BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan dimana keberadaannya tidak terlepas dari masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu
perusahaan tidak boleh mengembangkan diri sendiri tanpa memperhatikan masyarakat dan lingkungan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan pasti disertai dampak yang ditimbulkan baik positif maupun negatif bagi lingkungan sekitar. Namun umumnya, dampak negatif yang akan lebih
mendominasi dari kegiatan bisnis suatu perusahaan. Dampak negatif itu sendiri dapat berupa pencemaran lingkungan akibat limbah pabrik maupun ekploitasi
sumber daya alam bagi kepentingan jangka pendek semata. Dampak dari aktivitas perusahaan tidak hanya dirasakan oleh pihak yang terkait langsung dengan
perusahaan. Keberadaan dan dampak aktivitas perusahaan seringkali bertentangan bahkan merugikan kepentingan pihak lain. Perbedaan kepentingan tersebut jika
tidak ditindaklanjuti maka akan mempengaruhi aktivitas dan eksistensi perusahaan, oleh karena itu seharusnya perusahaan tidak hanya fokus pada
kepentingan perusahaan saja, tetapi juga mencermati kepentingan pihak-pihak di luar perusahaan.
Kepedulian sosial perusahaan sangat diperlukan untuk menghindari dampak negatif yang terjadi dari aktivitas perusahaan tersebut. Selain pihak yang
terkait langsung dengan perusahaan, masyarakat sekitar juga bisa terkena dampak
13
Universitas Sumatera Utara
negative yang terjadi. Kepedulian sosial terutama didasari alasan bahwa kegiatan perusahaan harus membawa dampak baik bagi kondisi lingkungan dan social
ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar perusahaan beroperasi. Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya shareholders atau para pemegang
saham, melainkan pula stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Tekanan dari berbagai pihak memaksa perusahaan
untuk menerima tanggung jawab atas dampak aktivitas bisnisnya terhadap masyarakat. Perusahaan dihimbau untuk bertanggung jawab terhadap pihak yang
lebih luas dari pada kelompok pemegang saham dan kreditur saja. Gray et. al.,1995 dalam Anggraini 2006, menyatakan bahwa tanggung jawab sosial
perusahaan untuk memaksimalkan laba tidak secara universal lagi diterima. Oleh karena itu perusahaan dapat menunjukkan salah satu bentuk tanggung jawab
sosial kepada masyarakat melalui Coorporate Social Responsibility CSR. Tanggung jawab sosial perusahaan atau sering disebut Corporate Social
Responsibility CSR merupakan salah satu topik yang aktual dan berkaitan erat dengan masalah hukum dan etika bisnis perusahaan sebagai suatu aktivitas yang
bertujuan untuk mendapatkan suatu keuntungan yang besar, tetapi selayaknya juga memikirkan kepentingan masyarakat disekitarnya, karena perusahaan
sebenarnya juga merupakan bagian dari masyarakat. Contoh bentuk tanggung jawab itu bermacam macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas
umum, sumbangan untuk desafasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan
14
Universitas Sumatera Utara
berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. Corporate Social Responsibility CSR merupakan
fenomena strategi perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSR timbul sejak era dimana kesadaran akan sustainability
perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability. Program dalam CSR ini sebaiknya dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat
sekitar, sehingga mereka dapat merasakan manfaat dari apa yang mereka butuhkan. Seperti mendukung pengembangan industri lokal, membuka fasilitas
perusahaan bagi masyarakat, dan berpartisipasi dalam proyek kesehatan masyarakat serta berbagai bentuk kegiatan yang lain. Karena program CSR itu
sendiri seharusnya bukan sekedar bentuk Charity perusahaan terhadap masyarakat seperti pemberian bantuan jangka pendek yang tidak menyelesaikan permasalahan
di masyarakat maupun lingkungan. Tapi kegiatan CRS ini selayaknya merupakan Coorporate Citizenship dimana program yang dibuat berdasarkan pertimbangan
jangka panjang dan berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat sekitar. Berbicara mengenai konsep dan pelaksanaannya, CSR masih mengandung
berbagai kontroversi yang mengundang perdebatan baik di kalangan akademisi maupun di kalangan pebisnis sebagai pihak yang menjalankan program tersebut.
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan muncul sebagai akibat adanya kenyataan bahwa pada dasarnya tujuan dari setiap perusahaan adalah hanya
terpusat untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya saja tanpa memperdulikan kesejahteraan karyawan, masyarakat dan lingkungan alam.
Pernyataan ini diperkuat dengan tumbuh pesatnya persaingan sektor dunia usaha
15
Universitas Sumatera Utara
yang menjadikan perusahaan terlalu mendominasi dalam mengeksploitasi sumber–sumber alam serta masyarakat sosial yang tanpa batas untuk kemajuan
perusahaan, yang berdampak pada kerusakan lingkungan, misalnya polusi air, udara, tanah, serta limbah industri yang menjadikan masyarakat sebagai imbas
atas segala kerusakan yang disebabkan oleh perusahaan. CSR sebagai komitmen sektor bisnis untuk mendukung terciptanya
pembangunan yang berkelanjutan, sehingga sebagai salah satu perwujudannya, perusahaan harus mendistribusikan keuntungan-keuntungan ekonomi yang
diperolehnya tidak hanya kepada para pemilik modal, tetapi kepada segenap stakeholder termasuk masyarakat. Pertanggungjawaban sosial perusahaan
merupakan konsep yang penting untuk dilaksanakan perusahaan guna menciptakan hubungan timbal balik yang saling sinergis antara perusahaan
dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Pertanggungjawaban sosial perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan oleh
investor.
Dalam konteks pembangunan saat ini, tanggungjawab perusahaan tidak lagi hanya berpusat pada aspek secara ekonomis semata, yaitu nilai perusahaan yang
direfleksikan dalam kondisi keuangan, namun juga harus memperhatikan tanggungjawab pada aspek sosial dan lingkungannya. Perusahaan bukan lagi sekedar
kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan usahanya, melainkan juga bertanggungjawab terhadap aspek sosial dan lingkungannya. Perusahaan yang
hanya menggantungkan semata-mata pada kondisi kesehatan finansialnya saja tidak menjamin perusahaan bisa tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan akan terjamin
16
Universitas Sumatera Utara
apabila perusahaan memperhatikan aspek terkait lainnya, yaitu aspek sosial dan lingkungan Rudito, Budimanta, Prasetijo: 2004.
Terdapat beberapa contoh kasus, terkait permasalahan yang muncul dikarenakan perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang memperhatikan
kondisi lingkungan dan sosial di sekitarnya. Salah satunya yang terjadi di Indonesia adalah konflik antara masyarakat papua dengan PT Freeport Indonesia yang
merupakan perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang berlokasi di Papua.
Penggunaan lahan tanah adat, perusakan dan penghancuran lingkungan hidup, penghancuran perekonomian, dan pengikaran eksistensi penduduk Amungme
merupakan kenyataan pahit yang harus diterima rakyat Papua akibat keberadaan operasi penambangan PT. Freeport Indonesia. Bencana kerusakan lingkungan
hidup dan komunitas lain yang ditimbulkan adalah jebolnya Danau Wanagon hingga tiga kali 20 Juni 1998; 20-21 Maret 2000; 4 Mei 2000 akibat
pembuangan limbah yang sangat besar kapasitasnya dan tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan Rudito dan Famiola, 2007
Jika dilihat dari beberapa kasus diatas, masalah sosial dan lingkungan yang tidak diatur dengan baik oleh perusahaan ternyata memberikan dampak yang
sangat besar yang bersifat merugikan. Bahkan tujuan meraih keuntungan dalam aspek bisnis malah berbalik menjadi kerugian. Pada kasus-kasus di atas
dibutuhkan kesadaran terhadap CSR Corporate Social Responsibility demi tercapainya sebuah keseimbangan dunia usaha antara pelaku dan masyarakat
sekitar. Tanggungjawab sosial perusahaan atau dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility CSR, merupakan aspek penting yang harus dilakukan
perusahaan dalam operasionalnya. Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa
17
Universitas Sumatera Utara
kalangan dunia usaha mesti merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya. Pertama, perusahaan adalah bagian dari
masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya
memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme. Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan
menghindari konflik sosial. Perkembangan CSR tidak bisa terlepas dari konsep pembangunan
berkelanjutan sustainability development. Definisi pembangunan berkelanjutan menurut The World Commission On Environment and Development yang lebih
dikenal dengan The Brundtland Comission, bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa
mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan mereka Solihin, 2009. The Brundtland Comission dibentuk untuk
menanggapi keprihatinan yang semakin meningkat dari para pemimpin dunia terutama menyangkut peningkatan kerusakan lingkungan hidup dan sumber daya
alam yang semakin cepat. Selain itu komisi ini juga dibentuk untuk mencermati dampak kerusakan lingkungan hidup dan sumber daya alam terhadap ekonomi
dan pembangunan sosial. Oleh karenanya, konsep sustainability development dibangun diatas tiga pilar yang berhubungan dan saling mendukung satu dengan
lainnya, Ketiga pilar tersebut adalah sosial, ekonomi, dan lingkungan, sebagaimana ditegaskan kembali dalam The United Nation 2005 World Summit
Outcome Document Solihin, 2009. Pengenalan konsep Sustainability
18
Universitas Sumatera Utara
development memberikan dampak kepada perkembangan devinisi dan konsep CSR selanjutnya. Sebagai contoh The Organization for economic cooperation and
Development OECD merumuskan CSR sebagai “Kontribusi bisnis bagi pembangunan berkelanjutan serta adanya perilaku korporasi yang tidak semata-
mata menjamin adanya pengembalian bagi pemegang saham, upah bagi para karyawan, dan pembuatan produk serta jasa bagi para pelanggan, melainkan
perusahaan bisnis juga harus memberi perhatian terhadap berbagai hal yang dianggap penting serta nilai-nilai masyarakat”.
Perusahaan meyakini bahwa program CSR merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan sustainability usaha. Artinya, CSR bukan lagi
dilihat sebagai sentra biaya cost centre melainkan sentra laba profit center di masa yang akan datang. Logikanya adalah bila CSR diabaikan, kemudian terjadi
insiden, maka biaya untuk mengcover resikonya jauh lebih besar ketimbang nilai yang hendak dihemat dari alokasi anggaran CSR itu sendiri. Belum lagi resiko
non-finansial yang berpengaruh buruk pada citra korporasi dan kepercayaan masyarakat pada perusahaan. Dengan demikian, CSR bukan lagi sekedar aktifitas
tempelan yang kalau terpaksa bisa dikorbankan demi mencapai efisiensi, namun CSR merupakan nyawa korporasi. CSR telah masuk kedalam jantung strategi
korporasi. CSR disikapi secara strategis dengan melakukan inisiatif CSR dengan strategi korporsi. Caranya, inisatif CSR dikonsep untuk memperbaiki konteks
kompetitif korporasi yang berupa kualitas bisnis tempat korporasi beroperasi. Terdapat tiga peraturan yang mewajibkan perusahaan pengelola sumber
daya alam untuk menjalankan program tanggungjawab sosial perusahaan atau
19
Universitas Sumatera Utara
CSR, diantarnya diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas PT No.40 Tahun 2007 dalam pasal 74 yang bunyinya adalah:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan, 2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat 1
merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran, 3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, 4 Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Selain Undang-undang PT, peraturan lain yang sifatnya umum namun
terkait dengan kewajiban pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan adalah UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 b menyatakan
bahwa: Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Khusus bagi perusahaan yang operasionalnya mengelola Sumber Daya Alam SDA, terikat dalam Undang-undang No 22 Tahun 2001, tentang Minyak
dan Gas Bumi, Pasal 13 ayat 3 p, yang isinya:
20
Universitas Sumatera Utara
” Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib memuat paling sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu : p. pengembangan masyarakat
sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat.” Berbagai penelitian terdahulu telah dilakukan untuk menganalisis
pengaruh profitabilitas dan size perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure, namun belum menunjukkan hasil yang konsisten.
Misalnya
Penelitian yang telah dilakukan oleh Rosmasita 2007 yang menguji pengaruh kepemilikan manajemen, leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas
pada perusahaan manufaktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial.
Tetapi secara parsial hanya variabel kepemilikan manajemen yang berpengaruh signifikan tarhadap pengungkapan sosial.
Penelitian lain dilakukan oleh Sulastini 2007 yang menguji pengaruh size, profitabilitas, ukuran dewan komisaris dan
profile pada perusahaan manufaktur yang telah go public. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan sosial, tetapi secara parsial hanya variabel profitabilitas yang tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sosial. Sitepu
2008 menguji Ukuran dewan komisaris, financial leverage, ukuran perusahaan, dan tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Hasil penelitian menunjukkan secara parsial hanya variabel dewan komisaris dan profitabilitas yang berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial
perusahaan. Sedangkan ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas secara simultan memiliki kemampuan
21
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi jumlah informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Saputri 2011 menguji profitabilitas,leverage,size, kepemilikan saham publik pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan dan kepemilikan saham publik secara simultan memiliki
pengaruh terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Profitabilitas, ukuran perusahaan dan kepemilikan saham publik secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pengungkapan sosial. Berdasarkan perbedaan penelitian-penelitian di atas,
penelitian ini bermaksud untuk meneliti kembali apakah profitabilitas dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh atau tidak terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan.
Maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh Profitabilitas Dan Size Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia “.
B. Rumusan Masalah