LATAR BELAKANG "The right to tourism” dalam perspektif hak asasi manusia di Indonesia.

KERTHA PATRIKA • Volume 36 Nomor 2, September 2011 86 • JURNAL ILMIAH FAKULTAS HUKUM selain menyumbangkan devisa bagi negara, pariwisata juga mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional, yaitu : memperluas lapangan usaha, memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pelestarian dan pengembangan budaya bangsa, memperluas wawasan nusantara, mendorong perkembangan daerah, mendorong pelestarian lingkungan hidup, memperluas wawasan nusantara dan menumbuhkan rasa cinta tanah air. 3 Dipilihnya pariwisata sebagai salah satu sumber devisa karena pariwisata oleh para ahli ekonomi dianggap sebagai “industri tanpa cerobong asap” yang berarti bahaya maupun kerugian yang ditimbulkannya relatif lebih kecil apabila dibandingkan dengan industri- industri lainnya yang padat teknologi. 4 Untuk menunjang pengembangan pariwisata di Indonesia maka obyek wisata merupakan ujung tombak dalam pengembangan pariwisata di Indonesia. Jadi, dapat disimpulkan dengan tegas bahwa obyek wisata merupakan hal paling utama yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pariwisata di indonesia. Dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan dengan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah. Kemudian pasal ini disusul dengan pasal 4 yang berbunyi : 1 Pemberdayaan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi. 2 Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah. 3 Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan 4 Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Sehubungan dengan hal tersebut diatas dan sesuai dengan pasal 27 ayat 2 UUD 1945, yang berbunyi bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Ini dapat diartikan bahwa pekerjaan yang menjadi hak tiap-tiap warga negara tersebut, harus sesuai dengan kemampuan pendidikan dan latihan kerja secara individual dan dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat. Hak untuk memperoleh pekerjaan tersebut merupakan hak yang fundamental dari hokum ketenagakerjaan. Karena tenaga kerja merupakan modal utama dalam pelaksanaan pembangunan, maka sudah sewajarnya kalau perluasan kesempatan kerja dilakukan secara menyeluruh pada semua sektor. 5 Dalam pembangunan nasional tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan 6 . Promosi pariwisata belakangan ini menjadi isu yang sangan menarik, karena dipergencar dan diperlancar, menembus pasar-pasar asing dan didukung peralatan canggih termasuk internet, tetapi tidak didasarkan kepada kondisi riil potensi bisnis domestic. 7 Kunjungan wisatawan ke Bali sejak Tahun 1973 sampai sekarang terus meningkat dari 149.000 tahun 1973 sampai 2.070.000 di Tahun 1994. Kunjungan pariwisata Internasional ke Bali dapat dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama yaitu wisata berombongan yang biasanya mereka tinggal di Bali selama tiga samapai lima hari dan menginap di Hotel berstandar 3 Hari Karyono, 1997, “Kepawisataan Penerbit PT.Gramedia Widisauna Indonesia, Jakarta, hal.19 4 Oka Yoeti A, 1993, Pengantar Ilmu Pariwisata, Penerbit Angkasa, Bandung, hal.48 5 Zaeni Asyhadie, 2007, Hukum Kerja Hukum Ketenagakerjaan bidang hubungan kerja, PT.Raja Grafi ndo Persada, Jakarta, hal.10 6 Asri Wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Penerbit Sinar Grafi ka, Jakarta, hal 6 7 I.B Wyasa Putra,1998, Bali dalam Sentuhan pariwisata, Upada Sastra Denpasar, hal.52 JURNAL ILMIAH FAKULTAS HUKUM • 87 Internasional. Pariwisata Bali menjadi terkenal sejak Tahun 1970, namun belum merata di seluruh Bali, kemudian mulai dikembangkan ke seluruh plosok-plosok Bali. Oleh karena itu berkembang pula objek-objek Pariwisata samapi ke Desa Plaga, Kabupaten Badung. Di Desa Plaga sudah dikembangkan beberapa objek pariwisata seperti Hotel, Air Terjun, dan terakhir ini di bangun Sebuah Jembatan Panjang yang menghubungkan kabupaten Badung dan kabupaten Bangli, sehingga jalannya sudah menjadi jalan provinsi dan jembatan itu menjadi isu perkembangan wisata lokal yang saban hari ramai dikunjungi oleh wisata lokal. Namun tentang hotel yang berada di daerah Plaga kelihatannya masih sepi dari pengunjung walaupun sarana-sarana yang lain sudah menunjang untuk pariwisata di wilayah Desa Plaga.

II. RUMUSAN MASALAH

Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas,maka penulis merasa tertarik untuk mengidentifi kasi permasalahan pada hal-hal sebagai berikut : 1. Bagaimanakah perkembangan usaha kepariwisataan di Desa Plaga Kabupaten Badung, apakah sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 ? 2. Apakah Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan sudah diterapkan dalam mempekerjakan karyawan di Desa Plaga Kabupaten Badung ? 3. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam pengembangan usaha kepariwisataan di di Desa Plaga Kabupaten Badung ?

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.

Perkembangan Usaha Kepariwisataan di Desa Plaga Kabupaten Badung Desa Plaga adalah salah satu desa yang memiliki potensi alam yang sangat menarik perhatian dari semua kalangan steakholders baik pemerintah, pengusaha, akademisi maupun masyarakat untuk mengembangkan sektor pertanian agar dapat disinergikan dengan sektor pariwisata yang berkembang saat ini. Dari potensi alam yang dimiliki oleh Desa Pelaga, maka dapat dijadikan sebagai peluang yang cukup besar dalam mengembangkan potensi alam dan potensi pertanian yang sangat menarik untuk dikemas menjadi produk wisata baru. Oleh karena itu, Desa Pelaga menjadi salah satu desa yang dipilih sebagai daerah pengembangan agrowisata di wilayah Badung Utara sesuai dengan Rencana Pengembangan Dati II Kab. Badung, melalui SK Bupati KDH TK.II No.2028 Tahun 1994 8 . Berdasarkan surat keputusan diatas, maka Bapak Bagus Sudibya selaku pengusaha berupaya untuk membangun Desa Pelaga dengan melakukan pembangunan infrastruktur pariwisata berupa sarana akomodasi dan restoran untuk menunjang kegiatan kepariwisataan di Desa Pelaga khususnya dan daerah Badung Utara umumnya, selanjutnya diberi nama “Bagus Agro Pelaga” yang disingkat dengan BAP. Bagus Agro Pelaga mulai beroperasi sejak 12 Mei 2005, akan tetapi belum dapat beroperasi secara maksimal. Selanjutnya Tahun 2007 Bagus Agro Pelaga mulai dikenal oleh masyarakat dan juga oleh wisatawan baik mancanegara maupun nusantara. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya 8 Ni Putu Ida Yuliani, 2004, Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Kawasan Agro Wisata di DusunBanjar Adat Kiadan Desa Plaga Kecamatan Petang kabupaten Badung sebuah Tesis, Denpasar, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, hal.15 Perkembangan Pariwisata di Desa Plaga KERTHA PATRIKA • Volume 36 Nomor 2, September 2011 88 • JURNAL ILMIAH FAKULTAS HUKUM jumlah kunjungan wisatawan yang mencapai 1.642 orang walaupun jumlah kunjungan wisatawan saat ini relatif sedikit dari jumlah yang diharapkan. Kondisi ini membawa angin segar bagi masyarakat sekitarnya dan juga orang-orang yang berkepentingan dalam industri pariwisata. Berdirinya Bagus Agro Pelaga telah memberikan semangat baru bagi masyarakat Desa Pelaga, karena masyarakat mengharapkan Desa Pelaga dapat berkembang seperti desa-desa lainnya yang ada di Kabupaten Badung. Dalam pengembangan tersebut diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dari berbagai segi kehidupan. Oleh karena itu, Bagus Agro Pelaga mengajak masyarakat Desa Pelaga untuk bersama-sama ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata di Desa Pelaga dengan cara merekrut beberapa masyarakat dari Desa Pelaga sendiri sebagai tenaga kerja di Bagus Agro Pelaga.

2. Produk Unggulan Bagus Agro Pelaga

Agrobisnis merupakan sektor yang memiliki prospek yang sangat cerah untuk mendukung perekonomian Bali. sektor ini dapat dikembangkan secara intensif bila dikelola secara profesional, berorientasi pasar. Sebagai agrobisnis yang berorientasi pasar, maka tidak perlu bergantung sepenuhnya pada sektor pariwisata karena produk yang dihasilkan dapat dijual kepada konsumen lokal, nasional maupun untuk diekspor. 9 Secara garis besar, produk agrobisnis yang dikembangkan di Bagus Agro Pelaga dan menjadi produk unggulan adalah: a. Sayur Vegetables Jenis sayur-sayuran yang ditanam adalah sayuran yang dapat berproduksi dalam waktu singkat dan laku di pasar, antara lain: Tomat tomato roma, beef tomato, tomato cheri, paprika, brokoli, selada lettuce lolorosa, iceberg, romaine, herbs mayora dan basil, wortel, bunga kol, kentang dan jagung manis. b. Bunga Potong Cutting Flowers Jenis bunga potong yang ditanam, antara lain: sedap malam, anyelir, gerbra, krisan, aster, anggrek. c. Buah-buahan Fruits Jenis buah-buahan yang ditanam, antara lain: manggis, durian, alpukat, nenas, leci, klengkeng, jeruk jeruk siam, jeruk manis, salak gula pasir, strawberry, pisang terutama yang buahnya kecil-kecil, pepaya dan tanaman tradisional undis,bude dan lain-lain. d. Tanaman Langka Bagus Agro Pelaga merupakan objek dan daya tarik wisata, selain ketiga jenis tanaman komoditas diatas, di dalam kawasan Bagus Agro Pelaga juga ditanam beberapa jenis tanaman langka dan tanaman kesehatan obat, seperti: mahkota dewa, calista, matoa, kunyit dan kemuning. Semua tanaman yang ada didalam kawasan agro akan dilengkapi dengan nama Latin dan Indonesia.

C. Kegiatan Wisata di Bagus Agro Pelaga

Bagus Agro Pelaga memiliki divisi leisure yang menangani kegiatan wisata. Divisi ini mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan pengunjung, seperti: menyambut 9 R.S Damarjati, 1995, Istilah-istilah Dunia Pariwisata Edisi Revisi Jakarta, Pradnya Paramita, hal.54