif atau komitmen kalkulatif.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi